Anda di halaman 1dari 31

Pd T-16-2004-A

Konstruksi dan Bangunan

Perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah


Nomor : 360/KPTS/M/2004
Tanggal : 1 Oktober 2004

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH


Pd T-16-2004-A

Prakata

Pedoman perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar termasuk dalam Gugus Kerja
Irigasi, Sabo, Rawa dan Pantai, Danau dan Sungai pada Sub-Panitia Teknik Bidang
Sumber Daya Air yang berada di bawah Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan Bangunan
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Penulisan pedoman ini mengacu kepada Pedoman BSN No.8 Tahun 2000 dan telah
mendapat masukkan dan koreksi dari ahli bahasa.

Perumusan pedoman ini dilakukan melalui proses pembahasan pada Gugus Kerja,
Prakonsensus dan Konsensus pada tanggal 10 September 2003 di Pusat Litbang Sumber
Daya Air Bandung serta proses penetapan pada Panitia Teknik yang melibatkan para
narasumber dan pakar dari berbagai instansi terkait.

Pedoman ini merupakan hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah pada proyek-proyek
Penanggulangan Bencana Alam akibat kegiatan gunung api. Selain itu, penyusunan
pedoman ini mengacu pada beberapa buku SNI serta perencanaan tanggul yang
dilaksanakan pada Proyek Gunung Merapi dan Gunung Semeru.

Diharapkan pedoman ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan pegangan bagi para
praktisi di lapangan dalam perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar.

i
Pd T-16-2004-A
Daftar isi

Halaman

.......................................................................................................................
Prakata ... i
Daftar isi ......................................................................................................................... ii
Pendahuluan .................................................................................................................. iv
Ruang lingkup .........................................................................................................
1 1

Acuan ......................................................................................................................
2 1
Istilah dan definisi ...................................................................................................
3 1
Persyaratan .............................................................................................................
4 1
Data dan informasi............................................................................................
4.1 1
Fungsi ...............................................................................................................
4.2 2
Keamanan dan stabilitas ..................................................................................
4.3 2
Tanggung jawab ...............................................................................................
4.4 2
Ketentuan-ketentuan ...............................................................................................
5 2
Ketentuan umum ..............................................................................................
5.1 2
Ketentuan teknis ...............................................................................................
5.2 2
Bahan bangunan ..............................................................................................
5.3 3
Gaya-gaya yang bekerja...................................................................................
5.4 3
Prosedur perencanaan ............................................................................................
6 3
Desain hidraulik ................................................................................................
6.1 3
Abrasi dan bentur .............................................................................................
6.2 6
Stabilitas ...........................................................................................................
6.3 6

Lampiran A Gambar ................................................................................................ 11


Gambar A.1 Penampang melintang tanggul dengan tinggi maksimum 3 m ............. 11
Gambar A.2 Tampak falam tanggul dengan tinggi maksimum 3 m........................... 11
Gambar A.3 Penampang melintang tanggul dengan tinggi lebih dari (>) 3 m........... 12
Gambar A.4 Tampak dalam tanggul dengan tinggi lebih dari (>) 3 m ....................... 12
Gambar A.5 Penampang melintang tanggul dengan tinggi maksimum 3 m ............. 13
Gambar A.6 Tampak luar tanggul dengan tinggi maksimum 3 m ............................. 13
Gambar A.7 Penampang melintang tanggul dengan tinggi lebih dari (>) 3 m........... 14
Gambar A.8 Tampak luar tanggul dengan tinggi lebih dari (>) 3 m........................... 14

ii
Pd T-16-2004-A

Lampiran B Tabel.........................................................................................................................15
Tabel B.1 Tinggi jagaan..........................................................................................................15
Tabel B.2 Bahan bangunan...................................................................................................16
Tabel B.3 Luas DAS dan koefisien lebar sungai..............................................................16
Tabel B.4 Kondisi sungai dan koefisien Manning untuk sungai lahar.........................16
Tabel B.5 Angka permeabilitas perkiraan..........................................................................16

Lampiran C Contoh penghitungan...........................................................................................17


Contoh C.1 Penghitungan tinggi tanggul...............................................................................17
Contoh C.2 Penghitungan stabilitas........................................................................................20
Contoh C.3 Penghitungan stabilitas lereng...........................................................................21

Lampiran D Daftar notasi...........................................................................................................23

Lampiran E Daftar nama dan lembaga...................................................................................25

Bibliografi............................................................................................................................................. 26

iii
Pd T-16-2004-A

Pendahuluan

Tanggul merupakan salah satu bangunan sungai yang juga dipakai sebagai pelengkap
bangunan pengendali sedimen, yang berfungsi untuk membatasi penyebaran aliran lahar dan
sebagai pengarah aliran lahar ke bagian hilirnya. Tanggul juga dapat dimanfaatkan untuk
konstruksi lain, misalnya jalan inspeksi, dan hal itu tidak mengurangi fungsi utamanya.

Ditinjau dari fungsi utama tanggul pada sungai lahar, maka diperlukan spesifikasi khusus
bentuk konstruksi tanggul dan sebaiknya bahan timbunannya dari tanah nonkohesif. Selain
itu tanggul harus mampu menahan gaya-gaya yang bekerja, antara lain : berat sendiri,
tekanan air dan sedimen, gaya seret serta benturan batu besar yang terangkut aliran
karena letak tanggul berada pada kemiringan dasar sungai dan lereng alam masih terjal.

Agar keamanan tanggul dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan rasa aman


terhadap aliran lahar, di dalam perencanaan diperlukan suatu pedoman khusus yang
memuat persyaratan dan ketentuan-ketentuan teknis serta prosedur perencanaan tanggul.

iv
Pd T-16-2004-A

Perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar

1 Ruang lingkup

Pedoman ini membahas persyaratan-persyaratan, ketentuan -ketentuan dan cara


perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar dengan kondisi dasar sungai sudah stabil
dan secara umum terbuat dari tanah non kohesif.

2 Acuan

- SNI 03 - 1724 - 1989 : Tata cara perencanaan hidrologi dan hidrolik untuk bangunan di
sungai.
- SNI 03 - 2401 - 1991 : Tata cara perencanaan umum bendung.
- SNI 03 - 2851 - 199 : Tata cara perencanaan teknis bendung penahan sedimen.
- SNI 03 - 2415 - 1991 : Metode perhitungan debit banjir.
- SNI 03 - 3441 - 1994 : Tata cara perencanaan teknis pelindung tebing sungai dari
pasangan batu.

3 Istilah dan definisi

3.1 Sungai lahar adalah sungai yang berhulu di gunung api aktif dan sering mengalirkan
bahan vulkanik yang berasal dari hasil letusan gunung api.

3.2 Lahar hujan adalah aliran bahan hasil letusan gunung api aktif yang berupa material
padat seperti batu, kerikil, pasir, dan abu yang bercampur dengan air hujan.

3.3 Piroklastik adalah bahan hasil letusan gunung api aktif yang berupa campuran material
padat dan gas yang berasal dari guguran kubah lava atau letusan.

3.4 Tanggul adalah salah satu bangunan pengendali sungai yang fungsi utamanya untuk
membatasi penyebaran aliran lahar, mengarahkan aliran lahar juga dapat dimanfaatkan
untuk keperluan lain.

3.5 Lahar adalah endapan bahan hasil kegiatan gunung api aktif yang terangkut aliran
lahar hujan.

4 Persyaratan

4.1 Data dan informasi

Untuk membuat perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar diperlukan :


1) parameter desain, meliputi parameter desain topografi, hidrologi, dan geoteknik yang
merupakan hasil analisis data;
2) data lain yang diperlukan adalah data atau informasi bahan bangunan dan bahan
timbunan tanggul yang tersedia, sarana dan prasarana, serta tenaga kerja yang
tersedia.

1 dari 26
Pd T-16-2004-A

4.2 Fungsi
Tanggul yang direncanakan harus dapat berfungsi untuk:
1) membatasi penyebaran aliran lahar;
2) mengarahkan aliran lahar di hilir;
3) keperluan lain asal tidak mengganggu fungsi utamanya.

4.3 Keamanan dan stabilitas


Tanggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1) stabil terhadap gaya-gaya yang bekerja.
2) aman terhadap gerusan, rembesan dan erosi buluh, abrasi, benturan, limpasan, dan
longsoran;
3) Stabil terhadap penurunan/settlement.

4.4 Tanggung jawab


Tanggul yang direncanakan harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis terhadap:
1) fungsi;
2) keamanan dan stabilitas;
3) mutu bangunan;
4) ekonomis.

5 Ketentuan-ketentuan

5.1 Ketentuan umum


Ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam membuat perencanaan teknis tanggul pada
sungai lahar adalah tersedianya parameter desain dan data lain yang diperlukan.

5.2 Ketentuan teknis

5.2.1 Tata letak


Tata letak tanggul harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
1) tanggul harus terletak di daerah yang dimungkinkan terjadinya pelimpasan aliran lahar;
2) tanggul harus terletak pada lokasi dengan biaya pembuatan yang murah;
3) jika tanggul terletak di daerah tikungan sungai atau untuk kepentingan tertentu, harus
dilakukan tinjauan hidraulik secara khusus terhadap berbagai kemungkinan yang akan
terjadi.

2 dari 26
Pd T-16-2004-A

5.2.2 Bentuk dan dimensi


Bentuk dan dimensi tanggul beserta kelengkapannya harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut.
1) tanggul dapat dibuat tunggal atau ganda;
2) talud tanggul bagian dalam harus diberi perkuatan pasangan batu/beton kedap air;
3) talud tanggul bagian luar dilapis tanah liat dan ditanami rumput atau dipasang gebalan
rumput dan apabila diperlukan diberi pasangan batu kosong dengan ijuk setebal 10 cm;
4) bila tinggi tanggul lebih dari 3 m, setiap ketinggian tanggul 3 m harus dibuat bahu
dengan lebar minimal 1m, baik pada bagian dalam maupun bagian luar tanggul;
5) kemiringan arah memanjang tanggul sama dengan kemiringan dasar sungai rencana
(Ip);
6) tinggi tanggul ditentukan berdasarkan elevasi muka aliran desain ditambah dengan
tinggi jagaan;
7) tinggi jagaan tanggul ditentukan sesuai dengan syarat tinggi jagaan yang tercantum
padaTabel B1;
8) lebar puncak diambil minimal 4 m;
9) pada talud luar dan dalam dibuat tangga pasangan batu dengan jarak maksimum 40 m;
10) talud tanggul bagian dalam harus tahan terhadap abrasi dan benturan akibat aliran
lahar, dengan ketentuan minimum perkuatan tanggul jika diuji di laboratorium seperti
pada Tabel B2.

5.3 Bahan bangunan

Bahan bangunan yang dipergunakan untuk membuat tanggul sungai adalah:


1) tanah nonkohesif;
2) pasangan batu kali atau beton;
3) pasangan batu kosong;
4) ijuk dan suling-suling;
5) gebalan rumput.

5.4 Gaya-gaya yang bekerja

Gaya-gaya yang bekerja pada tanggul sungai lahar adalah sebagai berikut.
1) berat sendiri;
2) tekanan air;
3) tekanan sedimen;
4) benturan akibat aliran.

3 dari 26
Pd T-16-2004-A

6 Prosedur Perencanaan

6.1 Desain hidraulik


Untuk perencanaan teknis tanggul pada sungai lahar, persamaan yang dipakai
didasarkankan tinjauan terhadap gaya-gaya yang bekerja, sifat-sifat bahan yang
dipergunakan, dan stabilitas tanggul.

6.1.1 Tinggi tanggul


Tinggi tanggul dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
h = hd + hs + hu + hf ............................................................................ (1)

hf
hu
h hs
hd

Gambar 1 Penampang melintang sungai lahar

dengan pengertian :
h adalah tinggi tanggul (m);
hd adalah tinggi endapan sedimen (m);
hs adalah tinggi aliran lahar (m);
hu adalah tinggi loncat aliran lahar (m);
hf adalah tinggi jagaan (m).

muka tanggul
hu hf

Id
hs
Is
hd
Io : kemiringan dasar Sungai Io

sebelum ada BPS


Is : 0.33 - 0.5 Io
Id : 0.50 - 0.75 Io
Ip : 0.67 - 0.75 Io

Gambar 2 Penampang memanjang sungai pada bangunan peluap

1) Tinggi endapan (hd).


Tinggi endapan pada kantong sedimen (sediment pocket) ditentukan sesuai dengan
perencanaan pengendalian sedimen. Jika tanggul terletak di luar kantong sedimen,
tinggi endapan dapat diabaikan (hd = 0).

4 dari 26
Pd T-16-2004-A

2) Tinggi aliran lahar (hs)


Tinggi aliran lahar dapat dihitung dengan tahap-tahap sebagai berikut.
ƒ Menghitung besar debit rencana (Qp)

Qp = (1 + C*)Q0................................................................................... (2)
dengan:

Qp adalah debit sediment rencana (m3/dt);


C* adalah konsentrasi butiran dalam volume material debris pada dasar sungai
sebelum bergerak (unconsolidated material deposit);
Q0 adalah debit banjir rencana (m3/dt).

ƒ Menghitung lebar rata-rata sungai (Br)

Br = kw.Qp1/2................................................................................... (3)
dengan:

Br adalah lebar rata-rata aliran (m);


kw adalah koefisien lebar sungai (Tabel B.4);
Qp adalah debit sediment rencana (m3/dt).
ƒ Menghitung tinggi aliran dengan (hs)
- Menentukan jenis aliran
Adapun tipe aliran sedimen berdasarkan kemiringan dasar sungai dapat
dikelompokkan menjadi :
Aliran debris tan θ ≥ tan θd
Aliran hiperkonsentrasi tan θd > tan θ ≥ tan θh
Aliran individu/traktif tan θ < tan θh
dimana:
tan θ d = C * (ρ s − ρ w ) ⋅ tan φ (1)

C * (ρ s − ρ w ) + ρ w (1 + 1
ke)

tan θh = *
C (ρ s − ρ w ) ⋅ tan φ .......................................... (2)
C * (ρ s − ρ w ) + ρ w (1 + h d ) 0

dengan:
θ adalah kemiringan dasar sungai (Io);
θd adalah kemiringan kritik untuk aliran debris;
θh adalah kemiringan kritik untuk aliran hiperkonsentrasi;
C* adalah konsentrasi butiran dalam volume material debris pada dasar
sungai sebelum bergerak (unconsolidated material deposit);
ρs adalah rapat jenis sedimen (ton/m3);;
ρw adalah rapat jenis air (ton/m3);
ke adalah konstanta eksperimen (0,85 ~ 1,00);
d adalah diameter butiran yang mewakili (m);
h0 adalah kedalaman aliran pada saat material dasar telah jenuh (m).

5 dari 26
Pd T-16-2004-A

- Menentukan kecepatan aliran lahar (U)

Untuk aliran debris digunakan rumus kecepatan berikut.


1/ 2 * 1/ 3
2 ρw

U= ⋅
g ⋅ sinβ
C +(1−C ) C
−1h
3/2
5d a ⋅ sin α d d ρs C d
s ...........................(3)

dimana: ..............................................................

Cd = ρ ⋅ tan θ (4)
w

(ρ s − ρ w )(tan φ − tan θ )

Untuk aliran hiperkonsentrasi digunakan rumus kecepatan berikut.


