Anda di halaman 1dari 9

p-ISSN 2302-514X

e-ISSN 2303-1018
Laily dan Anantika. Pendidikan Etika.... 11

PENDIDIKAN ETIKA DAN PERKEMBANGAN MORAL


MAHASISWA AKUNTANSI
Nujmatul Laily1
Nova Rifinda Anantika2
1,2
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang, Jawa Timur, Indonesia
email: nujmatul.laily.fe@um.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami perbedaan pendidikan etika pada tahapan perkembangan moral
mahasiswa akuntansi yang terdiri dari level 1 (pre-conventional), level 2 (conventional), dan level 3 (post-
conventional). Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei
yang dilakukan di Universitas “X” di kota Malang. Sampel penelitian ini sebanyak 176 mahasiswa akuntansi.
Sampling menggunakan tehnik proportional random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner untuk variabel pendidikan etika sedangkan variabel perkembangan moral menggunakan
defining issues test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan etika mahasiswa akuntansi berbeda antara
level 1 (pre-conventional), level 2 (conventional) dan level 3 (post-conventional). Bagi peneliti selanjutnya
dianjurkan untuk mengembangkan dengan menambahkan variabel bebas lain yang mempengaruhi perkembangan
moral mahasiswa dan pengumpulan data menggunakan wawancara.

Kata kunci: Perkembangan moral, pendidikan etika, akuntansi

ETHICS EDUCATION AND MORAL DEVELOPMENT OF


ACCOUNTING STUDENTS

ABSTRACT
The purpose of this research was to comprehend ethical education differences among level 1 (pre-conventional),
level 2 (conventional), and level 3 (post-conventional) toward moral development steps of accountancy students.
This research is quantitative research using survey which is held in X University in Malang. The sampleof this
research are 176accountancy students. Sampling method used proportional random sampling technique in
choosing the responden.The instrumentof this research is questionnaire related to ethical education or ethical
courses and moral development questionnaireusing defining issues test. The results showed that ethical education
differ among level 1 (pre-conventional), level 2 (conventional), and level 3 (post-conventional) of accountancy
students.

Keywords: Moral development, ethics education, accounting


DOI: https://doi.org/10.24843/JIAB.2018.v13.i01.p02

PENDAHULUAN

Persoalan etika dan moral seringkali dianggap isu etika dan moral selalu menarik untuk dikaji.
sebagai persoalan interpersonal dan multipersonal Salah satu kasus yang dapat dikategorikan sebagai
atau pesoalan tentang kemanusiaan, sehingga aspek perilaku tidak etis adalah kasus yang dilakukan
keyakinan dan latar belakang mempunyai pengaruh oleh direksi PT Kimia Farma Tbk, yang terbukti
besar didalamnya (Ludigdo, 2007). Dua aspek tersebut melakukan penggelembungan (mark up) laba bersih
akan berpengaruh terhadap tindakan seorang laporan keuangan perusahaan untuk tahun buku
individu karena apa yang diyakini oleh seseorang 2001. Kasus serupa terkait pelanggaran etika dan
akan berpengaruh terhadap tindakan serta keputusan moral yang melibatkan auditor adalah kasus skandal
yang diambilnya. Banyaknya kasus yang terkait keuangan Enron dan WorldCom yang menenggelamkan
dengan tindakan-tindakan tidak etis menjadikan kepercayaan investor terhadap korporasi Amerika
12 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

