Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN GUNA MENJAGA

KETAHANAN LINGKUNGAN

Kelompok 7
Yuni Safira Lerista*), Intan Mutiara Amir**), Anzulena Putri Viranika**)
Agribisnis A Palembang
Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

Mempertahankan kontribusi biologis, melindungi ekosistem guna mendukung


ketahanan lingkungan merupakan salah satu konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainable development goals, SDG’s). Tujuan tulisan ini adalah untuk
mempelajari keanekaragaman hayati, serta menganalisis kebijakan serta
pengelolaannya dalam menjaga keanekaragaman hayati dan melindungi fungsi
ekosistem untuk mendukung ketahanan lingkungan. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Data diperoleh berdasarkan hasil wawancara secara online
kepada pejabat dinas lingkungan, pencarian situs web resmi dari Dinas
Lingkungan, yang kemudian data pendukung diperoleh dari jurnal hasil
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menjaga ketahanan
lingkungan menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dalam pengelola
keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistemnya. Kebijakan, dan memelihara
ekosistem dengan cara konservasi pencadangan, pelestarian fungsi adalah
langkah konkret yang diterapkan untuk melindungi keanekaragaman hayati dan
fungsi ekosistemnya demi kehidupan generasi mendatang. Dari hasil penelitin
telah berhasil mengimplementasikan kebijakan dan strategi pembangunan daerah
yang berwawasan lingkungan dengan melindungi sejumlah keanekaragaman
hayati serta menjaga fungsi ekosistemnya, dengan memberikan kontrol yang baik
dan bertahap, sistematis, dan terpadu terhadap pemanfaatan sumberdaya alam,
sehingga ketahanan lingkungan tetap terjaga dan berkesinambungan.
Kata Kunci : Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s); Keanekaragaman Hayati;
Ekosistem; dan Ketahanan Lingkungan.
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konsep pembangunan berkelanjutan sebagai upaya menjaga ketahanan
lingkungan diharapkan akan mampu membantu persoalan lingkungan dan
keberlangsungnya kehidupan. Kebijakan pembangan berkelanjutan berkaitan dan
bertujuan langsung untuk menjaga kehidupan manusia, keseimbangan
sumberdaya alam, kelestarian lingkungan. Mengingat sumberdaya alam sebagai
bagian atau elemen dari ketahanan nasional, dalam bentuk ketahanan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan merupakan agenda politik pembangunan dunia atau
pembangunan global.
Biodiversitas / Keanekaragaman Hayati merupakan kekayaan alam yang
sangat dibutuhkan dan bermanfat untuk masa depan. Keanekaragaman hayati
mendatangkan banyak manfaat bagi manusia, termasuk pengaturan iklim dan
produksi kayu di hutan, ternak di padang rumput dan ikan di ekosistem perairan
bahwa globalisasi menjadi faktor pendorong adanya tindakan over eksploitasi
kekayaan alam baik di darat maupun di laut yang menjadi ancaman
berlangsungnya kehidupan.
Aktivitas penebangan hutan secara liar dan membabibuta dan tidak
memperhatikan aturan yang berlaku, mengakibatkan rusaknya lahan,
berkurangnya keanekaragaman hayati, menurunya fungsi ekosistem, pola iklim
yang berubah-ubah, menipisnya lapisan ozon, efek rumah kaca, pemanasan
global, longsor, dan banjir. Fenomena ini menyebabkan tingkat keterancaman
sumberdaya alam yang tinggi, sehingga ketahanan lingkungan dapat menurun.
Kebijakan lingkungan lahir dari kesadaran manusia terhadap lingkungan
sekitarnya dan keinginan untuk melestarikan serta menjaga manfaat sumber daya
alam secara nasional dan global. Ada beberapa cara atau metode serta pendekatan
yang dapat dipakai dalam melestarikan keanekaragaman hayati yang juga sebagai
usaha dalam pengelolaan lingkungan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Mengelola sumber daya alam dengan konsep pembangunan berkelanjutan
bertujuan menjaga ketahanan lingkungan. Yang dimana menjaga ketahanan
wilayah maupun lingkungan, perlu menerapkan mekanisme sinergitas
kelembagaan yang dilaksanakan di daerah berupa strategi memberdayakan
masyarakat.

PEMBAHASAN
Kajian Teori
Menurut (Khairima et al., 2020), Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s)
adalah pembangunan yang tidak akan pernah berhenti, tingkat kehidupan generasi
masa depan harus lebih baik dan tidak memburuk dari tingkat pengalaman saat
ini, dalam arti bahwa generasi saat ini dapat menggunakan berbagai pendekatan
atau strategi dalam penggunaannya namun tidak melampaui pemanfaatannya
sehingga mempertahankan eksistensinya, sementara generasi mendatang
meskipun dihadapkan pada ketersediaan sumberdaya alam yang terbatas namun
generasi penerus tersebut harus mampu memanfaatkan teknologi dan pengetahuan
sehingga dapat mempertahankan ketersediaannya dan sadar bahaya dari kegiatan
eksploitasi sumberdaya alam. Kegiatan pengembangan tersebut diupayakan agar
generasi mendatang sejahtera dan dapat bertahan hidup serta berdampingan
dengan alam dan dikatakan berkelanjutan jika tidak ada masalah ketimpangan
antar generasi
Menurut (Peh et al., 2016), Pembangunan berwawasan lingkungan
merupakan pembangunan berkesinambungan dengan tujuan peningkatan terhadap
mutu hidup masyarakat dengan pengelolaan sumberdaya alam dengan sebaik
mungkin. Pemeliharaan untuk kelestarian sangat berpengaruh untuk mengurangi
tekanan terhadap keberadaan keanekaragaman hayati melalui program konservasi.
Menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan dengan metode
konservasi dapat dipahami sebagai usaha pengelolaaan sumberdaya alam
berwawasan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Kegiatan konservasi bisa
dimulai dari memelihara lingkungan keluarga, masyarakat sampai bangsa
Menurut (Huda et al., 2008), Pembangunan yang berwawasan lingkungan
harus memperhatikan perencanaan tata ruang, lingkungan harus menyertai
kegiatan yang berdampak pada lingkungan, dan pengembangan dan rehabilitasi
lahan harus dilakukan untuk mengembangkan konservasi kawasan lindung.
Menurut (Medelin dkk 2017), Pembangunan berhubungan erat dengan
lingkungan dan sangat mempengaruhi lingkungan, mengingat Lingkungan
menjadi pemasok sumberdaya alam sebagai sumber kebutuhan manusia,
ketahanan lingkungan, dan kemudian lingkungan menyediakan sumberdaya
manusia sebagai subjek dalam pembangunan. Pembangunan akan membawa
dampak dan risiko bagi ekosistem. Karena itu kegiatan pembangunan harus ramah
lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan keanekaragaman
hayati dan ekosistem tidak dapat dipisahkan dari dorongan untuk kebutuhan
ekonomi. Penggunaan sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati dan
penggunaan ekosistem oleh pemerintah tidak hanya memiliki satu target, dan
pemanfaatannya harus berdampak pada banyak aspek.
Menurut (Satlita et al., 2018), kebutuhan ekonomi akan mendorong
sebagian besar kebijakan, terutama pengelolaan keanekaragaman hayati.
Pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati akan mengacu pada peraturan
pemerintah dalam implementasinya. Pengembangan atau pemanfaatan
sumberdaya alam berpotensi menyebabkan kerusakan dan mengancam pelestarian
keanekaragaman hayati.

Kajian Empiris
Penelitian yang sebelummya dilakukan Oleh (Sari et al., 2020) Mengenai
“Penguatan Kewarganegaraan Ekologis Untuk Mewujudkan Ketahanan
Lingkungan (Studi di Kampung Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta)” ditinjau dari Salah
satu bentuk wujud nyata pelestarian lingkungan guna mewujudkan ketahanan
lingkungan telah dilakukan oleh Kampung Gambiran sebagai Kampung Hijau
Kota Yogyakarta melalui berbagai program-program kegiatan pelestarian
lingkungan yakni: pengelolaan sungai Gajah Wong, tanam pohon, pengelolaan
sampah mandiri, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal, Ruang
Terbuka Hijau (RTH), taman krida dan taman lintas budaya, perpustakaan dan
taman wifi, serta penggunaan energi alternatif. Program-program kegiatan
pelestarian lingkungan membawa dampak atau hasil positif tidak hanya pada
bidang lingkungan, namun juga pada bidang sosial dan ekonomi masyarakat
Kampung Hijau Kota Yogyakarta. Melihat sisi lain dari hasil yang telah dicapai,
penguatan kewarganegaran ekologis guna mewujudkan ketahanan lingkungan di
Kampung Hijau Kota Yogyakarta juga memiliki tantangan dan hambatan yang
terletak pada kepedulian masyarakat yang terkadang naik turun dan peran pemuda
yang masih kurang sehingga menghambat proses regenerasi. Oleh karena itu,
sinergi antara masyarakat dan pemerintah harus secara terbuka dan interaktif
dalam mewujudkan ketahanan lingkungan di Kampung Gambiran secara
berkelanjutan.
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh (Dhafir, 2020), “Studi Literatur:
Hutan Desa Namo Sebagai Hutan Pendidikan Dalam Menuju Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030” ditinjau dari Kekayaan sumber daya alam yang
dimiliki Hutan Desa Namo mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
Kawasan konservasi hutan pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan dan
pengelolahan hutan secara lestari. Pengelolahan Kawasan hutan di Desa Namo
disesuaikan berdasarkan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK).
Kebijakan KHDTK adalah kebijakan dengan tidak menimbulkan persepsi bahwa
adanya tumpang tindih antar penanggung jawab dalam aktivitas pengelolaan
kawasan, kebijakan yang mengatur secarajelas dan rinci terkait aturan-aturan
teknis dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan, tidak adanya ego sektoral atau
ego kelembagaan antara masing-masing pembuat kebijakan. Hutan pendidikan
menjadi salah satu alternatif pengembangan kawasan wisata alam berbasis
konservasi dengan memanfaatkan potensi sumber daya dan melibatkan
masyarakat lokal. Hutan pendidikan akan menjadi aset Negara untuk kepentingan
khusus penelitian, pendidikan, budaya, konservasi dan kearifan lokal masyarakat
setempat, sehingga Negara memiliki investasi dalam kemajuan prekonomian
untuk mendukung program-program SDG’s 2030.
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh (Saggaf & Luneto, 2021),
“Ruang Terbuka Hijau Ketahanan Lingkungan Kota Makasar” ditinjau dari Kota
Makassar sebagai kota dengan populasi manusia terpadat yang ada di Indonesia.
Sehingga hiruk pikuk perkotaan itu kian terasa dimana pemukiman, kendaraan,
industry, dan beberapa elemen perkotaan yang kian menghiasi ruangnya sehingga
beberapa dampak yang beranagsur – angsur kian terasa seperti, tempat kumuh,
polusi udara, kurangnya daerah resapan air, pengendalian sampah yang tak
terkendali, macet, dan sebagainya menjadi ancaman yang kian terasa saat ini.
Berdasarkan pengamatan terhadap penelitian diatas, ruang terbuka hijau di
hadirkan dalam elemen perkotaan sebagai bentuk kesadaran dari dampak yang
kian terasa itu. Ketahanan lingkungan suatu wilayah yang memiliki kualitas
lingkungan hidup baik juga dipengaruhi kemampuan kota/desa dalam melakukan
pembangunan, index desa membangun (IDM) sebagai salah satu tolak ukur,
variable penting yang juga berpengaruh terhadap kualitas lingkungan bahkan
ketahanan lingkungan. Ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Makassar
berdasarkan pada kemampuan tanaman sebagai unsur kehidupan dalam menyerap
CO2. Setiap luasan 1 ha mempunyai kemampuan dalam menyerap CO2 yang
dihasilkan oleh manusia sebanyak 2000 orang atau dengan kata lain bahwa setiap
orang memerlukan 5 m2 ruang terbuka hijau.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Yenni et al., 2021) “Analisis
Dampak Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Strategi Ketahanan Perkotaan
(Studi Kasus : Perubahan Iklum di Kota Malang” ditinjau dari Saat ini di Kota
Malang sedang digalakkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan yang disesuaikan dengan target pencapaian Sustainable Development
Goals (SDGs). Namun dengan adanya pembangunan berkelanjutan tidak menutup
emungkinan dengan adanya dampak yang ditimbulkan, seperti kemacetan, polusi
udara, pencemaran lingkungan dan lain sebagainya. Tetapi juga terdapat dampak
yang positif seperti terbukanya lapangan pekerjaan, bertambahnya pengetahuan
mengenai alat – alat teknologi dan lain – lain. Banyaknya pembangunan yang
tidak memperhatikan lingungan akibatnya pembangunan tersebut dapat merusak
lingkungan. Ketidak seimbangan ekosistem dan pencemaran lingkungan akan
mengancam kehidupan manusia. Namun dengan adanya pembangunan ekonomi
yang semakin berkobar maka semakin banyak pula sumber daya alam yang
diambil. Sehingga persediaan sumber daya alam semakin menipis, keserakahan
dari sifat manusia juga melatar belakangi kelangkaan sumber daya alam. Di Kota
Malang laham persawahan semakin menipis, hal ini dikarenakan banyaknya alih
fungsi lahan. Dahulu lahan hijau yang membentang luas biasa ditanami padi
sekarang berubah menjadi gedung dan perumahan.
Penelitian sebelunya yang dilakukan oleh (Mustaqim, 2018), “Analisis
Perubahan Ekositem Kawasan Pesisir Pulau Sabang” ditinjau dari Perubahan
ekosistem Pulau Sabang sudah terjadi sejak lama. Bentuk perubahan ekosistem
yang terjadi adalah kerusakan ekosistem mangrove dan kerusakan pada ekosistem
karang. Penyebab perubahan ekosistem karang adalah aktivitas pengeboman ikan,
penggunaan bahan racun, pengerukan, dan bencana Tsunami. Penyebab
perubahan ekosistem mangrove adalah aktivitas pembukaan tambak, penebangan
untuk bahan bangunan, bencana alam (Tsunami dan banjir) pembuangan limbah,
dan pengalihan air tawar. Dampak dari perubahan kedua ekosistem tersebut telah
menambah kerentanan terhadap wilayah dengan munculnya kepanikan nelayan
karena menurunnya hasil tangkap, semakin berkurangnya ikan, perubahan musim
ikan, semakin jauh jarak penangkapan ikan, abrasi pantai, pencemaran dan
berkurangnya biota laut. Dampak perubahan ekosistem di Pulau Sabang telah
menuai banyak perhatian mulai dari pemerintah daerah, lembaga donor, lembaga
swadaya masyarakat dan masyarakat tempat.
Penelitian sebelunya yang dilakukan oleh (Legionosuko et al., 2019) “Posisi
dan Strategi Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim guna Mendukung
Ketahanan Nasional” ditinjau dari Dalam menghadapi perubahan iklim,
peningkatan ketahanan sistem di masyarakat untuk mengurangi risiko bahaya
perubahan iklim dilakukan melalui upaya adaptasi dan mitigasi. Namun upaya ini
akan sulit diamanatkan secara efektif jika kecepatan perubahan iklim melampaui
daya adaptasi. Oleh karena itu, adaptasi harus diimbangi dengan mitigasi, yaitu
upaya untuk mengurangi sumber dan meningkatkan daya serap gas rumah kaca,
sehingga proses pembangunan tidak terhambat dan tujuan pembangunan
berkelanjutan dapat tercapai.

Pembahasan Kajian Teori dan Kajian Empiris


Ketahanan Lingkungan merupakan upaya menjamin keamanan publik
secara proporsional dari bahaya-bahaya lingkungan yang diakibatkan oleh proses-
proses alamiah atau buatan-manusia, karena keteledoran, kecelakaan, salah-kelola,
atau kesengajaan. Ketahanan lingkungan merupakan bagian dari ketahanan
nasional. Ketahanan lingkungan mengkaji ancaman akibat kejadian lingkungan,
kecenderungan ketahanan nasional dan unsur-unsur kekuatan nasional.
Pemeliharaan untuk kelestarian sangat berpengaruh untuk mengurangi tekanan
terhadap keberadaan keanekaragaman hayati melalui program konservasi.
Menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan dengan metode
konservasi dapat dipahami sebagai usaha pengelolaaan sumberdaya alam
berwawasan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Kegiatan konservasi bisa
dimulai dari memelihara lingkungan keluarga, masyarakat sampai bangsa.
Ketahanan lingkungan ini juga bisa menjaga lingkungan sekitar atau
melestarikan lingkungan sekitar seperti hasil dari penelitian oleh (Saggaf &
Luneto, 2021), “Ruang Terbuka Hijau Ketahanan Lingkungan Kota Makassar”
yang dimana di tengah – tengah hiruk pikuk tengah Kota Makasar bisa di ubah
menjadi ruang terbuka hijau yang bertujuan untuk menyerap CO2 yang dihasilkan
oleh penduduk di Kota Makassar tersebut.

KESIMPULAN
Mengelola sumber daya alam dengan konsep pembangunan berkelanjutan
bertujuan menjaga ketahanan lingkungan. Yang dimana menjaga ketahanan
wilayah maupun lingkungan, perlu menerapkan mekanisme sinergitas
kelembagaan yang dilaksanakan di daerah berupa strategi memberdayakan
masyarakat. Menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan
dengan metode konservasi dapat dipahami sebagai usaha pengelolaaan
sumberdaya alam berwawasan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Kegiatan
konservasi bisa dimulai dari memelihara lingkungan keluarga, masyarakat sampai
bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
Dhafir, F. 2020. Studi Literatur : Hutan Desa Namo Sebagai Hutan Pendidikan
Dalam Menuju Sustainable Development Goals ( SDGs ) 2030. Jurnal
Hutan Dan Masyarakat, 12(2), 96–105.
https://doi.org/10.24259/jhm.v12i2.11233
Legionosuko, T., Madjid, M. A., Asmoro, N., & Samudro, E. G. 2019. Posisi dan
Strategi Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim guna Mendukung
Ketahanan Nasional. Jurnal Ketahanan Nasional, 25(3), 295.
https://doi.org/10.22146/jkn.50907
Mustaqim. 2018. Analisis Perubahan Ekosistem Kawasan Pesisir Pulau Sabang.
Jurnal Analisa Sosiologi Oktober, 7(2), 224–242.
Saggaf, A. S., & Luneto, R. 2021. Ruang Terbuka Hijau Dalam Ketahanan
Lingkungan Kota Makassar. Jurnal Al-Ḥaḍᾱrah Al-Islᾱmiyah, 1(1), 54–62.
Sari, S. C. W., Samsuri, S., & Wahidin, D. 2020. Penguatan Kewarganegaraan
Ekologis Untuk Mewujudkan Ketahanan Lingkungan (Studi di Kampung
Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ketahanan Nasional, 26(1), 40.
https://doi.org/10.22146/jkn.53816
Yenni, R., Astuti, L., & Purnomo, E. P. 2021. Analisis Dampak Pembangunan
Berkelanjutan Terhadap Strategi Ketahanan Perkotaan (Studi Kasus :
Perubahan Iklum di Kota Malang). Jurnal Arsitektur, Bangunan, &
Lingkungan, 10(2), 155–162.

Anda mungkin juga menyukai