Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Kimia Organik

DISUSUN OLEH:

Nama : Ulil Ambri

NIM : 1906103040020

Kelas : 02 (Dua)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
INDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID
Hari/Tanggal: Selasa/16 November 2021

I. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara identifikasi
senyawa flavonoid dengan menggunakan uji Bate-Smith & Metcalf,
uji wilstater, dan uji KLT.

II. Teori Pendahuluan


Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang
mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan
menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-
senyawa flavonoid adalah senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoid
adalah senyawa 1,2 diaril propana, sedangkan senyawa-senyawa neoflavonoid
adalah 1,1 diaril propana. Istilah flavonoid diberikan pada suatu golongan besar
senyawa yang berasal dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa
flavon; suatu jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto,
dan atom karbon benzil yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosoklik
ini, pada tingkat oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan.
Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling
rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok
senyawa-senyawa ini. (Manitto, 1981)

Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk


daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoid
ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoid
yng terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi
lebah. Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan bahwa flavonoid berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis
di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan
yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita. (Markham, 1988)
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan
pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar
tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan
glikosida (Harborne, 1996).Pada flavonoida O- glikosida, satu gugus hidroksil
flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula (lebih) dengan ikatan yang tahan
asam. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan gula lain yang
sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, silosa, arabinosa, dan rutinosa.
Waktu yang diperlukan untuk memutuskan suatu gula dari suatu flavonoid O-
glukosida dengan hidrolisis asam ditentukan oleh sifat gula tersebut.

Pada flavonoid C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam
hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan
karbon-karbon yang tahan asam. Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan
pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid, misalnya pada orientin.
(Markham, 1988).

Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan


keragaman pada rantai C3 yaitu :

1. Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan


aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang
berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di
alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol.
Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu
cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.

2. Flavon

Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-
hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi
warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis
glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan
luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis
yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada
gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C- glikosida. Flavon
dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.

3. Isoflavon

Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya
daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi
amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang
pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.

4. Flavanon

Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan
bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus
prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

5. Flavanonol

Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.

6. Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria
gambirdan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin
berkhasiat sebagai antioksidan.

7. Leukoantosianidin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada


tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya
melaksidin, apiferol.

8. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam
daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin
merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya
terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.

9. Khalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV
bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada
kromatografi kertas dalam pengembang air. (Harborne, 1996).

10. Auron

Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan
briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada
kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning
kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca digital,
gelas kimia, tabung reaksi, spatula, gelas ukur, rak tabung reaksi, batang
pengaduk, pipet ukur, Ekstrak
penangas air, mesin sentrifuge, pipet tetes, labu
Kulit Jeruk
erlenmeyer, chamber,pinset, sprayer KLT, dan jarum kecil.

3.2. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstrak kulit
jeruk, larutan n-heksan, etanol, HCl pekat, plat magnesium, aquades, butanol,
asam asetat glasial, lembar silika gel (plat KLT), vaseline, dan penampak noda
sitroborat.

Sampel III Sampel Sampel III Sampel III


A III B C D
IV. Prosedur Kerja
Blanko
(Pembanding)
4.1. Penyiapan Sampel

 Ditimbang 0,3 gram ekstrak kulit jeruk


dengan menggunakan neraca digital
 Dilarutkan ekstrak kulit jeruk dengan 3 mL
n-heksan
 Dihomogenkan dengan menggunakan
spatula
 Dilarutkan residu dengan menggunakan
etanol
 Dihomogenkan sampel dengan
menggunakan batang pengaduk
 Dibagi sampel menjadi 4 bagian
4.2. Uji Bate-Smith & Metcalf

 Ditambah 0,5 mL HCl pekat


Sampel berubah
warna menjadi
 Diamati perubahan warna yang terjadi
merah pucat
 Dipanaskan sampel diatas penanggas air
 Diamati perubahan warna yang terjadi

Sampel III
D
4.3. Uji Wilstater

 Ditambah 0,5 mL HCl pekat


 Ditambah 4 potongan lempeng Magnesium
 Diamati perubahan warna yang terjadi
 Diencerkan sampel dengan aquades
 Ditambah 1 mL Butanol
 Disentrifuge sampel dengan menggunakan
mesin Sentrifuge
 Diamati perubahan warna yang terjadi

Sampel
III B

4.4. Uji KLT

 Dibuat eluen dengan menggunakan


Sampel berubah
perbandingan Butanol : Asam asetat glasial
warna menjadi merah
: air (4:1:5)
terang Disentrifuge eluen beberapa menit
 Didiamkan uluen selama 24 jam jingga
terbentuk 2 lapisan
Sampel III
 Diambil eluen dilapisan atas lalu di
C
tuangkan kedalam labu erlenmeyer
 Dioleskan vaseline pada mulut chamber
 Dimasukkan eluen kedalam chamber
 Dimasukkan silika gel kedalam chamber
 Ditutup chamber
 Didiamkan eluen hingga jenuh
 Ditotolkan sampel III D sebanyak 2 mikro
liter dengan menggunakan jarum kecil,
ditotolkan pada fase diam
 Dimasukkan lempeng KLT dengan
menggunakan pinset kedalam chamber
yang telah berisi eluen yang telah jenuh
 Ditutup chamber
 Dioleskan vaseline pada permukaan spray
KLT
 Dimasukkan penampak noda sitroborat
kedalam labu erlenmeyer
 Dipasang spray KLT pada labu erlenmeyer
yang telah terisi penampak noda sitroborat
 Diangkat lempeng KLT setelah eluen
mencapai garis batas atas
 Disemprot lempeng KLT dengan
menggunakan spray penampak noda
sitroborat
 Diamati perubahan warna yang terjadi
pada lempeng KLT

V. Hasil Pengamatan

Sampel III A Terlihat pada gambar, ekstrak


kulit jeruk setelah
0,3 gram ditambahkan dengan larutan n-
ekstrak kulit heksan dan etanol, yang mana
jeruk + 3 mL sampel ini dinamakan dengan
n-heksan + sampel III A, dan sanpel III A
etanol ini akan di gunakan sebagai
blanko (pembanding) untuk uji
pada sampel-sampel yang lain.

Sampel III B Terlihat pada gambar sampel


III B setelah ditambahkan
Larutan ekstrak dengan 0,5 HCl pekat,
kulit jeruk + Munculnya noda kemudian dipanaskan, maka
0,5 HCl pekat berwarna kuning dapat diamati pada gambar
+ dipanaskan pada lempeng disamping, bahwasanya
sampel III B mengalami
perubahan warna menjadi
merah terang, hal ini
menunjukkan adanya
leukoantosianin. Warna merah
terang yang terbentuk pada uji
Bate Smith – Metcalf
disebutkan karena
terbentuknya garam flavilium
(Achmad, 1986)
Sampel III C Terlihat pada gambar sampel
III C setelah ditambahkan
Larutan ekstrak dengan 0,5 HCl pekat,
kulit jeruk + kemudian ditambahkan
0,5 mL HCl dengan 4 lempeng Mg, lalu
pekat + 4 diencerkan dengan aquades,
lempeng Mg + kemudian ditambah 1 mL
aquades + 1 Butanol, dan lalu di
mL Butanol + sentrifugal. Dapat kita amati
sentrifugal pada gambar disamping,
setelah sampel III C di
sentrifugal beberapa menit
makan terjadinya perubahan
warna menjadi warna merah
pucat, hal ini menunjukkan
adanya flavonol dalam sampel
III C, Adanya flavonoid
ditandai dengan terbentuknya
warna merah sampai jingga
menandakan senyawa flavon,
warna merah tua diberikan
oleh flavonol dan flavonon,
warna hijau sampai biru
diberikan oleh aglikon atau
glikosida (Dermawan, 2012).
Sampel III D Terlihat pada gambar Sampel
III D setelah ditotolkan pada
Larutan ekstrak lempeng KLT, kemudian
kulit jeruk + ditambahkan eluen yang telah
ditotolkan pada dibuat, lalu disemprot dengan
lempeng KLT menggunakan penampak noda
+ eluen + sitroborat maka dapat diamati
disemprot pada gambar disamping
dengan bahwasanya terdapat noda
menggunakan berwarna kuning intensif pada
penampak permukaan lempeng KLT hal
noda sitroborat ini menunjukkan adanya
golongan senyawa flavonoid
pada sampel III D,Apabila
timbul warna kuning intensif
menunjukkan positif flavonoid
(Nanik, 2012 : 4).

VI. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan adalah:
1. Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji.
Kebanyakan flavonoid ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali
alga.
2. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga
menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet
dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula
yang disebut dengan glikosida.
3. Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat
pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida,
contohnya melaksidin, apiferol.
4. Warna merah terang yang terbentuk pada uji Bate Smith – Metcalf
disebutkan karena terbentuknya garam flavilium
5. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah sampai
jingga menandakan senyawa flavon, warna merah tua diberikan oleh
flavonol dan flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon
atau glikosida.

VII.Daftar Pustaka

Achmad S.A., 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Penerbit


Karunika.

Dermawan, R. 2012. Metode Analisis Uji Warna Senyawa


Metabolit Sekunder. Makalah Kimia Organik Analisis.
Makassar: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penuntun Cara


Modern MenganalisaTumbuhan, Terjemahan K.
Padmawinata. Edisi II. Bandung : ITB Press

Manitto, P. (1981). Biosintesis Produk Alami. Terjemahan


Koesmardiyah. Cetakan Pertama. Semarang : Penerbit IKIP

Markham, K.R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid.


Terjemahan K.Padmawinata. Bandung : ITB Press.

Robinson, T. (1995).Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.


Edisi keenam. Terjemahan K. Padmawinata. Bandung : ITB
Press

Sulistyani, Nanik., dkk. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri


Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera scandens (L.)
Moq.) Terhadap Shigella flexneri Beserta Profil Kromatografi
Lapis Tipis. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 1 (2), 1-16.

Anda mungkin juga menyukai