Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2014;2(1): 1–9]


 ARTIKEL PENELITIAN

Perbandingan Pemberian Ondansetron 8 mg dengan Tramadol 1 mg/


kgBB Intravena untuk Mencegah Menggigil Pascaanestesi Umum pada
Operasi Mastektomi Radikal atau Modifikasi
Mirza Oktavian,1 Abdul Muthalib Nawawi,2 Tinni T. Maskoen2
Departemen Bedah dan Anestesi Rumah Sakit Tk. III Brawijaya-Surabaya
1

2
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin-Bandung

Abstrak

Menggigil pascaanestesi merupakan komplikasi anestesi umum yang dapat dicegah menggunakan berbagai
jenis obat. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan ondansetron 8 mg intravena dengan tramadol
1 mg/kgBB dalam mencegah menggigil pascaanestesi umum. Penelitian dilakukan menggunakan metode
prospektif, terkontrol, tersamar buta ganda pada 38 pasien berusia 30–60 tahun yang menjalani operasi
mastektomi radikal atau modifikasi di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Maret–April
2012, status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) I dan II. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok
secara acak, masing-masing kelompok menerima ondansetron 8 mg atau tramadol 1 mg/kgBB sebelum
penutupan luka operasi. Analisis hasil penelitian menggunakan uji chi-kuadrat menunjukkan kejadian
menggigil kelompok tramadol lebih sedikit (15,8%) dibandingkan dengan kelompok ondansetron (52,6%)
dengan perbedaan bermakna (p<0,05). Simpulan, pemberian tramadol 1 mg/kgBB lebih baik dibandingkan
dengan ondansetron 8 mg intravena untuk mencegah kejadian menggigil pascaanestesi umum pada operasi
mastektomi radikal atau modifikasi.

Kata kunci: Menggigil pascaanestesi umum, ondansetron, tramadol

Comparison Between Intravenous 8 mg Ondansetron and Tramadol


1 mg/kgBW in Preventing Post Anesthetic Shivering after General
Anesthesia in Radical or Modified Mastectomy
Abstract

Post anesthetic shivering is a common complication of general anesthesia and preventable with several
types of drugs. The aim of this study was to compare the efficacy of intravenous 8mg ondansetron versus
tramadol 1 mg/kgBW in preventing post anesthetic shivering after general anesthesia. The research is a
prospective, randomized double-blind controlled study involving 38 female patients aged 30–65 years at
Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung period March–April 2012, American Society of Anesthesiologist (ASA)
physical status I–II, who underwent radical or modified mastectomy. Subjects were randomly divided into
two groups. One group was given ondansetron 8 mg and the other group was given tramadol 1 mg/kgBW
before surgical wound closure. Research results showed that incidence of post anesthetic shivering was
less on tramadol group (15.8%) compared to ondansetron (52.6%) group, which is statistically significant
(p<0.05). In conclusion, administration of tramadol 1 mg/kgBW intravenously is more effective in preventing
post anesthetic shivering in radical or modified mastectomy.
Key words: Ondansetron, post anesthetic shivering, tramadol

Korespondensi: Mirza Oktavian, dr., SpAn, M.Kes, Departemen Bedah dan Anestesi Rumah Sakit Tk. III Brawijaya Jl. Kesatrian
No. 17, Surabaya, Telp/Faks 031-5668343/031-5670656, Mobile 081320078300, Email mirza71@gmail.com

1
2 Jurnal Anestesi Perioperatif

Pendahuluan sering terjadi dibandingkan dengan operasi


nonlaparotomi lain, yang mungkin disebabkan
Menggigil merupakan salah satu komplikasi oleh luas daerah operasi yang terlibat.12
pascaanestesia yang sering kali ditemukan.1,2 Kejadian menggigil pada saat pascaanestesi
Suatu penelitian melaporkan angka insidensi menyebabkan ketidaknyamanan dan efek lain
menggigil pascaanestesia umum yaitu 5–65%, yang merugikan pasien. Pencegahan terhadap
sedangkan angka pada pascaanestesia regional menggigil pascaanestesi ini dilakukan dengan
adalah sebesar 33%.3 Menggigil pascaanestesia cara nonfarmakologis maupun farmakologis.
merupakan gerakan involunter berulang pada Pencegahan nonfarmakologis dapat dilakukan
1 (satu) atau beberapa kelompok otot sebagai dengan menggunakan alat penghangat untuk
suatu mekanisme untuk meningkatkan suhu mempertahankan suhu pasien dalam keadaan
inti tubuh.4 Efek merugikan akibat menggigil normotermia. Secara farmakologis, kejadian
yaitu peningkatan konsumsi oksigen, produksi menggigil pascaanestesi dapat dicegah serta
karbondioksida, katekolamin, curah jantung, diatasi dengan mempergunakan obat-obatan.
terjadi takikardi, hipertensi, serta peningkatan Pemberian obat-obatan, misalnya meperidin,
tekanan intraokuler dan intrakranial.3,5 alfentanil, nalbufin, tramadol, α2-adrenergik,
Penyebab menggigil pascaanestesi sampai doksapram, dan fisostigmin secara intravena
sekarang belum diketahui secara pasti, namun efektif menurunkan angka kejadian menggigil
terdapat 2 pendapat yang dapat menerangkan. pascaanestesi.3,4,7 Efek samping yang mungkin
Pertama, menggigil pascaanestesi merupakan terjadi akibat pemberian obat-obatan tersebut,
mekanisme termoregulasi dari tubuh terhadap antara lain ialah penurunan atau peningkatan
penurunan suhu inti sebagai respons terhadap tekanan darah, laju nadi, sedasi, depresi napas,
hipotermia, hal ini terjadi pula pada pasien mual, dan muntah.7
dengan suhu tubuh normal atau normotermia. Tramadol merupakan analgetik yang bekerja
Hal tersebut mungkin berhubungan dengan pada reseptor opioid µ dan juga memiliki efek
kejadian nyeri pascabedah.4,6 Kedua, menggigil yang lemah pada reseptor κ serta δ. Tramadol
pascaanestesi mungkin berhubungan dengan akan mencegah proses pengambilan kembali
mekanisme neurologis akibat efek obat-obat (reuptake) serotonin atau 5 hidroksitriptamin
anestesi terhadap susunan saraf pusat.3–5, 7 (5-HT), meningkatkan konsentrasi serotonin
Pemberian tindakan anestesi, baik dengan dan noradrenalin pada sinaps, serta melalui
teknik anestesi umum maupun regional akan reseptor α2 adrenoreseptor menekan respons
menyebabkan gangguan fungsi termoregulasi, menggigil pascaanestesi.13–15
ditandai dengan peningkatan ambang respons Tramadol 1 mg/kgBB yang diberikan saat
terhadap panas. Anestesi umum mengubah penutupan luka operasi sama efektif dengan
pengaturan temperatur tubuh normal dengan petidin 0,5 mg/kgBB untuk tujuan mencegah
menurunkan ambang respons vasokonstriksi menggigil pascaanestesi.16 Penelitian lain yang
dari 37 0C menjadi 34 0C serta meningkatkan menggunakan tramadol 1 mg/kgBB sebelum
ambang respons vasodilatasi, berkeringat, dan induksi anestesia efektif mengurangi kejadian
juga memperluas jarak interthreshold range menggigil pascaanestesi umum.13 Efek samping
dari 0,2 0C menjadi 4 0C.8–11 Selain itu, anestesi yang dapat ditimbulkan oleh tramadol adalah
umum dan juga regional dapat menghilangkan sedasi dan mual muntah pascaoperasi.14,17
mekanisme adaptasi dan akan mengganggu Ondansetron sebagai antagonis reseptor
mekanisme fisiologis dari termoregulasi. Pada serotonin atau 5-hidroksitriptamin 3 (5-HT3)
suatu penelitian mendapatkan bahwa pada spesifik dapat dipergunakan untuk mencegah
pasien yang menjalani operasi mastektomi menggigil pascaanestesi. Penelitian prospektif
radikal ternyata lebih mudah untuk terjadi terhadap 87 pasien yang menjalani operasi
penurunan pada suhu tubuh inti dibandingkan superfisial dalam anestesi umum, membuktikan
dengan suhu perifer dengan perbedaan yang bahwa ondansetron 8 mg yang diberikan saat
nyata, sehingga angka kejadian menggigil lebih induksi dapat mengurangi kejadian menggigil

JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014


Perbandingan Pemberian Ondansetron 8 mg dengan Tramadol 1 mg/kgBB Intravena untuk Mencegah 3
Menggigil Pascaanestesi Umum pada Operasi Mastektomi Radikal atau Modifikasi

pascaanestesi.2 Pemberian ondansetron tidak Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran


memengaruhi hemodinamika serta respirasi Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr.
dan juga dapat mengurangi pruritus akibat Hasan Sadikin Bandung, dilakukan penjelasan
pemberian opioid.14 (informed consent) mengenai penelitian yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akan dilakukan kepada pasien serta keluarga
perbandingan antara pemberian ondansetron yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kemudian
8 mg dan tramadol 1 mg/kgBB intravena pada sampel dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yang
saat menutup luka operasi untuk mencegah ditentukan dengan cara acak mempergunakan
kejadian menggigil pascaanestesi umum pada tabel bilangan random, yaitu kelompok O yang
operasi mastektomi radikal. mendapat ondansetron 8 mg dan kelompok T
yang mendapat tramadol 1 mg/kgBB. Pasien
Subjek dan Metode dipuasakan 6 jam sebelum operasi.
Saat berada di ruang persiapan, dilakukan
Subjek penelitian sebanyak 38 orang pasien pemasangan jalur intravena mempergunakan
wanita yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Hasan kateter intravena no. 18G dan diberikan cairan
Sadikin Bandung yang menjalani pembedahan Ringer laktat (RL) yang disimpan pada suhu
mastektomi radikal memakai anestesia umum kamar untuk mengganti cairan yang hilang
yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu wanita akibat puasa, dengan jumlah yang diberikan
yang akan menjalani pembedahan mastektomi adalah 1,5 mL/kgBB dikalikan dengan lama
radikal atau modifikasi, status fisik American puasa. Pasien dibawa masuk ke dalam kamar
Society of Anesthesiologist (ASA) I–II, berusia operasi dengan suhu yang telah diatur berkisar
30–60 tahun, indeks massa tubuh (IMT) 20– 24 0C, dipasang alat pantau EKG, tekanan darah
24 kg/m2, pengukuran suhu pada membran noninvasif, serta saturasi oksigen perifer life
timpani normotermia (35,7–37,5 0C). Kriteria scope 14 Nihon Kohden.
eksklusi, yaitu pasien yang mendapatkan obat- Sebelum induksi, dilakukan pengukuran
obatan yang telah diketahui mempunyai efek tekanan darah, denyut nadi, saturasi, dan juga
mencegah menggigil (deksametason, ketamin, suhu tubuh inti. Induksi anestesia dilakukan
petidin), serta pasien yangmempunyai riwayat dengan mempergunakan propofol 2 mg/kgBB,
kejang dan gangguan ekstrapiramidal. Subjek atrakurium 0,5 mg/kgBB, dan fentanil 2 µg/
dikeluarkan dari penelitian bila pembedahan kgBB. Setelah dilakukan intubasi dengan pipa
berlangsung lebih dari 3 jam atau kurang dari endotrakeal, diberikan pemeliharaan anestesi
30 menit dan atau terjadi perdarahan yang dengan enfluran 1,5–2 vol%, oksigen 50%,
memerlukan transfusi. N2O 50%. Pencatatan laju nadi, tekanan darah,
Besar sampel ditentukan mempergunakan saturasi oksigen perifer, dan juga suhu tubuh
formula besar sampel untuk menguji 2 (dua) dilakukan tiap 10 menit sejak sebelum induksi
proporsi, dengan taraf kepercayaan (α) 95% sampai dengan saat operasi selesai. Pada saat
dan besarnya uji kekuatan (β) 80%, didapatkan penutupan luka operasi, diberikan tramadol
jumlah sampel adalah 19 untuk tiap kelompok 1 mg/kgBB intravena pada kelompok T dan
perlakuan, sehingga jumlah seluruh sampel ondansetron 8 mg intravena pada kelompok O
adalah 38. Penelitian ini merupakan penelitian dengan volume yang sama (4 mL) sesuai hasil
eksperimental, mempergunakan uji acak klinis randomisasi.
secara terkontrol tersamar ganda (double blind Pada saat akhir operasi, gas enfluran serta
randomized controlled trial). Kriteria kejadian N2O dihentikan, dan diberikan oksigen 100%,
menggigil yang diambil sebagai data penelitian neostigmin 0,05 mg/kgBB yang didahului atau
adalah gejala menggigil pascaanestesi derajat bersamaan pemberian sulfas atropin 0,02 mg/
2 sampai 4 selama 3 menit yang ditentukan kgBB. Jumlah cairan dan lama operasi dihitung
dari tanda klinis berdasarkan derajat menurut dan juga dicatat. Jumlah cairan yang diberikan
Wrench dkk.10 selama operasi disesuaikan dengan lamanya
Setelah mendapat persetujuan Komite Etik puasa, jumlah cairan rumatan selama operasi,

JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014


4 Jurnal Anestesi Perioperatif

dan penggantian perdarahan. oleh kontraksi otot abdominal yang kuat.


Obat analgetik pascaoperasi yang diberikan Derajat sedasi pada pasien yang telah selesai
adalah ketorolak 30 mg (dosis 45–120 mg/24 menjalani pembedahan dan dipindahkan ke
jam) serta tramadol 200 mg dalam cairan RL ruangan pemulihan ditentukan menggunakan
0,9% 500 mL 20 tetes per menit yang diberikan skala sedasi Ramsay. Skala 1: pasien ansietas,
saat pasien sudah berada di ruang pemulihan. agitasi atau gelisah, skala 2: pasien kooperatif
Untuk mencegah mual muntah pada kelompok dan tenang, skala 3: pasien hanya mengikuti
T diberikan metoklopramid 10 mg. perintah, skala 4: pasien tertidur, tetapi cepat
Pada saat pasien tiba di ruang pemulihan beraksi terhadap tepukan ringan/rangsangan
dengan suhu ruangan yang sebelumnya telah suara, skala 5: pasien tertidur, lamban beraksi
diatur berkisar 25–27 0C, diberikan selimut pada tepukan ringan/rangsangan suara keras,
dan oksigen melalui binasal kanul 2–3 L/menit. dan skala 6: pasien tertidur dan tidak bereaksi.
Selama observasi, dilakukan pengamatan dan Analisis data dilakukan secara deskriptif
pencatatan suhu inti tubuh, kejadian menggigil memakai ukuran jumlah dan persentase untuk
serta derajatnya, skala nyeri serta sedasi serta data kategorik serta ukuran rata-rata, standar
derajat mual muntah oleh petugas yang telah deviasi, median, dan rentang untuk data jenis
diberi penjelasan tentang skala derajat nyeri numerik. Analisis bivariabel untuk menguji
(VAS), derajat sedasi, derajat menggigil, serta perbandingan pemberian ondansetron 8 mg
mual muntah. Pencatatan dilakukan setiap 10 intravena dengan tramadol 1 mg/kgBB untuk
menit selama 120 menit. Apabila ditemukan mencegah kejadian menggigil pascaanestesi
kejadian menggigil atau nyeri, maka diberikan umum pada operasi mastektomi menggunakan
obat tambahan petidin 25 mg bolus intravena uji statistik chi-kuadrat.
dan bila ditemukan kejadian muntah diberikan Analisis data penelitian dilakukan dengan
ondansetron 4 mg intravena. menggunakan program statistical product and
Skala derajat menggigil ditentukan dengan service solution (SPSS) for windows versi 13.0
menggunakan kriteria dari Wrench. Derajat 0 pada derajat kepercayaan 95% dan dianggap
= tidak menggigil; Derajat 1= terdapat satu atau bermakna apabila nilai p≤0,05. Penelitian ini
lebih tanda berikut: piloereksi, vasokonstriksi dilakukan di central operating theatre (COT)
perifer serta sianosis perifer tanpa penyebab Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada
lain dan juga tanpa aktivitas otot; Derajat 2 = Maret sampai April 2012.
aktivitas otot pada satu grup otot; Derajat 3 =
aktivitas otot pada lebih dari satu grup otot Hasil
tetapi belum menyeluruh; Derajat 4 = aktivitas
otot pada seluruh tubuh.10 Penelitian dilakukan terhadap 38 orang subjek
Derajat mual muntah merupakan tingkatan penelitian dengan status fisik ASA I dan II yang
gejala klinis yang terjadi pada proses muntah. menjalani operasi mastektomi radikal dalam
Menurut penilaian pada skor Bellville, kriteria anestesi umum di COT lantai 3 Rumah Sakit Dr.
tidak mual adalah pasien tenang serta tidak Hasan Sadikin Bandung dengan lama operasi
mengalami rasa mual. Mual merupakan sensasi kurang dari tiga jam. Subjek dibagi dalam dua
tidak menyenangkan dan terdapat keinginan kelompok, yaitu kelompok O yang mendapat
untuk muntah, sering kali disertai tanda-tanda ondansetron 8 mg sebanyak 19 orang serta
hipersalivasi, suka menelan, berkeringat, kulit kelompok T yang mendapat tramadol 1 mg/
pucat, takikardia, dan juga penurunan aktivitas kgBB sebanyak 19 orang.
saluran pencernaan. Menjeluak ialah kontraksi Hasil penelitian menggambarkan bahwa
spasmodik yang bersifat ritmik dari otot-otot data untuk variabel usia, berat badan, tinggi
pernapasan, termasuk otot diafragma, dinding badan, pendidikan, indeks massa tubuh, suhu
dada, dan juga otot-otot perut tanpa disertai tubuh inti sebelum pembedahan, suhu kamar
ekspulsi dari isi lambung, dan muntah adalah operasi, lama operasi, suhu, jumlah cairan infus
ekspulsi yang kuat dari isi lambung didukung yang diberikan, serta jumlah perdarahan pada

JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014


Perbandingan Pemberian Ondansetron 8 mg dengan Tramadol 1 mg/kgBB Intravena untuk Mencegah 5
Menggigil Pascaanestesi Umum pada Operasi Mastektomi Radikal atau Modifikasi

Tabel 1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian


Karakteristik Ondansetron 8 mg (n=19) Tramadol 1 mg/kgBB (n=19)
Usia (tahun) 46,37 46,79
Berat badan (kg) 53,84 53,58
Tinggi badan (cm) 154,11 153,84
Pendidikan
SMP 4 5
SMA 12 11
PT 3 3
Indeks massa tubuh (kg/m ) 2
22,66 22,61
Suhu tubuh inti ( C)
0
36,86 36,82
Suhu kamar operasi ( C)0
23,98 24,06
Lama operasi (menit) 120 121,32
Suhu cairan infus (0C) 24,77 24,67
Jumlah cairan infus (mL) 1.384 1.410
Jumlah perdarahan (mL) 481,58 484,21

kedua kelompok perlakuan tidak didapatkan banyak terjadi pada kelompok ondansetron
perbedaan bermakna. bila dibandingkan dengan kelompok tramadol
Kejadian menggigil lebih banyak didapatkan (Gambar 1).
pada kelompok ondansetron bila dibandingkan Suhu tubuh inti rata-rata antara kelompok
dengan kelompok tramadol. Setelah dilakukan ondasetron dan tramadol tidak didapatkan
uji statistik dengan menggunakan chi-kuadrat perbedaan bermakna secara statistik (p>0,05).
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang Kurva suhu tubuh inti pada kedua kelompok
bermakna antara kedua kelompok perlakuan perlakuan masih mengalami penurunan pada
(p<005; Tabel 2). saat akhir operasi dan cenderung meningkat
Kejadian menggigil pada derajat 2–4 lebih setelah pasien pindah ke ruang pemulihan.

Gambar 1 Diagram Derajat Menggigil Pascaanestesi pada Kedua Perlakuan

JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014


6 Jurnal Anestesi Perioperatif

Kejadian mual muntah terjadi pada 3/19 perbedaan bermakna antara kedua kelompok.
pasien pada kelompok ondansetron, sedangkan Pada penelitian ini didapatkan kejadian
pada kelompok tramadol didapatkan 10/19 menggigil sebanyak 10 kasus dari 19 sampel
pasien. Setelah dilakukan uji statistik, hasilnya pada pemberian ondansetron 8 mg, tiga kasus
berbeda bermakna (p<0,005; Tabel 3). Derajat dari 19 sampel pada pemberian tramadol 1
sedasi yang lebih besar terjadi pada kelompok mg/kgBB. Secara klinis, kejadian menggigil
tramadol bila dibandingkan dengan kelompok pada kelompok tramadol 1 mg/kgBB lebih
ondansetron. Hasil uji statistika menunjukkan rendah bila dibandingkan dengan kelompok
perbedaan bermakna antara kedua kelompok ondansetron 8 mg yang berbeda bermakna
perlakuan (p<005; Tabel 4). setelah dilakukan uji statistika (p<0,05).
Sesuai dengan hasil penelitian pada pasien
Pembahasan yang mengalami menggigil setelah menjalani
operasi seksio sesarea menggunakan anestesi
Karakteristik umum pasien pada kelompok regional spinal, yang diberikan tramadol atau
ondansetron dan juga tramadol, tidak terdapat ondansetron. Ternyata tramadol memberikan
perbedaan yang bermakna dalam usia, berat hasil yang lebih baik untuk menghilangkan
badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh menggigil pascaanestesi dibandingkan dengan
sehingga subjek penelitian layak dibandingkan. ondansetron (88% vs 61%).14
Karakteristik subjek selama proses operasi, Insidensi kejadian menggigil pascaanestesi
seperti suhu tubuh inti sebelum dilakukan pada kelompok tramadol yang lebih sedikit
induksi anestesia, suhu ruangan operasi, suhu kemungkinan disebabkan karena tramadol
dan juga jumlah cairan yang diberikan, jumlah memiliki mekanisme kerja untuk mengurangi
perdarahan dan lama operasi, tidak terdapat ataupun menghilangkan menggigil pada pusat

Tabel 2 Perbandingan Kejadian Menggigil pada Kelompok Perlakuan


Kejadian Ondansetron 8 mg Tramadol 1 mg/kgBB p
(n=19) (n=19)
Menggigil 10 3
Tidak menggigil 9 16 0,017
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji chi-kuadrat, p≤0,05=bermakna

Gambar 2 Grafik Perubahan Suhu Tubuh Rata-rata Inti Pascaanestesi

JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014


Perbandingan Pemberian Ondansetron 8 mg dengan Tramadol 1 mg/kgBB Intravena untuk Mencegah 7
Menggigil Pascaanestesi Umum pada Operasi Mastektomi Radikal atau Modifikasi

Tabel 3 Perbandingan Kejadian Mual Muntah Pascaanestesi


Ondansetron 8 mg Tramadol 1 mg/kgBB
Kejadian p
(n=19) (n=19)
Tidak mual dan muntah 16 9 0,017
Mual dan muntah 3 10
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji chi-kuadrat, p≤0,05 = bermakna

termoregulasi yang lebih unggul dibandingkan (5-HT3) spesifik yang biasa digunakan untuk
dengan ondansetron. Mekanisme tramadol mencegah kejadian mual muntah pascaoperasi.
untuk mencegah dan menghilangkan menggigil Serotonin diduga memengaruhi pengaturan
pascaanestesi umum maupun regional, yaitu suhu tubuh inti melalui hipotalamus, otak
mengurangi vasokonstriksi dan pengeluaran tengah, dan medula. Pengaruh ini berhubungan
keringat, menghambat pengambilan kembali dengan keseimbangan antara modulasi 5-HT
(reuptake) serotonin dan norepinefrin, serta dan juga norepinefrin di preoptik hipotalamus
memiliki efek sentral pada reseptor opioid µ, κ, anterior yang berperananan penting dalam
dan δ yang lemah (mirip dengan petidin).13–15 pengaturan ambang suhu tubuh.
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Mekanisme terjadi respons termoregulasi
pada tahun 2002 yang menemukan kejadian ini telah dibuktikan dengan cara penyuntikan
menggigil 15% pada pemberian ondansetron neurotransmiter adrenergik serta serotonergik
8 mg sebelum dilakukan induksi anestesia.3 secara langsung pada intraserebroventrikular
Selisih hasil yang besar tersebut kemungkinan hewan coba kucing. Efek 5-HT menyebabkan
besar disebabkan karena waktu pemberian menggigil serta vasokonstriksi yang kemudian
ondansetron yang berbeda, pada penelitian ini terjadi peningkatan suhu tubuh inti, sedangkan
pemberian ondansetron dilakukan pada saat norepinefrin dan epinefrin menurunkan suhu
menutup luka operasi, sehingga diperkirakan serta menginduksi hipotermia.18
ondansetron belum berikatan dengan reseptor Suhu tubuh inti pada pasien yang dilakukan
serotonin di area preoptik hipotalamus bagian anestesi umum akan mengalami penurunan 1
anterior yang ikut terlibat dalam pengaturan –1,5 0C pada satu jam pertama dan 0,5 0C pada
menggigil, sehingga pengaruhnya pada pusat jam ketiga dan keempat. Hal ini diakibatkan
termoregulasi masih minimal dengan efek oleh proses vasodilatasi yang kemudian akan
pencegahan menggigil pascaanestesi belum menyebabkan redistribusi panas tubuh dari
optimal. sentral ke perifer sehingga terjadi hipotermia,
Ondansetron merupakan suatu antagonis penguapan melalui kulit, pelembaban gas
reseptor serotonin atau 5-hidroksitriptamin 3 di dalam sirkuit napas, radiasi dan konveksi

Tabel 4 Perbandingan Derajat Sedasi Pascaanestesi


Skala Sedasi Ondansetron 8 mg Tramadol 1 mg/kgBB p
(n=19) (n=19)
1: ansietas 0 0
2: tenang 16 10
3: bangun dengan suara 2 6 0,036
4: bangun dengan tepukan 1 3
5: tidur, lambat bereaksi 0 0
6: tidur, tidak bereaksi 0 0
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji chi-kuadrat, p≤0,05= bermakna

JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014


8 Jurnal Anestesi Perioperatif

melalui kulit serta luka, ditambah lagi dengan kejadian mual-muntah walaupun sebelumnya
pemberian cairan infus dan juga suhu ruangan sudah mendapat obat pencegahan antimual-
yang rendah.19 muntah memakai bolus metoklopramid 10 mg
Pada penelitian ini didapatkan penurunan intravena. Kondisi ini sesuai dengan penelitian
suhu tubuh inti pascaoperasi rata-rata 35,8 0C pada pasien kolesistektomi tahun 2005, pada
dengan standar deviasi 0,33 pada kelompok kelompok tramadol didapatkan kejadian mual
ondansetron 8 mg dan 35,8 0C dengan standar muntah lebih banyak.20
deviasi 0,30 pada kelompok tramadol 1 mg/ Penelitian pada operasi di area bawah pusar
kgBB. Pengukuran suhu tubuh inti setelah tiba dengan mempergunakan teknik anestesi spinal,
di ruang pemulihan pada saat sepuluh menit menunjukkan bahwa pada kelompok petidin
pertama sampai 120 menit di antara kedua dan juga tramadol lebih banyak ditemukan
kelompok perlakuan menurut statistika tidak kejadian mual muntah dibandingkan dengan
ditemukan perbedaan bermakna (p>0,05). kelompok ketamin, dan hasil tersebut secara
Penurunan suhu tubuh inti yang ditemukan statistika ternyata bermakna (p<0,05).15 Pada
dalam penelitian ini disebabkan oleh tindakan penelitian ini, didapatkan pula kejadian mual
anestesi umum yang menyebabkan vasodilatasi dan muntah pascaoperasi yang lebih banyak
serta penurunan ambang menggigil sehingga terjadi pada kelompok tramadol dibandingkan
pasien menjadi hipotermia. Penurunan suhu dengan kelompok ondansetron yang berbeda
tubuh inti akan merangsang menggigil yang bermakna menurut statistik (p<005; Tabel 3).
merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk Mual muntah pascaanestesia dipengaruhi
meningkatkan produksi panas dan juga terjadi antara lain oleh golongan obat anestesia yang
vasokonstriksi untuk mengurangi pelepasan dipakai (termasuk opioid), prosedur operasi,
panas. dan juga faktor pasien (jenis kelamin, perokok,
Nyeri pascaoperasi dapat menjadi salah usia). Angka kejadian mual muntah yang lebih
satu penyebab terjadi menggigil pascaanestesi. tinggi pada kelompok tramadol merupakan
Sebaliknya, menggigil ini akan mengakibatkan efek samping tramadol sebagai opioid sintetis
rasa nyeri sebagai akibat dari regangan daerah lemah yang memiliki efek mual muntah. 15
bekas luka sayatan operasi. Mekanisme lain Derajat sedasi pascaanestesi skala Ramsay
yang menerangkan proses terjadi menggigil >2 ditemukan pada 3 pasien dari kelompok
selain faktor hipotermia sampai saat ini belum ondansetron, serta 9 orang pada kelompok
diketahui pasti. Namun, hubungan faktor nyeri tramadol dengan perbedaan yang bermakna
pascaoperasi dengan menggigil pascaanestesi menurut statistika (p<0,05). Berdasarkan pada
telah dijelaskan oleh temuan sebuah penelitian hasil penelitian tahun 2002, pada kelompok
komparatif operasi knee arthroscopy.2,6 Angka yang diberikan tramadol pada saat penutupan
kejadian menggigil pascaoperasi didapatkan luka operasi lebih banyak didapatkan pasien
lebih banyak pada pasien yang tidak mendapat dengan derajat sedasi yang lebih dalam.21
analgetik lidokain intraartikuler pada akhir Hal tersebut disebabkan karena tramadol
operasi.4 menimbulkan efek samping sedasi lebih dalam
Pada penelitian ini, derajat nyeri dinilai bila dibandingkan dengan ondansetron.15 Pada
mempergunakan visual analogue scale (VAS) kelompok ondansetron pasien tampak tenang
dan didapatkan hasil 1 orang pada kelompok dengan derajat sedasi lebih ringan.
ondansetron mengalami nyeri derajat 4–6
atau derajat nyeri sedang. Penilaian derajat Simpulan
nyeri antara kedua kelompok tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna (p>0,05), sehingga Berdasarkan pengujian hasil penelitian serta
kemungkinan ada pengaruh faktor nyeri yang pembahasan, dapat disimpulkan pemberian
dapat mengakibatkan hasil penelitian menjadi tramadol 1 mg/kgBB secara intravena saat
bias dapat disingkirkan. menutup luka operasi, lebih baik dibandingkan
Pada kelompok tramadol banyak terdapat dengan ondansetron 8 mg untuk mengurangi

JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014


Perbandingan Pemberian Ondansetron 8 mg dengan Tramadol 1 mg/kgBB Intravena untuk Mencegah 9
Menggigil Pascaanestesi Umum pada Operasi Mastektomi Radikal atau Modifikasi

kejadian menggigil pascaanestesi umum pada related disorders. CNS Drug Reviews.
operasi mastektomi radikal atau modifikasi. 2001;7:199–213.
12. Nishimura C, Kanemaru K, Otagiri T.
Daftar Pustaka Characteristic changes between core and
temperature relted with post anesthetic
1. Bhattacharya PK, Bhattacharya L, shivering following surgical operations. J
Jain RK, Agarwal RC. Post anaesthesia Anesth. 1990;4(3):350–7.
shivering (PAS): a review. Ind J Anaesth. 13. Atashkhoyi S, Niazi M, Iranpour A. Effect
2003;47(2):88–93. of tramadol administration previous
2. Buggy DJ, Crossley WA. Thermoregulation, to induction of general anesthesia on
mild perioperative hypothermia and prevention of post operative shivering.
post-anaesthetic shivering. Br J Anaesth. Scientific J Zanjan. 2008;16(64):31–8.
2000;84(5):615–28. 14. Kyokong O, Tamdee D, Charuluxananan S.
3. Powell RM, Buggy DJ. Ondansetron given Comparison of the efficacy of nalbuphine,
before induction of anesthesia reduces tramadol, ondansetron and placebo in the
shivering after general anesthesia. Anesth treatment of postanesthetic shivering after
Analg. 2000;90:1423–7. spinal anesthesia for cesarean delivery.
4. Alfonsi F. Postanaesthesia shivering: Asian Biomed. 2007;1(2):189–94.
epidemiology, pathophysiology 15. Gangopadhyay S, Gupta K, Acharjee S,
and approaches to prevention and Nayak SK, Dawn S, Piplai G. Ketamine,
management. Drugs. 2001;61(15):2193– tramadol and pethidine in prophylaxis
205. of shivering during spinal anaesthesia. J
5. Eberhart LHJ, Doderlein F, Eisenhardt Anaesth Clin Pharmacol. 2010;26(1):59–
G, Kranke P, Sessler DI, Torosian A, dkk. 63.
Independent risk factors for postoperative 16. Mohta M, Kumari N, Tyagi A, Sethi
shivering. Anesth Analg. 2005;101:1849– A, Agarwal D, Singh M. Tramadol for
57. prevention of post anaesthetic shivering: a
6. Horn EP. Post operative shivering: aetiology randomised double-blind comparison with
and treatment. Curr Opinion Anaesthesiol. pethidine. Anaesthesia. 2009;64:141–6.
1999;12(4):449–53. 17. Gupta N, Anand S, Gulati S, Gupta SD,
7. Kurz A. Effect of anaesthesia on Kapoor BB. Comparison of tramadol and
thermoregulation. Curr Anaesth Crit Care. butorphanol for analgesic efficacy and
2001;12:979–84. safety. JK Science. 2008;10(3):132–4.
8. Insler SR, Sessler DI. Perioperative 18. Witte JD, Sessler DI. Perioperative
thermoregulation and temperature shivering: physiology and pharmacology.
monitoring. Anesthesiol Clinics. Anesthesiology. 2002;96:467–84.
2006;24:823–37. 19. Sessler DI. Temperature monitoring
9. Sessler DI. Perianesthetic thermoregulation and perioperative thermoregulation.
and heat balance in humans. FASEB J. Anesthesiology. 2008;109:318–38.
1993;7(8):638–44. 20. Saha E, Ray M, Mukherjee G. Effect of
10. Wrench IJ, Cavill J, Crossley AWA. tramadol in prevention of postanaesthetic
Comparison between alfentanyl, shivering following general anaesthesia
pethidine and placebo in the treatment for cholecystectomy. Indian J Anaesth.
of post anesthetic shivering. Br J Anaesth. 2005;49(3):208–12.
1997;79:541–2. 21. Mathews S, Mulia AA, Varghese P, Radim
11. Ye JH, Ponnudurai R, Schaefer R. K, Mumtaz S. Post anaesthetic shivering-a
Ondansetron: a selective 5-HT3 receptor new look at tramadol. Anaesthesia.
antagonist and its applications in CNS- 2002;57(4):387–403.

JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014

Anda mungkin juga menyukai