Anda di halaman 1dari 38

perpustakaan.uns.ac.

id 42
digilib.uns.ac.id

BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Bahan Dasar

4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus

Untuk pengujian agregat halus dalam penelitian ini meliputi pengujian kandungan
lumpur, kandungan zat organik, berat jenis, dan gradasi pasir. Hasil pengujian
agregat halus dan pengujian gradasi agregat halus serta persyaratan batas dari
ASTM C33 dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Gambar 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Agregat Halus


Jenis Pengujian Hasil Pengujian Standar Kesimpulan
(ASTM C33)
Jernih atau kuning
Kandungan Zat Organik (%) kuning muda Memenuhi Syarat
muda

Kandungan Lumpur (%) 2% Maksimum 5% Memenuhi Syarat

Bulk Spesific Gravity SSD


2,67 gr/cc 2,5 - 2,7 Memenuhi Syarat
(gr/cc)

Absorbtion (%) 0,60% - -

commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus


Berat Tertahan
Ukuran Berat Lolos
Ayakan Ayakan Persentase ASTM C-33
Gram Kumulatif (%) Kumulatif (%)
(mm) (%)

3/8 in 9,5 0 0,00 0 100,00 100

No.4 4,75 35 1,18 1,18 98,82 95 – 100

No.8 2,36 405 13,64 14,81 85,19 80 – 100

No.16 1,18 550 18,52 33,33 66,67 50 – 85

No.30 0,60 380 12,79 46,13 53,87 25 – 60

No.50 0,30 940 31,65 77,78 22,22 10 – 30

No.100 0,15 480 16,16 93,94 6,06 2 – 10

Pan 0 180 6,06 100,00 0,00 0

Jumlah 2970 100,00 367,17 - -

Dari Tabel 4.2 didapat grafik gradasi beserta batas gradasi yang diisyaratkan
ASTM C-33 yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1.

0,5 1 10
0,1 5

commit to user
Gambar 4.1. Gradasi Agregat Halus
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

4.1.2. Analisis Pengujian Agregat Halus

a. Pemeriksaan Kandungan Zat Organik

Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.I – 2 (PBI 1971), agregat


halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan NaOH).
Agregat halus yang mengandung bahan organik dapat dipakai, asal kekuatan tekan
pada umur 7 hari dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan yang
sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3%. Kemudian dicuci hingga bersih
dengan air pada umur yang sama. Penurunan yang diperbolehkan maksimum 5%
sesuai standar Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
Setelah dilakukan pengujian pemeriksaan kandungan zat organik sesuai dengan
SNI 03-2816-1992, warna larutan hasil pengamatan pengujian kadar organik
adalah kuning muda. Hal ini menunjukkan bahwa pasir mengandung zat organik
yang dapat menurunkan kekuatan beton, akan tetapi karena masih dalam batas
warna yang diperbolehkan sehingga pasir tidak perlu dicuci bila digunakan.

b. Pemeriksaan Kandungan Lumpur

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir.
Pasir merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan
campuran adukan beton. Sesuai dengan PBI 1971, agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering).
Dari hasil pengujian dan perhitungan diperoleh kandungan lumpur dalam pasir 2
% sehingga pasir tidak perlu dicuci bila akan digunakan sebagai agregat halus
dalam campuran adukan beton.

c. Pengujian Gradasi Agregat Halus

Modulus agregat halus berkisar antara 2,3-3,1 (Tjokrodimuljo, 1996). Dari hasil
perhitungan modulus halus agregat halus sebesar 2,67 sehingga masih memenuhi
syarat sebagai agregat halus. Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 tentang hasil
pengujian gradasi agregat halus bisa diketahui pula bahwa pasir yang digunakan
commit to user
masih memenuhi syarat sebagai agregat halus untuk beton kedap air menurut SK-
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

SNI S-36-1990-03. Metode pengujian gradasi agregat halus ini sesuai dengan SNI
03-1968-1990.

d. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)

Metode pengujian berat jenis ini berdasarkan SNI 03-1970-1990. Dari hasil
pengujian dan perhitungan diperoleh nilai Bulk specific gravity SSD agregat halus
sebesar 2,67 gram/cc dan nilai absorbtion sebesar 0,60%. Dari hasil pengujian
tersebut dapat dianalisis, material agregat yang digunakan dalam penelitian ini
memenuhi persyaratan sesuai dengan standar ASTM C-33.

4.1.3. Hasil Pengujian Agregat Kasar

Pengujian agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengujian
abrasi, pengujian berat jenis (specific gravity), dan gradasi agregat. Hasil
pengujian disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Pengujian Agregat Kasar


Standar
Jenis Pengujian Hasil Pengujian Kesimpulan
(ASTM C-33)

Bulk Spesific Gravity


2,69 gr/cc 2,5 - 2,7 gr/cc Memenuhi Syarat
SSD (gr/cc)

Absorbtion (%) 0,83 % - -

Abrasi (%) 27,24 % < 50 % Memenuhi Syarat

Berikut adalah hasil analisa saringan serta grafik gradasi agregat kasar dengan
syarat batas sesuai ASTM C-33 yang disajikan pada Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan
Gambar 4.2.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar Batu Pecah 1-2 cm
Ukuran Berat Tertahan Berat Lolos
ASTM
Ayakan Komulatif Komulatif
Gram % C-33
(mm) (%) (%)
37,5 0 0,00 0,00 100,00 100
25 0 0,00 0,00 100,00 100
19 0 0,00 0,00 100,00 95-100
12,50 965 32,19 32,19 67,81 65-85
9,50 1265 42,19 74,38 25,62 22-55
4,75 739 24,65 99,03 0,97 0-10
2,36 7 0,23 99,27 0,73 0-0
1,18 0 0,00 100,00 0,00 -
0,60 0 0,00 100,00 0,00 -
0,30 0 0,00 100,00 0,00 -
0,15 0 0,00 100,00 0,00 -
Pan 22 0,73 100,00 0,00 -
Jumlah 2998 100 804,87 - -

Tabel 4.5. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar Batu Pecah 2-3 cm
Ukuran Berat Tertahan Berat Lolos
ASTM
Ayakan Komulatif Komulatif
Gram % C-33
(mm) (%) (%)
37,5 0 0,00 0,00 100,00 100
25 23 0,77 0,77 99,23 100
19 189 6,31 7,07 92,93 95-100
12,50 2571 85,79 92,86 7,14 65-85
9,50 169 5,64 98,50 1,50 22-55
4,75 34 1,13 99,63 0,37 0-10
2,36 1 0,03 99,67 0,33 0-0
1,18 0 0,00 100,00 0,00 -
0,60 0 0,00 100,00 0,00 -
0,30 0 0,00 100,00 0,00 -
0,15 0 0,00 100,00 0,00 -
Pan 10 0,33 100,00 0,00
Jumlah 2997 100 898,50

Pengujian analisa saringan bertujuan untuk memperoleh distribusi besaran atau


jumlah persentase butiran agregat kasar. Spesifikasi gradasi agregat kasar untuk
beton biasa menggunakan ASTMcommit to user
C33-1997. Sementara itu, untuk beton berpori
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

sejauh ini belum memiliki spesifikasi gradasi. Jadi, ASTM C33-1997 hanya
sebagai pembanding gradasi agregat kasar antara beton biasa dan beton berpori.
Dari tabel hasil gradasi di atas dapat dilihat pada Gambar 4.2. sebagai berikut :

Gambar 4.2. Gradasi Pengujian Agregat Kasar Seragam Ukuran 1-2 cm, dan
Ukuran 2-3 cm

4.1.4. Analisis Pengujian Agregat Kasar

a. Pengujian Abrasi Agregat Kasar

Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 50% (PBI 1971 Pasal 3.4 ayat 5). Dari
pengujian abrasi dan hasil perhitungan didapat keausan kerikil sebesar 21,90%
(kurang dari 50%) sehingga kerikil tersebut memenuhi syarat sebagai agregat
kasar. Standar cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles sesuai
dengan SNI 2417:2008.

b. Pengujian Gradasi Agregat Kasar

Metode pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar sesuai dengan standar
SNI 03-1968-1990. Dari hasil pengujian dan perhitungan didapat nilai modulus
halus agregat kasar untuk agregat 1-2 adalah 7,04 dan untuk agregat 2-3 adalah
7,98. Modulus halus agregat kasar berkisar antara 5-8 (Tjokrodimuljo, 1996).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Karena masih berada dalam batasan yang seharusnya sehingga memenuhi syarat
sebagai agregat kasar.

Dari Tabel 4.4. dan Tabel 4.5 tentang hasil pengujian gradasi agregat kasar dapat
diketahui pula bahwa agregat kasar yang digunakan tidak memenuhi syarat
sebagai agregat kasar untuk beton kedap air menurut SK SNI S-36-1990-03.
Karena gradasi yang digunakan untuk beton berpori digunakan gradasi seragam
atau terbuka diharapkan agar terbentuk pori-pori yang saling terhubung sehingga
mempunyai permeabilitas yang baik.

4.2. Hasil Pengujian Pengisian Rongga

4.2.1. Hasil Pengujian Pasir

Bahan pengisi rongga-rongga pada beton berpori untuk pengujian kecepatan


resapan di lapangan digunakan pasir sungai. Hasil pengujian gradasi pasir sungai
ditunjukan dalam Tabel 4.6. berikut :
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Gradasi Pasir Sungai
Ayakan Ukuran Berat Tertahan Berat lolos % Berat Tertahan Persen
No ayakan (mm) W1 (gr) (gr) W1/W x 100% Lolos (%)
4 4.75 56 432 11.475 88.525
8 2.36 68 364 13.934 74.590
16 1.18 71 293 14.549 60.041
30 0.6 34 259 6.967 53.074
50 0.3 195 64 39.959 13.115
100 0.15 1 63 0.205 12.910
200 0.075 42 21 8.607 4.303
pan 21 0 4.303 0.000

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.3. Gradasi Pasir Sungai

4.3. Rancang Campur Beton Berpori (Mix Design)

Standar perencanaan beton berpori di Indonesia hingga saat ini belum memiliki.
Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini rancang campuran adukan beton berpori
menggunakan data sekunder dari penelitian yang sudah dilakukan oleh Rochim
pada tahun 2014.
Berikut adalah kebutuhan bahan tiap 1m3 yang digunakan pada penelitian ini :
 Kebutuhan bahan untuk beton berpori dengan batu 1-2 cm
- Pasir = 173,33 kg
- Air = 135 liter
- Semen = 300 kg
- Batu pecah = 1.666,67 kg
 Kebutuhan bahan untuk beton berpori dengan batu 2-3 cm
- Pasir = 178,61 kg
- Air = 135 liter
- Semen = 300 kg
- Batu pecah commit kg
= 1.681,39 to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

4.4. Rancang Campur Kerja Beton Berpori (Job Mix Formula)

Perencanaan rancang campur kerja ini dibuat setelah mendapatkan rancang


campur rencana. Pembuatan rancang campur kerja dilakukan dengan cara
mengubah satuan dalam berat ke dalam volume. Rancang campur kerja ini
dimaksudkan untuk memudahkan saat pelaksanaan pengecoran beton berpori pada
jalan lingkungan di Desa Kadokan.
Berikut job mix formula yang digunakan untuk pengaplikasian beton berpori di
lapangan, Rhobertus Mahadi (2016):
1) Hasil pengujian berat volume masing-masing material.
Tabel 4.7 berikut adalah berat volume material.
Tabel 4.7. Berat Volume Material
Berat Silinder + Isi Berat Material
Volume Berat Berat Isi
Material (kondisi (kondisi
Bahan Silinder Silinder (gembur)
gembur) gembur)
(cm3) (gram) (gram) (gram) (gram/cm3)
(1) (2) (3) (4)=(3)-(2) (5)=(4)/(1)
Semen
5.298,75 11.800 18.340 6.540 1,23
Air -
- - - 1,00

Pasir 5.298,75 11.340 19.940 8.600 1,62

Batu Pecah 1-2 5.298,75 11.340 18.450 7.110 1,34

Batu Pecah 2-3 5.298,75 11.340 21.330 9.990 1,89

2) Campuran Beton Berpori dengan Batu Pecah 1-2 cm.


a) Komposisi 1 m3 Material Beton Berpori
Tabel 4.8 di bawah ini adalah komposisi material campuran beton berpori
dengan batu pecah 1-2 cm

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.8. Komposisi Material Campuran Beton Berpori dengan Batu Pecah
1-2 cm
Berat Komposisi Material
Perbandingan Berat
Kebutuhan (By Weight)
Bahan
(6) (7)=(6)/(W1) (8)=(7)x(100)
(kg) (%)
Pasir 173 0,076 8
Air 135 0,059 6
Semen 300 0,132 13
Batu pecah 1-2 1.666,67 0,733 73
Berat Total (W1) 2.275 100
b) Berat Isi
Pasir : 1,62 (gram/cm3)
Air : 1,00 (gram/cm3)
Semen : 1,23 (gram/cm3)
Batu Pecah 1-2 : 1,34 (gram/cm3)

c) Komposisi dalam Volume


Pasir : Air : Semen : Batu Pecah 1-2
8 : 6 : 13 : 73
1,62 1,00 1,23 1,34
5 : 6 : 11 : 40

3) Campuran Beton Berpori dengan Batu Pecah 2-3 cm.


a) Komposisi 1 m3 Material Beton Berpori
Tabel 4.9.Komposisi Material Campuran Beton Berpori dengan Batu Pecah
2-3 cm
Perbandingan Komposisi Material
Berat Kebutuhan
Berat (By Weight)
Bahan
(9) (10)=(9)/(W2) (11)=(12)x(100)
(kg) (%)
Pasir 178,61 0,078 8
Air 135,00 0,059 6
Semen 300,00 0,131 13
Batu pecah 2-3 1.681,39 0,733 73
Berat Total (W2) 2.295 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

b) Berat Isi
Pasir : 1,62 (gram/cm3)
Air : 1,00 (gram/cm3)
Semen : 1,23 (gram/cm3)
Batu Pecah 2-3 : 1,89 (gram/cm3)

c) Komposisi dalam Volume


Pasir : Air : Semen : Batu Pecah 2-3 cm
8 : 9 : 13 : 71
1,62 1,00 1,23 1,89
8 : 15 : 18 : 65

4.5 Hasil Pengujian Porositas, Permeabilitas, dan Kecepatan


Resapan

4.5.1. Hasil Pengujian Porositas

Pengujian porositas beton berpori ini dilakukan pada benda uji berupa silinder
dengan dimensi, diameter = 10,16 cm dan tebal= 6,5 cm. Benda uji ini nantinya
akan dihitung nilai porositas berdasarkan perhitungan metode void in mix (VIM).
Pengujian porositas ini untuk mengetahui nilai porositas beton berpori pada
pembuatan benda uji di Laboratorium dan Lapangan.

