Anda di halaman 1dari 3

Nama : Harits Abdurahman Anwar

NIM : 190106066

Prodi/Kelas : D4 Keperawatan Anestesiologi/ 5C

Rangkuman Artikel Ilmiah

“Pengaruh rokok tehadap kesehatan gigi dan rongga mulut”

Judul : Pengaruh rokok tehadap kesehatan gigi dan rongga mulut

Penulis : Adina Rizkia Putri Kusuma

Penerbit : Universitas Islam Sultan Agung

 Abstrak

Merokok merupakan faktor resiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal maupun sistemik.
Tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam
asap rokok. Berbagai penelitian terdahulu membuktikan adanya pengaruh rokok terhadap kesehatan
gigi dan rongga mulut. Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh rokok terhadap gigi, jaringan periodontal, dan jaringan lunak rongga mulut, serta proses
terjadinya kelainan dalam rongga mulut akibat merokok. Efek lokal merokok terhadap gigi dan rongga
mulut antara lain menyebabkan terjadinya radang gusi, penyakit periodontal, karies akar, alveolar bone
loss, tooth loss, serta berhubungan dengan munculnya lesi-lesi khas pada jaringan lunak rongga mulut.
Sebagai dokter gigi, kita hendaknya dapat mengambil peranan penting dalam mengedukasi dan
memotivasi masyarakat untuk menghindari rokok, dengan memberikan gambaran tentang berbagai
bahaya merokok, terutama yang berhubungan dengan kelainan gigi dan rongga mulut

Kata kunci: merokok, tar, nikotin, kelainan rongga mulut akibat merokok
 Pendahuluan

Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai
penyakit, pada perokok aktif maupun pasif. Hubungan antara merokok dengan berbagai macam
penyakit seperti kanker paru, penyakit kardiovaskuler, risiko terjadinya neoplasma larynx, esophagus
dan sebagainya, telah banyak diteliti. 1 Namun demikian, ketergantungan terhadap rokok tidak dapat
begitu saja dihilangkan. Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi juga dapat
menyebabkan timbulnya kondisi patologis di rongga mulut. Gigi dan jaringan lunak rongga mulut,
merupakan bagian yang dapat mengalami kerusakan akibat rokok. Penyakit periodontal, karies,
kehilangan gigi, resesi gingiva, lesi prekanker, kanker mulut, serta kegagalan implan, adalah kasus-kasus
yang dapat timbul akibat kebiasaan merokok. 2,3 Penelitian terdahulu membuktikan bahwa merokok
dapat memberikan pengaruh langsung terhadap jaringan periodontal. Perokok memiliki peluang lebih
besar menderita penyakit periodontal seperti kehilangan tulang alveolar, peningkatan kedalaman saku
gigi serta kehilangan gigi, dibandingkan dengan yang bukan perokok. 4,5 Skor plak juga terbukti lebih
tinggi pada perokok, dibanding bukan perokok. 6,7 Munculnya berbagai kondisi patologis sistemik
maupun lokal dalam rongga mulut, disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi molekul, termasuk
saliva. Kerusakan komponen antioksidan saliva, diikuti dengan penurunan fungsinya, ditemukan pada
beberapa kelainan di rongga mulut. 8 Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh rokok terhadap gigi, jaringan periodontal, dan jaringan lunak rongga mulut, serta
proses terjadinya kelainan dalam rongga mulut akibat merokok.

 Hasil dan Pembahasan

Dari penelusuran pustaka, diketahui bahwa merokok memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi
sistemik, maupun lingkungan lokal rongga mulut. Kanker paru, penyakit kardiovaskuler, neoplasma
larynx dan esophagus, merupakan penyakit sitemik yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Efek
lokal merokok terhadap gigi dan rongga mulut antara lain menyebabkan terjadinya radang gusi, penyakit
periodontal, karies akar, kehilangan tulang alveolar, keilangan gigi, serta berhubungan dengan
munculnya lesi-lesi khas pada jaringan lunak rongga mulut. Panas yang ditimbulkan akibat pembakaran
rokok, dapat mengiritasi mukosa mulut secara langsung, menyebabkan perubahan vaskularisasi dan
sekresi saliva. Terdapat peningkatan laju aliran saliva dan konsentrasi ion Kalsium pada saliva, selama
proses merokok. Senyawa Kalsium fosfatase yang ditemukan pada kalkulus supragingiva, berasal dari
saliva. 20,23 Hal tersebut dapat dijadikan dasar, mengapa skor kalkulus pada perokok lebih tinggi
dibanding bukan perokok. Keratosis yang berupa bercak putih dengan permukaan kasar dan keras pada
palpasi, muncul akibat kontak kronis dengan asap tembakau. Rokok dapat menstimulasi melanosit
mukosa mulut sehingga memproduksi melanin berlebihan. Melanin kemudian mengendap pada lapisan
sel basal mukosa, sehingga terjadi pigmentasi coklat pada mukosa bukal dan gingiva, yang dikenal
sebagai melanosis perokok.
 Kesimpulan

Hasil pembakaran rokok mengandung berbagai jenis toksin dan agen karsinogen yang dapat
membahayakan, tidak hanya pada orang yang merokok (perokok aktif), tetapi juga pada orang disekitar
perokok (perokok pasif). Selain dapat menyebabkan terjadinya penyakit sistemik seperti kanker paru,
penyakit kardiovaskuler, risiko terjadinya neoplasma larynx, esophagus, merokok juga terbukti
berhubungan dengan munculnya berbagai kelainan gigi dan rongga mulut. Sebagai dokter gigi, kita
hendaknya dapat mengambil peranan penting dalam mengedukasi dan memotivasi masyarakat untuk
menghindari rokok, dengan memberikan gambaran tentang berbagai bahaya merokok, terutama yang
berhubungan dengan kelainan gigi dan rongga mulut.

39-66-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai