*penulis korespondensi
ABSTRAK
Latar Belakang: Persalinan melalui Seksio Caesaria (SC) merupakan prosedur operasi yang semakin
sering digunakan di negara berkembang saat ini. Hipotensi pasca anestesi spinal pada pembedahan
Seksio Sesaria sering terjadi dan dapat menyebabkan gangguan kesadaran dan kolaps kardiovaskular.
Efedrin dan Ondansetron telah dilaporkan dapat mencegah hipotensi setelah anestesi spinal.
Namun, hingga saat ini masih terdapat kontroversi mengenai penggunaannya. Studi ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh Efedrin atau Ondansetron profilaksis terhadap hipotensi pasca anestesi
spinal pada pembedahan Seksio Sesarea.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal tiga kelompok, dilakukan pada
pasien yang menjalani SC pada bulan Maret hingga Juni 2020 pada RS afiliasi. Kelompok intervensi
mendapatkan Efedrin 10mg atau Ondansetron 4mg intravena, dan NaCl 0.9% sebagai pembanding.
Pengukuran data hemodinamik (sistol, diastol, MAP, dan laju nadi) dilakukan setiap 2 menit dalam
18 menit pertama dan dilanjutkan setiap 10 menit sampai prosedur pembedahan selesai. Kejadian
efek samping mulai dicatat setelah anestesi spinal hingga 24 jam pascabedah. Jumlah rescue dengan
Efedrin antar kelompok juga dicatat. Uji t berpasangan dilakukan untuk melihat perbedaan antar
waktu. Uji ANOVA dilakukan untuk melihat perbedaan antar kelompok pada unit waktu dengan
tingkat kepercayaan 95%
Hasil: Penurunan profil diastol dan MAP lebih sedikit pada kelompok Efedrin dan Ondansetron
dibandingkan kelompok kontrol. Laju nadi lebih rendah secara umum pada kelompok Efedrin dan
Ondansetron. Enam sampel pada kelompok efedrin dan ondansetron, dan sepuluh sampel pada
kontrol mendapatkan rescue vasopressor. Total rescue pada kelompok efedrin, odansetron dan
kontrol adalah 75mg, 110mg, dan 145mg. Total sampel yang mengalami mual pada kelompok
efedrin, ondansentron, dan kotrol adalah 4 sampel, 2 sampel, dan 6 sampel.
Kesimpulan: Pemberian Efedrin 10mg atau Ondansetron 4mg profilaksis mengurangi hipotensi pasca
spinal, mengurangi kebutuhan rescue terutama pada pemberian Efedrin, dan mengurangi kejadian
mual muntah terutama pada pemberian Ondansetron.
PP PERDATIN 75
ORIGINAL ARTICLE
*corresponding author
ABSTRACT
Background: Multimodal analgesia technique using two or more analgesic drugs acting on two or
more different pain pathways is a recommended technique for post-cesarean section acute pain
management. Most commonly used technique is intravenous analgesics followed by oral analgesics.
This study aimed to compare the effectivity of oral controlled release oxycodone 10 mg and
paracetamol 1000 mg with tramadol 50 mg and paracetamol 1000 mg to treat post-cesarean pain
in the first 24 hours.
Methods: This study was a prospective double-blind randomized clinical trial in 58 patients
underwent cesarean section surgery under spinal anesthesia. Patients were randomized into two
groups, oxycodone group and tramadol group. Twenty nine subjects in oxycodone group were given
controlled release oxycodone 10 mg orally every 12 hours and paracetamol 1000 mg orally every
8 hours, while twenty nine subjects in tramadol group were given tramadol 50 mg orally every 6
hours and paracetamol 1000 mg orally every 8 hours. Postoperative pain assessment using the
Numerical Rating Scale (NRS) in different positions (sitting, resting, and take a deep breath) and time
intervals, which are 1, 6, 12, 18 and 24 hours after the first drug administration. Collected data were
statistically analyzed.
Results: NRS score in oxycodone group was significantly lower than tramadol group with p-value
<0.001, Oxycodone controlled release 10 mg and paracetamol 1000 mg were more effective than
tramadol 50 mg and paracetamol 1000 mg in treating post-cesarean pain.
Conclusion: Oxycodone 10 mg oral controlled release with 1000 mg paracetamol is more effective in
treating post-cesarean pain compared to tramadol 50 mg orally with 1000 mg paracetamol.
PP PERDATIN 76
Holiwono AMM, dkk.
PP PERDATIN 77
MajAnestCriCare Vol. 39 No.2
pada literatur. Berdasarkan hal tersebut, kami seksio sesarea pada RSIA jejaring di Makassar.
melakukan penelitian ini untuk mengetahui Sampel adalah seluruh populasi terjangkau
pengaruh pemberian Efedrin dibanding yang memenuhi kriteria inklusi dan setuju untuk
Ondansetron sebagai profilaksis hipotensi pasca ikut dalam penelitian, yang diambil dengan
anestesi spinal pada Seksio Caesaria. metode consecutive sampling. Pembagian
kelompok sampel dilakukan secara acak melalui
METODE PENELITIAN pengundian dengan amplop berkode. Kriteria
inklusi penelitian adalah pasien yang berusia 20-
Penelitian ini merupakan penelitian 45 tahun, indeks massa tubuh (IMT) < 30 kg/m2,
eksperimental dengan uji klinis acak tersamar tinggi badan > 150 cm, status fisik ASA PS kelas II,
tunggal untuk mengetahui pengaruh pemberian tes tanda vital ortostatik negatif, dan jenis operasi
Efedrin dibanding Ondansetron sebagai elektif / puasa 6 jam. Kriteria eksklusi penelitian
profilaksis hipotensi pasca anestesi spinal pada adalah jika pasien menolak untuk diikutsertakan
Seksio Caesaria. Penelitian dilakukan di Rumah dalam penelitian, adanya kontraindikasi
Sakit Ibu Anak (RSIA) Jejaring Makassar, mulai terhadap bahan penelitian, adanya riwayat
bulan Agustus sampai Oktober 2020. Populasi hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan asma.
yang termasuk dalam penelitian ini adalah pasien Kriteria drop out meliputi gagal spinal, durasi
yang akan menjalani prosedur pembedahan operasi memanjang > 2 jam, atau jika pasien
PP PERDATIN 78
Holiwono AMM, dkk.
membutuhkan anestesi umum selama operasi. dalam 18 menit pertama dan dilanjutkan setiap
Kelaikan etik (ethical clearance) didapatkan dari 10 menit sampai prosedur pembedahan selesai.
Komisi Etik Penelitian Biomedis pada manusia Kejadian efek samping mulai dicatat setelah
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin obat diinjeksikan ke dalam ruang subarachnoid
dan Bagian Pendidikan dan Penelitian Rumah sampai dengan 24 jam pascabedah. Jika pasien
Sakit Wahidin Sudirohusodo dengan nomor mengalami hipotensi (jika tekanan darah sistolik
330/UN4.6.4.5.31/PP36/2020. Semua pasien < 90 mmHg atau tekanan arteri rerata < 20% dari
yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan basal) maka diberikan Efedrin 10 mg/intravena;
secara lisan dan menandatangani lembar jika bradikardi (penurunan laju jantung < 50
persetujuan untuk ikut dalam penelitian secara kali/menit) diberi Atropine Sulfat 0,5 mg/
sukarela. intravena. Jika terjadi mual/muntah diberikan
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan Metoclopramide 10 mg/IV.
tidak dieksklusi dibagi secara acak menjadi 3 Data yang diperoleh diolah dan hasilnya
kelompok: yaitu kelompok perlakuan yang pada ditampilkan dalam bentuk narasi, tabel berupa
periode sebelum anestesi spinal mendapatkan rata-rata, median, dan rentang data dengan
Efedrin intravena atau Ondansetron intravena, menggunakan Statistical Package for Social
dan kelompok kontrol yang pada periode Scientist (SPSS) 25. Data ditunjukkan dengan
sebelum anestesi spinal mendapatkan NaCl rata-rata umur, IMT, ASA PS, tekanan darah,
0.9% 2cc intravena. Sebelum dilakukan anestesi laju jantung, durasi pembedahan, dan rescue
spinal, pasien diberikan premedikasi Omeprazol Efedrin dan Atropine Sulfat di dalam kelompok.
40 mg. Anestesi spinal dilakukan pada interspace Berdasarkan jenis dan bentuk data yang
L3-L4 atau L4-L5 posisi Left Lateral Decubitus didapatkan kemudian ditentukan metode uji
(LLD) dengan jarum spinal 25 G. Injeksi statistik yang sesuai. Umur, IMT, ASA PS, tekanan
anestetik lokal dilakukan dengan Bupivakain darah, laju jantung, durasi pembedahan, dan
0,5% hiperbarik 10 mg (2 cc) dengan Fentanyl rescue Efedrin dan Atropine Sulfat diuji dengan
25 mcg (0,5 cc) volume total 2,5 cc. Pemberian uji Anova jika berdistribusi normal dan uji
obat pada Kelompok Efedrin (KE) Efedrin 10mg/ Kruskal-Wallis jika berdistribusi tidak normal.
intravena dan pada Kelompok Onadansetron Perbedaan tekanan darah dan laju jantung dari
(KO) Ondansetron 4 mg/intravena dan pada basal diuji dengan uji T berpasangan. Tingkat
Kelompok Kontrol (KK) NaCl 0.9% 2 cc dilakukan kemaknaan yang digunakan <0,05 dengan
bersamaan dengan tindakan anestesi spinal. interval kepercayaan 95%.
Dilakukan co-loading kristaloid Ringer Laktat
10 cc/kgBB bersamaan dengan anestesi spinal. HASIL PENELITIAN
Kemudian, dilakukan penilaian ketinggian Sebanyak 60 partisipan dilibatkan dalam studi
blok dengan ketinggian blok autonom setinggi ini dengan rerata umur 30 tahun. Partisipan
thorakal 5; blok sensorik thorakal 6; Blok kemudian terbagi dalam tiga kelompok secara
motorik target skala bromage 3/3. Pengukuran acak. Hasil uji One Way Anova dan Kruskal-
dan evaluasi data hemodinamik (tekanan darah, Wallis menghasilkan nilai (p>0,05) yang berarti
MAP,dan laju nadi) dilakukan setiap 2 menit tidak ada perbedaan signifikan antara umur, TB,
PP PERDATIN 79
MajAnestCriCare Vol. 39 No.2
pada kelompok kontrol dan kelompok efedrin perbedaan ini tidak signifikan dengan nilai p
lebih tinggi. 0.323.
Dari Gambar 4 dapat dilihat kelompok Kontrol Kelompok kontrol membutuhkan total rescue
memiliki jumlah orang yang di-rescue terbanyak Efedrin paling banyak (145 mg). Kelompok
(10 orang) dan jumlah orang yang di-rescue pada Ondansetron membutuhkan 110 mg dan
kelompok Ondansetron dan kelompok Efedrin kelompok Efedrin membutuhkan 75 mg.
lebih sedikit dengan masing-masing 6 orang. Namun perbedaan mean jumlah rescue setelah
Namun setelah dilakukan uji Kruskal-Wallis, dilakukan uji Kruskal-Wallis tidak signifikan
kelompok dengan nilai p 0.363.
Dapat disimpulkan bahwa kelompok Efedrin dan
Ondansetron membutuhan rescue yang lebih
sedikit dibanding kelompok kontrol, dimana
jumlah orang yang membutuhkan rescue sama
antara kelompok Efedrin dan Ondansetron,
namun total Efedrin yang diberikan pada
kelompok Ondansetron lebih banyak dibanding
kelompok Efedrin.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hanya 2
sampel yang mengalami mual muntah pada
kelompok Ondansetron, 4 yang mengalami mual
muntah pada kelompok Efedrin, dan 6 pada
kelompok Kontrol. Namun setelah diuji dengan
Gambar 4. Jumlah sampel yang mendapatkan menggunakan uji Kruskal-Wallis, jumlah ini tidak
rescue pada ketiga kelompok. berbeda signifikan dengan nilai p 0.297.
Data disajikan dalam bentuk n (persentase), Jumlah sampel yang mengalami mual muntah dianalisa dengan
uji Kruskal-Wallis. Tidak ada perbedaan signifikan antara ketiga kelompok (p>0.05)
intravena memiliki efektivitas yang sebanding Laju Nadi basal pada kelompok kontrol dan
dalam mengurangi perubahan TDS, TDD, TAR, kelompok efedrin lebih tinggi.
dan laju nadi pada pasien yang menjalani SC Dari gambar 4 dapat dilihat kelompok Kontrol
dengan anestesi spinal. Pada penelitian ini, kami memiliki jumlah orang yang di-rescue terbanyak
mempelajari perubahan hemodinamik dalam (10 orang) dan jumlah orang yang di-rescue
lima aspek (TDS, TDD, TAR, HR, dan kebutuhan pada kelompok Ondansetron dan kelompok
Rescue) untuk memperkirakan dampak Efedrin Efedrin lebih sedikit dengan masing-masing 6
atau Ondansetron pada hemodinamik sampel. orang. Namun setelah dilakukan uji Kruskal-
Kami membandingkan nilai TDS, TDD, TAR, Wallis, perbedaan ini tidak signifikan dengan
laju nadi antar kelompok, dan menemukan nilai p 0.323. Kelompok kontrol membutuhkan
terjadi penurunan yang signifikan pada seluruh total rescue Efedrin paling banyak (145 mg).
pengukuran pada TDS, TDD, TAR terhadap Kelompok Ondansetron membutuhkan 110
basal, tapi tidak pada awal pembedahan pada mg dan kelompok Efedrin membutuhkan 75
kelompok Efedrin dan Ondansetron. mg. Perbedaan antara kelompok Ondansetron
Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan dan Efedrin diakibatkan karena pada kelompok
signifikan TDS pada T3 antara kelompok Efedrin Ondansetron ada beberapa sampel yang
dengan kelompok kontrol (p<0.05). Terdapat membutuhkan rescue pada 2 pengukuran yang
penurunan TDD yang signifikan pada ketiga berurutan sehingga dosis rescue yang diberikan
kelompok kecuali pada T1 pada kelompok ditingkatkan. Namun perbedaan mean jumlah
Efedrin dan Ondansetron. Juga terdapat rescue ini setelah dilakukan uji Kruskal-Wallis
perbedaan signifikan TDD kelompok Efedrin memberikan hasil yang tidak signifikan pada
dan kelompok Ondansetron terhadap kelompok ketiga kelompok dengan nilai p 0.363.
Kontrol di T1, dan perbedaan signifikan antara Dapat disimpulkan bahwa kelompok Efedrin dan
kelompok Ondansetron dan Kelompok Kontrol Ondansetron membutuhan rescue yang lebih
pada akhir pembedahan di T10, namun hasil sedikit dibanding kelompok kontrol, dimana
pada akhir pembedahan dapat diperancu jumlah orang yang membutuhkan rescue sama
oleh rescue. Terdapat penurunan TDD yang antara kelompok Efedrin dan Ondansetron,
signifikan pada ketiga kelompok kecuali pada namun total Efedrin yang diberikan pada
T1 pada kelompok Efedrin dan Ondansetron. kelompok Ondansetron lebih banyak dibanding
Juga terdapat perbedaan signifikan antara TAR kelompok Efedrin.
kelompok Ondansetron dan kelompok Kontrol Penelitian pada tahun 2015 oleh Khalifa
pada akhir pembedahan di T10, namun hasil menyimpulkan pada SC penggunaan profilaksis
ini dapat diperancu oleh rescue. Terdapat Granisetron intravena, Ondansetron, atau
penurunan TAR yang signifikan pada ketiga Efedrin dapat mengurangi hipotensi, kejadian
kelompok kecuali pada T1 pada kelompok Efedrin mual muntah, dan penggunaan vasopressor.10
dan Ondansetron. Dari grafik hemodinamik Perbedaan penelitian kami dari penelitian
dapat dilihat bahwa pada awal pembedahan, sebelumnya adalah kami membuktikan bahwa
kelompok efedrin dan ondansetron memberikan Efedrin lebih efektif dibanding Ondansetron
stabilitas hemodinamik yang lebih baik dibanding sebagai profilaksis hipotensi dibuktikan dengan
kelompok kontrol. kebutuhan vasopressor yang lebih sedikit, dan
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada keduanya efektif sebagai pencegahan hipotensi,
perbedaan signifikan antara laju nadi pada hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien yang
ketiga kelompok. Terdapat peningkatan yang mendapatkan rescue pada kelompok Efedrin
signifikan pada laju nadi dari laju nadi basal saat dan Ondansetron sebanding, sedangkan
awal pembedahan pada kelompok Ondansetron. pada kelompok kontrol jumlah pasien yang
Peningkatan ini mungkin merupakan mekanisme mendapatkan rescue hampir dua kali lipat
komprensasi terhadap hipovolemia realtif dibanding kelompok Ondansetron dan Efedrin.
karena anestesi spinal. Peningkatan Laju Nadi Hasil uji statistik yang tidak signifikan pada
tidak signifikan pada kelompok kontrol dan penelitian kami diakibatkan karena jumlah
kelompok efedrin mungkin disebabkan karena pasien yang mendapatkan rescue pada
PP PERDATIN 82
Holiwono AMM, dkk.
PP PERDATIN 83
MajAnestCriCare Vol. 39 No.2
under spinal anesthesia. Ain-Shams J IOSR J Dent Med Sci. 2016 Sep;15(09):52–8.
Anaesthesiol. 2015 Apr 1;8(2):166–72. 13. Wong CA. Physiologic effects of neuraxial
11. Bhat M, Buchh V, Gurcoo S, Nazir I, Qazi S. anesthesia in spinal and epidural anesthesia.
Comparison between phenylephrine and In: Spinal and Epidural Anesthesia. 1st ed.
ephedrine in preventing hypotension during New York, N.Y.: McGraw-Hill Companies;
spinal anesthesia for cesarean section. J 2007. p. 119–37.
Obstet Anaesth Crit Care. 2012;2(2):92. 14. Tamilselvan P, Fernando R, Bray J, Sodhi
12. Lonkar DSS, Khatavkar DSS, Thatte M, Columb M. The effects of crystalloid
DWS, Santhi DN. Comparison Between and colloid preload on cardiac output
Phenylephrine, Ephedrine And in the parturient undergoing planned
Mephentermine In Preventing Hypotension cesarean delivery under spinal anesthesia:
During Spinal Anesthesia For Caesarean a randomized trial. Anesth Analg. 2009
Section And Their Effect On Fetal Outcome. Dec;109(6):1916–21.
PP PERDATIN 84