Anda di halaman 1dari 6

Resume Tugas Filsafat Pengantar Ilmu

Nama : Alif Ijlal Hibatullah


NIM : 14040119130062

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Filsafat merupakan ratu-ratu atau induk dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat adalah
sebuah disiplin yang telah berusia ribuan tahun. Filsafat hadir di zaman Yunani kuno yang
dapat dikatakan sebagai langkah awal pembebasan akal manusia dari kultur mitologis yang
membelenggu potensi-potensi rasional manusia. Filsafat hadir sebagai jalan membebaskan
akal manusia dari dogma dan kepercayaan palsu di masyarakat. Karena sifat filsafat itu kritis
yang selalu mempertanyakan segala hal. Inilah kata kunci yang selalu digenggam filsuf
sepanjang zaman.

Bernard Russell (1872-1970) mendefinisikan filsafat sebagai ranah tak bertuan (no man’s
land) diantara teologi dan ilmu pengetahuan. Filsafat mempunyai sifat teologi yaitu
bermuatan spekulasi terhadap semesta dimana ilmu pengetahuan tidak bisa mengakui atau
membuktikannnya dan mengutamakan otoritas disbanding rasionalistas. Filsafat juga
mempunyai sifat ilmu pengetahuan yang mengutamakan rasionalitas ketimbang otoritas. Dari
pengertian ini, filsafat merupakan disiplin yang terus-menerus mengasah pisau kritisnya
sehingga tidak pernah terjebak pada sebuah otoritas baik teologis maupun ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah kecurigaan terus-menerus yang merupakan sebuah teori kritis. Teori ini berarti
sebuah teori yang mereka pahami sebagai teori yang kritis terhadap sikap kritis yang
membeku menjadi ideologi. Filsafat tidak lagi menjadi disiplin berpikir untuk terus-menerus
memperjuangkan kesejatian hidup, melainkan lebih untuk mempertahankan hidup (Matter
Oriented).

Empat Pendekatan Filsafat

a. Pendekatan Definisi
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang melihat perbedaan filsafat dengan teologi
dan ilmu pengetahuan baik secara objek materi maupun objek forma. Ilmu
pengetahuan hanya mengkaji batas gejala yang muncul dan berusaha menjelaskan
dengan sebab akibat. Sedangkan teologi membahas supra-indrawi semesta namun
dalam batas keimanan. Filsafat berbeda karena mempunyai penalaran sistematis yang
kritis, radikal, reflektif dan integral. Bersifat kritis karena filsafat akan terus bertanya
demi hakikat. Radikal karena filsafat akan mengkaji dengan kritis suatu persoalan
sampai keakar-akarnya. Pendekatannya integral karena filsafat mengkaji semesta
secara menyeluruh. Serta bersifat reflektif karena ia akan mengendapkan yang ia
tangkap dan diproses menjadi pengetahuan. Sedangkan objek forma filsafat sendiri
adalah penalaran kritis, radikal, reflektif, dan integral. Dan objek materinya berupa
universum.
b. Pendekatan sistematika
Pendekatan sistematika berasal dari tiga pertanyaan Immanuel Kant: apa yang saya
dapat ketahui? Apa yang yang saya harapkan? Dan apa yang saya dapat lakukan? Dari
tiga pertanyaan itu kita dapat membagi filsafat menjadi 3 wilayah. Yaitu pengetahuan,
ada dan nilai. Pengetahuan dapat dibagi menjadi filsafat ilmu pengetahuan,
Epistimologi – cabang yang mengkaji hakikat pengetahuan dari empat segi yaitu,
sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan, dan keabsahan
pengetahuan, Filsafat Ilmu Pengetahuan– cabang yang mengkaji ilmu pengetahaun
dari segi ciri-ciri dan cara-cara memperolehnya, logika – cabang yang mengkaji azaz-
azaz berpikir secara lurus, dan Metodologi – cabang yang mengkaji metode-motode
yang digunakan dalam dunia ilmiah. Ada sendiri dapat dibagi menjadi 2 antara lain
metafisika dan ontologi. Perbedaan keduanya adalah ontologi mengkaji semesta
empiris, “yang ada sebagai ada” atau “yang sebenar-benarnya ada”. Sedangkan
metafisika mempelajari semesta dibalik kejadian empiris dan wilayah nilai
mempunyai cabang filsafat etika dan estetika.
c. Pendekatan melalui tokoh dan aliran
Pendekatan ini biasanya diperuntukan oleh bagi mereka yang sudah lanjut. Ada
beberapa aliran filsafat seperti :
 Rasionalisme
Aliran ini mengatakan bahwa akal adalah sumber pengetahuan. Pengusung
teori ini adalah Rene Descates, Spinoza, dan Leibniz.
 Empirisme
Aliran ini mengatakan pengalaman sumber pengetahuan dan manusia adalah
kertasnya. Pendukung aliran ini adalah David Hume, John Locke, dan
Bekerley.
 Kritisisme
Aliran ini merupakan sebuah bentuk kritis atas ekstrimnya aliran empirisme
dan rasionalisme dalam menentukan asal ilmu pengetahuan. Kritisisme
mengatakan akal merupakan hal yang acak yang kemudian disusun menjadi
pengetahuan berdasar ruang dan waktu. berdasa Tokoh dalam aliran ini adalah
Immanuel Kant.
 Idealisme
Aliran ini berpijak pada keyakinan bahwa pengetahuan adalah proses
psikologis atau mental yang bersifat subyektif. Tokoh dalam aliran ini adalah
Hegel, Ficte, dan Sheling
 Vitalisme
Aliran yang mengatakan bahwa hidup tidak sepenuhnya dapat dijelaskan
secara fisika (mekanistis-detirminis). Tokoh ini Niesche, Bergson, dan
Schopenhouer.
 Fenomenologi
Aliran ini mengkaji penampakan atau fenomena dimana fenomena dan
kesadaran berhubungan secara intensional bukan terisolasi satu sama lain.
Tokoh aliran ini adalah. Edmund Husserl, Martin Heidegger, dan Marleau
Ponty.
d. Pendekatan Sejarah
Pendekatan ini sering dijadikan acuan dalam pendekatan filsafat terutama pada buku-
buku filsafat umum di Indonesia
 Yunani Kuno (+/- 600 SM)
Masa ini merupakan peralihan dari mitologi ke logis. Penjelasan irrasional
tentang gejala-gejala alam bergeser pada penjelasan logis berdasarkan rasio.
Mereka menyibukkan diri untuk mencari arkhe dan prinsip yang mengatur
semesta. Pelopor dari filsuf alam ialah Thales yang mengemukakan bahwa air
adalah arkhe alam semesta. Setelah menyibukkan diri mengenai arkhe filsuf
mulai menaruh perhatian pada manusia. Socrates, Plato, dan Aristoteles
menjadikan manusia menjadi kajian filsafat.
 Skolastik (300-1300 SM)
Pada masa ini teologi mengambil alih pemikiran filosofis. Pada filsuf seperti
Thomas Aquinas dan St. Bonaventura berusaha merekonsiliasi akal dan
wahyu. Namun pada masa ini akal telah tereduksi menjadi hamba dari wahyu.
Bahkan dalam mencapai kebenaran, St. Agustinus, bahkan tidak percaya pada
kekuatan akal semata. Dimasa ini pertentangan antara wahyu dan akal
semakin mengeras dan semakin tajam. Banyak ilmuwan yang dieksekusi
karena bertentangan dengan wahyu dan ilmu pengetahuan pun menjadi surut
perkembangannya.
 Modern (Abad 17 -19)
Masa ini dimulai ketika orang-orang memasuki masa renaisans dimana orang
mulai mempelajari filsafat pada masa Yunani kuno. Dalam perkembangannya
filsuf Islam juga memberikan pengaruh pada perkembangan filsafat modern.
Karya-karya filsuf Islam tersebut dibawa dan diterjemahkan oleh para barat
untuk dipelajari dan dikembangkan. Kemudian memunculkan aliran filsafat
seperti empirisme, rasionalisme, kritisisme, vitalisme, idealisme dan
fenomenologi yang sebelumnya timbul masa bernama Renaisans. Renaisans
kemudian diikuti oleh masa Aufklarung (Pencerahan) menjadi titik tolak
modernism dimana Ilmu Pengetahuan, filsafat dan ideologi berkembang pesat.
Antroposentris / manusia sendiri menjadi pusat pengetahuan pada zaman
modern. Beberapa tokoh dizaman ini adalah Rene Decartes (1596-1650) yang
terkenal dengan kata-kata : Cogito ergo sum (Aku berpikir, maka aku ada) dan
mempelopori Rasionalisme. Kemudian ada John Locke (1632-1704), Hume
(1711-1776) yang melahirkan paham empirisme. Dan Immanuel Kant (1724-
1804) yang membuat sebuah sintesa antara rasionalisme dengan empirisme.
Kant terkenal dengan kata Sapere Aude! (Berani berpikir sendiri).
 Positivisme (Abad 20)
Pandangan ini merupakan puncak dalam memandang ilmu pengetahuan
sebagai empirisme yang objektif. Tokoh yang mempelopori pada zaman ini
adalah August Comte (1798-1857). Comte jugalah yang menciptakan istilah
“Sosiologi” sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah.
Positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan pada awal abad 20-an
dengan menetapkan kriteria yang harus dipenuhi oleh ilmu-ilmu social atau
ilmu-ilmu alam. Ada dua pandangan untuk memenuhi kriteria tersebut yaitu :