Serikat tersebut. individu yang sama mungkin dapat berperilaku pada


Banyaknya kasus-kasus pelanggaran etika tahap yang sama dalam waktu yang lama dan bisa
tersebut menyebabkan krisis kepercayaan pada menurut tahap yang lain pada saat waktu yang lain
profesi akuntansi sehingga sangatlah penting untuk (Slavin, 2011).
membekali mahasiswa Akuntansi dengan pendidikan Penelitian ini merupakan pengembangan dari
etika sejak dini untuk memberikan pengetahuan penelitian Buell (2009), yang mengukur pendidikan
sekaligus pemahaman tentang perilaku-perilaku etis etika dari mata kuliah etika profesi, akan tetapi
dan tidak etis. Etika berasal dari kata yunani “ethos” penelitian ini tidak hanya fokus pada mata kuliah
yang berarti norma, adat istiadat, kebiasaan yang baik, etika bisnis dan profesi, namun mengembangkannya
nilai-nilai, kaidah-kaidah yang menjadi ukuran bagi pada mata kuliah lainnya yang mengandung muatan
tingkah laku manusia yang baik. Etika juga disebut etika. Lebih lanjut, kebaharuan juga terletak pada
filsafat moral yang merupakan salah satu cabang dari pengembangan instrumennya. Instrumen yang
filsafat yang membahas tentang keputusan normatif digunakan oleh Buell (2009) tentang dilema etika
atas segala tindakan manusia yang baik maupun salah. yang dihadapi oleh setiap individu dalam kehidupan
Keputusan tersebut muncul dari keyakinan tentang sehari-hari dari berbagai profesi, akan tetapi kasus
norma, nilai, dan penghargaan yang diharapkan, serta dilema etika pada penelitian ini lebih fokus pada kasus
hadiah dan hukuman dari tindakan tertentu (Brooks yang relevan dengan akuntansi dan kasus dilema etis
dan Dunn, 2010). Etika menjadi dasar sebagai yang seringkali dihadapi oleh akuntan publik. Selain
pertimbangan moral dan juga perkembangan moral itu, pada penelitian ini lebih menjabarkan perbedaan
bagi seseorang maupun komunitas dalam melakukan pendidikan etika pada setiap level perkembangan
suatu tindakan (Ludigdo, 2007). moral individu.
Mahasiswa jurusan akuntansi di tingkat Perguruan Penelitian ini akan mengkonfirmasi teori
Tinggi, diwajibkan untuk menempuh mata kuliah Kohlberg (1969) yang menyatakan cara individu
etika bisnis dan profesi. Kompetensi dari mata kuliah melangkah dari satu tahap ke tahap berikutnya ialah
etika bisnis ini yaitu mahasiswa diharapkan dapat melalui interaksi dengan orang lain yang tahapan
memahami perlunya etika dalam bisnis dan dapat moralnya memiliki tingkat diatasnya sehingga faktor
menentukan sikap moral dalam profesinya, sehingga eksternal dari dirinyalah yang dapat mengontrol
mahasiswa diharapkan mampu membuat keputusan- dirinya. Usia saat seorang individu menjalani tahap-
keputusan etis jika dihadapkan pada kondisi dilema tahap dalam perkembangan moral mungkin saja
etika. Namun, pendidikan etika dalam penelitian ini berbeda- beda, individu yang sama mungkin dapat
tidak hanya dibatasi pada matakuliah etika bisnis berperilaku pada tahap yang sama dalam waktu
akan tetapi pendidikan etika secara umum dari mata yang lama dan bisa menurut tahap yang lain pada
kuliah apapun selain etika bisnis dan profesi asalkan saat waktu yang lain. Penelitian ini dilakukan untuk
dalam pembelajarannya mengandung muatan etika. menganalisis perbedaan pendidikan etika antara level
Pendidikan etika tersebut nantinya akan membantu 1 (pre-conventional), level 2 (conventional), dan level
mahasiswa akuntansi di masa depan yang mana 3 (post-conventional) pada tahapan perkembangan
dituntut mampu mengembangkan ilmu yang telah moral mahasiswa akuntansi.
didapat dan mampu berpikir logis, realistis dan Teori perkembangan banyak dikemukakan oleh
kritis, dan mampu bertindak secara etis. Oleh karena para ahli, salah satunya yaitu Kohlberg (1969).
itu, sangatlah penting bagi akademisi (dosen) serta Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode
regulator untuk memahami perkembangan moral moral kelompok, tradisi, dan kebiasaan. Sedangkan
individu dalam menyusun kurikulum yang memiliki perilaku yang tidak bermoral adalah perilaku yang
muatan etika. gagal mematuhi harapan kelompok sosial yang
Mengacu pada teori Kohlberg (1969) yang disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan
membagi perkembangannya menjadi 3 level, yaitu dengan memahami kelompok serta kondisi
level 1 (pre-conventional), level 2 (conventional), lingkungannya (Agoes, 2009). Penelitian tersebut
dan level 3(post-conventional) berpandangan bahwa juga menjelaskan bahwa perkembangan moral
penalaran moral merupakan dasar berperilaku etis. (moral development) bergantung pada perkembangan
Kohlberg juga mengatakan bahwa cara individu intelektual seseorang melalui tahapan perkembangan
melangkah dari satu tahap ke tahap berikutnya moral Kohlberg.
ialah melalui interaksi dengan orang lain yang Teori perkembangan moral Kohlberg merupakan
tahapan moralnya memiliki tingkat diatasnya. Usia pengembangan teori struktural-kognitif yang telah
saat seorang individu menjalani tahap-tahap dalam dilakukan Piaget sebelumnya. Kohlberg mempelajari
perkembangan moral mungkin saja berbeda-beda, cara bagaimana anak-anak (dan orang dewasa)
Laily dan Anantika. Pendidikan Etika.... 13

bernalar tentang aturan yang mengatur perilaku permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan
individu dalam situasi tertentu dan menyelidiki nilai dan norma moral itu. Etika menjadi dasar
bagaimana tanggapan individu terhadap beberapa sebagai pertimbangan moral dan juga perkembangan
situasi terstruktur atau dilema moral (Slavin, moral bagi seseorang maupun komunitas dalam
2011). Teori Kohlberg menyatakan bahwa logika melakukan suatu tindakan (Ludigdo, 2007). Lebih
dan moralitas berkembang melalui enam tahapan lanjut, Brooks dan Dunn (2010) memaparkan bahwa
konstruktif dan berpandangan bahwa penalaran terdapat tiga penjelasan umum mengapa individu
moral merupakan dasar berperilaku etis. Kohlberg harus berperilaku beretika, yakni berdasarkan pada
kemudian mengusulkan suatu teori perkembangan pandangan agama, hubungannya dengan orang lain,
pemikiran moral (teori development-kognitif). Teori dan persepsi terhadap dirinya sendiri.
Kohlberg ini sebenarnya ingin menyimpulkan bahwa Pendidikan etika adalah kegiatan pembelajaran
terdapat hubungan pertambahan umur dengan tingkat yang mengandung muatan etika tentang keyakinan
perkembangan seseorang. Pada anak usia dini, yang terkandung dalam sistem keyakinan suatu
kesadaran moralnya masih belum berkembang dan masyarakat tentang hal baik harus dilakukan dan hal
masih berpusat atas kepentingan diri sendiri (self- buruk yang harus dihindari. Pendidikan etika dalam
interest, egoisme) sehingga faktor-faktor eksternal penelitian ini adalah pendidikan mengenai etika yang
(external factors/forces) dari dirinyalah yang dapat diberikan dosen kepada mahasiswa akuntansi melalui
mengontrol dirinya. Namun pada kenyataannya, kegiatan pembelajaran yang didalam mata kuliahnya
teori model Kohlberg ini tidak selalu menunjukkan terdapat muatan etika. Pendidikan etika yang
terdapatnya hubungan antara pertambahan usia diberikan oleh Bapak/Ibu dosen dapat disampaikan
dengan perkembangan moral. Dewasa ini, banyak secara tersirat maupun tersurat selama proses
penyimpangan moral yang justru dilakukan oleh perkuliahan berlangsung, baik dalam mata kuliah
orang tua yang seharusnya berada di tingkat III etika bisnis dan profesi atau mata kuliah lainnya yang
seperti manipulasi dan korupsi di berbagai lembaga tidak berhubungan dengan etika secara spesifik.
pemerintahan maupun swasta.
Kohlberg juga berteori bahwa cara individu METODE PENELITIAN
melangkah dari satu tahap ke tahap berikunya ialah
melalui interaksi dengan orang lain yang tahapan Penelitian ini termasuk kategori penelitian
moralnya memiliki tingkat diatasnya. Usia saat yang menggunakan metode penelitian survei yakni
seorang individu menjalani tahap-tahap dalam penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak
perkembangan moral mungkin saja berbeda beda, ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel
orang yang sama mungkin dapat berperilaku pada yang diteliti (Siregar, 2013). Tujuan penelitian
tahap yang sama dalam waktu yang lama dan bisa ini untuk menganalisis perbedaan pendidikan
menurut tahap yang lain pada saat waktu yang lain. etika antara level 1 (pre-conventional), level 2
Menurut Slavin (2011), dosen dapat membantu (conventional), dan level 3 (post-conventional) pada
mahasiswa melangkah dalam penalaran moral tahapan perkembangan moral mahasiswa akuntansi.
dengan memasukkan pembahasan keadilan dan Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
masalah moral kedalam mata kuliah, khususnya jurusan akuntansi yang berjumlah 315 mahasiswa.
untuk menanggapi kasus yang terjadi di sekelilingnya Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin
atau masyarakat yang lebih luas. yang menghasilkan jumlah sampel sebanyak 176.
Etika berasal dari kata yunani “ethos” yang berarti Sampling method menggunakan teknik secara
norma, adat istiadat, kebiasaan yang baik, nilai-nilai, proporsional random sampling.
kaidah-kaidah yang menjadi ukuran bagi tingkah Instrumen penelitian menggunakan angket untuk
laku manusia yang baik. Etika juga disebut filsafat mengumpulkan data seberapa banyak pendidikan
moral yang merupakan salah satu cabang dari filsafat etika yang didapat mahasiswa melalui proses
yang membahas tentang keputusan normatif atas perkuliahan yang bermuatan etika dan definning
segala tindakan manusia yang baik maupun salah. issue test untuk mengetahui perkembangan moral
Keputusan tersebut muncul dari keyakinan tentang mahasiswa berdasarkan teori Kholberg. Bentuk tes
norma, nilai, dan penghargaan yang diharapkan, serta pendidikan etika adalah 10 pertanyaan yang mencakup
hadiah dan hukuman dari tindakan tertentu (Brooks pernyataan mengenai penerimaan pendidikan etika
dan Dunn, 2010). dari dosen selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan
Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pembelajaran dalam hal ini meliputi kegiatan
pendekatan yang kritis dalam melihat dan melalui pendahuluan (apersepsi), kegiatan inti (mengamati,
nilai dan norma moral serta permasalahan- menanya, mengumpulkan
14 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

informasi, mengolah data, mengkomunikasikan uji homogenitas, dan uji hipotesisnya menggunakan
hasil), dan kegiatan penutup (refleksi). Sedangkan analisis diskriminan berganda.
tes perkembangan moral menjadi tiga yaitu level 1
(pre-conventional) yang berorientasi pada hukuman HASIL DAN PEMBAHASAN
dan reward, level 2 (conventional) berorientasi
pada aturan dan norma dalam masyarakat serta Penelitian menggunakan angket/kuesioner untuk
dimana individu tersebut bekerja, dan level 3 (post- mengumpulkan data. Total kuesioner yang
conventional) yang berorientasi pada kontrak sosial dikumpulkan sebanyak 176 kuesioner dengan tingkat
dan pada prinsip etika, yang terdiri dari 18 soal yang respon rate 100 persen. Responden penelitian adalah
mana masing-masing sebanyak 8 item soal akan mahasiswa akuntansi angkatan 2012 yang berjumlah
mewakili setiap level perkembangan moral. Teknik 176 mahasiswa. Karakteristik responden ditunjukkan
analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, pada Tabel 1.
Tabel 1.
Karakteristik Responden
Keterangan Jumlah
Keterangan PresentaseJumlah Keterangan
Presentase Jumlah Presentase
Keterangan Jumlah
Keterangan Presentase
Responden Jumlah Keterangan
Responden Keterangan
Presentase Jumlah
Jumlah
Responden Presentase
Presentase
Konsentrasi Jurusan: Responden
Konsentrasi Jurusan: Responden
Konsentrasi Jurusan: Responden
Responden
Konsentrasi Jurusan:
Akuntansi Bisnis Konsentrasi Jurusan:
Akuntansi Bisnis Konsentrasi
Konsentrasi Jurusan:
Jurusan:
Akuntansi Bisnis
Akuntansi Bisnis
Akuntansi dan Akuntansi
Akuntansi Bisnis
74 dan 42% 74 Akuntansi
Akuntansi Bisnis
Bisnis
Akuntansi dan42% 74 42%
Akuntansi dan
Keuangan Syariah Akuntansi
Keuangan74 dan
27 Syariah 42% 74
16% Akuntansi
27Akuntansi
Keuangandandan16%
42%
Syariah 74
74
27 42%
42%
16%
Keuangan Syariah
Keuangan dan Sistem Keuangan27 Syariah
Keuangan dan Sistem 16% 27
Keuangan
Keuangan Syariah
Syariah
16%
Keuangan dan Sistem 27
27 16%
16%
Keuangan Sektor
Informasi dan Sistem Keuangan
Informasi dan Sistem 16% 28
28 Sektor Keuangan
Keuangandan
Informasi Sistem
dan16%
SektorSistem 28 16%
Informasi
Publik Sektor Informasi
Publik 28 Sektor 16% Informasi
28Informasi
Publik Sektor
Sektor
16% 28
28 16%
16%
Publik
Perpajakan Publik
Perpajakan
46 26% 46 Publik
Publik
Perpajakan 26% 46 26%
Perpajakan
Jumlah Perpajakan
46
176
Jumlah 26% Perpajakan
46
100% 176Perpajakan
Jumlah 26%
100% 46
46
176 26%
26%
100%
Jumlah 176
Jumlah 100% 176 Jumlah
Jumlah100% 176
176 100%
100%
Gender: Gender: Gender:
Gender:
Laki-laki Gender:
Laki-laki
75 43% Gender:
Gender:
75
Laki-laki 43% 75 43%
Laki-laki
Perempuan Laki-laki
75
Perempuan
101 43%
57% Laki-laki
75
Laki-laki
Perempuan 43%
101 57% 75
75
101 43%
43%
57%
Perempuan
Jumlah Perempuan
101
176
Jumlah 57%
100% Perempuan
101
Perempuan
176 57%
Jumlah
100% 101
101
176 57%
57%
100%
Jumlah 176
Jumlah 100% 176 Jumlah
Jumlah
100% 176
176 100%
100%
Sumber: Data diolah, 2017

