Anda di halaman 1dari 3

Iklim planet ini juga akan berubah secara drastis dalam jangka pendek dan panjang.

Pohon memediasi siklus air dengan bertindak sebagai pompa biologis: mereka
menyedot air dari tanah dan menyimpannya ke atmosfer dengan mengubahnya dari
cairan menjadi uap.
Dengan melakukan ini, hutan berkontribusi pada pembentukan awan dan curah
hujan. Pohon juga mencegah benjir dengan menjebak air ketimbang
membiarkannya mengalir ke danau dan sungai, dan menjadi pelindung bagi
komunitas di pesisir dari gelombang badai.
Mereka menyimpan tanah ditempat seharusnya tersapu oleh hujan, dan struktur
akarnya membantu komunitas mikroba berkembang.
Tanpa pohon, daerah yang sebelumnya berhutan akan menjadi lebih kering dan
lebih rentan terhadap kekeringan ekstrem. Ketika hujan datang, banjir akan menjadi
bencana. Erosi besar-besaran akan berdampak pada lautan, membekap terumbu
karang dan habitat laut lainnya.
Pulau-pulau yang tidak memiliki pepohonan akan kehilangan penghalang dari
lautan, dan banyak yang akan hanyut.
"Menghilangkan pohon berarti kehilangan sejumlah besar tanah ke lautan," kata
Thomas Crowther, ahli ekologi sistem global di ETH Zurich di Swiss dan penulis
utama studi Nature 2015.
Selain memediasi siklus air, pohon memiliki efek pendinginan lokal. Mereka
memberikan naungan yang mempertahankan suhu tanah dan, sebagai hal yang
paling gelap di lanskap, mereka menyerap panas daripada memantulkannya.
Dalam proses evapotranspirasi, mereka juga menyalurkan energi dari radiasi
matahari dengan mengubah air yang cair menjadi uap. Dengan hilangnya semua
layanan pendingin itu, sebagian besar tempat di mana pohon-pohon yang
sebelumnya berdiri akan segera menjadi lebih hangat.
Dalam penelitian lain, Prevedello dan rekan-rekannya menemukan bahwa
penebangan total 25 km persegi hutan menyebabkan suhu tahunan lokal
meningkat setidaknya 2C di daerah tropis dan 1C di daerah beriklim sedang.
Para peneliti juga menemukan perbedaan suhu yang serupa ketika membandingkan
daerah berhutan dan terbuka.
SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES
Keterangan gambar,

Deforestasi menjadi kontributor signifikan pada emisi karbon global, menurut IPCC
Dalam skala global, pohon memerangi pemanasan yang disebabkan oleh
perubahan iklim dengan menyimpan karbon di batangnya dan menghilangkan
karbon dioksida dari atmosfer.
Deforestasi sudah menyumbang 13% dari total emisi karbon global, menurut laporan
IPCC yang diterbitkan pada bulan Agustus, sementara perubahan penggunaan
lahan secara umum menyumbang 23% dari emisi.
Jika semua pohon di planet ini musnah, ekosistem yang sebelumnya berhutan
"hanya akan menjadi sumber emisi karbon dioksida ke atmosfer, daripada
tenggelam," kata Paolo D'Odorico, seorang profesor ilmu lingkungan di University of
California, Berkeley.
Seiring waktu, Crowther memperkirakan bahwa kita akan melihat pelepasan 450
gigaton karbon ke atmosfer, lebih dari dua kali lipat jumlah yang telah disumbangkan
manusia. Untuk sementara, efek ini akan diimbangi oleh tanaman dan rumput yang
lebih kecil.
Tetapi sementara tanaman yang lebih kecil menangkap karbon lebih cepat daripada
pohon, mereka juga melepaskannya lebih cepat. Akhirnya, mungkin dalam beberapa
dekade, tanaman ini tidak lagi dapat mencegah pemanasan yang akan datang.
"Garis waktu tergantung pada di mana Anda berada, karena dekomposisi jauh lebih
cepat di daerah tropis daripada di Kutub Utara," kata D'Odorico.
"Tapi begitu karbon dioksida berada di atmosfer, tidak masalah apakah itu berasal
dari sini atau dari sana."
Ketika dekomposisi perlahan meledakkan bom karbon yang berdetak ini, Bumi akan
berubah menjadi planet yang "jauh" lebih hangat, kata Crowther. Kejadian ini belum
pernah kita alami sejak sebelum pohon berevolusi. Sejumlah besar karbon juga
akan mengalir ke lautan, menyebabkan pengasaman ekstrem dan membunuh
segala sesuatu kecuali ubur-ubur, katanya.

Anda mungkin juga menyukai