Indonesia menjadi hancur lembur. Sejak saat itu, kepercayaan masyarakat terhadap
BI mulai menurun. Disaat yang bersamaan pada awal pemerintahan Presiden Habibie,
Undang-Undang No. 23 tahun 1999). Pada saat pembahasan RUU tersebut, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) mendatangkan para ahli sebagai konsultan. Salah satu
gubernur bank sentral Jerman, Bundesbank. Ide yang dikeluarkan oleh Helmut
kepada DPR pada saat itu adalah mengenai konsep pemisahan fungsi pengawasan
bank yang berada diluar bank sentral, sebagaimana telah dijalankan oleh bank sentral
Jerman.2
OJK3 sebagai lembaga baru yang akan mengawasi perbankan harus terbentuk pada
tahun 2002, namun sampai pada tahun 2002 draft pembentukan OJK belum
1
Yuni, “OJK Reformasi Keuangan Indonesia”, Buletin Cerdas, Edisi II (Agustus 2012), h. 6.
2
Selain Jerman, Inggris juga termasuk negara yang melakukan konsep pemisahan pengawasan
dari bank sentralnya melainkan dipegang oleh lembaga sejenis OJK yang bernama Financial Services
Authority (FSA)
3
Dalam Undang-undang No 23 Tahun 1999 istilah yang digunakan adalah Lembaga Pengawas
Jasa Keuangan (LPJK)
terealisasikan, hingga akhirnya Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tersebut
tugas BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah 4. lambatnya proses
amandemen atas Undang-Undang BI hingga mencapai waktu lebih dari tiga tahun
karena adanya masalah yang cukup krusial terkait penentuan siapa yang berwenang
mengawasi lembaga perbankan. Terjadi tarik ulur kepentingan antara DPR dengan
Tahun 2004 bahwa OJK sebagai lembaga yang akan mengawasi lembaga keuangan
dimana salah satunya adalah lembaga perbankan akan dibentuk paling lambat tahun
2010.
Indonesia terkait dengan kasus bank century pada tahun 2008 yang merugikan banyak
pihak. Terjadinya kasus bank century di tahun 2008 tersebut menjadi salah satu titik
tolak digenjotnya pembuatan draft atas OJK. Pada tahun 2010, DPR berharap amanat
undang-undang dapat terealisasi dengan membawa RUU OJK untuk disahkan dalam
rapat paripurna DPR pada tanggal 17 Desember 2010 5. Namun sayangnya niat
tersebut tidak dapat terealisasikan karena ada hal-hal yang belum menemukan titik
temu antara pemerintah dengan DPR, salah satunya “mengenai jumlah, unsur dewan
4
diakses pada tanggal 05 Oktober 2012 http://www.ojk-indonesia.info/tentang-ojk
5
Wahyu Satriani, “Pansus berharap RUU OJK sah 17 Desember 2010”, artikel di akses pada
tanggal 05 Oktober 2012 dari http://keuangan.kontan.co.id/news/pansus-berharap-ruu-ojk-sah-17-
desember-2010-1/2010/12/07
komisioner serta tata cara nominasi dan pemilihan” 6. Beberapa kebuntuan antara
pemerintah dengan DPR terus dibahas dan menemukan titik temu hingga akhirnya
ketukan palu di DPR yang menandakan RUU OJK secara remi menjadi undang-
dahulu memahami pengertian dari jasa keuangan itu sendiri. Jasa keuangan secara
umum dapat didefinisikan dengan istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu
jasa yang disediakan oleh organisasi keuangan, dimana jasa yang ditawarkan antara
lain bank, pasar modal, asuransi, dana pensiun, dan lain sebagainya.
Jasa Keuangan (OJK) adalah “lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
Undang ini”. Jika kita memperhatikan pengertian dari OJK sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang tersebut, lembaga OJK dapat kita katakan sebagai suatu
lembaga yang extra ordinary karena dapat melakukan banyak tindakan mulai dari
pengaturan terhadap lembaga jasa keuangan bahkan dapat menyidik lembaga jasa
6
Wahyu Satriani dan Ragil Nugroho, “Pembentukan OJK, DPR Bakal temui IPEBI Bahas
OJK”, artikel di akses pada tanggal 05 Oktober 2012 dari http://keuangan.kontan.co.id/news/dpr-
bakal-temui-ipebi-bahas-ojk-1
OJK sebagai suatu lembaga yang independen maksudnya sebagai suatu
lembaga yang akan mengatur dan mengawasi lembaga jasa keuangan, OJK bebas dari
campur tangan pihak manapun, kecuali diatur secara berlainan oleh undang-undang.
Jika melihat pada komposisi Dewan Komisioner (DK) yang terdapat di OJK,
pengamat ekonomi yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajah
dengan komposisi DK berasal dari lembaga yang sebelumnya sudah ada, bahkan ada
mereka sulit bersikap objektif yang disebabkan keinginan untuk membalas budi
terhadap lembaga yang telah membesarkan namanya. Selain itu hal yang membuat
keraguan atas independensi OJK nantinya lembaga ini tidak akan mendapatkan dana
operasional dari APBN (kecuali untuk beberapa tahun pertama berdirinya OJK)
melainkan OJK mencari dana sendiri yang salah satunya dengan cara menarik iuran
wajib dari lembaga jasa keuangan yang akan diatur dan diawasi oleh OJK.
OJK adalah suatu lembaga baru yang akan mengatur dan mengawasi
lembaga jasa keuangan seperti bank, pasar modal, asuransi, dana pensiun, dan lain-
lain. Salah satu ruang lingkup lembaga jasa keuangan yang akan diatur dan diawasi
oleh OJK adalah bank sehingga perlu dipaparkan pula secara singkat mengenai bank.
Berbicara mengenai bank kita akan membayangkan sebagai suatu tempat untuk
7
Hukum Online, “Belum Dibentuk, Independensi OJK Diragukan”, Artikel diakses pada 14-12-
2012 dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4eb31b39bde64/belum-dibentuk-independensi-
ojk-diragukan
memakai bunga atau bagi hasil. Namun agar pemahaman kita terhadap bank tidak
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang”8 sedangkan menurut G.M Verryn sebagaimana ada di dalam
bukunya yang berjudul Bank Politik, bank adalah “suatu badan yang bertujuan untuk
dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan
(2) bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
adalah suatu lembaga tempat peredaran uang dimana lembaga tersebut menerima
dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dalam bentuk kredit ke masyarakat
perbankan sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam kegiatan perbankan. Dalam
dinyatakan bahwa “nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank”. Dari kedua
karena ruang lingkup dari OJK sendiri yang mengakomodir beberapa lembaga
ada dua pembagian dalam nasabah bank, pertama adalah nasabah penyimpan yang
didefinisikan dalam pasal 1 angka (17) sebagai “nasabah yang menempatkan dananya
di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
angka (18) yang diartikan dengan “nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu
bahwa tujuan dibentuknya OJK adalah agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan;
Undangnya, tujuan pembentukan OJK sebagaimana tertuang dalam pasal 4 huruf (c)
pengaturan dan pengawasan yang dilakukan oleh OJK harus diarahkan salah satunya
Undang ini. Selain itu dalam penjelasan pasal 4 huruf (c) dinyatakan bahwa “yang
Selanjutnya dalam pasal 5 dinyatakan mengenai fungsi dari OJK yaitu “...
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan”. Artinya fungsi dari OJK ini
secara jelas untuk menjaga sektor jasa keuangan pada lembaga-lembaga keuangan
melalui pengaturan dan pengawasan pada satu atap sehingga terjadi integrasi atau
berinteraksi satu sama lainnya, sehingga sangat membantu dalam proses pengaturan
dan pengawasannya.11
tidak disebutkan secara jelas mengenai asas-asasnya di dalam batang tubuh Undang-
Undang OJK ini, namun bukan berarti OJK tidak memiliki asas-asas sebagai sesuatu
yang mendasar dalam aturan normanya. Asas dalam OJK disebutkan di dalam
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan
2. asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan
penyelenggaraan OJK;
3. asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan
11
Sebelum lahirnya Undang-Undang OJK, sistem pengawasan pada lembaga keuangan seperti
bank yang berbentuk perusahaan terbuka dilakukan dua pengawasan, disatu sisi bank terbuka diawasi
oleh Bank Indonesia, dan disisi lain bank terbuka tersebut juga diawasi oleh Bapepam –LK. Keadaan
tersebut membuat pola pengawasan menjadi kurang efektif dan efisien, sehingga dengan adanya fungsi
OJK inilah membuat sistem pengaturan dan pengawasan perbankan pada lembaga-lembaga keuangan
menjadi tersentralisasi dan terintegrasi dalam satu atap.
4. asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan
6. asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam
setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK; dan
7. asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
Pembahasan mengenai tugas dari OJK telah diatur secara jelas di dalam
ketentuan pasal 6 UU OJK, dimana di dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa tugas
dengan jelas cakupan tugas yang cukup luas dari OJK dimana nantinya OJK akan
Luasnya cakupan tugas pengaturan dan pengawasan oleh OJK ini mengharuskan OJK
lain;
kewenangan OJK dibidang perbankan. Adanya pengkhususan ini pada dasarnya dapat
saja dipahami jika kita merunut pada sejarah pembentukan OJK itu sendiri yang
ke lembaga baru yang kini disebut OJK. Namun, pada saat penggodokan konsep OJK
jalan keluarnya adalah memasukan lembaga jasa keuangan lain untuk ikut serta diatur
1. Hubungan dengan BI
12
Macroprudential adalah pengaturan pengawasan terhadap perbankan secara makro, seperti
penetapan BI rate, Giro Wajib Minimum, dan kebijakan moneter lainnya. Sedangkan microprudential
adalah pengaturan dan pengawasan terhadap perbankan secara mikro dengan langsung melihat kondisi
aktual individu bank. (sumber Urbaningrum, Anas, “Menyambut OJK”, Artikel diakses pada 09
Oktober 2012 dari http://gagasanhukum.wordpress.com/2012/02/23/menyambut-ojk/)
OJK adalah suatu lembaga baru dimana lembaga ini mendapatkan
seperti lembaga perbankan, lembaga pasar modal, dan lain sebagainya. Dengan
adanya pemindahan tersebut menyebabkan OJK tidak begitu saja dapat terlepas dari
tersebut, akan tetapi pemindahan tersebut tidak berarti bahwa hubungan antara BI
dengan OJK menjadi terputus, melainkan tetap terjadi hubungan koordinasi antara
dua lembaga tersebut. hubungan koordinasi antara OJK dengan BI diatur secara jelas
di dalam pasal 39 Undang-Undang No .21 Tahun 2011 dimana kedua lembaga kedua
antara lain;
13
Dalam penjelasan pasal 39 ini dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “systemically
important bank” adalah suatu bank yang karena ukuran aset, modal, dan kewajiban, luas jaringan,
atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat
mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank-bank lain atau sektor jasa keuangan, baik
secara operasional maupun finansial, apabila bank tersebut mengalami gangguan atau gagal.
Selain itu, BI juga di perbolehkan untuk melakukan pemeriksaan khusus
secara langsung terhadap bank dimana BI sedang melaksanakan fungsi, tugas, dan
tertulis kepada OJK, akan tetapi yang perlu mendapat perhatian adalah saat BI
terhadap tingkat kesehatan bank. Selain itu hasil pemeriksaan BI terhadap bank harus
segera disampaikan kepada OJK dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan
adanya indikasi suatu bank mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi kesehatan
suatu bank tersebut makin memburuk, maka OJK segera berkoordinasi dengan
keadaan bank yang bermasalah yang sedang dalam proses penyehatan oleh OJK.
Selanjutnya. Bentuk koordinasi antara LPS dengan OJK dapat terjadi pula pada saat
LPS akan melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi, tugas,
sebelum melakukan pemeriksaan. dan bentuk koordinasi yang terakhir adalah OJK,
BI, dan LPS diwajibkan membangun dan memelihara sarana pertukaran informasi
rencana kerja serta anggaran OJK yang bersumber dari Anggaaran Pendapatan
Belanja Negara dan/atau pungutan lain. Hubungan OJK dengan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dapat dilihat pada penetapan anggaran OJK yang harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari DPR. Selanjutnya hubungan diantara dua lembaga tersebut
juga dapat dilihat adanya kewajiban bagi OJK untuk menyampaikan laporan kegiatan
laporan triwulan dan tahunan kepada DPR sebagai bentuk tanggungjawab OJK
terhadap masyarakat. Selain itu OJK harus mendapatkan konfirmasi dari DPR dalam