Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH MUHAMMADIYAH

Muhammad Syauqi Asyafri (004), Dwi Evariyanti (005), Muhammad Irvan Saputra (008), Firsada Dwi Ramadhan
(011)

Pendidikan Teknologi Informasi, Fakultas Psikolog dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammaddiyah Sidoarjo

ABSTRAK

Memasuki awal abad ke-20, Sulawesi Selatan ditandai menggunakan semakin menguatnya kekuasaan
Pemerintah Hindia Belanda & semakin melemahnya kekuasaan kaum tradisional. Selain itu, ditandai jua
menggunakan hadirnya gerakan pembaharuan Islam, Jamiyatul Mardiyah, Sarekat Islam, Shirathal Mustaqim &
Muhammadiyah. Di antara keempat organisasi tadi, Muhammadiyah adalah organisasi pembaharuan Islam yg
aktif & berkembang dengan baik pada Sulawesi Selatan. Dalam konteks inilah artikel ini menarik buat disajikan,
menjadi upaya menjawab pertanyaan, mengapa Muhammadiyah mampu berkembang dengan baik pada
kalangan masyarakat Sulawesi Selatan pada kurun waktu 1926-1942

Key : Muhammadiyah, Gerakan Modernis, Sulawesi Selatan


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki awal abad ke20, sejarah Indonesia ditandai oleh dua hal yang sangat
penting.Pertama, semakin menguatnya kekuasaan Belanda di Indonesia.Pada awal abad ini
Belanda telah mampu menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia.Oleh Belanda, pengelolaan
Indonesia sebagai daerah koloni diberikan pada suatu badan pemerintahan yang disebut
Pemerintah Hindia Belanda.Badan ini dipimpin oleh seorang pejabat yang bernama Gubernur
Jenderal.Kedua, lahirnya kesadaran baru rakyat bumiputera.Kesadaran baru ini lahir sebagai
akibat dari semakin banyaknya kaum terdidik memiliki pengetahuan yang luas.Dengan
pengetahuan yang luas itu, kaum terdidik mulai menyadari tentang siapa mereka sebenarnya
dan apa yang harus mereka lakukan demi masa depan yang lebih baik.Dalam melihat masalah
ini kaum terdidik tersebut terpecah menjadi tiga golongan, yaitu Islam,1 sekuler2 dan
komunis. 987 Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdasarkan pada 987 nilainilai
Islam, kubu Islam sendiri terpecah pula menjadi dua gerakan, yaitu gerakan Islam politik dan
gerakan Islam sosial keagamaan. Sarekat Islam merupakan gerakan Islam yang memilih
wilayah politik sebagai wilayah gerakannya, sedangkan Muhammadiyah merupakan gerakan
Islam yang memilih wilayah sosial kegamaan sebagai wilayah gerakannya. 987 Muhammadiyah
lahir pada tanggal 18 November 1912, bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H, atas
prakarsa K.H.Ahmad Dahlan dan kawan-kawannya di Yogyakarta. 1
Lembaga Pendidikan Islam Indonesia telah melewati sejarah Panjang sejalan dengan
Islamisasi masyarakat dan tradisi transmisi ilmu-ilmu keislaman yang berlangsung dari generasi
ke generasi. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia telah mengalami transformasi dan
modernisasi, sehingga muncul sebagai lembaga pendidikan modern-day dengan penekanan
tidak hanya kepada ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga keapada sains (Arief, 2012: 3).Pendidikan
Islam di Indonesia telah ada jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem sekolah
yang di perkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda (Nurhayati, 2009: 8)Namun, pengaruh
kehadiran pemerintah kolonial belanda pada saat itu telah memberikandampak yang sangat
besar dalam perubahan di berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu aspek
yang termasuk didalamnya ialah bidang Pendidikan,dimana pada awal abad 20 kolonial
belanda memberikan perlakuan yang berbeda terhadap sekolah yang dirintisnya, dibandingkan
dengan perlakuan mereka terhadap Pendidikan di lembaga Pendidikan Islam.
Kedatangan pemerintahan kolonial Belanda sangat mensugesti pola pendidikan Islam pada
Indonesia. Dimana pada masa pemerintah jajahan sekolah-sekolah didirikan semata-mata buat
kepentingan penjajah Belanda, yaitu buat memperoleh energi administrasi yg murah menjadi
penunjang birokrasi penjajahan, karena energi-tenga yang didatangkan berdasarkan belanda
relatif mahal. Dipihak lain, Belanda memberikan kesempatan yang luas pada misi & zending
agama Kristen buat mendirikan sekolah-sekolah yang dibiayai oleh gereja. Sedangkan
Pendidikan buat bangsa Indonesia kebanyakan dilakukan di surau dan pondok pesantren yang
hanya hanya mengajarkan kepercayaan nir secara komprehensif & nir mengejarkan ilmu
pengetahuan generik (Departemen Agama RI, 1986: 29).2
Tujuan didirikan Muhammadiyah adalah untuk memperbaiki Akhlakul karimah dan
memajukan sosial pendidikan masyarakat muslim serta mengembalikan seluruh
penyimpangan yang terjadi dalam peroses dakwah yang menyebabkan ajaran Islam
bercampur baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Tujuan
Muhammadiyah juga ingin menegakkan dan menjunjung tinggi Islam sehingga terwujud

1
Menurut golongan Islam, bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, apabila mereka kembali mempelajari
dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik.
2
Wahyu Lenggono “Lembaga Pendidikan Muhammadiyah” 19, 2019: 45-46,
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/ISLAMADINA/article/view/2897
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Tim Pembina Al- Islam dan Kemuhammadiyahan,
1990: 3 dan 153).3
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu faktor objektif didirikannya Muhammadiyah?
1.2.2 Apa profil K.H Ahmad Dahlan?
1.2.3 Apa pemikiran K.H Ahmad Dahlan tentang islam dan umatnya?

3
Hanifatuz Zahro dkk “Sejarah perkembangan Muhammadiyah di kota” 8, 2019: 1-2,
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/34406/75676582249
2. PEMBAHASAN
2.1 Faktor Obyektif Didirikannya Muhammadiyah
Faktor obyektif ialah yg berkenaan diluar diri K.H. Ahamd Dahlan, yakni tentang kondisi-syarat
dan situasi yang ada pada Indonesia.Motivasi K.H. Ahmad Dahlan buat membentuk
Muhammadiyah dan mengembangkan gagasan pembaruannya nir terlepas dari kondisi sosial
umat Islam ketika itu yang menghadapi banyak sekali tantangan (Nurhayati, 2009: 82). Berkaitan
menggunakan syarat & situasi pada Indonesia yg mempunyai dampak terhadap latar belakang
berdirinya muhammadiyah terbagi dalam dua faktor obyektif. Yakni obyektif internal, dan faktor
obyektif eksternal.
Faktor-faktor penyebab bedirinya muhammadiyah dalam faktor obyektif internal artinya
adanya banyak sekali perkara yang terjadi didalam warga Indonesia itu sendiri.Pertama, yakni
syarat warga Islam Indonesia yg poly menyimpang daari ajaran-ajaran al-quran dan as-Sunnah
khususnya di jawa. Kedua, adanyanya misionaris Kristen yang berbagi agamanya didalam rakyat.
Ketiga, politik kolonialisme belanda. Keempat, keterbelakangan umat Islam Indonesia dalam
segala aspek kehidupan yang merajalela akibat penjajahan. Kelima ,keadaan lembaga Pendidikan
Islam yg nir optimal pada mengikuti perkembangan zaman. Melihat kenyataan tadi sebegai
seseorang Muslim K.H. Ahmad Dahlan terpanggil buat memperjuangan kepercayaan Islam
menggunakan sebenar-benarnya. Baik itu dalam pendidikan, sosial, ekonomi dan kegamaan yg
dimaksudkan buat kemaslahatan umat Islam. Pembentukan organisasi Muhammadiyah yg di
dirikan K.H. Ahmad dahlan dilakukanya bukan tanpa peran & dorongan menurut orang-orang
disekelilingnya. Seperti halnya K.H. Ahmad Dahlan mendaptkan ide mendirikan organisasi
Muhammadiyah atas saran dari kalangan sahabat-temannya pada waktu sebagai galat seseorang
anggota pada Budi Utomo yg akhirnya menerima dukungan menurut beberapa tokoh
kepercayaan seprti K.H. Dimyati & K.H. Fachrudin. Pemikiran dan dukungan demikian yang sudah
mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan merintis kelahiran Muhammadiyah. 4
2.2 Profil K.H Ahmad Dahlan
K.H Ahmad Dahlan lahir di Kauman Yogyakarta tahun 1285 H/1869 M. Muhammad Darwis
adalah nama beliau pada masa kanak-kanak, barulah ketika naik haji namanya berganti menjadi
Ahmad Dahlan. Dilahirkan dari ibu yang bernama Siti Aminah dan ayah K.H Abu Bakar (seorang
khatib Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta), putra ke empat dari enam bersaudara. Bila
silsilahnya dirunut lebih jauh, maka ditemukan keterangan bahwa ia adalah keturunan Syaikh
Maulana Malik Ibrahim wafat pada eight April 1418 M yang disemayamkan di Gresik. 5
Silsilah menurut K.H.Ahmad Dahlan (Muhammad Darwisy): K.H.Ahmad Dahlan bin
K.H.Abubakar bin K.H. Muhammad Sulaiman bin Kyai Muthodho bin Kyai Teyas bin Demang
Jurang Kapindo ke-2 bin Demang Jurang Sapisan ke-1 bin Maulana (Kiageng Gresik yang
makamnya di Jati Anom, Klaten, Jawa Tengah) bin Maulana Fadhlullah (Sunan Prapen bin Maulana
Ainul Yaqin (Sunan Giri) bin Maulana Ishak & seterusnya sampai Saidina Husin, cucu Rasulullah
SAW. Namannya semasa mini adalah Muhammad Darwisy. Ayahnya K.H.Abu Bakar bin
K.H.M.Sulaiman, menjabat sebagai khatib Masjid Agung Yogyakarta (Kesultanan) sedangkan
ibunya Nyai Abu bakar adalah puteri KH.Ibrahim bin K.H Hasan pula menjabat menjadi
Kepengulon Kesultanan Ngayogyakarto. Ibunya Ny. Abubakar putri K.H.Ibrahim bin K.H.Hasan.
Muhammad Darwisy memperoleh pendidikan kepercayaan pertama kali menurut ayahnya
sendiri. Pada waktu berusia 8 tahun telah lancar membaca Al-Qur’an & khatam 30 juz. Darwisy
dikenal menjadi anak yg giat pandai memanfaatkan sesuatu, wasis atau pandai -cerdik-cerdas.
Beliau rajin & selalu fokus, sehingga ngajinya cepat mengalami kemajuan. Suka bertanya hal-hal yg
belum diketahuinya (dregil) karena selalu kreatif & poly logika buat mengatasi aneka macam
4
Wahyu Lenggono “Lembaga Pendidikan Muhammadiyah” 19, 2019: 50-53,
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/ISLAMADINA/article/view/2897
5
Siti Arofah dan Maarif Jamu’in “Gagasan Dasar dan pemikiran pendidikan pendidikan islam K.H Ahmad
Dahlan” 23, 2015:117, http://journals.ums.ac.id/index.php/tajdida/article/view/1889
hambatan. (PP Muh, 2014:2) Tanda – pertanda kepemimpinan telah tampak semenjak dini atau
sejak masih kanak-kanak. Teman-temannya selalu lulut, mengikuti Darwisy karena sifat
kepemimpinanya. Darwisy merupakan anak yang rajin, amanah, dan suka menolong, sang
karenanya, banyak temannya. Keterampilannya merupakan bakat menurut kecil , pintar membuat
barang – barang , mainan, & suka main layang-layang dan gangsing.
Menginjak masa remaja Darwisy mulai belajar fiqih dengan K.H .M. Saleh & belajar ilmu
nahwu kepada Kyai Haji Muchsin, Kedua gurunya adalah kebetulan saudara tertua iparnya. Beliau
belajar ilmu falak kepada K.Raden Haji Dahlan (putera Kyai Pesantren Termas Pacitan), belajar
ilmu Hadist kepada Kyai Mahfudz dan Syaikh Khayyat, belajar ilmu Qiraah Al-Qur’an pada Syaikh
Amien & Sayyid Bakri Syatha. Beliau jua belajar ilmu tentang sanggup racun binatang buas pada
Syaikh Hasan. Beberapa gurunya yg lain yakni R. Ngabehi Sastrosugondo, R. Wedana Dwijosewoyo
& Syaikh Muhammad Jamil Jambek menurut Bukittinggi. Muhammaad Darwisy menikah
menggunakan Siti Walidah binti Kyai Penghulu Haji Fadhil pada tahun 1889.Siti Walidah ini masih
terhitung saudara sepupu . Perkawinan ini kelak dikaruniai enam orang anak antara lain Djohanah
(1890), Siraj Dahlan (1897), Siti Busyro (1903), Siti Aisyah (1905), Irfan Dahlan (1905), Siti Zuharoh
(1908).Beberapa bulan selesainya menikah, beliau berangkat ke Mekkah untuk menunaikan
ibadah Haji sembari berniat mempermudah ilmu agama Islam disana dan akhirnya tinggal disana
selama lima tahun & selama itu dia poly membaca tulisan-goresan pena berdasarkan Jamaludin
Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rashid Ridha. Kemudian selesainya itu , beliaupun mendapat
sertifikat buat berganti nama , dari Sayyid Bakri Syatha seseorang syaikh/ pengajar pada Mekkah,
beliau mendapat nama baru Haji.Ahmad Dahlan. Lalu sesudah itu, balik ke Indonesia dengan
membawa banyak sekali kitab buku tebal. 6
2.3 Pemikiran K.H Ahmad Dahlan Tentang Islam dan Umatnya
Ahmad Dahlan menyadari bahwa rendahnya partisipasi umat Islam di sektor pemerintahan
disebabkan oleh kebijakan pemerintah kolonial yang menghalangi masuknya umat Islam.
Berkaitan dengan kenyataan serupa ini, Ahmad Dahlan berupaya memperbaikinya dengan
mengklarifikasi pentingnya pendidikan. sesuai perkembangan zaman untuk kemajuan bangsa.
Mengenai masalah ini, Ahmad Dahlan mengutip ayat 13 dari Al-Ra'd yang artinya: Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga dia mengubah apa yang ada pada diri
mereka sendiri. Islam. Menurutnya, cara pandang Muslim tradisionalis terlalu terfokus pada aspek
spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Sikap seperti ini telah menyebabkan kelumpuhan atau
bahkan kemunduran dunia Islam, sebagaimana kelompok-kelompok lain telah maju di bidang
ekonomi.Ahmad Dahlan terobsesi dengan kekuasaan. sistem pendidikan Barat yang terlihat di
sekolah-sekolah misionaris dan di pemerintahan Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kemajuan
materi adalah prioritas karena dengan cara ini kesejahteraan mereka akan sebanding dengan
kolonial.7
Pemikiran dan pemikiran Kyai Dahlan tentang pendidikan di Indonesia dapat kita lihat dari
bidang aqidah, ibadah dan pendidikan akhlak, hal ini didasari oleh kegiatan Kyai Dahlan untuk
memberantas tahayul, bid'ah6 dan tahayul.7 Seperti yang kita ketahui bersama, Yogyakarta ada
ditengah-tengahnya. abad 20 Masih banyak praktek peribadatan yang bercampur dengan syirik
dan bid'ah, umat Islam menganut agama yang tidak berdasarkan kepercayaan tetapi berdasarkan
tradisi nenek moyangnya. tradisi membuat ancak atau sesaji di sudut desa Keyakinan yang dipilih
kebanyakan orang bukan berdasarkan pemikiran.8

6
Diana Rofifah dkk “K.H Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis)” 15, 1923: 24-25
7
Diyah Mayarisa “Konsep Integrasi Pendidikan Islam Dalam Perspektif Pemikiran K.H Ahmad Dahlan” 2,
2018:41, http://jurnal.staitapaktuan.ac.id/index.php/fitra/article/view/24
8
Muammar Khadafi dan Agus Supriyanto “Studi Analisis Pemikiran K.H Ahmad Dahlan tentang Pendidikan islam
di Indonesia” 7, 2011:40,
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Lembaga Pendidikan Islam Indonesia telah mengalami transformasi dan modernisasi,
sehingga muncul sebagai lembaga pendidikan modern-day dengan penekanan tidak hanya kepada
ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga keapada sains (Arief, 2012: 3).Pendidikan Islam di Indonesia telah
ada jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem sekolah yang di perkenalkan oleh
pemerintah kolonial Belanda (Nurhayati, 2009: 8)Namun, pengaruh kehadiran pemerintah
kolonial belanda pada saat itu telah memberikandampak yang sangat besar dalam perubahan di
berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pendidikan buat bangsa Indonesia
kebanyakan dilakukan di surau dan pondok pesantren yang hanya hanya mengajarkan
kepercayaan nir secara komprehensif & nir mengejarkan ilmu pengetahuan generik (Departemen
Agama RI, 1986: 29).Tujuan didirikan Muhammadiyah adalah untuk memperbaiki Akhlakul
karimah dan memajukan sosial pendidikan masyarakat muslim serta mengembalikan seluruh
penyimpangan yang terjadi dalam peroses dakwah yang menyebabkan ajaran Islam bercampur
baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
DAFTAR PUSTAKA

Menurut golongan Islam, bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, apabila mereka kembali
mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik.
2
Wahyu Lenggono “Lembaga Pendidikan Muhammadiyah” 19, 2019: 45-46,
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/ISLAMADINA/article/view/2897
3
Hanifatuz Zahro dkk “Sejarah perkembangan Muhammadiyah di kota” 8, 2019: 1-2,
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/34406/75676582249
4
Wahyu Lenggono “Lembaga Pendidikan Muhammadiyah” 19, 2019: 50-53,
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/ISLAMADINA/article/view/2897
5
Siti Arofah dan Maarif Jamu’in “Gagasan Dasar dan pemikiran pendidikan pendidikan islam K.H Ahmad
Dahlan” 23, 2015:117, http://journals.ums.ac.id/index.php/tajdida/article/view/1889
6
Diana Rofifah dkk “K.H Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis)” 15, 1923: 24-25
7
Diyah Mayarisa “Konsep Integrasi Pendidikan Islam Dalam Perspektif Pemikiran K.H Ahmad Dahlan” 2,
2018:41, http://jurnal.staitapaktuan.ac.id/index.php/fitra/article/view/24
8
Muammar Khadafi dan Agus Supriyanto “Studi Analisis Pemikiran K.H Ahmad Dahlan tentang Pendidikan islam
di Indonesia” 7, 2011:40,

Anda mungkin juga menyukai