Anda di halaman 1dari 41

KUMPULAN TUGAS PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun oleh :
SRI WIDODO
SN 152032

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

1
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
a. Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi
lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun
(Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
b. Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen
oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi
membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti
Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis
(Ovedolf, 2006).
c. Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena
struktur yang terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri
untuk berkumpul dan multiplikasi (Chang, 2010)
d. Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009)
2. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
factor prediposisi yaitu:
a. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

2
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
3. Manifestasi Klinik
a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
c. Nyeri tekan lepas dijumpai.
d. Terdapat konstipasi atau diare.
e. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih
atau ureter.
h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan Tanda dan gejala
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan
tekanan pada kuadran kiri bawah dan
timbul nyeri pada sisi kanan.

3
Psoas sign atau Obraztsova’s Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian
sign dilakukan ekstensi dari panggul kanan.
Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan
dilakukan rotasi internal pada panggul.
Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium
atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah
dengan batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi
lembut pada korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah
epigastrium atau sekitar pusat, kemudian
berpindah ke kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut
kuadran kanan bawah saat pasien
dibaringkan pada sisi kiri
Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit
triangle kanan (akan positif Shchetkin-
Bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi
pada kuadran kanan bawah kemudian
dilepaskan tiba-tiba

4. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis.
Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis.
Faktor penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis
meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke
rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi
komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang
tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75%
pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan
orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis,
omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan
terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh
darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:

4
a. Abces
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini
mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang
mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau
mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam
pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.
Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan
gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi
bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
c. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan
timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai
timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan leukositosis.
5. Patofisiologi dan Pathway
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga

5
menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat
tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa
lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut
dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum
lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi
mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer,
2007).

6
Pathway
Apendiks
Obstruksi oleh fecalith
(Sumbatan Feses
Mengeras) Tumor

Gallstone Cacing
(Benda Asing) (Oxyurus Vemmicaleris)
Terpinternya
pembuluh darah
Glandula mucosa
nekrosis masuk Proses Masuk ke
keusus halus Inflamasi apendiks
Nyeri

Timbul PUS
dalam lumen

Appendisitis

Biarkan saja Kurang


Pengetahuan
Apendektomi
Pertonitis

Resiko Infeksi

Sepsis

Difisit self
Nyer care

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif.
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang
tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian

7
antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada
penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses
appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.
Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila
diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan
dengan besar infeksi intra-abdomen.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Wawancara untuk mendapatkan riwayat kesehatan mengenai: Keluhan
utama klien yaitu nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama.
Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan
muntah, panas.
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah.
kesehatan klien sekarang.

8
b. Pola Gordon
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
2) Pola Nutrisi/Metabolik
Diet, kebiasaan makan makanan rendah serat.
3) Pola Eliminasi
Kebiasaan eliminasi.
Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
4) Pola Aktifitas dan Latihan
5) Pola Istirahat Tidur
6) Pola Kognitif – Perseptual
7) Pola Persepsi Konsep Diri.
8) Pola Hubungan peran.
9) Pola seksualitas reproduksi.
10) Pola mekanisme koping
Data psikologis klien nampak gelisah.
11) Pola nilai dan keyakinan
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
2) Palpasi
Di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri
(Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis
apendisitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/ tungkai
diangkat tinggi – tinggi, maka nyeri di perut semakin parah (psoas
sign)
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
5) Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla),
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

9
6) Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif
dan tanda perangsangan peritonium tidak begitu jelas, sedangkan
bila apendiks terletak di rongga pelvis maka Obturator sign akan
positif dan tanda perangsangan peritonium akan lebih menonjol.
d. Pemeriksaan penunjang (Diagnostik/laboratorium)
1) Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang
meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut
yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi,
dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
2) Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi
pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas
dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
3) Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan
kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut
bawah.
4) Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu
mendiagnosa peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.

10
5) Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk
memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
6) Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.
Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan
pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma colon.
7) Pemeriksaan foto foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda
pasti Apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam
membedakan Apendisitis dengan obstruksi usus halus atau batu
ureter kanan.
2. Diagnosa Keperawatan
Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post
operasi appenditomi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
3) Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang informasi.