Hasil analisis deskriptif diketahui bahwa Sedangkan hasil perkembangan moral, terlihat 68
rata-rata skor jawaban variabel pendidikan etika persen (120 mahasiswa) berada di level 3, sebanyak
yaitu 2,80 dimana nilai tersebut mendekati skor 3 18 persen (32 mahasiswa) berada di level 2, dan 14
(sering). Hal tersebut mengindikasikan mahasiswa persen (24 mahasiswa) berada di level 1. Sehingga
akuntansi sering mendapatkan pendidikan etika yang dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Akuntansi
terkandung dalam mata kuliah yang ditempuhnya. memiliki perkembangan moral yang tinggi.

Tabel 2.
Uji Kolmogorov-Smirnov
Pendidikan Etika
Pendidikan Etika Pendidikan
Pendidikan Etika Etika
N 176
N N N 176 176 176
Mean 31,08
Normala,b Parametersa,bMean a,b a,b Mean Mean
31,08 31,08 31,08
Normal Parameters Normal Normal Parameters
Parameters
Std. Deviation 5,747
Std. Deviation Std. Deviation
Std. Deviation
5,747 5,7475,747
Absolute 0,075
Absolute Absolute
Absolute
0,075 0,0750,075
Most Extreme Differences Positive 0,060
Most
Most Extreme Differences MostPositive Extreme
Extreme Differences Positive
Differences Positive
0,060 0,0600,060
Negative -0,075
Negative Negative
Negative
-0,075 -0,075-0,075
Kolmogorov-Smirnov Z 0,995
Kolmogorov-Smirnov
Kolmogorov-Smirnov Z Kolmogorov-Smirnov Z Z 0,995 0,9950,995
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,276
Asymp. Sig. (2-tailed) Asymp. Asymp. Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed) 0,276 0,2760,276

Sumber: Data diolah, 2017


Laily dan Anantika. Pendidikan Etika.... 15

Berdasarkan Tabel 2 Kolmogorov-Smirnov hasil uji Box’s M pada data pendidikan etika dapat
terhadap skor pendidikan etika menunjukkan bahwa diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,056 > 0,05.
nilai Asymp sig. sebesar 0,276 > 0,05. Maka dapat Maka dapat disimpulkan bahwa data pendidikan
diketahui bahwa skor variabel bebas pendidikan etika mahasiswa tersebut adalah homogen. Tabel 3
etika memenuhi asumsi normalitas dan layak untuk berikut menunjukkan hasil uji Wilks’ Lambda.
digunakan. Hasil uji homogenitas menunjukkan
Tabel 3.
Hasil Uji Wilks’ Lambda
Testof
Test of Test
Wilks'
of
Wilks' Wilks'
Test of dd Test
Wilks'
of d Wilks' d d
Chi-square Chi-square
Chi-square Sig.
Sig. Chi-square
Sig. Chi-square
Sig. Sig.
Function(s) Function(s)
Function(s) Lambda
Lambda Lambda
Function(s) Function(s)
ffLambda f Lambda f f
11 0,684
1
0,684 0,684
65,718
1
65,718 65,718
22 0,684
0,000
1
0,000 2 0,000
0,684
65,718 265,718
0,000 2 0,000
Sumber: Data diolah, 2017

Pada hasil analisis Tabel 3 menunjukkan bahwa ada perbedaan antara perkembangan moral level 1
nilai Wilks’Lambda memiliki signifikansi sebesar (pre-conventional), perkembangan moral level 2
0,000. Karena Signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak (conventional), dan perkembangan moral level 3
dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa (post-conventional) mahasiswa jurusan akuntansi.
Tabel 4.
Deskripsi Variabel Perkembangan Moral
No. Kelas No.No.
Ordinal
No.
Kelas
KelasNo.
Ordinal
Kelas
Ordinal
Kelas
Ordinal
Ordinal
KlasifikasiKlasifikasi
Klasifikasi
Frekuensi
Klasifikasi
Klasifikasi
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Persentase
FrekuensiPersentase
Persentase
Persentase
Persentase
No. Kelas
No. KelasNo.
No. No.
Ordinal
No. No.
Kelas
Ordinal
No.Kelas
No.No.KelasNo.
Kelas
Kelas Ordinal
Kelas
No. Ordinal
Ordinal
Kelas
Kelas Kelas
Ordinal
Ordinal
Kelas Ordinal
Ordinal Klasifikasi
Ordinal
Ordinal
Ordinal Klasifikasi
Klasifikasi Klasifikasi
Frekuensi
Klasifikasi
Klasifikasi Klasifikasi
Klasifikasi
Frekuensi Frekuensi
KlasifikasiFrekuensi
Frekuensi
Klasifikasi
Frekuensi
Klasifikasi
Klasifikasi Persentase
FrekuensiFrekuensiPersentase
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi Persentase
Persentase
Persentase
Persentase
Persentase
Persentase
Persentase
Persentase
Persentase
1 3 (postconventional)
1 1 13 (postconventional)
3 (postconventional)
13 (postconventional)
3 (postconventional)
Tinggi TinggiTinggi
120
TinggiTinggi
120
120 120 68,2
120 68,2
68,268,2 68,2
11 33 (postconventional)
(postconventional)
11 111 13131 (postconventional)
(postconventional)
333(postconventional)
(postconventional)
11333 (postconventional)
(postconventional)
33 (postconventional)
(postconventional)
(postconventional) Tinggi Tinggi
(postconventional)
Tinggi Tinggi
Tinggi
120
Tinggi
Tinggi
120 Tinggi
120
120
TinggiTinggi
Tinggi
Tinggi 120 120
120120
120 68,2
120
120 68,2
120 68,2
68,2
68,2 68,2
68,268,2
68,2 68,2
68,2 68,2

2 2(conventional)
2 2 22(conventional)
2(conventional)
22(conventional)
2(conventional)
Sedang Sedang
Sedang
32
Sedang
Sedang
3232 32 18,2
32 18,2
18,218,2 18,2
22 2(conventional)
22 222 22(conventional)
22(conventional)
2(conventional) 2(conventional)
222(conventional)
2(conventional)
2 2(conventional) 2(conventional)
2(conventional)
2(conventional) Sedang Sedang
2(conventional)
Sedang Sedang
Sedang
32
Sedang
Sedang
32 Sedang
Sedang 3232
32
Sedang
Sedang
Sedang 32 32
32 32
32 18,2
32
18,2
32 18,2
18,2
18,2 18,2
18,218,2
18,2 18,2 18,2
18,2
3 1 (preconventional)
3 3 31 (preconventional)
1 (preconventional)
31 (preconventional)
1 (preconventional)
Rendah Rendah
Rendah
24
Rendah
Rendah
2424 24 13,6
24 13,6
13,613,6 13,6
33 11 (preconventional)
(preconventional)
33 333 31313 (preconventional)
(preconventional)
111(preconventional)
(preconventional)
33111 (preconventional)
(preconventional)
11 (preconventional)
(preconventional)
(preconventional) Rendah Rendah
(preconventional)
Rendah Rendah
Rendah
24
Rendah
Rendah
24 Rendah
Rendah
Rendah
Rendah 2424
2424 24
24 24
Rendah 24 13,6
24
13,6
24 13,6
13,6
13,6 13,6
13,613,6
13,6 13,6 13,6
13,6
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah 176 176
176 176 100
176 100
100 100 100
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah Jumlah
Jumlah
Jumlah Jumlah
Jumlah 176
176 176
176
176 176
176176
176 176 100
176
100
176 100
100
100 100
100100
100 100 100
100
Sumber: Data diolah, 2017
Analisis deskriptif dari hasil penelitian variabel Malang memiliki perkembangan moral yang tinggi.
perkembangan moral mahasiswa ditunjukkan pada Dalam penelitian ini, analisis diskriminan berganda
tabel 4. Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat digunakan untuk melihat pengaruh pendidikan
bahwa 68 persen (120 mahasiswa) berada di level etika terhadap perkembangan moral mahasiswa
3, kemudian sebanyak 18 persen (32 mahasiswa) dan menganalisis perbedaan pendidikan etika pada
berada di level 2, dan 14 persen (24 mahasiswa) setiap level perkembangan moralnya. Dengan
berada di level 1. Sehingga dapat disimpulkan analisis diskriminan berganda, dapat diketahui arah
bahwa mahasiswa Akuntansi Universitas “X” di dan hubungan antara variabel-variabel yang telah
Tabel 5.
Uji Canonical Discriminant Function Coefficients

Function Function Function


1 1 1
Pendidikan Etika Pendidikan
0,209 Etika Pendidikan Etika0,209 0,209
(Constant) (Constant)
-6,501 (Constant) -6,501 -6,501
Sumber: Data diolah, 2017
diidentifikasi. Besarnya sumbangan pendidikan etika
Berdasarkan analisis diskriminan berganda, terhadap tingkat perkembangan moral mahasiswa
ditemukan persamaan diskriminan sebagai berikut. yang menunjukkan perbedaan antara level 1 (pre
-conventional), level 2 (conventional), dan level 3
D = a + b.X .............................................................(1) (post-conventional) dilakukan analisis diskriminan
D = -6,501 + 0,209 Ethics tiga kelompok. Berikut hasil estimasi koefisien fungsi
16 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

Tabel 6.
Hasil Uji Wilks’ Lambda

Test
TestofofTest
Test of
of Test of Test of Test of
Wilks'
Wilks'Wilks'
Lambda
Wilks'
Lambda Lambda
Lambda
Chi-square
Chi-square
Wilks'Chi-square
Chi-square
Lambda
Wilks'
df
df Chi-square
Lambda
Wilks'
df
dfSig.
Sig. Lambda
Chi-square
Sig.
Sig.
df Chi-square
Sig.
df Sig.
df Sig.
Function(s)
Function(s)
Function(s)
Function(s)Function(s)Function(s)
Function(s)
11 11 0,684
0,684
1 0,684
0,684 65,718
165,718
0,684
65,718
65,718
1 220,68465,718
220,000
0,000
0,684
0,000
0,000
65,718
2 65,718
0,000
2 0,000
2 0,000
Sumber: Data diolah, 2017

diskriminan. perkembangan moral.


Tabel canonical discriminant function coefficients Berdasarkan nilai canonical correlation sebesar
menerangkan model diskriminan yang terbentuk, 0,562, bila dikuadratkan menjadi (0,562 x 0,562) =
yaitu: 0,3158; artinya 31,58 persen varians dari variabel
dependen dapat dijelaskan variabel independen dari
D = -6,501 + 0,209 Pendidikan Etika model diskriminan yang terbentuk. Sedangkan 68,42
persen dipengaruhi oleh faktor atau atribut lain yang
Signifikansi fungsi diskriminan ditentukan dengan tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Sedangkan
hasil Uji Wilks’ Lambda berikut. Berdasarkan hasil berdasarkan hasil Group Centroid untuk kelompok
analisis diskriminan berganda menunjukkan bahwa level 1 (pre-conventional) adalah sebesar -1,202,
nilai probabilitas signifikansi (Asymp Sig) pada uji untuk kelompok level 2 (conventional) adalah sebesar
Wilks’ Lambda yakni 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan -0,801, sedangkan untuk kelompok level 3 (post-
pada Tabel Group Statistik yang menunjukkan bahwa conventional) adalah sebesar 0,454. Ini berarti bahwa
rata-rata pendidikan etika antara pre-conventional secara rata-rata skor diskriminan ketiga kelompok
(25,33), conventional (27,25), dan post-conventional berbeda cukup besar sehingga fungsi diskriminan
(33,25) berbeda antara ketiganya. Hal ini berarti yang diperoleh dapat membedakan secara baik
bahwa konsep diri secara parsial berpengaruh kelompok yang ada. Secara keseluruhan model
terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan diskriminan yang terbentuk mempunyai tingkat
Akuntansi. Tabel 7 menunjukkan perbedaan rata- validasi yang cukup tinggi yaitu 62,5 persen. Hasil
rata variabel pendidikan etika pada setiap kelompok survei di atas menunjukkan hasil keakuratan model

Tabel 7.
Uji Kelompok Statistik

Valid N (listwise)
Perkembangan_Moral Mean Std. Deviation
Unweighted Weighted
Preconventional Pendidikan Etika 25,33 6,377 24 24,000
Conventional Pendidikan Etika 27,25 4,529 32 32,000
Postconventional Pendidikan Etika 33,25 4,474 120 120,000
Total Pendidikan Etika 31,08 5,747 176 176,000
Sumber: Data diolah, 2017

diskriminan yang cukup tinggi. mahasiswa level 2 (conventional) adalah 32


Tabel 7 menunjukkan bahwa secara kualitatif mahasiswa dengan rata-rata skor pendidikan etika
terlihat perbedaan rata-rata variabel pendidikan etika 27,25, dan mahasiswa akuntansi yang berada pada
pada setiap kelompok perkembangan moral, hal perkembangan moral mahasiswa level 3 (post-
tersebut mengindikasikan bahwa variabel pendidikan conventional) adalah 120 mahasiswa dengan rata-
etika berperan dalam mengelompokkan responden rata skor pendidikan etika 33,25.
dalam tahapan perkembangan moral. Pada Tabel 9 Hipotesis penelitian yang menyatakan
juga menunjukkan jumlah mahasiswa akuntansi yang terdapat perbedaan pendidikan etika antara
perkembangan moralnya berada pada level 1 (pre- perkembangan moral level 1 (pre-conventional),
conventional) adalah 24 mahasiswa dengan rata-rata perkembangan moral level 2 (conventional), dan
skor pendidikan etika 25,33. Sedangkan mahasiswa perkembangan moral level 3 (post-conventional)
akuntansi yang berada pada perkembangan moral mahasiswa jurusan akuntansi diterima (H0 ditolak).
Laily dan Anantika. Pendidikan Etika.... 17

Hal ini didukung oleh hasil uji diskriminan intelektual seseorang. Kohlberg juga berpandangan
berganda pada Tabel 6 yang menunjukkan bahwa bahwa penalaran moral merupakan dasar berperilaku
nilai probabilitas signifikansi (Asymp Sig) yakni etis. Apa yang dilakukan individu akan menentukan
0,000 lebih kecil dari 0,05 dan pada Tabel 7 yang apa yang akan diterimanya sebagai manfaat,
menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan etika antara pengalaman, pelajaran, serta resiko yang harus
pre-conventional (25,33), conventional (27,25), dan dihadapi. Maka dari itu penalaran moral harus
post-conventional (33,25) berbeda antara ketiganya. ditekankan karena dalam bertindak, seseorang
Hasil analisis data menunjukkan sebagian besar perlu memahami baik dan buruk suatu tindakan
responden berada pada perkembangan moral level 3 terkait apa yang akan dilakukannya bukan hanya
(post-conventional) dengan jumlah responden 120 sekedar bertindak (Budiningsih, 2008). Perilaku etis
mahasiswa dengan rata-rata peringkat pendidikan yang mengikuti kode moral kelompok, tradisi, dan
etika sebesar 25,33. Mahasiswa yang berada pada kebiasaan, tidak lepas dari proses perkembangan
perkembangan moral level 3 ini tergolong mampu intelektual yang didapatnya dari pendidikan mengenai
mengendalikan diri dalam permasalahan dilema etika.
etika dengan perilaku moral yang berprinsip. Dengan Pendidikan etika dalam penelitian ini dapat
pendidkan etika yang didapatnya seorang individu diartikan sebagai ilmu mengenai etika yang didapat
dapat bertindak sesuai nilai-nilai dan prinsip-prinsip dari selama proses pembelajaran di kelas dimana
moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan selama proses tersebut mengandung muatan etika
berdasarkan tindakan yang baik dan yang buruk dalam mata kuliahnya. Pendidikan tersebut bisa
tersebut mengacu pada nilai keadilan, bukan pada dalam bentuk tersirat maupun tersurat dari dosen
aturan masyarakat yang mengikat atau kewenangan ataupun dari bagaimana mahasiswa menerima
tokoh otoritas. pendidikan yang bermuatan etika tersebut. Menurut
Responden yang berada pada tahap perkembangan Fitriyah (2012) dunia pendidikan turut berkontribusi
moral level 2 (conventional) adalah sebanyak 32 dalam menentukan perilaku korupsi para lulusannya,
mahasiswa dengan rata-rata peringkat pendidikan karena warna yang diberikan oleh dunia pendidikan
etika sebesar 27,25. Hal ini mungkin dipengaruhi akan ikut mewarnai perilaku lulusannya. Dengan
asumsi bahwa apabila seorang individu menyimpang demikian, pembangunan dunia pendidikan yang
dari kelompok akan terisolasi. Kelompok disini adalah etis dan bermoral menjadi sangatlah penting dalam
keluarga, masyarakat, organisasi, ataupun bangsa dan rangka membentuk generasi muda anti korupsi di
negara. Rasa malu atau bahkan menghindari perasaan kemudian hari saat mereka telah terjun di dunia kerja.
malu karena tidak sesuai dengan lingkungan, dapat Berdasarkan hasil analisis data juga menunjukkan
dihindari oleh mahasiswa dengan cenderung bahwa rata-rata skor jawaban mahasiswa atas
berorientasi menjadi anak yang baik dan mengikuti pendidikan etika didapat hasil skor rata-rata jawaban
aturan masyarakat yang merupakan dasar baik variabel 2,80 dimana mendekati skor 3, sehingga
atau buruk, serta melaksanakan kewajiban dan bila dilihat dari kriteria skala likert maka mahasiswa
memperlihatkan penghargaan terhadap otoritas. akuntansi sering mendapatkan pendidikan etika
Sedangkan pada tahapan perkembangan moral didalam mata kuliah yang bermuatan etika yang
yang paling rendah yaitu level 1 (pre-conventional) diikutinya selama kuliah. Hal ini mengindikasikan
terdapat 24 mahasiswa dengan rata-rata peringkat bahwa rata-rata dosen telah menanamkan serta
pendidikan etika 33,25 pada hasil uji diskriminan mengajarkan pendidikan etika meskipun dosen
berganda. Pada level ini mahasiswa tanggap terhadap tersebut tidak mengampu mata kuliah etika
aturan dan ungkapan mengenaik baik buruk dan benar bisnis. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana
salah. Namun lebih cenderung ditafsirkan untuk mahasiswa tersebut menerima atau mengikuti alur
menghindari masalah ataupun untuk mendapatkan proses pembelajaran yang bermuatan etika tersebut
hadiah/imbalan/pujian. Sedikitnya jumlah responden dengan memperhatikan setiap instruksi, himbauan,
pada level ini dikarenakan faktor usia mahasiswa ataupun wejangan yang diberikan dosen kepada
tersebut yang sudah mencapai hampir dewasa dan mahasiswanya.
kondisi mental yang siap untuk terjun di dunia kerja, International Federation of Accountants (IFAC)
membuat orientasi terhadap hukuman atau untuk 2003 (Utami dan Indriawati, 2006) menyebutkan
mendapat hadiah bukanlah menjadi prioritas utama bahwa program pendidikan akuntansi sebaiknya
mereka. juga memberikan kerangka nilai, etika dan sikap
Perkembangan moral seseorang menurut teori profesional untuk melatih mengambil keputusan para
Kohlberg akan berkembang melalui enam tahapan calon akuntan sehingga nantinya dapat bertindak
konstruktif dan bergantung pada perkembangan secara etis ketika sudah terjun kerja ditengah
18 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

kepentingan masyarakat dan profesi. Hasil penelitian manusia yang lebih bermoral. Usia saat seorang
ini tidak mendukung penelitian Wulandari dan individu menjalani tahap-tahap dalam perkembangan
Sularso (2002), Utami dan Indriawati (2006) yang moral mungkin saja berbeda-beda, orang yang sama
menemukan bahwa kurangnya muatan etika dalam mungkin dapat berperilaku pada tahap yang sama
kurikulum akuntansi untuk bekal mahasiswa terjun dalam waktu yang lama dan bisa menurut tahap
ke dunia kerja sehingga diperlukan adanya pemberian yang lain pada saat waktu yang lain. Maka dari itu
muatan etika dengan mengintegrasikannya ke semua semakin baik pendidikan etika seseorang semakin
mata kuliah. Pemberian pendidikan etika tersebut baik pula perkembangan moralnya. Semakin banyak
pada mahasiswa akan membantu menyelaraskan pengetahuan tentang etika, maka akan mendorong
tindaknnya berdasarkan teori-teori etika (Bertens, seseorang untuk hidup yang lebih baik dan bermoral.
2013). Nilai eigenvalues sebesar 31,58 persen, menunjukkan
Hal ini didukung dengan penelitian Utami dan kontribusi penelitian yang berarti pendidikan etika
Indriawati (2006) yang menyimpulkan hasil bahwa memberikan kontribusi sebesar 31,58 persen terhadap
pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam perkembangan moral. Besar kontribusi pendidikan
satuan acara perkuliahan (SAP) cukup efektif dalam etika tersebut hanya sebesar 31,58 persen dikarenakan
meningkatkan kesadaran etis mahasiswa. Kerangka terdapat faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
pembelajaran tersebut mencoba mengidentifikasi penelitian ini yang mungkin memberikan kontribusi
tujuan pengajaran serta strategi pembelajaran yang lebih besar.
dapat digunakan untuk mengajarkan etika, nilai
dan integritas kepada para mahasiswa akuntansi. SIMPULAN
Kemudian Jones (1991), Najmudin dan Adawiyah
(2011) menyimpulkan bahwa pertumbuhan kesadaran Sebagian besar mahasiswa akuntansi berada pada
etis seseorang tersebut dipengaruhi oleh pendidikan perkembangan moral level 3 (post-conventional),
yang didapat selama seseorang tersebut menempuh kemudian level 2 (conventional), dan paling sedikit
pendidikan di perguruan tinggi. berada pada level 1 (pre-conventional). Selain itu,
Hasil penelitian ini juga relevan dengan peneliti hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-
terdahulu yang dilakukan oleh Buell (2009) yang rata mahasiswa Akuntansi sering mendapatkan
mengemukakan bahwa ada perbedaan tingkat pendidikan etika atau matakuliah yang bermuatan
kematangan moral antara mahasiswa akuntansi yang etika dalam setiap proses kegiatan pembelajarannya.
telah mengikuti mata kuliah etika dengan mahasiswa Penelitian ini berhasil membuktikan adanya
yang belum memiliki program etika. Kemudian perbedaan pendidikan etika pada tiga kelompok
peneliti terdahulu oleh Sari (2012) yang menyatakan level perkembangan moral yang meliputi level 1
dalam hasil penelitiannya bahwa pemberian muatan (pre-conventional), level 2 (conventional), dan
etika dalam bentuk olah akal, olah rasa, olah batin, level 3 (post-conventional) dimana tiap-tiap level
dan olah raga, untuk pengembangan kecerdasan menujukkan tahapan perkembangan moral sehingga
intelektual, emosional, dan spiritual dengan cara yang semakin baik pendidikan etikanya, maka semakin
diintegrasikan dalam kurikulum dapat meningkatkan baik perkembangan moralnya (semakin tinggi level
sensitivitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. perkembangan moralnya).
Mahasiswa yang telah mendapatkan pendidikan Adapun saran penelitian yaitu agar lembaga
etika melalui proses pembelajaran matakuliah yang pendidikan atau universitas, hendaknya menghimbau
bermuatan etika atau telah mengikuti kursus etika dan menganjurkan dosen agar membantu mahasiswa
memiliki kematangan moral yang lebih baik, hal untuk meningkatkan pengetahuan etikanya tidak
ini membuktikan bahwa pendidikan mengenai etika hanya pada saat mengajarkan mata kuliah tentang
memberikan kontribusi pada perkembangan moral etika, namun tetap memberikan muatan-muatan
mahasiswa. etika pada setiap proses pembelajaran berlangsung
Penelitian ini mendukung teori perkembangan demi meningkatkan nilai etis melalui pendidikan
yang dikemukakan Kohlberg (1969) yang menyatakan etika yang nantinya akan berpengaruh terhadap
cara individu melangkah dari satu tahap ke tahap perkembangan moral dan berlanjut pada perilaku
berikunya ialah melalui interaksi dengan orang lain mereka di masa depan. Bagi peneliti selanjutnya,
yang tahapan moralnya memiliki tingkat diatasnya dianjurkan untuk mengembangkan penelitian ini
sehingga faktor eksternal dari dirinyalah yang dapat baik dengan menambahkan variabel bebas lain yang
mengontrol dirinya yakni dengan adanya bantuan mempengaruhi perkembangan moral mahasiswa,
dari tenaga pengajar atau dosen kepada mahasiswa menggunakan analisis atau instrumen penelitian yang
akuntansi terkait ilmu etika yang menjadikannya lebih baru, sedangkan untuk pengumpulan data bisa
Laily dan Anantika. Pendidikan Etika.... 19

ditambah dengan cara wawancara, dan menggunakan Ludigdo, Unti. (2007). Paradoks Etika Akuntan.
populasi yang lebih luas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Najmudin, & Adawiyah, W. R. 2011. Studi Tentang
REFERENSI Intervensi Etika dan Peningkatan Moral
Mahasiswa. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE),
Agoes, S., & Ardana, I. C. (2009). Etika Bisnis 18(1), 69-83.
dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Sari, Lita. P. (2012). Pengaruh Muatan Etika dalam
Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat. Pendidikan Akuntansi terhadap Persepsi Etika
Bertens, K. (2013). Pengantar Etika Bisnis. Mahasiswa (Studi pada Mahasiswa Jurusan
Yogyakarta: Kanisius. Akuntansi Universitas Brawijaya Malang
Brooks, L. J., & Dunn, P. (2010). Business & Angkatan 2009). Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 1 (2).
Professional Ethic for Directors, Executives & Septi, & Martiah. (2017). Sensitivitas Etis dan
Accountan, Fifth Edition. Canada: Macmillan Pertimbangan Etis Mahasiswa Akuntansi
Publishing Solutions. Berdasarkan Pendidikan Etika Akuntansi.
Budiningsih, C. Asri. (2008). Pembelajaran Moral: Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik Untuk
Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
Jakarta: PT Asdi Mahastya. Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.
Buell, E. Kevin. (2009). The Relationship of Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ethics Education to the Moral Development Slavin, Robert, E. (2011). Psikologi Pendidikan.
of Accounting Students. Nova Southeastern Jakarta: PT. Indeks.
University. Utami, W., & Indriawati F. (2006). Muatan Etika
Fitriyah, Fury K. (2012). Peran Akuntan Pendidik dalam Pengajaran Akuntansi Keuangan dan
dalam Mewujudkan Generasi Anti Korupsi: Dampaknya Terhadap Persepsi Etika Mahasiswa:
Model Kerangka Pengajaran Etika dalam Studi Eksperimen Semu. Simposium Nasional
Pendidikan Akuntansi di Perguruan Tinggi. Akuntansi 9, Padang.
Prosiding Neminar Nasional Forum Bisnis & Wulandari & Sularso. (2002) Persepsi Akuntan
Bisnis I. Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap
Janitra. (2017). Pengaruh Orientasi Etika, Komitmen Kode Etik Akuntan Indonesia: Studi Kasus di
Profesional, Komitmen Organisasi, dan Sensitivitas Surakarta, Perspektif. 7(2), 71-87
Etis Terhadap Internal Whistleblowing. JOM Jennifer J. Jones. (1991). Earnings Management
Fekon, 4(1). During Import Relief Investigations, Journal
Kohlberg, Lawrence. (1969). Essays on Moral of Accounting Research, 29(2), 193-228. DOI:
Development, Vol. I: The Philosophy of Moral 10.2307/2491047
Development. Harper & Row. IFAC. (2003). International Federation of Accountant.

Anda mungkin juga menyukai