Gambar 4.4. Benda Uji Porositas


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.10. Komposisi Bahan Penyusun Beton Berpori Tiga Benda Uji Porositas,
Silinder D= 10,16 cm, t= 6,5 cm
Material
% Total W.semen
Pasir Pasir Batu Pecah Semen W. Agg W. Agg (%)
(kg)
(kg) (kg) (kg) halus (%) kasar (%)

30 0,274 2,635 0,474 3,383 8,100 77,892 14,008

Berikut ini contoh perhitungan untuk sampel kode TA1 dengan menggunakan batu
pecah 1-2 tanpa penambahan cairan aditif Lemkra.
Kode Benda Uji = TA1 1-2
SG agregat kasar (SGag.k) = 2,670 gr/cc
SG agregat halus (SGag.h) = 2,660 gr/cc
SG semen (SGs) = 3,060 gr/cc
Diameter specimen ( d ) = 10,16 cm
Tebal specimen ( L ) = 6,5 cm
Berat kering benda uji (Ma) = 1.191 gram
Berat kering benda uji + plastik di udara = 1.193 gram
Berast SSD (kering permukaan) + plastik = 1.194 gram
Berat benda uji + plastic di dalam air = 530 gram
Volume Bulk = 1.194 gram – 530 gram = 664 gram ≈ 664 cm3
Ma 1.191gram
Densitas    1,794 gr 3
VolumeBend aUji 664cm 3 cm

100 100
SG mix    2,718 gr
%Wag.k %Wag.h %Ws 84,638 1,343 14,019 cc
   
SGag.k SGag.h SGs 2,67 2,66 3,06

Porositas (VIM) = (1 – (Kepadatan / SGmix)) x 100% = (1 – (1,794 / 2,718)) x

100% = 34,000 %

Hasil perhitungan porositas untuk benda uji lab dan lapangan selanjutnya dapat

dilihat pada Tabel 4.11 dan Tabel commit


4.12 di to user ini.
bawah
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Porositas Benda Uji Lab Berdasarkan Metode
Perhitungan VIM
Berat Benda Berat Benda Uji + Berat SSD (kering Berat Benda Uji + Porositas
Kode Benda Volume Kepadatan SGmix Porositas
Uji Kering Plastik di Udara permukaan + Plastik) Plastik dalam Air Rata-rata
Uji 3 3 3
(gram) (gram) (gram) (gram) (cm ) (gram/cm ) (gram/cm ) (%) (%)
TA1 1-2 1.191 1.193 1.216 552,00 664,00 1,794 2,718 34,000
TA2 1-2 1.184 1.187 1.210 553,50 656,50 1,804 2,718 33,639 34,539
TA3 1-2 1.164 1.166 1.189 520,00 669,00 1,740 2,718 35,979
TA1 2-3 1.248 1.250 1.274 613,00 661,00 1,888 2,718 30,528
TA2 2-3 1.157 1.160 1.182 542,00 640,00 1,808 2,718 33,480 30,999
TA3 2-3 1.183 1.186 1.209 596,00 613,00 1,930 2,718 28,990
DA1 1-2 1.239 1.242 1.266 607,50 658,50 1,882 2,718 30,767
DA2 1-2 1.195 1.197 1.220 585,50 634,50 1,883 2,718 30,700 31,179
DA3 1-2 1.200 1.203 1.227 577,00 650,00 1,846 2,718 32,069
DA1 2-3 1.180 1.183 1.206 536,00 670,00 1,761 2,718 35,196
DA2 2-3 1.174 1.177 1.199 552,00 647,00 1,815 2,718 33,233 33,193
DA3 2-3 1.205 1.208 1.230 586,00 644,00 1,871 2,718 31,151

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Porositas Benda Uji Lapangan Berdasarkan


Metode Perhitungan VIM
Berat Benda Berat Benda Uji + Berat SSD (kering Berat Benda Uji + Porositas
Kode Benda Volume Kepadatan SGmix Porositas
Uji Kering Plastik di Udara permukaan + Plastik) Plastik dalam Air Rata-rata
Uji 3 3 3
(gram) (gram) (gram) (gram) (cm ) (gram/cm ) (gram/cm ) (%) (%)
TA1 1-2 1.163 1.165 1.190 527 663 1,754 2,718 35,455
TA2 1-2 1.138 1.141 1.164 514 650 1,751 2,718 35,579 36,273
TA3 1-2 1.121 1.123 1.147 484 663 1,691 2,718 37,786
TA1 2-3 1.169 1.171 1.194 530 664 1,761 2,718 35,220
TA2 2-3 1.096 1.099 1.122 487 635 1,726 2,718 36,491 36,171
TA3 2-3 1.125 1.128 1.152 497 655 1,718 2,718 36,801
DA1 1-2 1.158 1.161 1.183 523 660 1,755 2,718 35,440
DA2 1-2 1.182 1.184 1.209 538 671 1,762 2,718 35,183 35,631
DA3 1-2 1.105 1.108 1.132 494 638 1,732 2,718 36,271
DA1 2-3 1.135 1.138 1.161 506 655 1,733 2,718 36,239
DA2 2-3 1.096 1.099 1.121 493 628 1,745 2,718 35,783 35,945
DA3 2-3 1.174 1.177 1.201 528 673 1,744 2,718 35,813

Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif

DA 2-3 commit
= Benda uji material to user
batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

4.5.2. Hasil Pengujian Permeabilitas

Pengujian permeabilitas pada penelitian ini menggunakan prinsip falling head


permeability test, yaitu untuk mengukur waktu yang dibutuhkan oleh ketinggian
air jatuh dari batas atas sampai batas bawah. Tujuan dari pengujian ini untuk
mengetahui nilai koefisien permeabilitas pembuatan benda uji di Lab dan di
Lapangan. Benda uji untuk pengujian permeabilitas ini berbentuk silinder dengan
dimensi, diameter = 10,16 cm dan tebal = 6,5 cm.

Pengujian permeabilitas ini menggunakan alat falling head permeability test


seperti pada Gambar 4.5 dan melakukan dua metode pengujian permeabilitas
yaitu, permeabilitas vertikal dan permeabilitas horisontal.

Gambar 4.5. Alat Falling Head Permeability Test

Dari hasil perhitungan data maka didapat nilai koefisien permeabilitas vertikal
maupun horisontal. Berikut contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai koefisien
permeabilitas pada benda uji lab :
Kode benda uji = TA1 1-2
Luas penampang tabung (a) = ¼ x π x (101,6 mm)2 = 8.110,583 mm2
Tebal benda uji (L) = 65 mm
Diameter benda uji (d) = 101,60 mm
Keliling benda uji = π x 101,60 mm = 319,314 mm
commit to user
Tinggi benda uji yang terlihat = 40 mm
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Luas Penampang benda uji (A) = - Horisontal : 40 mm x 319,314 mm =


12.772,571 mm2
- Vertikal : ¼ x π x (101,6 mm)2 =
8.110,583 mm2
Tinggi batas air paling atas (h1) = - Horisontal : 400 mm
- Vertikal : 400 mm
Tinggi batas air paling bawah (h2) = - Horisontal : 200 mm
- Vertikal : 200 mm
Waktu antara h1 dan h2 (t) = - Horisontal : 1,67 dt
- Vertikal : 12,65 dt

Koefisien permeabilitas horizontal (kh) =

aL   h1  8.110,583mm 2 x 65mm   400 


kh  2,3 x log   2,3 x log   17,112 mm dt
At   h2  12.772,571 mm 2 x 1,67dt   200 

Koefisien permeabilitas vertikal (kv) =

aL   h1  8.110,583mm 2 x 65mm   400 


kv  2,3 x log   2,3 x log   3,558 mm dt
At   h2  8.110,583 mm 2 x 12,65dt   200 

Gambar 4.6. Benda Uji Permeabilitas


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

(a) (b)
Gambar 4.7. Pengujian Permeabilitas Vertikal (a) dan Pengujian Permeabilitas
Horisontal (b)

Hasil pengujian permeabilitas vertikal dan horisontal untuk benda uji lab serta
benda uji lapangan disajikan dalam Tabel 4.13, Tabel 4.14, Tabel 4.15 dan Tabel
4.16 berikut :

Tabel 4.13. Hasil Pengujian Permeabilitas Vertikal Pembuatan Benda Uji Lab
Luas Penampang Luas Penampang Batas Batas Koefisien Permeabilitas Koefisien Permeabilitas Rata-
Tebal Diameter Waktu
Kode Sampel Tabung Atas Bawah Vertikal rata Vertikal
benda uji L d A a h1 h2 t kv kvrata-rata
(mm) (mm) (mm²) (mm²) (mm) (mm) (dt) (mm/dt) (mm/dt)
TA1 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 12,65 3,558
TA2 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 12,74 3,532 3,858
TA3 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 10,04 4,482
TA1 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 13,39 3,361
TA2 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 11,59 3,883 3,718
TA3 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 11,51 3,910
DA1 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 14,12 3,187
DA2 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 14,68 3,066 2,796
DA3 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 21,08 2,135
DA1 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 10,22 4,404
DA2 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 12,09 3,722 3,945
DA3 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 12,13 3,710

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.14. Hasil Pengujian Permeabilitas Vertikal Pembuatan Benda Uji


Lapangan
Luas Penampang Luas Penampang Batas Batas Koefisien Permeabilitas Koefisien Permeabilitas Rata-
Tebal Diameter Waktu
Kode Sampel Tabung Atas Bawah Vertikal rata Vertikal
benda uji L d A a h1 h2 t kv kvrata-rata
(mm) (mm) (mm²) (mm²) (mm) (mm) (dt) (mm/dt) (mm/dt)
TA1 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 10,44 4,311
TA2 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 9,56 4,708 4,480
TA3 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 10,18 4,421
TA1 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 9,43 4,772
TA2 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 9,02 4,989 5,190
TA3 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 7,75 5,807
DA1 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 9,81 4,588
DA2 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 9,05 4,973 5,069
DA3 1-2 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 7,97 5,647
DA1 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 7,58 5,937
DA2 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 12,06 3,732 4,746
DA3 2-3 65 101,600 8.110,583 8.110,583 400 200 9,85 4,569

Tabel 4.15. Hasil Pengujian Permeabilitas Horisontal Pembuatan Benda Uji Lab
Tebal Keliling Luas Penampang Luas Penampang Batas Batas Koefisien Permeabilitas Koefisien Permeabilitas Rata-
Tebal Waktu
Kode Terlihat Benda Uji Sampel Tabung Atas Bawah Horisontal rata Horisontal
benda uji l L s A a h1 h2 t kh khrata-rata
(mm) (mm) (mm) (mm²) (mm²) (mm) (mm) (dt) (mm/dt) (mm/dt)
TA1 1-2 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 1,67 17,112
TA2 1-2 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 2,33 12,265 14,012
TA3 1-2 42 65 319,314 13.411,200 8.110,583 400 200 2,15 12,659
TA1 2-3 43 65 319,314 13.730,514 8.110,583 400 200 1,81 14,687
TA2 2-3 42 65 319,314 13.411,200 8.110,583 400 200 1,96 13,886 13,721
TA3 2-3 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 2,27 12,589
DA1 1-2 41 65 319,314 13.091,886 8.110,583 400 200 2,97 9,387
DA2 1-2 42 65 319,314 13.411,200 8.110,583 400 200 2,18 12,485 11,621
DA3 1-2 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 2,20 12,990
DA1 2-3 41 65 319,314 13.091,886 8.110,583 400 200 2,53 11,020
DA2 2-3 42 65 319,314 13.411,200 8.110,583 400 200 1,69 16,105 14,108
DA3 2-3 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 1,88 15,201

Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif
commit to user
DA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.16. Hasil Pengujian Permeabilitas Horisontal Pembuatan Benda Uji


Lapangan
Tebal Keliling Luas Penampang Luas Penampang Batas Batas Koefisien Permeabilitas Koefisien Permeabilitas Rata-
Tebal Waktu
Kode Terlihat Benda Uji Sampel Tabung Atas Bawah Horisontal rata Horisontal
benda uji l L s A a h1 h2 t kh khrata-rata
(mm) (mm) (mm) (mm²) (mm²) (mm) (mm) (dt) (mm/dt) (mm/dt)
TA1 1-2 41 65 319,314 13.091,886 8.110,583 400 200 2,17 12,848
TA2 1-2 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 2,06 13,873 13,784
TA3 1-2 42 65 319,314 13.411,200 8.110,583 400 200 1,86 14,633
TA1 2-3 41 65 319,314 13.091,886 8.110,583 400 200 1,68 16,596
TA2 2-3 42 65 319,314 13.411,200 8.110,583 400 200 1,93 14,102 16,713
TA3 2-3 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 1,47 19,440
DA1 1-2 41 65 319,314 13.091,886 8.110,583 400 200 1,68 16,596
DA2 1-2 42 65 319,314 13.411,200 8.110,583 400 200 1,44 18,900 15,768
DA3 1-2 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 2,42 11,809
DA1 2-3 41 65 319,314 13.091,886 8.110,583 400 200 1,56 17,872
DA2 2-3 43 65 319,314 13.730,514 8.110,583 400 200 2,19 12,139 15,542
DA3 2-3 40 65 319,314 12.772,571 8.110,583 400 200 1,72 16,615

Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif

DA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif

4.5.3. Analisa Pengujian Permeabilitas

Dari Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 didapatkan nilai koefisien permeabilitas vertikal
untuk benda uji lab dan lapangan. Selanjutnya, didapatkan selisih nilai koefisien
permabilitas lab dan lapangan yang dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut :
Tabel 4.17. Selisih dan Persentase Nilai Permeabilitas Vertikal Rata-rata
Koefisien Koefisien
Selisih
Permeabilitas Permeabilitas
Kode benda Koefisien
Vertikal Pembuatan Vertikal Pembuatan %
uji Permeabilitas
Benda Uji Lab Benda Uji Lapangan
(mm/dt)
(mm/dt) (mm/dt)
TA 1-2 3,858 4,480 0,622 13,889
DA 1-2 2,796 5,069 2,273 44,842
TA 2-3 3,718 5,190 1,472 28,356
commit to user
DA 2-3 3,945 4,746 0,801 16,869
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.8. Perbandingan Hasil Pengujian Permeabilitas Vertikal Lab dan


Lapangan

Dari Gambar 4.8, nilai koefisien permeabilitas vertikal benda uji lapangan lebih
besar dibandingkan nilai koefisien permeabilitas vertikal benda uji lab.
Berdasarkan dari hasil selisih nilai koefisien permeabilitas pada Tabel 4.17 terjadi
perbedaan nilai koefisien permeabilitas pada benda uji lapangan dimasing-masing
kode benda uji. Perbedaan nilai koefisien permeabilitas tertinggi terjadi pada
campuran beton dengan agregat 1-2 cm memakai aditif, yaitu sebesar 2,273
mm/dt atau sebesar 44,842%.