11
3. Perencanaan Keperawatan

POST OPERASI
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
1.    Kaji skala nyeri lokasi,§  Berguna dalam pengawasan dan
agen injuri fisik (luka insisi keperawatan, diharapkan nyeri karakteristik dan laporkan keefesien obat, kemajuan
post operasi appenditomi). berkurang dengan kriteria hasil: perubahan nyeri dengan tepat. penyembuhan,perubahan dan
·        Melaporkan nyeri berkurang karakteristik nyeri.
·        Klien tampak rileks 2.    Monitor tanda-tanda vital §  deteksi dini terhadap
·        Dapat tidur dengan tepat perkembangan kesehatan pasien.
·        Tanda-tanda vital dalam batas §  Menghilangkan tegangan
3.    Pertahankan istirahat dengan posisi
normal abdomen yang bertambah
semi powler.
TD (systole 110-130mmHg, dengan posisi terlentang.
diastole 70-90mmHg),HR(60- §  Meningkatkan kormolisasi fungsi
4.    Dorong ambulasi dini.
100x/menit), RR (16-24x/menit), organ.
suhu (36,5-37,50C) §  meningkatkan relaksasi.
§  Menghilangkan nyeri.
5.    Berikan aktivitas hiburan.
6.    Kolborasi tim dokter dalam

12
pemberian analgetika.
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan
1.    Kaji adanya tanda-tanda infeksi§  Dugaan adanya infeksi
dengan tindakan invasif keperawatan diharapkan infeksi pada area insisi
(insisi post pembedahan). dapat diatasi dengan kriteria hasil:2.    Monitor tanda-tanda vital.§  Dugaan adanya infeksi/terjadinya
·        Klien bebas dari tanda-tanda Perhatikan demam, menggigil, sepsis, abses, peritonitis
infeksi berkeringat, perubahan mental §  mencegah transmisi penyakit
·        Menunjukkan kemampuan untuk
3.    Lakukan teknik isolasi untuk virus ke orang lain.
mencegah timbulnya infeksi infeksi enterik, termasuk cuci
·        Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul) tangan efektif. §  mencegah meluas dan membatasi
4.    Pertahankan teknik aseptik ketat penyebaran organisme infektif /
pada perawatan luka insisi / kontaminasi silang.
terbuka, bersihkan dengan§  menurunkan resiko terpajan.
betadine.
5.    Awasi / batasi pengunjung dan siap§  terapi ditunjukkan pada bakteri
kebutuhan. anaerob dan hasil aerob gra
6.    Kolaborasi tim medis dalam negatif.
pemberian antibiotik

3. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan


1.    Mandikan pasien setiap hari§  Agar badan menjadi segar,
berhubungan dengan nyeri. keperawatan diharapkan sampai klien mampu melancarkan peredaran darah

13
kebersihan klien dapt melaksanakan sendiri serta cuci dan meningkatkan kesehatan.
dipertahankan dengan kriteria rambut dan potong kuku klien.
hasil: 2.    Ganti pakaian yang kotor dengan
·        klien bebas dari bau badan yang bersih. §  Untuk melindungi klien dari
·        klien tampak bersih kuman dan meningkatkan rasa
·        ADLs klien dapat mandiri atau
3.    Berikan Hynege Edukasi pada nyaman
dengan bantuan klien dan keluarganya tentang§  Agar klien dan keluarga dapat
pentingnya kebersihan diri. termotivasi untuk menjaga
4.    Berikan pujian pada klien tentang personal hygiene.
kebersihannya. §  Agar klien merasa tersanjung dan
lebih kooperatif dalam
5.    Bimbing keluarga klien kebersihan
memandikan / menyeka pasien §  Agar keterampilan dapat
6.    Bersihkan dan atur posisi serta diterapkan
tempat tidur klien.
§  Klien merasa nyaman dengan
tenun yang bersih serta
mencegah terjadinya infeksi.
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan
1.    Kaji ulang pembatasan aktivitas§  Memberikan informasi pada

14
tentang kondisi prognosis keperawatan diharapkan pascaoperasi pasien untuk merencanakan
dan kebutuhan pengobatan pengetahuan bertambah dengan kembali rutinitas biasa tanpa
b.d kurang informasi. kriteria hasil: menimbulkan masalah.
·        menyatakan pemahaman proses
2.    Anjuran menggunakan§  Membantu kembali ke fungsi usus
penyakit, pengobatan dan laksatif/pelembek feses ringan bila semula mencegah ngejan saat
·        berpartisipasi dalam program perlu dan hindari enema defekasi
pengobatan 3.    Diskusikan perawatan insisi,
                                          termasuk mengamati balutan,§  Pemahaman meningkatkan kerja
pembatasan mandi, dan kembali sama dengan terapi,
ke dokter untuk mengangkat meningkatkan penyembuhan
jahitan/pengikat
4.    Identifikasi gejala yang
§  Upaya intervensi menurunkan
memerlukan evaluasi medic,
resiko komplikasi lambatnya
contoh peningkatan nyeri
penyembuhan peritonitis.
edema/eritema luka, adanya
drainase, demam

15
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan langkah akhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang di sengaja dan
terus-menerus dengan melibatkan Pasien, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi
keperawatan adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin, 2009, Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.


Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A,  2001, Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Amin HN, Hardhi K, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta, Medi
Action.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC.

17
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. S DENGAN POST OP APENDIKSITIS
DI RUANG MAWAR RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

Tgl/Jam masuk RS : 21 Mei 2016. Pukul 08.00


Tanggal dan jam Pengkajian : 23 Mei 2016. Pukul 16.00
Metode Pengkajian : Anamnese, pemeriksaan fisik
Diagnosis Medis : Post OP Apendiksitis
No. Registrasi : 545069
PENGKAJIAN
I. BIODATA

 Identitas Klien
Nama Klien : Ny. S
Alamat : Kepatihan Rt 03 /03 Selogiri Wonogiri
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga

 Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. S
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tani
Alamat : Kepatihan,Selogiri,Wonogiri
Hubungan dengan klien : Suami

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan Utama

18
Nyeri luka post OP

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri perut kanan bawah,keluhan tersebut sudah dirasakan selama kira-
kira 1 minggu .

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Belum pernah operasi

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Genogram :

x
x x

Laki-laki

Perempuan

klien

------ satu keluarga

x Meninggal

x
meninggal

keturunan
hubungan

19
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lokasi tempat tinggal jauh dari tempat industri, terminal, klinik/ RS
sehingga bebas dari pencemaran.

III.PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan


Menurut pasien kesehatan merupakan hal yang penting. Apabila
mengalami gangguan kesehatan yang bersangkutan segera ke Petugas
Kesehatan
.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD)
 Antropometri
BB sebelum sakit : 65 kg
BB saat sakit : 63 kg
TB : 160 cm
IMT = BB/TB²(m)
= 59/(1,50)²
= 59/3,00
= 19,6
 Biokimia
Hb 12,7 Mg/dl (normal)
 Clinis
Rambut lurus : tidak kusam dan tidak mudah dicabut
Mata : Palpebra tidak ada oedema, Konjungtiva
tidak anemis, Sclera warna putih, tidak ada
ikterik
Kulit : Turgor baik
Mulut : tidak ada stomatitis, mukosa lembab
 Diet

20
Klien dan keluarga menjaga asupan empat sehat lima
sempurna untuk kebutuhan sehari-hari

b. Pengkajian Pola Nutrisi

Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 2-3 kali sehari 3 kali per hari

Jenis Nasi, lauk, sayur Bubur, lauk, sayur

Porsi 1 piring 1/2 piring

Keluhan Tidak ada Nafsu makan


berkurang dan mual

3. Pola Eliminasi

a. BAB

Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 1 kali per hari Terakhi tanggal 31


oktober 2015 sekitar
jam 06.00 WIB

Konsistensi Lunak Lunak

Warna Kuning Kuning

Penggunaa pencahar Tidak menggunakan Tidak menggunakan


(laktasif) pencahar pencahar

Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. BAK

Sebelum sakit Saat sakit

21
Frekuensi 4- 6 kali per hari Via DC

Jumlah urine ± 250 ml ± 2500 ml/24 jam

Warna Kuning jernih Kuning jernih

Pancaran Lancer Memakai DC

Perasaan setelah Nyaman nyaman


berkemih

Total produksi urine ± 1500 ml ± 2500 ml

Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Analisa keseimbangan cairan selama perawatan

Intake Output Analisa

1. Minuman 1600 cc a. Urine 2500 cc Intake 3525 cc


2.Makanan 200 cc b. Feses 100 cc output 3485 cc
3.Cairan IV 1500 cc c. Muntah -
4.Air Metab 225 cc IWL 15x59 : 885cc
Total 3525 cc Total 3485 cc Balance ± 40 cc

4.Pola Aktifitas dan Latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan/minum V

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas ditempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi/ROM √

Ket :

22
0 : Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat , 4 : tergantung total
Dari data diatas klien dalam beraktifitas di bantu orang lain dan alat

5.Pola Istirahat Tidur


Sebelum Sakit Saat Sakit

Jumlah tidur siang Kadang-kadang ± 1 jam (pukul 13.00-


14.00)

Jumlah tidur malam ± 6-7 jam (pukul 21.00- ± 6-7 jam (pukul 21.00-
04.00) 04.00)

Penggunaan obat tidur Tidak Tidak

Gangguan tidur Tidak Tidur kurang pulas


karena suara pasien lain
dan penunggu pasien

Perasaan waktu bangun Segar Kurang segar

Kebiasaan sebelum Menonton televisi Tidak ada


tidur

6.Pola Kognitif – Perseptual

 Status mental : orientasi normal dan memori baik


 Kemampuan penginderaan : panca indera berfungsi baik
 Pengkajian nyeri : P : - Nyeri karena luka OP
- Nyeri berkurang saat di beri
analgetik
Q: Seperti di tusuk – tusuk
R: Perus kanan bawah
S: Skala nyeri 6
T: Terus menerus

7.Pola Persepsi Konsep Diri

23
 Gambaran diri/Citra tubuh : klien percaya setelah operasi
penyakitnya tidak kambuh lagi.
 Ideal diri : klien berharap agar dirinya cepat sembuh
berkumpul dengan keluarga dan
menjadi
Ibu dan istri yang baik
 Harga diri : klien bisa menerima sakitnya sebagai
cobaan dari Allah SWT
 Peran diri : klien mengatakan saat ini dirinya berpe-
ran sebagai seorang ibu.
 Identitas diri : klien adalah seorang perempuaan, 35 th
dan mempunyai 2 anak

8.Pola Hubungan peran


Klien mengatakan hubungan dengan orang lain atau keluarga berjalan
dengan baik. Klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan maupun
medis yang diberikan oleh perawat ataupun dokter.

9.Pola seksualitas reproduksi


Klien mengatakan sudah mempunyai 2 anak dan merupakan Pasangan
Usia Subur
.
10.Pola mekanisme koping
Klien mengatakan mempunyai kebiasaan bermusyawarah untuk
menyelesaikan masalah

11.Pola nilai dan keyakinan


Klien mengatakan beragama Islam dan selalu menjalankan sholat 5 waktu.
Dia selalu berdoa agar sakitnya saat ini cepat sembuh dan ini hanya
cobaan dari Allah SWT yang diberikan kepada klien.

24
IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan/Penampilan Umum
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg

2) Nadi :
- Frekuensi : 80 kali/menit
- Irama : Reguler
- Kekuatan : Cukup
3) Pernafasan :
- Frekuensi : 20 kali/menit
- Irama : Reguler
4) Suhu : 36,6 0

2. Kepala
a. Bentuk kepala : messo cephal
b. Kulit kepala : bersih, tidak ada lesi
c. Rambut : lurus, tidak mudah dicabut

3. Muka
a. Mata :
1) Palpebra : tidak ada oedema
2) Konjungtiva : tidak anemis
3) Sclera : warna putih, tidak ada
ikterik
4) Pupil : isokhor
5) Diameter pupil ki/ka : ± 2 mm
6) Reflek terhadap cahaya : reflek normal/+/+
7) Penggunaan alat Bantu penglihatan : tidak menggunakan alat

25
bantu
b. Hidung : tidak ada polip, tidak ada deviasi septal
c. Mulut : Stomatitis tidak ada, tonsil tidak membesar,
pharing normal, mukosa lembab
d. Telinga : serumen tidak ada, pendengaran kanan dan kiri pas

4. Leher
a. Kelenjar tiroid : struma tidak teraba
b. Kelenjar limfe : tak tampak pembesaran limfonodi, tidak teraba
benjolan
c. JVP : tidak teraba bendungan

5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris, tak tampak retraksi interkosta
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada wheezing, tidak ada ronchi, suara
vesiculer
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di sic – V2
Perkusi : tak ada pelebaran batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama regular

6. Abdomen
Inspeksi : datar, tampak luka di balut kasa panjang ± 10 cm
di perut kiri bagian bawah
Palpasi : nyeri tekan seluruh perut
Perkusi : thympani
Auskultasi : bising usus 5 x/ menit

26
7. Genetalia
Memakai DC

8. Rektum
Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi

9. Akstremitas
a. Atas
Kanan Kiri

Kekuatan otot 5 5

Rentang gerak Normal Normal

Akral Hangat Hangat

Edema Tidak ada Tidak ada

CRT < 2 detik < 2 detik

Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Bawah
Kanan Kiri

Kekuatan otot 5 5

Rentang gerak Normal Normal

Akral Hangat Hangat

Edema Tidak ada Tidak ada

CRT < 2 detik < 2 detik

Keluhan Tidak ada Tidak ada

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hari/Tangga Jenis Nilai Satuan Hasil Keteran


Pemerik gan

27
/Jam saan Normal hasil

Sabtu / USG - - Hidronefrosis


21.05, 2016 kanan grade I
lesi kistik
periuterina
diameter 4 cm
mengarah
komplex cyst
ovarii,apendik
tak
tervisualisasi

Laborat:
//
AL 8,0
21.05.2016
HB 12,7
AT 267
GDS 69
UR 16
CR 0,59
OT 33
PT 13

VI. TERAPI MEDIS

Hari/Tangga Golongan & Fungsi &


Jenis Terapi Dosis
/Jam kandungan Farmakologi

28
Senin/23,05.1 Infus RL 20 tts/m Cairan Resusitasi
6 parenteral cairan

Ceftriaxon 2 x 1 gr / Antibiotik Membunuh


hari mikroba

norages Analgetik Mengurangi


3 x 1 mp rasa nyeri
/hari

29
ANALISA DATA
Nama : Ny. S No. CM : 545069
Umur : 30 tahun Diagnosa Medis : Pos OP Apendicitis
Hari/
No Tanggal/ Data Fokus Problem Etilogi Ttd
Jam

1 Senin/ DS : Nyeri akut Injuri fisik akibat


23.05.2016 Pasien mengatakan nyeri pada bekas luka post tindakan operasi
Jam 16.30 OP
DO : P: -Nyeri karena luka operasi
-Nyeri berkurang bila diberi anti nyeri
Q: seperti ditusuk tusuk
R: perus kanan bawah
S: Skala Nyeri 6
T: terus menerus
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,6°C

30
N : 84 x /menit

2 Senin DS: Resiko infeksi Luka insisi


23.05.16
Pasien mengatakan habis operasi usus buntu bedah /operasi
Jam 16.30
(APP)
DO :
Tampak luka di perban perut bagian bawah± 10
cm
Tampak terpasang DC ,infus
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,6°C

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi


2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi

31
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny.S No. CM : 545069
Umur : 30 tahun Diagnosa Medis : Pos OP Apendisitis
Hari/
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Tgl

Senin 1 NOC NIC


23.05.2016  Pain level Pain Management
Pukul 17.00  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara
 Comfort level komprehensif, termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi
nyeri, mampu menggunakan tekhnik Analgesik Administration
nonfar-makologi untuk mengurangi nyeri,  Cek riwayat alergi
mencari bantuan)  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan pengobatan nyeri secara teratur
menggunakan manajemen nyeri.
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,

32
frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang

2 NOC NIC
 Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
 Knowledge : Infection control  Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
 Risk control tangan
Kriteria Hasil :  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi tindakan keperawatan
 Mendeskripsikan proses penularan Kolaborasi dengan dokter pemberian
penyakit, faktor yang mempengaruhi antibiotik
penularan serta penatalaksanaanya
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat

33
TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI
Nama : Ny. S No. CM : 545069
Umur : 30 tahun Diagnosa Medis : Post OP Apendisitis
Hari/ No
Implementasi Respon Ttd
Tgl Dx

Senin/ 1  Lakukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi
23.05.2016 komprehensif, termasuk lokasi, seperti ditusuk-tusuk
Pukul 17.15 karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas O : P:-nyeri karena luka operasi
dan faktor presipitasi -nyeri berkurang bila tdk bergerak dan
diberi analgetik
Q:seperti ditusuk-tusuk
R:perut kanan bawah
S:skala nyeri 6
T:terus menerus
 Mengajarkan tehnik relaksasi S: Pasien menyatakan merasa lebih nyaman
O: Posisi tidur pasien lebih rileks
 Memberikan injeksi ketorolac 1 amp S: Pasien mengatakan tangan terasa kemeng

34
O: tidak terjadi reaksi alergi
 Mengurangi faktor presipitasi nyeri S : Pasien menyatakan merasa lebih nyaman
dengan menganjurkan menghindari O : Posisi tidur pasien lebih rileks
miring ke kanan
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang S : Pasien mengatakan memahami penjelasan
dirasakan selama prosedur perawat
O:-
 Mengukur vital sign TD: 120/ 80 mmHg
Nadi: 80 x/ menit
RR: 20 x/ menit
S: 36, 6
 Instruksikan pasien menggunakan tehnik S: Pasien mengatakan memahami penjelasan
relaksasi perawat
O: Pasien mempraktekkan tehnik relaksasi

Senin. 2  Bersihkan lingkungan pasien S : Pasien mengatakan kamar terlihat bersih


23.05, 2016 dan tempat tidur bersih
Pukul 17.30 O : mengganti laken dengan yang baru dan
meminta cleaning service untuk

35
membersihkan kamar
 Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
 Memberikan injeksi cefriakson 1 gr intra S : Pasien mengatakan tangan terasa agak
selang kemeng
O :Tidak ada reaksi alergi

CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny.S No. CM : 545069
Umur : 30 tahun Diagnosa Medis : Post OP Apendisitis
No Dx Hari/Tgl/ Evaluasi Ttd

36
Jam

1 Senin/ S : Pasien menyatakan nyeri sudah berkurang


23.05.2016 O:-
Pukul 18.30 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Berikan analgetik sesuai program

2 Senin/ S : Pasien mengatakan ada luka bekas operasi


23.05.2016 O : Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor,kalor,dolor)
Pukul 18.45 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Berikan Antibiotik sesuai program

1 Selasa/ S : Pasien menyatakan nyeri sudah berkurang


24,05.2016 O : Pasien tampak lebih rileks
Jam 15.00 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Mengajarkan tehnik relaksasi
- Alih posisi setiap 2 jam sekali

37
- Berikan analgetik sesuai program

2 Selasa/ S : Pasien mengatakan ada luka bekas operasi


24,05.2016 O : Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor ,color,dolor)
Jam 15.15 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan antibiotik sesuai program

1 Kamis/ S : Pasien menyatakan nyeri sudah banyak berkurang


05,11,2015 O : skala nyeri 2
Jam 15.00 Ku : pasien tampak rileks
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Berikan analgetik sesuai program

38
2 Kamis/ S : Pasien mengatakan ada luka bekas operasi
05.11. 2015 O : Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor,kalor,dolor)
jam 15 .15 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Berikan antibiotik sesuai program

39
40
41

Anda mungkin juga menyukai