Wawasan Kemaritiman
Wawasan Kemaritiman
Abstrak: Konflik yang terjadi di Laut Cina Selatan melibatkan beberapa negara di kawasan Asia
Tenggara. Negara-negara tersebut adalah Vietnam dan Filipina. Akan tetapi, konflik ini pun
mempengaruhi beberapa negara diluar kawasan Asia Tenggara yaitu Cina dan Amerika Serikat.
Kawasan Laut Cina Selatan yang cukup luas dan berbatasan langsung dengan beberapa negara
membuat Laut Cina Selatan memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara seperti
Amerika Serikat dan Cina. Dalam penulisan paper ”Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri
Indonesia ke Amerika dan Eropa” ini pembahasan akan di fokuskan pada empat bagian. Diawali
dengan pembahasan mengenai Amerika Serikat (AS) dan Konflik Laut Cina Selatan, kemudian diikuti
pembahasan mengenai Uni Eropa dan Konflik Laut Cina Selatan. Pada bagian akhir akan disajikan
dua bahasan yang berkaitan dengan Indonesia yakni: 'Indonesia dan Konflik Laut Cina Selatan'; serta
sekaligus sebagai penutup, 'Politik Luar Negeri RI terhadap Amerika dan Eropa Terkait Isu Laut Cina
Selatan'.
Kata kunci: Laut Cina Selatan, Cina, Vietnam, Filipina, Amerika Serikat, Indonesia, Uni Eropa,
Poitik Luar Negeri.
Abstract: Conflict which happen in South China Sea involve some countries in Southeast Asia
Region. The countries are Vietnam and Philipines. However, this conflict affect some countries out of
the region, there are China and United States of America. South Cina Sea Region is quite big and
directly border with some countries. It makes South China Sea has a beneficial potential for United
States of America and China. In this paper with the title ”Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar
Negeri Indoneisa ke Amerika dan Eropa” will be focused on four section. First is about United States
of America and South China Sea Conflict then followed by European Union and South China Sea
Conflict. In the end section will be explained two sections which related to Indonesia, there is
Indonesia and South China Sea Conflict and last section is Republik Of Indonesia's Foreign poilcy
related to South China Sea issue.
Keyword: South China Sea, China, Vietnam, Philipines, United States of America, Indonesia,
European Union, Foreign Policy.
143
144 I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa
72 73
Diskusi dengan peneliti senior CSIS, Shibuya Jepang, Fenna Egberink, 1 Juli 2011. “Indonesia Mediate the
15 Juli, 2014. South China Sea Dispute?”, The Netherlands.
I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa 145
yang bersengketa yang tidak konsisten kebijakan tahun 1995 seperti dinyatakan
dengan hukum internasional termasuk oleh Hillary adalah:
UNCLOS (United Nations Convention 1. Menyelesaikan segala persengketa-
77
on the Law of the Sea) 1982. an tanpa koersi.
Pada tahun 2010, ada agenda perluasan 2. Dukungan terhadap kolaborasi pro-
mengenai kebijakan yang dilakukan oleh ses diplomasi bagi seluruh negara
AS mengenai persoalan yang terjadi di yang memiliki klaim wilayah.
LCS, sebagai antisipasi terhadap semakin Termasuk niat baik untuk memfasi-
meningktnya ketegangan yang terjadi litasi inisiatif dan confidence buil-
antara negara-negara yang memiliki klaim ding measures yang konsisten de-
78
persengketaan. Platform bagi artikulasi ngan ( Declaration on the Code of
dari kebijakan baru AS ke LCS adalah Conduct ) tahun 2002.
pertemuan tahunan Asian Regional Forum 3. Dukungan terhadap pengajuan
pada bulan Juli 2010. Pada saat pertemuan keseluruhan Code of Conduct.
tertutup dengan sekitar dua belas negara 4. Keyakinan bahwa legitimasi dari
AS mengekpresikan perhatiannya pada klaim wilayah perairan di LCS
semakin meningkatnya ketegangan di LCS. semestinya diperoleh semata-mata
Menteri Luar Negeri AS Hilary Clinton dari legitimasi klaim dari fitur
juga memberikan pernyataan publik dari tanahnya.
posisi AS yang akan memberi perhatian Secara keseluruhan, pernyataan Hillary
terhadap persoalan tersebut. Dalam pernya- menekankan pada penerimaan secara luas
annya, Hillary Clinton meyakinkan beberapa terhadap prinsip-prinsip internasional yang
elemen utama dari kebijakan AS yang sudah harus diterapkan dalam penanganan
di canangkan sejak tahun 1995, termasuk persengketaan.
freedom of navigation, penolakan terhadap
penggunaan ancaman dan kekuatan bagi Uni Eropa dan Konflik Laut Cina
pihak yang bersengketa serta sikap netral Selatan
AS dari persaingan dan klaim negara- Kawasan LCS memiliki beberapa arti
negara yang bersengketa. Kebijakan AS penting Bagi Uni Eropa karena: LCS adalah
ke LCS yang merupakan kelanjutan dari rute perairan yang terluas setelah
Mediteranian dan menjadi pintu utama bagi
77
M. Taylor Fravel, 2012. South China Sea: What
Issues and Whose Core Interest?Massachusetts
jalur perdagangan menuju dan dari Asia
Institute of Technology (MIT) Cambridge, MA Timur, yang disinyalir merupakan 25% dari
USA.Hal. 4.
78 Lihat misalnya, Jeffrey A Bader, Obama and China's transit kargo laut. Wilayah perikanan yang
Rise: An Insider's Account of America's Asia
Strategy. (Whasinton, DC: Brookings). menjanjikan secara ekonomi, dan potensial
148 I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa
79
kawasan Asia kini menjadi semakin penting
Dr. Fraser Cameron, The South China Sea disputes:
European Union Perspective. EU-Asia Centre, 80
Brussels. Dr. Fraser Cameron, ibid.
I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa 151
dan semakin membutuhkan pertimbangan adalah berkisar pada lima elemen yang
81
keterlibatan UE. penting: UE akan selalu mengajak dan
Semakin meningkatnya perhatian yang mengedepankan penyelesaian konflik LCS
diberikan UE terhadap kawasan Asia dengan cara yang damai, berkaca dan
bukanlah sesuatu tanpa dasar. Kalau mengikuti pola-pola yang berlangsung
diperhatikan dinamika yang terdapat dalam dalam pengalaman UE, bisa menggunakan
perjalanan Eropa sampai menjadi sebuah pihak ketiga yang sifatnya membantu
komunitas yang solid seperti sekarang ini dalam proses penyelesaian sengketa,
tentunya banyak sekali pengalaman dan melibatkan secara bersama semua pihak
kejadian yang terjadi di Eropa dan bisa dalam penyelesaian sengketa, dan
bermanfaat atau menginspirasi bagi mengingatkan bahwa mekanisme
pengutan komunitas di Asia pada umumnya penyelesaian jangka panjang adalah
dan penyelesaian persoalan di LCS. Seperti resolusi yang membuka terjadinya
misalnya: pembangunan bersama.
1. Pengalaman UE dalam
meluncurkan common fisheries Indonesia dan Konflik Laut Cina Selatan
policy (CFP) dan penentuan kuota Keterlibatan negara Indonesia dalam
bagi negara anggota. manajemen konflik di LCS, adalah sesuatu
2. Pengalaman dalam penyelesaian yang didasari pada kepentingan nasional
sengketa yang terjadi seperti: untuk turut serta dalam pemeliharaan
Arctic, Barents, Baltic, North perdamaian dunia dan kesadaran akan
Atlantic, Mediterranean, Aegean manfaat dari penyelesaian konflik tersebut,
82
dan Baltic Sea. usaha untuk menemukan dan mencegah
Dari pemaparan mengenai pandangan timbulnya penyebab konflik, keyakinan
umum kebijakan UE ke Asia serta akan kapasitas yang tersedia, serta pilihan
pengalaman yang menyertai perjalanan UE yang dirasa tepat mengenai mekanisme
hingga menjadi komunitas yang paling penyelesaian konflik.83
terintegrasi seperti sekarang ini, maka bisa Kalau dilihat dari asas manfaatnya,
di telusuri bahwa dasar kebijakan dan pencapaian sebuah resolusi konflik bagi
respon yang nantinya akan diberikan UE persoalan Laut Cina Selatan tidak saja
terhadap persoalan yang terjadi di LCS bermanfaat secara ekonomi, tapi juga
secara politik dan keamanan. Besarnya
81
Frans Paul Van der Putten, 2013, The European Union 83
and Decreasing Regional Stability in East and South Lihat misalnya, Alan C. Tidwell, 1998, Conflict
East Asia. Norwegian Peacebuilding Resource Resolved?: A Critical Assessment of Conflict
Centre. Hal. 3. Resolution. London and New York, Continuum,
82
Dr. Fraser Cameron, op.cit. hal.3-8.
152 I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa
potensi ekonomi seperti: jalur pelayaran, Cina Selatan. Karena dengan cara inilah
kandungan alam seperti minyak, gas dan Indonesia dapat menunjukan partisipasinya
mineral serta kekayaan ikannya kalau bisa dalam menjaga perdamaian dunia yang
dimanfaatkan dan dikelola akan sangat dimulai dengan menciptakan perdamaian di
bermanfaat bagi setiap negara yang terlibat. dalam negeri dan di kawasan.85
Maka dari itu hipotesisnya adalah: Beranjak dari asas manfaat diatas,
penyelesaian konflik akan memiliki maka langkah selanjutmya yang harus
manfaat yang sangat signifikan tidak saja dikedepankan dan sudah saatnya perlu
bagi masyarakat Laut Cina Selatan tetapi dilakukan adalah pendalaman mengenai apa
juga bagi Indonesia dan dunia internasional. yang menjadi sumber konflik Laut Cina
Paling tidak ada dua hal yang mendapat Selatan. Pada kenyataannya, tidak ada
pertimbangan Indonesia dalam asas penyebab konflik yang tunggal sehingga
manfaat ini. perlu diadakan pencarian terhadap
Pertama , Indonesia harus selalu penyebab konflik yang dominan. Kalau
mewaspadai situasi keamanan di Laut Cina memang mau dirunut atau di petakan
Selatan yang sering di jadikan sengketa (conflict mapping)86, sumber konflik di
oleh beberapa negara di kasawan. Konflik Laut Cina Selatan yang sangat potensial
di kawasan akan mempengaruhi kondisi menjadi konflik terbuka adalah beragam,
keamanan karena secara geografis letak meskipun bisa di lansir beberapa sumber
Indonesia berbatasan langsung dengan dominan dari konflik tersebut adalah nilai
negara-negara yang terlibat sengketa. ekonomi yang kemudian berkembang
Konflik juga akan mempengaruhi Secara menjadi tuntutan sejarah antara Cina,
ekonomi, karena selain letak Indonesia Taiwan dan Vietnam dalam sengketa
yang secara geografis sangat dekat dengan kepulauan Sprately, dan tuntutan modern
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, seperti misalnya kedaulatan (yang
wilayah itu juga salah satu jalur lintas menjadi dasar klaim semua pihak).87
ekonomi internasional, dimana ekspor
85
Bandingkan dengan pandangan Michael E Brown,
impor Indonesia melewati jalur 1996.The International Dimention of Internal
tersebut.84Kedua, Indonesia yang menjadi Conflict, CSIA Studies in International Security. The
86
MIT Press, Cambridge, London. Hal 9.
bagian dari masyarakat Internasional, Hugh Miall, Oliver Ramsbotham, Tow Woodhouse.
1999, Contemporary Conflict Resoluton.Polity
merasa perlu dan segera menentukan jalan Press, Cambridge, UK.Hal.91.
87
Berkaitan dengan tuntutan diatas, ada kepentingan
terbaik bagi penyelesaian masalah Laut untuk menggunakan pulau-pulau dan wilayah
perairan di kawasan untuk memperluas territorial
perairan. Perbedaan Kepentingan Nasional, yang
84
pada akhirnya tidak terpenuhi, kemudian
Bandingkan misalnya dengan Sekretariat Negara menimbulkan suatu kondisi apa yang diistilahkan
Republik Indonesia: Presiden: Indonesia Waspadai sebagai “deprivasi” nasional. Lihat misalnya, Ted
Situasi Laut Cina Selatan. Kamis 22 Juli 2010. Robert Guur, Why Men Rebel, 1970, Princeton, New
Jersey, Princeton University Press.
I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa 153
tentang Laut Cina Selatan. Cina sebagai mengambil segala bentuk resiko demi
anggota dari ARF mengajukan bahwa dulu perbaikan. Lebih jauh lagi, tidak ada jalan
pertikaian teritorial harus diselesaikan yang lebih baik bagi pemerintah selain
melalui jalur bilateral. Negara lainnya menunjukan pada dunia bahwa pemerintah
angota ARF seperti Amerika Serikat, Indonesia memang memiliki niat yang bulat
mengajukan bahwa seluruh anggota ARF untuk dapat melakukan reformasi dan
memiliki kepentingan terhadap isu-isu yang mengedepankan cara-cara demokratis
mempengaruhi keamanan dan perdamaian dalam menangani persoalan di kawasan.
di kawasan. Dan karenanya ARF menjadi Berkenaan dengan kesempatan,
layak untuk mendiskusikan segala isu rasannya Indonesia sudah mengambil dan
tersebut. Menteri Luar Negeri Malaysia, memanfaatkan hampir semua kesempatan
Syed Hamid bin Syed Jaafar Albar yang ada di depan mata. Selama dua puluh
menyatakan kepercayaan beliau bahwa isu tahun terakhir memang sudah terjadi
teritorial ASEAN hanya didialogkan di penurunan dalam intensitas insiden yang
tingkat asia dan tidak dalam forum melibatkan kekuatan militer dalam konflik
internasional. di Laut Cina Selatan. Artinya kondisi yang
Mengenai itikad baik (good will), berkembang memang sangat kondusif bagi
dimana pada tahun 1996 dimana menteri- Indonesia dan seluruh negara yang terlibat
menteri negara ASEAN menyetujui untuk selalu membuka jalur komunikasi
kebutuhan akan “Code of Condact” bagi dan meretas jalan menuju pada pemilihan
Laut Cina Selatan yang memungkinkan mekanisme yang nantinya bisa dijadikan
aktifitas penelitian ilmiah, penghentian formulasi bagi resolusi yang akan
pembajakan, memberantas jalur narkoba menyelesaikan konflik pada akar untuk
tanpa mengganggu isu kedaulatan, dan menghindarkan segala bentuk eskalasi yang
momen pada bulan November 2002, merugikan semua pihak. Dalam sisi lain,
dimana Cina dan 10 negara anggota demokratisasi yang kini mulai tumbuh di
ASEAN menandatangani joint declaration kawasan akan menjadi kesempatan emas,
untuk sepakat menyelesaikan segala bisa dijadikan landasan setiap pihak
pertikaian yurisdiksi dan teritorial mereka merintis jalan untuk masalah Laut Cina
dengan cara-cara yang damai sudah Selatan.90
mengindikasikan begitu kuatnya tekad Berkenaan dengan hal mekanisme
bahwa negara-negara yang terlibat konflik
90
dan Indonesia sebagai inisiator akan Simon, Patrice Morin.Democracy and Conflict
Resolution: Solutions to Papua's Case. Paper
menyelesaikan konflik Laut Cina Selatan dipresentasikan pada konferensi EU-Indonesia,
“Pluralism and Democracy: Indonesian Perspective”
atas dasar niat yang tulus dengan berani Brussels, 7 December 2006. hal. 6-7.
I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa 155
nantinya akan bisa memainkan peranan banyak contoh dan preseden yang bisa
yang penting tanpa harus meng- dipertimbangkan dalam pendekatan ini.
institusionalisasi proses negosiasi atau Kemudian a multilateral maritime
menginternasionalisasi perselisihan. Model development authority jika diterapkan akan
ini sudah berhasil dalam the Iceland menjadi yang pertama.
Continental Shelf Agreement dan (5). Multilateral Talks between ASEAN and
menyelesaikan pertikaian antar Cili dan PRC. Masuknya Vietnam ke ASEAN tahun
Argentina mengenai Beagle Channel. 1995, dan solidaritas dari anggota ASEAN
(4). Creation of Joint Resource mendukung Filipina dalam persoalan
Development Authority: Ide untuk menata karang, sudah membuat pendekatan
klaim sepihak atas dasar kedaulatan menuju ASEAN terhadap persoalan Laut Cina
pada persetujuan Joint Resource Selatan menjadi terkoordinasi.
Development sudah diartikulasikan dalam Profesor David Denoon dan Steven
banyak kesempatan oleh perwakilan Cina. Brams dari Universitas New York
Akan tetapi konsep yang diajukan Cina mengajukan teknik matematik yang
nampaknya mengacu pada mekanisme dinamakan “fair division” bisa digunakan
kerjasama bilateral, sementara anggota untuk memfasilitasi negosiasi antar negara
ASEAN lebih mengedepankan skema yang berdaulat. Mereka menyarankan dua
multilateral. Mekanisme hanya akan tingkatan negosiasi pertama antar Cina dan
memberi keuntungan bagi klaim Cina di ASEAN, kedua antar Cina dan anggota
daerah yang disengketakan, yang pada ASEAN.
intinya tidak akan membuka partisipasi (6). Resolving Bilateral Issues First, then
Cina untuk menuju pada penyelesaian. Ide Pursuing Multilateral Negotiations:
menuju joint resource development sudah Asosiasi negara-negara Asia Tenggara
diajukan dalam beragam format, termasuk (ASEAN) sudah muncul sebagai forum
bagian dalam workshop yang digagas bagi dialog antar negara-negara yang
Indonesia. Peneliti di East West Center dari terlibat klaim dalam persoalan di Laut Cina
Universitas Hawai Mark Valencia John Selatan. Meskipun ASEAN tidak ikut
Van Dyke dan Noel Ludwig sudah menyertakan Cina dan Taiwan, banyak
mengembangkan beberapa pilihan yang kelompok kerja dengan Cina dan Taiwan
bisa dipertimbangkan menjadi bagian dari sudah diselenggarakan berkenaan dengan
Joint Resource Development authority yang isu-isu potensial untuk menjalin hubungan
menyerupai Antarctic treaty. The Minor yang penting untuk menyelesaikan isu-isu
Gap Treaty antar Australia dan Indonesia, pertentangan di kawasan. Indonesia
Persian Gulf Agreement, menyediakan menjadi tuan rumah dialog workshop
I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa 157
perluasan lokasi politik luar negerinya yang konflik mengenai kelautan dengan Cina
tidak lagi hanya tertuju terpusat pada seperti yang dialami Filipina dan Vietnam.
Eropa maupun Atlantik. Kemudian dengan Kelebihan lain yang dimiliki Indonesia
tercatatnya nama indonesia dalam G-20 dan adalah posisi netral yang selama ini diambil
WTO, ini menjadi pembuktian bahwa Indonesia dalam masalah LCS. Netral
Indonesia tidak lagi hanya berfokus pada dalam artian bahwa Indonesia tidak pernah
isu-isu tradisional politik luar negeri yang secara terang-terangan memberikan
menjamin keamanan negara seperti pada dukungan terhadap Amerika Serikat yang
masa Perang Dingin, akan tetapi sudah ingin membendung pengaruh kekuatan Cina
melakukan transformasi dan menempatkan di Kawasan. Indonesia juga tidak
perhatian pada isu perekonomian global melakukan penolakkan yang berarti
(kebutuhan akan regulasi perdagangan dan terhadap pendekatan yang dilakukan Cina
keuangan). Selanjutnya, Indonesia juga dalam mengimbangi kekuatan AS. Dengan
sudah melakukan transformasi instrumen modal netralitas ini, Indonesia harus
dalam politik luar negerinya yang memberikan perhatian khusus pada posisi
ditunjukkan dengan sikap yang selalu AS, Cina maupun UE, dalam artian mereka
menolak segala jenis penggunaan kekerasan harus mendapatkan prioritas dan di-
atau kekuatan dalam penyelesaian manfaatkan kontribusinya dalam menuju
perselisihan internasional, akan tetapi selalu perdamaian di kawasan.
mengedepankan cara-cara diplomasi yang Argumentasi mengenai perlunya hal
damai dengan dukungan soft power seperti prioritas terhadap posisi AS, Cina dan UE
nilai, norma, identitas budaya.94 Ketiga karena hubungan Cina, Amerika dan UE,
transformasi yang sudah teretas dalam nantinya akan memiliki porsi dan dinamika
politik luar negeri Indonesia nantinya juga tersendiri di LCS. Sikap asertif Cina
akan menjadi modal yang besar bagi misalnya sudah membawa negara-negara
Indonesia untuk mendisain politik luar anggota ASEAN yang terlibat konflik
negeri ke Amerika dan Eropa terutama untuk selalu mulai memperhatikan
dalam isu peran aktif Indonesia di kawasan persoalan keamanan dan stabilitas regional
LCS. mereka. Perilaku asertif yang ditunjukan
Indonesia itu adalah negara yang selama ini maka akan semakin menurunkan
memiliki posisi yang sangat strategis dalam kredibilitas nya di Asia Tenggara bahkan
kontribusinya terhadap persoalan di LCS terbukti bahwa sikap ofensif Cina selama
karena, tidak terlibat klaim wilayah yang ini tidak mengjhasilkan apa-apa. Meskipun
disengketakan, dan tidak memiliki sejarah negara negara Asia Tenggara juga terlibat
94
Marx Webber dan Michael Smith, Op.Cit. hal. 32. perdagangan dan kerjsama ekonomi dengan
I Nyoman Sudira, Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa 159
Cina, akan tetapi selama Cina bertahan kawasan. Dalam Guidelines on the EU’s
dengan sikap ofensifnya maka mereka tetap Foreign and Security in East Asia,
meningkatkan hubungan keamanan mereka ditegaskan bahwa pentingnya kebebasan
dengan AS bahkan menerima kehadiran pelayaran di LCS dan mengajak semua
militer AS di kawasan. Seperti ditulis oleh pihak yang terlibat untuk menyelesaikan
Tran Truong Thuy: segala pertikaian atas dasar hukum
Brown, Michael E. 1996. The International Webber, Max dan Michael Smith.2002,
Dimention of Internal Conflict, CSIA Foreign Policy in Transformed
Studies in International Security. The World.London Prentice Hall, hal 9-12.
MIT Press, Cambridge, London. Hal 9.
Zakaria, Fareed. 1992. Realism and
Buszynski, Leszek. 2012. The South China Domestic Politics, International
Sea: Oil, Maritime Slaims, and U.S. – Security. Vol. 17, no. 1, hal 179.
China Strategic Rivalry. The
Washington Quaterly, Spring, 35: 2. Jurnal
hal. 139-156.
Bader, Jeffrey A. Obama and China's Rise:
Fravel, M Taylor. 2012. South China Sea: An Insider's Account of America's Asia
What Issues and Whose Core S t r a t e g y . ( Wa s h i n g t o n , D C :
Interest?Massachusetts Institute of Brookings)
Technology (MIT) Cambridge, MA
USA.Hal. 4. Cameron, Dr. Fraser., The South China Sea
Lander, Mark dan Sewell Chan, 2010. disputes: European Union Perspective.
Taking Harder Stance oward China, EU-Asia Centre,Brussels.Egberink,
Obama Lines up Allies. New York Fenna. 1 Juli 2011.Can Indonesia
Times, 25 Oktober 2010.Miall,Hugh Mediate the South China Sea
O l i v e r R a m s b o t h a m , To w Dispute?The Netherlands.
Woodhouse. 1999, Contemporary
Conflict Resoluton.Polity Press, Emmers, Ralf.The Us rebalancing strategy:
Cambridge, UK.Hal.91. Impact on the South China Sea.
National Security College, Australian
Simon, Patrice Morin. Democracy and National University.
Conflict Resolution: Solutions to
Papua's Case. Paper dipresentasikan Guur, Ted Robert. Why Men Rebel, 1970,
pada konferensi EU-Indonesia, Princeton, New Jersey, Princeton
“Pluralism and Democracy: University Press.
Indonesian Perspective” Brussels, 7
December 2006. hal. 6-7. King. Blair A. Peace in Papua: Widening a
Window of Opportunity, Council of
The United States Institutes of Peace, 1996, Foreign Relations Press. 2006.
Special Report: The South China Sea
Dispute: Prospect for Preventive
Diplomacy, Washington DC. Hal 9-
15.Tidwell, Alan C. 1998, Conflict
Resolved?: A Critical Assessment of
Conflict Resolution. London and New
York, Continuum, hal.3-8.