Sementara itu untuk selisih hasil pengujian permeabilitas horisontal lab dan
lapangan dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut.
Tabel 4.18. Selisih dan Persentase Nilai Permeabilitas Horisontal Rata-rata
Koefisien
Koefisien
Permeabilitas Selisih
Permeabilitas
Kode benda Horisontal Koefisien
Horisontal %
uji Pembuatan Benda Permeabilitas
Pembuatan Benda
Uji Lapangan (mm/dt)
Uji Lab (mm/dt)
(mm/dt)
TA 1-2 14,012 13,784 0,228 1,624
DA 1-2 11,621 15,768 4,148 26,304
TA 2-3 13,721 16,713 2,992 17,902
DA 2-3 14,108 15,542 1,433 9,223
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.9. Perbandingan Hasil Pengujian Permeabilitas Horisontal Lab dan


Lapangan

Berdasarkan Gambar 4.9 di atas, nilai koefisien permeabilitas horisontal benda uji
lapangan lebih besar dibandingkan nilai koefisien permeabilitas horisontal benda
uji lab, terkecuali pada benda uji batu pecah 1-2 cm tanpa aditif. Perbedaan nilai
koefisien permeabilitas horisontal tertinggi terjadi pada campuran beton berpori
benda uji batu pecah 1-2 cm memakai aditif, yaitu sebesar 4,148 mm/dt atau
sebesar 44,842% dari benda uji lab. Dari Gambar 4.9 dapat dilihat, bahwa
penambahan aditif belum tentu dapat meningkatkan nilai permeabilitas. Hal ini
karena permeabilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi
permeabilitas diantaranya porositas, ukuran pori, distribusi, dan jaringan
penyambung dari saluran internal pori.

4.5.4. Hasil Pengujian Kecepatan Resapan

Pengujian kecepatan resapan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan


prinsip falling head permeability test. Inti dari prinsip kerja falling head
permeability test ini adalah mendapatkan waktu resapan air melewati rongga-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

rongga dari beton berpori, sehingga dapat diketahui nilai koefisien kecepatan
resapannya.
Benda uji yang digunakan merupakan pengaplikasian beton berpori pada bahu
jalan di Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Variasi bahan
campuran pengecoran beton berpori pada bahu jalan ini antara lain, material batu
pecah 1-2 cm dengan memakai cairan aditif dan tanpa cairan aditif, material batu
pecah 2-3 cm dengan memakai cairan aditif dan tanpa cairan aditif. Komposisi
bahan penyusun beton berpori benda uji kecepatan resapan dapat dilihat pada
Tabel 4.19. Pengujian kecepatan resapan dilakukan dengan tanpa pengisian
rongga, pengisian rongga dengan pasir, dan penutupan rongga dengan gubalan
rumput pada masing-masing benda uji. Pengujian kecepatan resapan dilakukan
saat musim kemarau terjadi.

Gambar 4.10. Benda Uji Kecepatan Resapan

Tabel 4.19. Komposisi Bahan Penyusun Beton Berpori Benda Uji Kecepatan
Resapan
Material
Benda Uji Pasir Air Semen Batu Pecah Aditif
(kg) (liter) (kg) (kg) (liter)
Beton Berpori Batu pecah 1-2 cm 23,111 18 40 222,223 -
Beton Berpori Batu Pecah 1-2 cm
+ aditif 23,111 18 40 222,223 2
Beton Berpori Batu pecah 2-3 cm 23,815 18 40 224,185 -
Beton Berpori Batu Pecah 2-3 cm
+ aditif commit
23,815to user
18 40 224,185 2
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan pengujian kecepatan resapan di lapangan didapat data untuk


mendapatkan kecepatan resapan. Berikut contoh perhitungan untuk mendapatkan
nilai kecepatan resapan pada beton berpori tanpa pengisian rongga.

Kode benda uji = TA1 1-2


Luas penampang tabung (a) = ¼ x π x (101,6 mm)2 = 8.110,583 mm2
Tebal benda uji (L) = 100 mm
Tinggi benda uji yang terlihat = 100 mm
Luas Penampang benda uji (A) = Luas Penampang Vertikal + Horisontal =
8.110,583 mm2 +(100 mm x x 101,6 mm)
= 40.042,011 mm2
Tinggi batas air paling atas (h1) = 400 mm
Tinggi batas air paling bawah (h2) = 200 mm
Waktu antara h1 dan h2 (t) = 1,83 detik
Koefisien kecepatan resapan (kr) =

aL   h1  8.110,583 mm 2 x 100mm   400 


kr  2,3 x log   2,3 x log   7,663 mm dt
At   h2  40.042,011mm 2 x 1,83dt   200 

Gambar 4.11. Pengujian Kecepatan Resapan

Hasil perhitungan pengujian kecepatan resapan disajikan dalam Tabel 4.20 sampai
Tabel 4.22 berikut ini :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.20. Hasil Pengujian Kecepatan Resapan Tanpa Pengisian Rongga


Tebal Luas Luas Batas Batas Koefisien Kecepatan Koefisien Kecepatan
Tebal Waktu
Kode Terlihat Penampang Penampang Atas Bawah Resapan Resapan Rata-rata
benda uji l L A a h1 h2 t kr krrata-rata
(mm) (mm) (mm²) (mm²) (mm) (mm) (dt) (mm/dt) (mm/dt)
TA1 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 1,83 7,663
TA2 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 2,88 4,869 5,361
TA3 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 3,95 3,550
TA1 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 3,59 3,906
TA2 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 3,25 4,315 4,229
TA3 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 3,14 4,466
DA1 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 2,23 6,289
DA2 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 4,39 3,195 4,485
DA3 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 3,53 3,973
DA1 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 2,43 5,771
DA2 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 2,48 5,655 6,256
DA3 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 1,91 7,342

Tabel 4.21. Hasil Pengujian Kecepatan Resapan Pengisian Rongga Dengan Pasir
Tebal Luas Luas Batas Batas Koefisien Kecepatan Koefisien Kecepatan
Tebal Waktu
Kode Terlihat Penampang Penampang Atas Bawah Resapan Resapan Rata-rata
benda uji l L A a h1 h2 t kr krrata-rata
(mm) (mm) (mm²) (mm²) (mm) (mm) (dt) (mm/dt) (mm/dt)
TA1 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 7,4 1,895
TA2 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 8,35 1,680 1,960
TA3 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 6,08 2,307
TA1 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 5,88 2,385
TA2 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 6,25 2,244 2,082
TA3 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 8,67 1,618
DA1 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 11,02 1,273
DA2 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 6,31 2,223 1,606
DA3 1-2 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 10,61 1,322
DA1 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 9,73 1,441
DA2 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 4,09 3,429 2,201
DA3 2-3 100 100 40.042,011 8.110,583 400 200 8,1 1,731

Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif

DA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.22. Hasil Pengujian Kecepatan Resapan Penutup Rongga Dengan


Gubalan Rumput
Tebal Luas Luas Batas Batas Koefisien Kecepatan Koefisien Kecepatan
Tebal Waktu
Kode Terlihat Penampang Penampang Atas Bawah Resapan Resapan Rata-rata
benda uji l L A a h1 h2 t kr krrata-rata
(mm) (mm) (mm²) (mm²) (mm) (mm) (dt) (mm/dt) (mm/dt)
TA1 1-2 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 7,40 1,988
TA2 1-2 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 8,35 1,762 2,057
TA3 1-2 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 6,08 2,420
TA1 2-3 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 3,56 4,133
TA2 2-3 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 4,65 3,164 2,924
TA3 2-3 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 9,97 1,476
DA1 1-2 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 2,70 5,449
DA2 1-2 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 5,70 2,581 3,253
DA3 1-2 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 8,51 1,729
DA1 2-3 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 8,10 1,816
DA2 2-3 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 5,68 2,590 2,300
DA3 2-3 130 130 49.621,440 8.110,583 400 200 5,90 2,494

Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif

DA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif

Dari tabel hasil pengujian di atas, diperoleh perbandingan nilai kecepatan resapan

yang disajikan pada Gambar 4.12.

commit to user
Gambar 4.12. Perbandingan Hasil Pengujian Kecepatan Resapan
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Gambar 4.12 di atas, nilai kecepatan resapan tanpa pengisian

maupun penutupan rongga memiliki kecepatan resapan paling tinggi

dibandingkan dengan pengisian rongga dengan pasir dan penutupan rongga

dengan gubalan rumput. Hal tersebut karena tidak adanya penyumbat dalam

rongga beton berpori sehingga air dapat lolos dengan baik.

Sementara itu, penutupan rongga dengan gubalan rumput memiliki kecepatan

resapan yang lebih baik dibandingkan dengan pengisian rongga dengan pasir. Hal

tersebut karena gubalan rumput belum tumbuh pada rongga-rongga beton berpori

dan hanya tumbuh di atas permukaan beton berpori. Bila dibandingkan pengisian

rongga dengan pasir, rongga-rongga pada beton berpori lebih mudah terisi oleh

pasir sehingga pasir tersebut yang menghambat masuknya air melalui rongga-

rongga atau ruang kapiler sebagai jalannya air ke bawah perkerasan beton berpori.

Dari pengujian kecepatan resapan di atas, dapat disimpulkan bahwa


pengaplikasian beton berpori di bahu jalan dapat berfungsi sebagai drainase
permukaan. Meskipun pada rongga beton berpori diberi isian pasir ataupun
penutupan gubalan rumput, tetapi beton berpori masih dapat meloloskan air
dengan baik. Jadi, mix design dan job mix formula pada penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan pengaplikasian beton berpori pada bahu jalan di jalan
lingkungan.

4.5.5. Hubungan Antara Porositas dan Permeabilitas Vertikal dan Porositas


dan Permeabilitas Horisontal

Nilai Permeabilitas dipengaruhi oleh nilai porositas beton, nilai porositas yang
tinggi menyebabkan nilai permabilitas yang tinggi juga untuk beton berpori
(Aoki, 2009). Sementara itu, dari pendapat lain diketahui, bahwa permeabilitas
bukanlah hal yang sederhana dan porositas bukan faktor utama terhadap nilai
permeabilitas. Tidak ada hubungan yang pasti antara porositas dan permeabilitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

(Neithalath, et al, 2006). Namun demikian, ada beberapa faktor yang


mempengaruhi permeabilitas beton berpori diantaranya ukuran pori, umur beton,
dan gradasi agregat dalam adukan beton.

Untuk mengetahui dan memberikan gambaran pada pernyataan tersebut, pada


pembahasan ini analisa regresi digunakan untuk mengetahui hubungan porositas
dan permeabilitas dari hasil penelitian ini. Regresi yang digunakan adalah regresi
linier sederhana dimana nilai porositas sebagai variabel bebas (X) dan Nilai
koefisien permeabilitas sebagai variabel terikat (Y).
Hubungan antara nilai porositas dan koefisien permeabilitas vertikal benda uji
laboratorium untuk material batu pecah 1-2 cm dengan memakai dan tanpa cairan
aditif pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.13.

Tabel 4.23. Hasil Porositas Lab dan Koefisien Permeabilitas Vertikal Lab
Material Batu Pecah 1-2 cm
Koefisien
Porositas
Permeabilitas Vertikal
Kode benda uji
Rata-rata Lab Rata-rata Lab
(%) kh (mm/dt)
TA1 1-2 34,000 3,558
TA2 1-2 33,639 3,532
TA3 1-2 35,979 4,482
DA1 1-2 30,767 3,187
DA2 1-2 30,700 3,066
DA3 1-2 32,069 2,135
Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.13. Hubungan Antara Porositas Lab dan Permeabilitas Vertikal Lab
Material Batu Pecah 1-2 cm

Dari Gambar 4.13 dapat dilihat, bahwa hubungan antara porositas dan
permeabilitas vertikal untuk benda uji laboratorium dengan material batu pecah 1-
2 cm memakai dan tanpa cairan aditif didapat koefisien regresi yang positif. Hal
ini berarti hubungan tersebut berjalan satu arah, dimana semakin besar nilai
porositas maka semakin tinggi pula nilai koefisien permeabilitas. Jika nilai
porositas dan nilai koefisien permeabilitas dihubungkan dan dibuat trendline
hubungan tersebut, didapat model persamaan regresi linier y = 0,2735x – 5,6589.
Dari model regresi linier tersebut, didapat nilai koefisien determinasi (R2) = 0,542
= 54,20%.

Hal ini menunjukan bahwa nilai koefisien permeabilitas benda uji laboratorium
dengan material batu pecah 1-2 cm memakai dan tanpa cairan aditif yang dapat
dijelaskan oleh nilai persentase porositas oleh model persamaan regresi linier y =
0,2735x – 5,6589 adalah sebesar 54,20%. Sisanya sebesar 45,80% dijelaskan oleh
faktor lain di luar variabel pada persamaan regresi tersebut. Dari hasil tersebut,
bahwa hubungan ini tidak signifikan dan hasilnya tidak dapat digunakan sebagai
rujukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil tersebut seperti kurangnya
jumlah sampel, ukuran pori, distribusi butiran, dan jaringan penyambung dari
saluran internal pori.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Sementara itu, hubungan antara nilai porositas dan nilai koefisien permeabilitas
horisontal untuk benda uji laboratorium dengan material batu pecah 1-2 cm
memakai dan tanpa cairan aditif dapat dilihat pada Tabel 4.24 dan Gambar 4.14.

Tabel 4.24. Hasil Porositas Lab dan Koefisien Permeabilitas Horisontal Lab
Material Batu Pecah 1-2 cm
Koefisien Permeabilitas
Porositas
Horisontal
Kode benda uji
Rata-rata Lab Rata-rata Lab
(%) kh (mm/dt)
TA1 1-2 34,000 17,112
TA2 1-2 33,639 12,265
TA3 1-2 35,979 12,659
DA1 1-2 30,767 9,387
DA2 1-2 30,700 12,485
DA3 1-2 32,069 12,990
Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

Gambar 4.14. Hubungan Antara Porositas Lab dan Permeabilitas Horisontal Lab
Material Batu Pecah 1-2 cm

Berdasarkan Gambar 4.14 di atas, jika nilai porositas dan nilai koefisien
permeabilitas horisontal untuk benda uji laboratorium
commit to user dengan material batu pecah
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

1-2 cm memakai dan tanpa cairan aditif dihubungkan dan dibuat trendline
hubungan tersebut, maka menghasilkan model persamaan regresi y = 0,5508x -
5,2825. Dari persamaan tersebut, bahwa hubungan antara porositas dan
permeabilitas horisontal untuk benda uji laboratorium dengan material batu pecah
1-2 cm memakai dan tanpa cairan aditif didapat koefisien regresi yang positif. Hal
ini berarti, semakin besar nilai porositas, maka semakin tinggi pula nilai koefisien
permeabilitas.

Dari model persamaan regresi di atas, didapat nilai koefisen determinasi R2 =


0,2107 = 21,07%, Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas (independen) yaitu
nilai persentase porositas, mempengaruhi variabel terikat (dependen) nilai
koefisien permeabilitas horisontal untuk benda uji laboratorium dengan material
batu pecah 1-2 cm memakai dan tanpa cairan aditif sebesar 21,07%. Dengan
demikian berarti bahwa hasil pengujian ini tidak signifikan dan tidak dapat
digunakan sebagai rujukan karena 78,93% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
seperti kurangnya data, jumlah sampel, dan faktor-faktor lain yaitu, ukuran pori,
distribusi, dan jaringan penyambung dari saluran internal pori.

Sementara itu untuk benda uji lapangan, berikut hubungan antara nilai porositas
dan nilai koefisien permeabilitas vertikal untuk material batu pecah 1-2 cm
memakai dan tanpa cairan aditif dapat dilihat pada Tabel 4.25 dan Gambar 4.15
berikut ini.

Tabel 4.25. Hasil Porositas Lapangan dan Koefisien Permeabilitas Vertikal


Lapangan Material Batu Pecah 1-2 cm
Koefisien Permeabilitas
Porositas
Vertikal
Kode benda uji
Rata-rata Lapangan Rata-rata Lapangan
(%) kh (mm/dt)
TA1 1-2 35,455 4,311
TA2 1-2 35,579 4,708
TA3 1-2 37,786 4,421
DA1 1-2 35,440 4,588
DA2 1-2 35,183 4,973
DA3 1-2 36,271 5,647
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

Gambar 4.15. Hubungan Antara Porositas Lapangan dan Permeabilitas Vertikal


Lapangan Material Batu Pecah 1-2 cm

Dilihat dari Gambar 4.15 di atas, bahwa semakin kecil nilai porositas, maka
semakin tinggi nilai koefisien permeabilitas begitu pula sebaliknya. Hal ini
berbanding terbalik pada penjelasan Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 sebelumnya.
Jika nilai porositas dan nilai koefisien permeabilitas vertikal benda uji lapangan
untuk material batu pecah 1-2 cm dengan memakai dan tanpa cairan aditif
dihubungkan dan dibuat trendline hubungan tersebut, maka didapat model
persamaan regresi y = -0,0366x + 6,0887.

Berdasarkan model persamaan regresi di atas didapat juga nilai koefisen


determinasi R2 = 0,0053 = 0,53%. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas
(independen) yaitu nilai persentase porositas, mempengaruhi variabel terikat
(dependen) nilai koefisien permeabilitas vertikal benda uji lapangan untuk
material batu pecah 1-2 cm dengan memakai dan tanpa cairan aditif sebesar
0,53%. Hasil tersebut menunjukancommit
bahwatopengujian
user ini tidak signifikan dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

ada pengaruhnya sehingga hasilnya tidak dapat digunakan sebagai rujukan karena
99,47% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain seperti kurangnya data, jumlah
sampel, dan faktor-faktor lain yaitu, ukuran pori, distribusi, dan jaringan
penyambung dari saluran internal pori.

Hubungan antara nilai porositas lapangan dan nilai koefisien permeabilitas


horisontal lapangan untuk material batu pecah 1-2 cm dengan memakai dan tanpa
cairan aditif dapat dilihat pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.16 berikut ini :

Tabel 4.26. Hasil Porositas Lapangan dan Koefisien Permeabilitas Horisontal


Lapangan Material Batu Pecah 1-2 cm
Koefisien Permeabilitas
Porositas
Horisontal
Kode benda uji
Rata-rata Lapangan Rata-rata Lapangan
(%) kh (mm/dt)
TA1 1-2 35,455 12,848
TA2 1-2 35,579 13,873
TA3 1-2 37,786 14,633
DA1 1-2 35,440 16,596
DA2 1-2 35,183 18,900
DA3 1-2 36,271 11,809
Keterangan :

TA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm tanpa cairan aditif

DA 1-2 = Benda uji material batu pecah 1-2 cm memakai cairan aditif

Gambar 4.16. Hubungan Antara Porositas Lapangan dan Permeabilitas


commit to user
Horisontal Lapangan Material Batu Pecah 1-2 cm
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Gambar 4.15, hubungan antara nilai porositas lapangan dan nilai
koefisien permeabilitas horisontal lapangan untuk material batu pecah 1-2 cm
dengan memakai dan tanpa cairan aditif, maka menghasilkan model persamaan
regresi y = -0,8541x + 45,484 dengan nilai koefisen determinasi (R2) = 0,1019 =
10,19 %.

Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas (independen) yaitu nilai persentase
porositas lapangan, mempengaruhi variabel terikat (dependen) nilai koefisien
permeabilitas horisontal lapangan sebesar 10,19%. Dengan demikian berarti
bahwa pengujian ini tidak signifikan karena 89,81% sisanya dijelaskan oleh faktor
lain di luar variabel pada model persamaan regresi seperti kurangnya data, jumlah
sampel, ukuran pori, distribusi, dan jaringan penyambung dari saluran internal
pori. Sehingga hubungan antara nilai porositas lapangan dan nilai koefisien
permeabilitas horisontal lapangan untuk material batu pecah 1-2 cm dengan
memakai dan tanpa cairan aditif ini tidak dapat digunakan sebagai rujukan.

Sementara itu, untuk hubungan antara nilai porositas dan nilai koefisien
permeabilitas vertikal benda uji laboratorium untuk material batu pecah 2-3 cm
dengan memakai dan tanpa cairan aditif, dapat dilihat pada Tabel 4.27 dan
Gambar 4.17 berikut ini.

Tabel 4.27. Hasil Porositas Lab dan Koefisien Permeabilitas Vertikal Lab
Material Batu Pecah 2-3 cm
Koefisien Permeabilitas
Porositas
Kode Vertikal
benda uji Rata-rata Lab Rata-rata Lab
(%) kh (mm/dt)
TA1 2-3 30,528 3,361
TA2 2-3 33,480 3,883
TA3 2-3 28,990 3,910
DA1 2-3 35,196 4,404
DA2 2-3 33,233 3,722
DA3 2-3 31,151 3,710
Keterangan :

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

DA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif

Gambar 4.17. Hubungan Antara Porositas Lab dan Permeabilitas Vertikal Lab
Material Batu Pecah 2-3 cm

Dilihat dari Gambar 4.17 di atas, jika nilai porositas lab dan nilai koefisien
permeabilitas horisontal lab dihubungkan dan dibuat trendline hubungan tersebut,
maka didapat model persamaan regresi y = 0,0902x + 0,9364. Hal ini berarti,
semakin besar nilai porositas, maka semakin tinggi pula nilai koefisien
permeabilitas karena didapat nilai koefisien regresi yang positif.

Dari model persamaan regresi di atas didapat nilai koefisen determinasi R2 =


0,3597 = 35,97%. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas (independen) yaitu
nilai persentase porositas, mempengaruhi variabel terikat (dependen) nilai
koefisien permeabilitas benda uji laboratorium untuk material batu pecah 2-3 cm
dengan memakai dan tanpa cairan aditif sebesar 35,97%. Dengan demikian berarti
bahwa hubungan ini tidak signifikan dan tidak dapat digunakan sebagai rujukan
karena 64,03% sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar variabel pada model
persamaan regresi tersebut seperti kurangnya data, jumlah sampel, ukuran pori,
distribusi, dan jaringan penyambung dari saluran internal pori.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

Hubungan antara nilai porositas dan nilai koefisien permeabilitas horisontal benda
uji laboratorium untuk material batu pecah 2-3 cm dengan memakai dan tanpa
cairan aditif dapat dilihat pada Tabel 4.28 dan Gambar 4.18 berikut ini.

Tabel 4.28. Hasil Porositas Lab dan Koefisien Permeabilitas Horisontal Lab
Material Batu Pecah 2-3 cm
Koefisien Permeabilitas
Porositas
Kode Horisontal
benda uji Rata-rata Lab Rata-rata Lab
(%) kh (mm/dt)
TA1 2-3 30,528 14,687
TA2 2-3 33,480 13,886
TA3 2-3 28,990 12,589
DA1 2-3 35,196 11,020
DA2 2-3 33,233 16,105
DA3 2-3 31,151 15,201
Keterangan :

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif

DA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif

Gambar 4.18. Hubungan Antara Porositas Lab dan Permeabilitas Horisontal Lab
Material Batu Pecah 2-3 cm

Dari Gambar 4.18 dapat dilihat, hubungan antara nilai porositas dan nilai
commit
koefisien permeabilitas horisontal bendatouji
userlaboratorium untuk material batu
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

pecah 2-3 cm dengan memakai dan tanpa cairan aditif didapat model persamaan
regresi y = -0,1871x + 19,921. Berdasarkan model persamaan regresi tersebut
didapat nilai negatif pada koefisien regresi, hal itu menunjukan antara nilai
porositas lapangan dengan nilai permebilitas vertikal lapangan berjalan dua arah.
Dimana setiap peningkatan nilai porositas sebagai variabel bebas akan diikuti
dengan penurunan nilai permeabilitas vertikal lapangan sebagai variabel
terikatnya, dan sebaliknya.

Berdasarkan model persamaan regresi di atas didapat nilai koefisen determinasi


R2 = 0,0526 = 5,26%. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas (independen)
yaitu nilai persentase porositas, mempengaruhi variabel terikat (dependen) nilai
koefisien permeabilitas sebesar 5,26%. Dengan demikian berarti bahwa hubungan
antara nilai porositas dan nilai koefisien permeabilitas horisontal benda uji
laboratorium untuk material batu pecah 2-3 cm dengan memakai dan tanpa cairan
aditif tidak signifikan dan tidak ada pengaruhnya karena 94,74% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain seperti kurangnya data, jumlah sampel, dan faktor-
faktor lain yaitu, ukuran pori, distribusi, dan jaringan penyambung dari saluran
internal pori.

Untuk hubungan antara nilai porositas lapangan dan nilai koefisien permeabilitas
vertikal lapangan untuk material batu pecah 2-3 cm dengan memakai dan tanpa
cairan aditif dapat dilihat pada Tabel 4.29 dan Gambar 4.19 berikut ini.

Tabel 4.29. Hasil Porositas Lapangan dan Koefisien Permeabilitas Vertikal


Lapangan Material Batu Pecah 2-3 cm
Koefisien Permeabilitas
Porositas
Kode Vertikal
benda uji Rata-rata Lapangan Rata-rata Lapangan
(%) kh (mm/dt)
TA1 2-3 35,220 4,772
TA2 2-3 36,491 4,989
TA3 2-3 36,801 5,807
DA1 2-3 36,239 5,937
DA2 2-3 35,783 3,732
DA3 2-3 35,813 commit to user4,569
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

Keterangan :

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif

DA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif

Gambar 4.19. Hubungan Antara Porositas Lapangan dan Permeabilitas Vertikal


Lapangan Material Batu Pecah 2-3 cm

Berdasarkan Gambar 4.19 di atas, jika nilai porositas lab dan nilai koefisien
permeabilitas horisontal lab dihubungkan dan dibuat trendline hubungan tersebut,
maka didapat model persamaan regresi y = 0,8751 – 26,585. Dari persamaan
regresi di atas didapat nilai koefisen determinasi R2 = 0,3662 = 36,62%, hal ini
menunjukan bahwa variabel bebas (independen) yaitu nilai persentase porositas,
mempengaruhi variabel terikat (dependen) nilai koefisien permeabilitas sebesar
36,62%. Dengan demikian bahwa hubungan antara nilai porositas lapangan dan
nilai koefisien permeabilitas vertikal lapangan untuk material batu pecah 2-3 cm
dengan memakai dan tanpa cairan aditif tidak signifikan dan tidak dapat dijadikan
rujukan, karena 63,38% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain seperti kurangnya
data, jumlah sampel, dan faktor-faktor lain yaitu, ukuran pori, distribusi, dan
jaringan penyambung dari saluran internal pori.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

Hubungan antara nilai porositas lapangan dan nilai koefisien permeabilitas


horisontal lapangan untuk material batu pecah 2-3 cm dengan memakai dan tanpa
cairan aditif dapat dilihat pada Tabel 4.30 dan Gambar 4.20 berikut ini.

Tabel 4.30. Hasil Porositas Lapangan dan Koefisien Permeabilitas Horisontal


Lapangan Material Batu Pecah 2-3 cm
Koefisien Permeabilitas
Porositas
Kode Horisontal
benda uji Rata-rata Lapangan Rata-rata Lapangan
(%) kh (mm/dt)
TA1 2-3 35,220 16,596
TA2 2-3 36,491 14,102
TA3 2-3 36,801 19,440
DA1 2-3 36,239 17,872
DA2 2-3 35,783 12,139
DA3 2-3 35,813 16,615
Keterangan :

TA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm tanpa cairan aditif

DA 2-3 = Benda uji material batu pecah 2-3 cm memakai cairan aditif

Gambar 4.20. Hubungan Antara Porositas Lapangan dan Permeabilitas


Horisontal Lapangan Material Batu Pecah 2-3 cm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

Dari Gambar 4.20 di atas, jika nilai porositas lapangan dan nilai koefisien
permeabilitas horisontal lapangan untuk material batu pecah 2-3 cm dengan
memakai dan tanpa cairan aditif dihubungkan dan dibuat trendline hubungan
tersebut, maka didapat model persamaan regresi y = 1,5421x – 39,478.

Dari model persamaan regresi di atas didapat nilai koefisen determinasi R2 =


0,1111 = 11,11%. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas (independen) yaitu
nilai persentase porositas, mempengaruhi variabel terikat (dependen) nilai
koefisien permeabilitas horisontal benda uji lapangan untuk material batu pecah 2-
3 cm dengan memakai dan tanpa cairan aditif sebesar 11,11%. Dengan demikian
berarti bahwa hubungan antara nilai porositas lapangan dan nilai koefisien
permeabilitas horisontal lapangan untuk material batu pecah 2-3 cm dengan
memakai dan tanpa cairan aditif ini tidak signifikan dan tidak bisa dijadikan
rujukan karena 88,89% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain seperti kurangnya
data, jumlah sampel, dan faktor-faktor lain yaitu, ukuran pori, distribusi, dan
jaringan penyambung dari saluran internal pori.

Dari beberapa penjelasan di atas, hubungan antara porositas dan permabilitas pada
penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai rujukan, karena diperoleh nilai
koefisien determinasi yang rendah sehingga hasilnya tidak signifikan. Hal ini
dikarenakan kurangnya studi literatur mengenai tinjauan statistika seperti uji
kecukupan data sebelum penelitian dilakukan. Jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini kurang mencukupi untuk mengetahui hubungan antara
porositas dan permeabilitas, sehingga diperoleh model persamaan regresi dengan
koefisien determinasi yang tidak signifikan.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai