Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

DINAMIKA KEGIATAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN BERBASIS


KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA MEMPERKUAT KARAKTER UNGGUL
GENERASI MUDA

Suroto
PPKn, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
Email: suroto@unlam.ac.id

Abstrak: Mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan mampu menjadi agent of change dan social
control terhadap lingkungan, daerah maupun negaranya. Melalui harapan tersebut menempatkan
mahasiswa sebagai bagian dari perguruan tinggi yang idealnya senantiasa melakukan berbagai
kegiatan dalam rangka mendukung kemajuan masyarakat sebagai landasan keilmuan. Sebagai
organisasi kemahasiswaan sebaiknya tidak hanya terjebak sebatas pada penyelenggaraan kegiatan
semata guna menunjang eksistensi organisasi tersebut. Kearifan lokal yang selama ini cenderung
untuk dipandang sebelah mata dan cenderung hanya menjadi sebuah “jargon” ketika momen-momen
tertentu, sebaiknya senantiasa untuk dijadikan sebagai motivator untuk lebih “mengeksiskan” diri
maupun lembaganya sehingga organisasi tersebut memiliki daya saing sesuai dengan kekhasan
(keunggulan) daerahnya yang senantiasa disertai dengan karakter unggul dari para pengurusnya.

Kata kunci: organisasi kemahasiswaan, kearifan lokal, karakter unggul.

A. Latar Belakang lokal sehingga diharapkan mampu bergerak


Di era global banyak sekali muncul untuk melakukan perubahan dan cita-cita
berbagai tantangan dan ancaman yang bangsa ke depan. Bergerak sebagai
sifatnya tidak terduga, tuntutan mahasiswa di pembaharu merupakan karakter seorang
era inipun memunculkan berbagai perubahan pemimpin dengan berbagai tantangan yang
dan dinamika. Mahasiswa merupakan bagian sedang atau akan dihadapi di dunia
dari civitas akademika di pendidikan tinggi perguruan tinggi serta kontribusinya pada
yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan masyarakat akademis maupun luas.
yang sifatnya rutinitas. Mahasiswa sebagai Mahasiswa diharapkan mampu untuk
generasi muda diharapkan mampu menjadi memberi warna pada kehidupan kampus
agent of change dan social control terhadap melalui berbagai kegiatan di bawah koordinasi
lingkungan maupun daerah serta negaranya. organisasi kemahasiswaan yang bersifat
Mahasiswa yang merupakan bagian dari formal, pada aktivitas kelembagaan yang
civitas akademika di pendidikan tinggi di terjadi melalui kegiatan organisasi
dalamnya memiliki intektual yang tidak hanya kemahasiswaan tersebut, pada hakikatnya
memiliki kemampuan dalam bidang akademisi adalah bagaimana peran organisasi untuk
saja tapi juga intelektual pemikiran dan menjadikan para mahasiswa belajar untuk
wawasan yang harus bisa menjawab menghargai perbedaan dan menerima
permasalahan-permasalahan yang terjadi perbedaan tersebut di dalam keseharian,
setiap bagian negeri ini. toleransi serta saling untuk menghormati, baik
Menghadapi berbagai tantangan dan antar teman sebaya, teman maupun orang
dinamika yang terjadi saat ini (2016) yang lebih tua.
dibutuhkan sosok mahasiswa yang memiliki Melalui kegiatan organisasi
karakter dinamis dalam mewujudkan agent of kemahasiswaan mahasiswa juga dapat
change dan social control. Karakter dinamis belajar untuk saling bekerjasama sebagai tim
tersebut sebaiknya dibingkai dalam sebuah dalam rangka mewujudkan cita-cita
wadah yang tidak mudah terpengaruh dan organisasi. Mahasiswa belajar berkompetisi
terjerumus oleh fatamorgana yang dibawa dengan menghormati dan mentaati
oleh dampak global. Mahasiswa sebagai mekanisme organisasi, belajar untuk
agent of change merupakan mahasiswa yang melakukan problem solving dengan berbagai
berkarakter dinamis tetapi senantiasa tantangan yang ada. Melalui kegiatan yang
dibingkai oleh beberapa nilai-nilai kearifan dilakukan dalam sebuah kegiatan organisasi

1040
Suroto, Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Memperkuat Karakter Unggul Generasi Muda
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

kemahasiswaan diharapkan akan melahirkan B. Dinamika Kegiatan Organisasi


mahasiswa-mahasiswa yang nantinya mampu Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi
menjadi sumber daya manusia yang berdaya Agent of change yang saat ini maupun
saing di berbagai industri serta mengusai sebelumnya sangat familier di kalangan
teknologi terapan yang ke depannya mampu mahasiswa merupakan salah satu sebutan
berguna, baik untuk dirinya maupun orang yang selama ini disematkan pada diri setiap
lain demi masa depan yang lebih baik. mahasiswa. Namun, sebutan tersebut sering
Mahasiswa sebagai social control direduksi menjadi sebatas aksi heroik yang
diharapkan juga memiliki sikap kritis dengan cenderung berbau emosional. Di lain sisi
berbagai perubahan yang ada untuk sebutan tersebut disematkan pada diri
kepentingan dirinya sendiri maupun mahasiswa dikarenakan mereka merupakan
masyarakat. Bersikap kritis pada dasarnya bagian dari civitas akademik pendidikan tinggi
tidak harus atau melalui cara-cara yang yang secara hakiki memiliki peran dalam
sifatnya nonakademis, misalkan melalui cara pengembangan keilmuan. Pengembangan
berdemonstrasi yang mengarah ke sikap- keilmuan tersebut bukan berarti menjadikan
sikap maupun perbuatan-perbuatan anarki. perguruan tinggi sebagai menara gading yang
Hal tersebut dapat dilakukan melalui cara- lepas dari dinamika yang ada di sekitarnya,
cara yang unik dan memiliki kekhasan budaya melainkan melalui pengembangan keilmuan
setempat. Hal tersebut tentunya dengan cara tersebut, perguruan tinggi bertanggung jawab
melakukan berbagai kegiatan positif sebagai terhadap dinamika masyarakatnya. Sehingga
bentuk kontrol dan aspirasi dengan agent of change menempatkan mahasiswa
menghidupkan kajian diskusi, riset maupun sebagai bagian dari perguruan tinggi yang
menulis dalam rangka menyikapi berbagai melakukan perubahan terhadap kemajuan
masalah-masalah yang ada dan sedang masyarakat dengan landasan keilmuan.
terjadi di masyarakat. Kegiatan yang Organisasi mahasiswa menjadi
mengarah pada social control akan sebuah lembaga yang mewarnai dinamika
menghidupkan atmosfer akademik, budaya mahasiswa di perguruan tinggi. Organisasi
kampus yang egaliter dan membangun mahasiswa ada karena berangkat dari
kesetaraan melalui kekhasan budaya kebutuhan, minat mahasiswa sehingga
masyarakat atau lokal setempat. mampu menunjang mahasiswa dalam
Melalui pemaksimalan peran maupun mengembangkan kapasitas diri, terutama
tuntutan dari keberadaan organisasi dalam wilayah soft skill, yang memang kurang
kemahasiswaan di perguruan tinggi yang dikembangkan ketika mahasiswa berada di
berbasis dan terbingkai oleh nilai-nilai kearifan ruang kelas. Namun, dewasa ini tidak sedikit
lokal diperlukan upaya yang lebih efektif dari yang menerjemahkan bahwa organisasi
lembaga perguruan tinggi sehingga mampu mahasiswa menjadi wadah dalam
mendorong dan mendukung kegiatan penyelenggaraan kegiatan semata. Oleh
organisasi kemahasiswaan untuk menjadi karena itu, tidak jarang organisasi
lebih aktif lagi serta mampu menjadi atau kemahasiswaan akhirnya banyak terjebak
sebagai motor penggerak dalam mendukung pada sebatas penyelenggaraan kegiatan
daya saing perguruan tinggi yang semata. Hal tersebut dilakukan tidak lepas
bersangkutan. Selain itu, organisasi dari sebuah cara dalam rangka menunjang
kemahasiswaan juga diharapkan mampu eksistensi organisasi kemahasiswaan saja.
sebagai tempat dalam rangka proses belajar Hal demikian yang perlu untuk pahami secara
maupun menempa diri bagi para mahasiswa mendalam bahwa pada dasarnya organisasi
serta sebagai proses untuk mendidik para kemahasiswaan sangat jauh berbeda dari
mahasiswa yang ke depannya akan menjadi kegiatan yang sifatnya seperti event organizer
seorang pemimpin yang memiliki karakter yang secara pasti melaksankan kegiatan
unggul. Selain sebagai mahasiswa yang ketika pada waktu-waktu tertentu. Aktivitas
cerdas, tangkas, kreatif yang selama ini organisasi kemahasiswaan jauh melampaui
senantiasa digadang-gadang serta menjadi penyelenggaraan acara-acara semata.
cita-cita setiap para mahasiswa di perguruan Kegiatan yang ada di organisasi
tinggi. kemahasiswaan bukanlah menjadi sesuatu
hal yang utama namun, kegiatannya hanya
menjadi jembatan bagi mahasiswa dalam

1041
Suroto, Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Memperkuat Karakter Unggul Generasi Muda
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

pengembangan kapasitas diri mahasiswa. Ketika muncul kesadaran bahwa yang


Organisasi mahasiswa memiliki fungsi lebih lokal selalu menjadi korban marginalisasi
dari sekedar penyelenggara kegiatan, karena sehingga terpinggirkan, seluruh masyarakat
ada tanggung jawab di dalamnya sehingga (etnik) yang ada merasa perlu meredefinisi
mahasiswa yang aktif di dalamnya dapat diri sendiri dan budayanya. Memasuki
memperoleh pengalaman lain yang tidak ia “kandang” budaya lokal, di satu sisi, dapat
dapatkan ketika berada di kelas. Pribadi- diperhitungkan sebagai dasar bagi upaya
pribadi yang berada dalam organisasi menciptakan situasi sadar budaya bangsa.
mahasiswa semestinya memiliki kecakapan Hanya saja, tindakan ini bisa saja
tersendiri yang jauh melampaui kecakapan memunculkan paradoks di sisi lainnya, yakni
teknis dalam penyelenggaraan kegiatan. ketika ia ditafsirkan secara linear bahwa kita
Kecakapan yang dapat dikembangkan dalam akan hidup di masa depan, bukan di masa
organisasi kemahasiswaan, misalnya lalu. Bahkan, ketika proses ini menjadi
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, eksklusif, ia menjadi tantangan tersendiri
kedewasaan dan kematangan dalam karena yang tercipta bukan lagi kesadaran
bersikap, meningkatkan kreativitas dan yang bersama dalam konteks nation state,
tak kalah penting adalah meningkatkan melainkan semangat etno-nasionalisme. Oleh
prestasi berdasarkan backgraund organisasi karena itu, orientasinya harus diarahkan pada
kemahasiswaan tersebut. Dinamika yang kesejatian fitrah manusia sebagai pelaku yang
dibangun oleh pendidikan tinggi pada sadar untuk bertindak mengatasi dunia dan
dasarnya memberikan peluang pada realitas yang (mungkin bisa) memusuhi dan
mahasaiswa untuk mengembangkan menindasnya, yang secara keseluruhan
keilmuannya. Namun, menjadi suatu hal yang berada dalam bingkai kebersamaan dengan
aneh apabila dinamika yang dibangun oleh yang lain. Konsekuensinya, sistem dan
pendidikan tinggi tersebut justru dianggap mekanisme budaya lokal dan translokal tetap
asing oleh mahasiswa. Mahasiswa harus dipelihara, dikembangkan, dan
menjauhkan diri terhadap dinamika diberdayakan bersama. Persilangan dialektis
pengembangan keilmuan karena yang antara liyan dan dorongan untuk mencipta
dipahami hanya sebatas aspek pragmatis dari dan mencipta ulang identitas lokal yang
pendidikan tinggi. Tidak sedikit mahasiswa independen dalam suatu proses transformasi
yang memaknai pendidikan tinggi hanya yang berkesinambungan menjadi imperatif
sebatas jenjang pendidikan lanjutan yang untuk dilaksanakan. Tujuannya adalah
memungkinkannya mendapatkan ijazah. menyiapkan sebuah habitat agar figur-figur
Terlebih lagi semakin tumbuh suburnya yang terlibat di dalamnya mampu menghayati
budaya populer yang menjangkiti dinamika nilai lokal, dan sekaligus mampu membuka
mahasiswa, semakin mengasingkan ruang tegur-sapa dengan liyan dalam dirinya:
mahasiswa dengan budaya yang seharusnya untuk menjadi lokal sekaligus translokal dan
melekat padanya yaitu budaya akademik. global. Pendek kata, agar masyarakat
Bentuk dari keterasingan mahaiswa tersebut memiliki kekenyalan budaya yang memadai.
sebagaimana yang telah diuraikan, terwujud Persoalan nilai lokal dan translokal
dalam bentuk aktivitas pembelajaran yang tersebut memang memunculkan dilema:
jauh dari esensi pembelajarannya. Dengan apakah nilai-nilai yang ada itu diolah secara
demikian, aktivitas yang ada dalam kreatif (dalam arti didialogkan dengan nilai
pendidikan tinggi sudah semestinya menjadi “yang lain”) melalui rekonsiliasi yang
refleksi bagi mahasiswa untuk memahami seimbang, atau ia dimanfaatkan begitu saja
esensi dari pembelajaran di pendidikan sehingga terjadi homogenisasi nilai dan
tinggi. Sehingga harapan yang muncul adalah sekaligus dominasi atas nilai yang lain melalui
generasigenerasi bangsa lulusan pendidikan melalui rekonsiliasi subordinasi. Yang jelas,
tinggi benar-benar mampu upaya apapun yang dipilih dan dilakukan
mengaktualisasikan keilmuannya bagi hendaknya tidak terjebak menjadi upaya
perkembangan masyarakatnya. penghapusan melalui rekonsiliasi eliminasi.
Kebijakan apapun yang diambil dan
C. Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan mengatasnamakan kepentingan publik,
Berbasis Kearifan Lokal karenanya, kebijakan itu harus selalu
didasarkan pada wawasan kultural. Situasi

1042
Suroto, Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Memperkuat Karakter Unggul Generasi Muda
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

polifonik dan multikultural harus menjadi penciptaan baru, misalnya dalam bahasa,
dasar utamanya. Implikasinya, habitat budaya seni, tata masyarakat, teknologi, dan
kewargaan yang sehat harus disiapkan, yakni sebagainya, yang kemudian ditampilkan
suatu habitat yang meniscayakan tersedianya dalam perikehidupan lintasbudaya.
ruang dan peluang bagi partisipasi penuh dan Karenanya, upaya penggalian kearifan lokal
interaksi yang terbuka bagi semua unsur pada dasarnya untuk mencari, dan akhirnya
masyarakat yang beragam. untuk menetapkan identitas bangsa, yang
Hal tersebut penting karena mereka mungkin hilang karena proses persilangan
yang tetap menghayati nilai-nilai budaya dialektis, atau karena akulturasi dan
lokalnya dikhawatirkan akan menjadi kaum transformasi yang telah, sedang, dan akan
marginal yang kurang dimunculkan dalam terus terjadi sebagai sesuatu yang tak
konstelasi informasi translokal dan global, dan terelakkan. Upaya menemukan identitas
seringkali kurang diuntungkan secara bangsa yang baru atas dasar kearifan lokal
material. Oleh karena itu, upaya membangun merupakan hal yang penting demi penyatuan
kesadaran terhadap adanya kearifan lokal budaya bangsa di atas dasar identitas
sebagai sebuah realitas budaya, yang juga daerah-daerah Nusantara. Jadi, ujung akhir
berfungsi dalam memposisikan identitas situasi sadar budaya yang ingin dicapai
budaya, bagi masyarakat tertentu sebagai bukanlah situasi nekrofili, yakni perasaan
pencirinya, pada akhirnya harus menjadi spirit cinta kepada segala sesuatu yang
yang tidak boleh diabaikan dalam konteks bendawi/wujudiyah yang tidak berjiwa
menjaga nilai-nilai kebangsaan agar tidak kehidupan, melainkan situasi biofili, yakni
pudar dan agar nilai-nilai itu tetap dihayati perasaan cinta kepada segala sesuatu yang
dalam situasi apapun. maknawiah yang berjiwa kehidupan. Dengan
Sebagai bangsa yang bhineka, cara demikian, seluruh warga bangsa
Indonesia memiliki dua macam sistem budaya diharapkan memiliki kekenyalan budaya yang
yang keduanya harus dipelihara, memadai dalam menghadapi tantangan
dikembangkan, dan diberdayakan yakni global.
sistem budaya nasional dan sistem budaya Dengan selalu memperhitungkan
etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah kearifan lokal lewat dan dalam proses
sesuatu yang hingga kini masih berproses budaya, keniscayaan masyarakat
terus. Sistem ini berlaku secara umum untuk terperangkap dalam situasi menjadi
seluruh bangsa Indonesia, tetapi sekaligus masyarakat yang terasing dari realitas dirinya,
berada di luar ikatan budaya etnik lokal yang yang “menjadi ada” dalam pengertian
manapun. Nilai-nilai budaya yang terbentuk “menjadi seperti liyan dan bukannya dirinya
dalam sistem budaya nasional itu bersifat sendiri,” dapat dihindari. Jadi, penempatan
menyongsong masa depan. Dalam hubungan hasil upaya penggalian kearifan-kearifan lokal
ini, kenyataannya, nilai-nilai tersebut dalam proses budaya harus selalu dimaknai
hakikatnya merupakan “serat-serat irisan” dalam konteks upaya menyiapkan
yang terbentuk tatkala dua atau lebih budaya masyarakat memiliki kekenyalan budaya, dan
etnik lokal bersemuka, bersinggungan, dan bukannya sebagai domestikasi atau
saling memperkaya atas dasar persamaan- penjinakkan sosial budaya. Dikatakan
persamaan yang ada di antaranya. Jadi, nilai- demikian karena upaya menggali dan
nilai budaya lokal tertentu menjadi bercitra menyadari kembali kearifan lokal dapat
translokal/nasional karena dipadu dengan dikatakan sebagai gerakan kembali pada
nilai-nilai lain yang sesungguhnya basis nilai budaya daerahnya sendiri sebagai
diderivasikan dari nilai-nilai budaya lama yang bagian upaya membangun identitas, dan
terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik sebagai semacam filter dalam menyeleksi
lokal. pengaruh budaya liyan.
Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya Nilai-nilai kearifan lokal tersebut
dapat dipandang sebagai landasan bagi meniscayakan fungsi yang strategis bagi
pembentukan jatidiri bangsa secara translokal pembentukan karakter dan identitas, yang
(nasional). Kearifan-kearifan lokal itulah yang pada gilirannya akan memunculkan sikap
membuat budaya bangsa memiliki akar. budaya yang mandiri, penuh inisiatif, dan
Budaya etnik lokal seringkali berfungsi kreatif. Perawatan, pengembangan, dan
sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan- pemberdayaan kearifan-kearifan lokal yang

1043
Suroto, Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Memperkuat Karakter Unggul Generasi Muda
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

relevan dan kontekstual memiliki arti penting Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
bagi berkembangannya suatu masyarakat, karakter unggul pada dirinya berdasarkan
terutama jika dilihat dari sudut kekenyalan interaksi antara pengetahuan yang telah
budaya, di samping juga mempunyai arti dimiliki, diketahui, dan dipercayai dengan
penting bagi identitas daerah yang gejala gagasan, atau informasi baru yang
bersangkutan. Karya-karya seni budaya yang diperoleh di dalam proses pendidikan yang
menempatkan nilai-nilai lokalnya sebagai ditempuhnya. Oleh karena itu, nilai-nilai
sumber inspirasi kreatif, bagi daerah yang budaya dan kearifan lokal harus
bersangkutan akan mendorong munculnya dikembangkan melalui kegiatan organisasi
sikap bangga terhadap budaya dan kemahasiswaan.
daerahnya. Karya-karya kreatif itu bisa saja Pengintegrasian nilai-nilai kearifan
ditampilkan dalam wajah atau wacana lokal melalui kegiatan organisasi mahasiswa
translokal sehingga memiliki sumbangan yang diharapkan mampu mendekatkan dan
besar bagi terciptanya identitas baru bagi menyadarkan setiap mahasiswa terhadap
bangsa secara keseluruhan. lingkungan kehidupannya melalui adat istiadat
Kearifan lokal, yang juga maupun benda-benda budaya yang memiliki
meniscayakan adanya muatan budaya masa keunggulan di dalamnya. Dengan demikian,
lalu, dengan demikian, juga berfungsi untuk strategi penghadiran lingkungan budaya
membangun kerinduan pada kehidupan merupakan bagian dari proses penebaran
nenek moyang, yang menjadi tonggak benih dan pembumian nilai. Ketika
kehidupan masa sekarang. Anggapan bahwa mahasiswa berinteraksi dan beradaptasi
yang relevan dengan kehidupan hanyalah dengan lingkungan (budaya), sesungguhnya
“masa kini dan di sini” juga dapat dihindari. mereka sedang berada dalam periswa
Kearifan lokal dapat dijadikan semacam belajar. Lingkungan budaya merupakan
jembatan yang menghubungkan masa lalu sebuah “lokus” untuk mendapatkan
dan masa sekarang, generasi nenek moyang pengalaman baru. Kearifan lokal yang
dan generasi sekarang, demi menyiapkan diintegrasikan dalam kegiatan organisasi
masa depan dan generasi mendatang. Pada kemahasiswaan mampu dijadikan sebagai
gilirannya, ia pun dapat dijadikan semacam tempat melakukan eksplorasi bagi mahasiswa
simpai perekat budaya antargenerasi, dan dalam memahami dan menghayati nilai
menghindarkan diri dari situasi ahistoris. tertentu. Mereka tidak hanya ngerti, tetapi
Jika butir-butir tersebut mampu kita juga menjalankan, merasakan, serta
implementasikan dalam rangka membentuk berinteraksi melalui beragam proses:
nation and character building, niscaya knowing, doing, dan being pun terintegrasi.
permasalahan sosial, situasi yang rentan Akhirnya, ketika etnisitas dipahami
terhadap sawan budaya, atau schizofrenia sebagai sebuah konsep kultural yang
kultural, dapat dihindari. Pendidikan karakter berpusat pada pembagian norma-norma,
niscaya menghindari terbentuknya manusia- nilai-nilai, kepercayaan, simbol, dan praktik-
manusia yang berwajah garang, yang praktik kultural, maka kearifan lokal
wataknya dan perilakunya keras, brutal, dan sesungguhnya menjadi sarana yang utama
agresif, yang salah satu kehendak besarnya dalam mengikat keutuhan etinisitas itu. Oleh
adalah memusuhi yang lain, yang satu ingin karena itu, ketika nilai-nilai kearifan lokal
menguasai dan menindas yang lain. diintegrasikan melalui kegiatan organisasi
Pendidikan karakter niscaya berupaya kemahasiswaan akan menghasilkan sebuah
membentuk manusia yang mampu produk yang luar biasa.
menghargai harkat dan hak-hak azasi, dan Pengintegrasian kearifan lokal melalui
bukannya membentuk manusia yang hanya kegiatan organisasi kemahasiswaan dengan
menjadi pendusta bagi hati nurani diri mereka beragam bentuk budaya sekaligus mampu
sendiri. membuka ruang dan peluang bagi mereka
Pengintegrasian nilai-nilai budaya dan untuk secara bebas menggali prinsip-prinsip
kearifan lokal melalui kegiatan organisasi “keilmuan” berdasarkan konteks yang sudah
kemahasiswaan diharapkan mampu dikenalnya, menemukan hal-hal yang
menyemaikan benih-benih nilai positif dalam bermakna di sekelilingnya (dalam komunitas
diri setiap mahasiswa sebagai sebuah hasil budayanya), dan mendorongnya untuk
pemikiran dalam konteks sosial-budaya. membuka dan menemukan hal-hal yang baru.

1044
Suroto, Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Memperkuat Karakter Unggul Generasi Muda
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

Pada akhirnya, mereka pun diharapkan berorganisasi yang mereka kuasai itu
mampu menjadi pribadi-pribadi yang akhirnya digunakan untuk memanipulasi dan
berkarakter, yang memiliki kedaulatan penuh menyalahgunakan kekuasaan yang mereka
atas dirinya sendiri sebagai manusia utuh pegang. Lepas dari kampus, mereka terseret
dalam rangka menuju masyarakat madani. oleh jaringan patronase politik-kekuasaan
yang hanya menguntungkan individu dan
D. Pendidikan Karakter melalui Kegiatan kelompok mereka sendiri. Rakyatlah yang
Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan lagi-lagi menjadi korban.
Tinggi Sudah saatnya kampus menggalakkan
Dua belas tahun lebih sejak reformasi pendidikan karakter secara kongkrit bagi
bergulir, tak ada perubahan yang signifikan mahasiswanya. Pencapaian intelektualitas
atas kondisi bangsa ini. Kemiskinan masih dan nilai-nilai akademik harus dibarengi
menimpa sebagian masyarakat Indonesia. dengan penanaman moral dan akhlak yang
Angka pengangguran menunjukkan jumlah bagus. Kemampuan manajerial dan sosial
yang meningkat tiap tahunnya. Di sana sini mahasiswa harus disertai dengan sifat-sifat
masih sering kita dengar berita tentang jujur, ikhlas, orientasi pengabdian, dan rendah
kelaparan dan balita kurang gizi. Sementara hati. Ini ditujukan agar mahasiswa tak hanya
itu, kebobrokan moral juga menimpa banyak pintar secara intelektual dan sosial, namun
pejabat negara kita, dari tingkat pusat hingga juga memiliki integritas moral yang bagus,
daerah. Dari lembaga eksekutif, legislatif, serta mempunyai empati dan solidaritas yang
hingga yudikatif. Berita tentang ketidakjujuran, tinggi terhadap lingkungan sekelilingnya.
KKN, dan suap-menyuap di kalangan pejabat Pendidikan karakter yang idealnya
Negara tak henti-hentinya menghiasi media ditanamkan sejak dini di lembaga pendidikan
massa. dasar dan menengah, seharusnya lebih
Ada apa dengan sistem pendidikan ditingkatkan pada jenjang pendidikan tinggi.
tinggi kita, hingga produk yang dihasilkan Sebab peserta didik di lingkungan kampus
adalah generasi yang akrab dengan mempunyai kepentingan langsung dan praktis
ketidakjujuran, dan terbiasa dengan terhadap karakter-karakter positif, serta lebih
manipulasi. Melihat karut-marut kondisi politik, dekat untk terjun dalam kehidupan riil di
ekonomi, dan sosial bangsa Indonesia saat masyarakat. Dengan demikian karakter-
ini, kita patut mempertanyakan efektivitas karakter positif bagi mahasiswa merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di keniscayaan dan kebutuhan yang mendesak.
perguruan tinggi. Kampus yang diharapakan Secara teknis, penanaman karakter positif
menjadi kawah candradimuka untuk akan lebih efektif dan mengena apabila
menempa calon-calon pemimpin sejati di dilakukan melalui keteladanan. Dalam hal ini
masa depan, kini malah menjadi pabrik pihak-pihak yang tekait dengan
penghasil calon-calon koruptor. penyelenggaraan pedidikan di kampus harus
Kampus yang sejatinya menjadi turut ambil bagian dalam memberikan
tempat pendidikan bagi calon pejuang nasib keteladanan yang baik kepada mahasiswa.
rakyat kini malah menjadi agen kapitalisme Dosen, pegawai, dan mahasiswa senior harus
yang hanya menghamba pada pasar. Kampus memberikan contoh perilaku jujur, disiplin,
pun kini hanya mengajarkan mahasiswanya kreatif, kritis, dll kepada mahasiswa yunior.
bagaimana mendapatkan nilai akademik Dengan lingkungan yang kondusif,
setinggi-tingginya, agar jika lulus nanti mudah penyemaian karakter positif akan lebih mudah
terserap pasar tenaga kerja. Masalah diterima dan diteladani mahasiswa baru.
kejujuran dipikir belakangan. Bergeser sedikit Selain melalui keteladanan para sivitas
kepada kegiatan ekstra kampus, kita akan akademika, pendidikan karakter bagi
mendapati kumpulan mahasiswa yang sangat mahasiswa juga bisa dilakukan melalui
bersemangat belajar organisasi. Dengan pembangunan kultur akademik yang baik di
bergabung ke dalam organisasi lingkungan kampus. Dengan membiasakan
kemahasiswaan mereka berharap bisa belajar diri menghindari plagiasi dalam pembuatan
berpolitik. Dan memang mereka belajar karya ilmiah, serta mengerjakan tugas-tugas
bagaimana memenej organisasi dengan baik, kuliah secara jujur, berarti mahasiswa telah
serta bagaimana melakukan lobi-lobi politik menanamkan karakter positif dalam dirinya.
yang efektif. Namun kemampuan teknis

1045
Suroto, Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Memperkuat Karakter Unggul Generasi Muda
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

E. Kesimpulan
Kegiatan organisasi kemahasiswaan Syarbini, Amirullah. (2012). Buku Pintar
yang senantiasa menjadikan kearifan lokal Pendidikan Karakter: Panduan
sebagai motivator maupun produk untuk Lengkap Mendidik Karakter Anak di
dikembangkan, maka organisasi Sekolah, Madrasah, dan Rumah.
kemahasiswaan tersebut ke depannya Jakarta: As@-Prima Pustaka.
cenderung memiliki daya saing yang kuat
dalam menghadapi dinamika yang semakin Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. (2011). Teori
global. Karakter unggul merupakan salah satu dan Landasan Pendidikan
produk dalam bentuk “magnet” yang Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
senantiasa memikat kelompok lain untuk
dijadikan sebagai objek sasaran dalam Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter:
rangka pengembangan aspek keilmuan. Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
DAFTAR PUSTAKA
Zuriah, Nurul (2014). Analisis Teoritik tentang
Alwasilah, A. Chaedar et al (2009). Etnopedagogi Pendidikan
Etnopedagogi: Landasan Praktek Kewarganegaraan sebagai Wahana
Pendidikan dan Pendidikan Guru. Pendidikan Budaya dan Karakter
Bandung: Kiblat. Bangsa di Perguruan Tinggi. (Jurnal
SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan
Daradjat, Zakiah. (1996). Problem Remaja di Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7 (2)
Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. November 2014).

Dasim, Budimansyah. (2010). Penguatan


Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Membangun Karakter Bangsa.
Bandung: Widya Aksara Press.

Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan Karakter:


Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.

Latif, Yudi. (2011). Negara Paripurna:


Historisitas, Rasionalitas, dan
Aktualitas Pancasila. Jakarta: Kompas
Gramedia.

Lickona, Thomas. (2008). Pendidikan


Karakter: Panduan Lengkap Mendidik
Siswa menjadi Pintar dan Baik.
Diterjemahkan oleh Lita S. Bandung:
Nusa Media.

Satini (2004). Menggali Kearifan Lokal


Nusantara Sebuah Kajian Filsafat.
Jurnal Filsafat: Agustus 2004, Jilid 37,
Nomor 2.

Suryadi, Ace dan Budimansyah, Dasim.


(2009). Paradigma Pembangunan
Pendidikan Nasional: Konsep, Teori
dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan
Publik. Bandung: Widya Aksara Press.

1046
Suroto, Dinamika Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Memperkuat Karakter Unggul Generasi Muda

Anda mungkin juga menyukai