1. Objektif, teori-teori tentang semesta harus bebas nilai.


2. Fenomenalisme, ilmu pengetahuan hanya bicara tentang semesta yang
teramati. Substansi metafisis yang diandaikan berada dibelekang gejala
penampakan ditolak
3. Reduksionisme, semesta direduksi menjadi fakta-fakta keras yang
dapat diamati.
4. Naturalisme, Alam Semesta adalah objek-objek yang bergerak secara
mekanis seperti kerja jam.

Positivisme memiliki pengaruh kuat karena klaim-klaim terhadap ilmu


pengetahuan membentuk kesatuan ilmu. Ilmu social dan ilmu alam berada
dibawah satu payung yaitu paradigma positivisme.

Alam Simbolis

Positivisme telah mereduksi kekayaan pengalaman manusia menjadi fakta-


fakta empiris. Tahapan filsafat yang terakhir ini merupakan reaksi keras
terhadap positivism, terutaman pada asumsi kesatuan metode baik bagi ilmu
social maupun ilmu alam. Metode positivism mengasumsikan bahwa objek-
objek alam maupun manusia bergerak deterministic-mekanis. Manusia,
menurut Ernest Cassirer adalah animal simbolicum, yakni makhluk hidup yang
memiliki substratum simbolik dalam benaknya sehingga mampu memberi
jarak antara stimulant dan respon. Distansiasi inilah yang melahirkan apa yang
disebut system-sistem simbolis seperti ilmu pengetahuan, seni dan Bahasa.

Postmodernisme

Posmodernisme sesungguhnya merupakan terminology unutk mewakili suatu


pergeseran wacana diberbagai bidang seperti seni, arsitektur, sosiologi, sastra,
dan filsafat yang bereaksi keras terhadap wacana modernism yang terlampau
mendewakan rasionalitas sehingga mengeringkan kehidupan dari kekayaan
dunia batin manusia. Posmo adalah gelombang kritik paling mutakhir terhadap
modernisme yang telah menjadikan sains dan rasionalitas sebagai “teologi”
baru yang menghasilkan kebudayaan yang matematis, kalkulatif, monolitik,
dan kering batin.
Posmodernisme awalnya dikemukan oleh Daniel Bell dalam buku The
Cultural contradiction of capitalism. Bell menyatakan kapitalisme lanjut telah
bergeser dari sebuah system kultural dan ekonomi berlandaskan disiplin-
disiplin yang perlu bagi produksi ke system yang berlandaskan kenikmatan
konsumsi. Etika kapitalisme ini menekankan kerja keras, individualitas, dan
prestasi produksi yang memudar dalam hingar-bingar konsumerisme.
Jean Baudrillard mengkritisi Teori Marx yang mengklaim ekonomi sebagai
factor penentu kehidupan social dan memandang bentuk-bentuk dan dalam
produksi sebagai prinsip sentral ekonomi . Dalam kapitalisme lanjut, produksi
dan reproduksi tidak lagi berkaitan dengan benda-benda, melainkan makna.
Post-modernisme menurut Lyotard merupakan terminologi untuk sebuah
periode dimana ketidakpercayaan pada narasi raksasa esensialis muncul serta
kesatuan sejarah digeser dengan sejarah lokal.

Epistemologi dan Filsafat Ilmu Pengetahuan

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan,


khususnya empat pokok persoalan pengetahuan seperti keabsahan, struktur,
batas dan sumber. J.F Ferrier (1854) membedakan dua cabang filsafat yaitu
ontology yang kajiannya ada dan epistemology yang kajian ilmu pengetahuan.
Epistemologi dan ontologi memiliki hubungan erat. Karena ontology dapat
menjadi ontology dualisme yang membagi semesta menjadi dua substansi
ontologis yaitu res cogitans (kesadaran) & re extensa (materi). Keyakinan
ontologis tersebut membangun struktur subjek-objek dalam pemikiran
epistemologinya.

Epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan satu sama
lain karena filsafat ilmu pengetahuan mendasari dirinya pada epistemologi
terutapa pada keabsahan pengetahuan yang dibagi menjadi korespondensi
yang mensyaratkan keselarasan ide dengan alams emesta. Dan koherensi
keselarasan pernyataan logis dengan kebenarannya bersifat formal-deduktif.
Serta pragmatis yang keberadaannya bersifat fungsional. Filsafat ilmu
pengetahuan menggunakan korespondensi sebagai pijakan dalam membagi
pengetahuan menjadi pengetahuan ilmiah dan sehari hari.

Selain itu persoalan pengetahuan juga dikaji oleh logika dan metodologi.
Logika sendiri merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari masalah
khusus keteraturan penalaran yang bersifat formal. Hubungannya filsafat
sendiri lebih terletak pada konteks penemuan dan pembuktian kebenaran ilmu
pengetahuan. Sedangkan metodologi mengkaji langkah-langkah untuk
mencari pengetahuan ilmiah.

Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat Ilmu Pengetahuan

Filsafat, menggunakan penalaran yang kritis, refleksif, dan integral. Dalam


usaha mencapai hakikat, banyak sekali metode yang digunakan dalam filsafat
antara lain : metode kritis, metode intuitif, metode geometris, metode
fenomenologis, dan lainnya. Semua metode itu memiliki sifat berupa kritis,
reflektif dan radikal dalam mengungkapkan sesuatu. Filsafat sendiri berusaha
untuk terjebak pada pendekatan fragmentaris. Berbeda dengan ilmu
pengetahuan hanya menjelaskan gejala secara relasional serta fragmentaris
yang terkadang menimbulkan devalualisasi. Dan filsafat ilmu pengetahuan
hadir untuk mengkritikisi ilmu pengetahuan yang kadang hanya diterima
seperti dogma. Semua unsur tersebut didekati secara kritis dan mendasar oleh
filsafat ilmu pengetahuan. Selalu mengajukan pertanyaan, menjadi dasar ilmu
pengetahuan unutk membongkar asumsi-asumsi yang sebelumnya diterima
begitu saja.
Filsafat Ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara-cara pemerolehannya.
Jadi filsafat ilmu pengetahuan adalah mengkaji ilmu pengetahuan sebagai
objek materi dan cara cara memperolehnya sebagai objek formalnya.

Pengetahuan Ilmiah dan Pengetahuan Non-Ilmiah


Aspek ciri-ciri ilmu pengetahuan adalah hal perlu dikaji. Karena pengetahuan
ilmiah dan non ilmiah adalah hal yang berbeda. Ciri ciri dari ilmu pengetahuan
ilmiah menurut Van Melsen sendiri antara lain:
Metodis - ada langkah yang ketat dan sistematik
Tampa pamrih - tidak ada perandaian
Universalitas - keberlakuan pada seluruh ruang dan waktu
Objektivitas - dibimbing oleh obyek penelitian dan tidak terganggu
persepsi subyektif
Untuk perbedaan antara pengetahuan ilmial dan non-ilmiah dapat dilihat pada
table berikut.
Pengetahuan ilmiah Pengetahuan non-ilmiah
Tujuan  Deskripsi  Pragmatis
 Eksplanasi
 Prediksi
Cara pemerolehan  Metodis  Warisan budaya
 Verifikasi  Tradisi
 Sistematis  Metode tidak menjadi
 obyektif masalah
 Pernyataan ambigu
dan kabur

Ilmu Pengetahuan sebagai proses

Berbeda dengan pengetahuan sehari-sehari, pengetahuan ilmiah berasal dari


fakta-fakta dan berakhir dengan teori yang dapat dipertanggungjawabkan.
Piramida ilmu akan memperlihatkan bagaimana ilmu pengetahuan ilmiah
dikemas menjadi teori.
Proses tersebut menjadi 4 tahap :

1. Pengetahuan kita harus bertolak pada pengalaman sehari-hari yang cukup luas
dan variatif.
2. Semua yang kita peroleh melalui pengalaman sehari-hari harus mengalami
pemurnian baik dari pemurnian pengalaman sehari-hari menggunakan
observasi sebagai jalannya. Serta pemurnian dari bahasa sehari-hari yang bias
menjadi konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3. Mencari keteraturan dalam gejala-gejala dengan membentuk proporsi
kondisional antara gejala-gejala melalui metode induksi. Apabila proporsi
kondisional belum terbukti ia masih dianggap sebuah hipotesa belaka.
4. Apabila proporsi memperoleh pembenaran maka kita dapat memperoleh
hukum-hukum yang menunjukkan keteraturan gejala.

Tahap akhir dari proses tersebut adalah pembentukan teori yang merupakan
eksplanasi penggambaran bentuk dunia. Mengenai teori ada 2 sikap
pandangan yaitu realis yang melihat bahwa teori merupakan cermin sempurna
dunia dan anti-realis dimana kita mengkonstruksi teori hanya untuk
mempermudah pemahaman mengenai dunia atau untuk kepentingan kontrol
dan prediksi.

Anda mungkin juga menyukai