U = 0 ,4 h s U * ............................................................................ (5)
d
50

(6)
U * = g ⋅ h s ⋅ I0 ............................................................................
dengan:
α adalah sudut geser dinamis aliran debris;
β adalah kemiringan permukaan aliran;
θ adalah kemiringan dasar sungai (Io); φ
adalah sudut geser dalam;
ρs adalah rapat jenis sedimen (ton/m3);;
ρw adalah rapat jenis air (ton/m3);
a adalah nilai konstanta numerik (0,35 ~ 0,50);
C* adalah konsentrasi butiran dalam volume material debris pada dasar
sungai sebelum bergerak (unconsolidated material deposit);
Cd adalah konsentrasi sedimen;
d50 adalah diameter butiran lolos 50%;
g adalah percepatan gravitasi (m/dt2);
hs adalah tinggi aliran lahar (m);
U adalah kecepatan aliran lahar(m/dt);
U* adalah

- Menghitung debit aliran

Q = U⋅Br ⋅ hs5/ 2 ................................................................................... (7)


dengan:
Q adalah debit aliran (m3/dt);
U adalah kecepatan aliran lahar (m/dt);
Br adalah lebar rata-rata aliran (m);
hs adalah tinggi aliran lahar (m).
Dalam perhitungan tinggi aliran terlebih dahulu diambil suatu nilai h a sebagai asumsi
awal dan dengan metode trial and error dilakukan perhitungan di atas hingga diperoleh
nilai debit aliran (Q) yang sama dengan nilai debit rencana (Q p).

6 dari 26
Pd T-16-2004-A

3) Tinggi loncat aliran (hu)

Tinggi loncatan aliran lahar dihitung dengan rumus :

hu = 12 hs ⋅ ( 1 + 8Fr 2
)
⋅ sin β − 1 − hs.............................
(8)

dengan pengertian :
Fr adalah bilangan Froude;

Fr = U g ⋅ hs....................................................................... (9)

hs adalah tinggi aliran (m);


U adalah kecepatan aliran lahar (m/dt);
g adalah percepatan gravitasi (m/dt 2); θ
adalah kemiringan dasar sungai (°);
β adalah sudut antara sb. bangunan dengan arah aliran lahar (°);

Br

lahar

tanggul

H
Vs

Gambar 3 Arah aliran lahar terhadap sumbu tanggul

6.1.2 Sudut datang (β)

Sudut datang adalah besarnya sudut yang dihitung dari as tanggul terhadap as aliran lahar
menurut arah jarum jam.

7 dari 26
Pd T-16-2004-A

6.1.3 Tinggi jagaan (hf)

Tinggi jagaan ditentukan seperti pada Tabel B.1.

6.2 Abrasi dan bentur

6.2.1 Koefisien abrasi ( CA)

Koefisien abrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

CA = V (10)
A
.... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .

dengan:
CA adalah koefisien abrasi (mm3/cm2);
V adalah volume beton yang mengalami abrasi (mm3);
Ab adalah luas bidang permukaan yang mengalami abrasi (cm2).
Besarnya koefisien abrasi disyaratkan sebagai berikut :
a) Untuk kuat bentur beton, E = 27,54 kg.m2/dt2 : CA = 0,43
b) Untuk kuat bentur beton, E = 32,44 kg.m2/dt2 : CA = 0,33
c) Untuk kuat bentur beton, E = 29,99 kg.m2/dt2 : CA = 0,18

6.2.1 Kuat bentur (E)

Kekuatan beton terhadap benturan dihitung sebagai berikut.

E=m⋅g⋅h (11)
j ..................................................................................
dengan:
E adalah kuat bentur (kg.m2/dt2 atau
N.m); m adalah massa hammer (kg);
g adalah percepatan gravitasi (m/dt2);
hj adalah tinggi jatuh (m).

6.3 Stabilitas

6.3.1 Stabilitas fondasi

Tegangan yang terjadi akibat berat sendiri, tekanan air, tekanan sedimen, pukulan akibat
aliran, dan gaya seret yang bekerja pada tanggul tidak boleh melebihi daya dukung tanah
pondasi yang diizinkan, yaitu 2 kPa.

6.3.2 Rembesan tanggul

Rembesan yang terjadi harus lebih kecil dari rembesan yang diizinkan yaitu 0.0003 cm/dt
seperti pada tabel B.6.

8 dari 26
Pd T-16-2004-A

6.3.3 Stabilitas terhadap geser

Stabilitas tanggul dihitung dengan persamaan :

F F>Ns ................................................................................... (12)


d s

Fd = W ⋅ tg φ (13)
s .......................................................................

Fs = α ⋅γd ⋅ 1 ⋅h ⋅U2 (14)


g s .......................................................

Gambar 4 Gaya-gaya yang bekerja pada penampang melintang tanggul

dengan:
Ns adalah faktor aman yang diizinkan;
Fd adalah gaya penahan;
Fs adalah gaya tekan lahar;
φs adalah sudut geser dalam bahan tanggul (o);
α adalah konstanta (= 1,00);
γd adalah berat volome butiran aliran lahar (ton/m3);
g adalah percepatan gravitasi (m/dt2);
hs adalah tinggi aliran lahar (m);
U adalah kecepatan aliran lahar (m/dt);
W adalah berat tubuh tanggul yang ditinjau (ton).

6.3.4 Longsoran permukaan

Longsoran permukaan lereng tanggul dapat dihitung dengan persamaan :


SF = ∑ (N − u )⋅ tg φ + C ∑ L (15)
∑T

9 dari 26
Pd T-16-2004-A

Gambar 5 Longsoran permukaan tanggul

dengan:
SF adalah angka keamanan longsoran permukaan lereng tanggul;
N adalah gaya normal dari potongan (ton/m);
T adalah gaya tangensial potongan (ton/m);
u adalah tekanan air pori yang bekerja pada potongan (ton/m 2);
L adalah panjang bidang gelincir potongan (m);
φ adalah sudut geser dalam bahan tanggul (o);
C adalah kohesi (ton/m2);
W adalah berat per satuan meter panjang (ton/m).

10 dari 26
Pd T-16-2004-A

Lampiran A

Gambar

Gambar Penampang dengan tinggi maksimum 3 m

Keterangan :

= Pasangan batu kali 1 PC : 3 Psr

Penampang beton bertulang 1 PC : 2 Psr : 3 kr

= Timbunan tanah non kohesif

= Permukaan ditanami rumput (diberi lapisan lempung 30 cm)

Gambar A.1 Penampang melintang tanggul dengan tinggi maximum 3 m

Keterangan :

Gambar A.2 Tampak dalam tanggul dengan tinggi maximum 3m

11 dari 26
Pd T-16-2004-A

Gambar Penampang Tanggul dengan tinggi > 3 m

1:1,5 1:1,5
1:1,5 1:1,5

Gambar A.3 Penampang lintang tanggul dengan tinggi lebih dari ( >) 3 m

Gambar A.4 Tampak dalam tanggul dengan tinggi lebih dari ( >) 3 m

12 dari 26
Pd T-16-2004-A

Gambar Penampang dengan tinggi maksimum 3 m

Beton bertulang 1 PC : 2 Psr : 3 kr

Gambar A.5 Penampang melintang tanggul dengan tinggi maximum 3 m

Keterangan :

Gambar A.6 Tampak luar tanggul dengan tinggi maximum 3 m

13 dari 26
Pd T-16-2004-A

Gambar Penampang Tanggul dengan tinggi > 3 m

1:1,5 1:1,5
1:1,5 1:1,5

Gambar A.7 Penampang lintang tanggul dengan tinggi lebih dari ( >) 3 m

Gambar A.8 Tampak luar tanggul dengan tinggi lebih dari ( >) 3 m

14 dari 26
Pd T-16-2004-A

Lampiran B

Tabel

Tabel B.1 Tinggi jagaan

Debit desain ( Qp ) Tinggi jagaan

( m3 / dt ) ( hf )

Qp - 200 0,60 m
201 < Qp ≤ 500 0,80 m

500 < Qp ≤ 2000 1,00 m

2000 < Qp ≤ 5000 1,20 m

Tabel B.2 Bahan bangunan

Bahan Tanggul Parameter Teknik

γ C φ n G d

Badan tanggul :
- Tanah nonkohesif 9 9 9 9 9 9
- Batu kosong. 9 − − − 9 9
- Pasangan batu kali 9 − − − 9 −
- Beton bertulang. 9 − − − 9 −

Tanah fondasi
sungai lahar :
- Batu padat. 9 − − − 9 9
- Batu lepas 9 − − − 9 9
- Pasir padat
9 9 9 9 9 9
- Pasir lepas 9 9 9 9 9 9

15 dari 26
Pd T-16-2004-A

Tabel B.3 Luas daerah aliran sungai dan koefisien lebar sungai

Luas Daerah Aliran Sungai (A) Koefisien Lebar Sungai

km2 (kw)

A≤1 2 − 3
1<A≤10 2 − 4

10<A≤100 3 − 5

A>100 3 − 6

Tabel B.4 Kondisi sungai dan koefisien Manning untuk sungai lahar

Kondisi sungai Koefisien Manning (n) Material Dasar

- Sungai curam 0,030 − 0,050 Berbatu

- Sungai lebar dan dangkal 0,035 − 0,045 Berkerikil


- Sungai dengan perkuatan 0,020 − 0,025 Berpasir
tebing dari beton pada
kedua sisinya dan dasarnya
dari tanah atau beton
Tabel B.5 Angka permeabilitas perkiraan

Campuran Pasir sangat Tanah

Klasifikasi Kerikil kedap air,


kerikil dan halus lanau
Tanah bersih tanah liat
pasir dsb
dsb

k (cm / dt) 102-103 10-1-10-2 10-4-10-6 10-8-10-9

16 dari 26
Pd T-16-2004-A

Lampiran C

Contoh penghitungan

C.1 Perhitungan tinggi tanggul (h)

Diketahui : m3/dt
Debit banjir Q50 = 158
Catchment area A = 40 km2
Void ratio λ = 0.4 = tan θ
Kemiringan dasar sungai lahar Io = 0.125
Kemiringan rencana endapan sedimen Ip = 0.087
Tinggi main dam Hd = 10 m
Konsentrasi sedimen C = 20% m/dt2
Gravitasi g = 9.8
Sudut datang aliran lahar β = 60 derajat
Konsentrasi sedimen di dasar sungai C* = 0.6 ton/m3)
Rapat masa sedimen ρs = 2.6
Rapat masa air, ρw =1 ton/m3)
Konstanta experiment, k = 0.85
Sudut geser statis, φ = 35 derajat
Diameter butiran rata-rata, d = 0.04 m
Penghitungan :

1) Tinggi endapan (hd)

hf
hu
Id hs Ip
hd
Is
x Io

Gambar C.1 Parameter penghitungan tinggi endapan

Titik tinjauan dari BPS, x = 260 m.


Hd 10
L=( )=( ) = 263,16 m
I 0 − Ip 0,125 − 0,087

Pada titik tersebut tinggi endapan :


hd = (Io - Ip) . (L-x)
= (0,125 - 0,087) (263,16 - 260) = 0.12 m
2) Tinggi aliran lahar (hs) dan Tinggi air loncat (hu)

17 dari 26
Pd T-16-2004-A

Qp = (1+C) x Q50
= 1,20 x 158 m3/dt = 189,60 m3/dt.
B2
m hs

hd
B1
Gambar C.2. Penampang sungai lahar

kw = 4 (Tabel B.4. Koefisien lebar sungai)

Br = kw x Qp 1/2
=
4 x 189,60 1/2
=
55,08 diambil 55,00 m (lebar rata-rata dari B1 dan
B2) Menentukan jenis aliran :
Aliran termasuk hiperkonsentrasi, maka dalam perhitungan digunakan rumus
untuk aliran hiperkonsentrasi.
tan θ d = C * (ρ s − ρ w ) ⋅ tan φ
1
C (ρ s − ρ w ) + ρ w (1 +
*
k )
tan θd = 0,60(2,6 − 1) ⋅ tan 35 ο = 0,214 > tan θ

0,60(2,6 − 1) + 1(1+ 10,85 )

Berikut ini perhitungan hs dengan trial and error :


Misal nilai asumsi awal, hs = 0.75 m.
Kontrol : Qp = 189,60 m3/dt
Kecepatan aliran lahar, U :

U = 0,4 ⋅ h s ⋅ ( g ⋅ h s ⋅ I0 )
d

U = 0,4 ⋅ 0,75 ⋅ (9,8 ⋅ 0,75 ⋅ 0,125) = 7,15m / dt


0,04
Debit aliran lahar, Q :

Q = U ⋅ Br ⋅ hs 5 / 2
Q = 7,15 ⋅ 55 ⋅ 0,75 5 / 2 = 189 ,65 m 3 / dt ≈ Q p

Jadi hs = 0,75 m.

18 dari 26
Pd T-16-2004-A

Penghitungan tinggi air loncat, hu :

2
h u = 0 ,5 ⋅ h s ( 1 + 8 Fr sin β − 1 ) − h s
Fr = U = 7,15 = 2,64

g ⋅ hs 9,8 ⋅ 0,75

hu = 0,5 ⋅ 0,75( 1+ 8 ⋅ 2,642 sin 60ο − 1) − 0,75 = 1,50 m

3) Tinggi jagaan (hf)

h f = 0,60 (Tabel B1. Tinggi Jagaan )

4) Tinggi tanggul (h)

h = hd + hs + hu + hf

h = 0,12 + 0,75 + 1,50 + 0,60 = 2,97 m

Untuk memudahkan pekerjaan diambil tinggi tanggul 3,00 m.

19 dari 26
Pd T-16-2004-A

C.2 Perhitungan stabilitas terhadap geser


Diketahui :
Tinggi tanggul, h = 3,00 m
Lebar puncak tanggul,B = 4,00 m
Kemiringan lereng tanggul = 1:1,5
φs = 35 o

Ns = 1,2

Penghitungan :

Gambar C.2 Penampang melintang tanggul

Fd Fs > Ns

Fd = W ⋅ tgφs
Fd = W ⋅ tan 35 ο = (12 ⋅ 3 ⋅ (4 + 13 )1,7) tan 35 ο = 30,345 ton

Fs = α ⋅ γd ⋅ 1g ⋅ hs ⋅ U2
1
Fs = 1⋅ 2,6 ⋅ 9,8 ⋅ 0,75 ⋅ 7,15 2 = 10,125 ton
F 30,345
d = = 2,998 > Ns = 1,2 (OK, tanggul aman)
Fs 10,125

20 dari 26
Pd T-16-2004-A

C.3 Perhitungan stabilitas lereng

α
α

Diketahui : Dibuat 8 - 9 pias ( sudah cukup teliti )


Sudut geser dalam bahan timbunan (φ ) = 35o
Kohesi (c) = 0,00 ton/m2
Berat isi kering (γd) = 1,70 ton/m3.
Berat isi air (γw) = 1,00 ton/m3.

Tekanan air tanah (Hu) = 0; 0,1; 0,13; 0,30; 0,25; 0,12; 0,06; 0,02 m

Penghitungan :
Untuk menghitung stabilitas lereng dapat juga digunakan beberapa metode
antara lain : pias, elemen hingga, Janbu, dan Felenius.
Sebagai contoh penghitungan digunakan metode pias.

Berikut ini tabel penghitungan stabilitas lereng untuk bidang gelincir paling kritis:
Pias γd h b Wd= γw Hu W w= Wtot= Cosα Sinα N= T= U=
γd.h.b γw.Hu.b Wd+Ww W cosα W sinα γw .Hu
1 1,7 0,7 0,625 0,744 1 0,00 0,000 0,744 0,670 0,740 0,498 0,550 0,00
2 1,7 1,0 0,625 1,063 1 0,10 0,063 1,125 0,770 0,640 0,866 0,720 0,10
3 1,7 1,5 0,625 1,594 1 0,13 0,081 1,675 0,850 0,530 1,424 0,888 0,13
4 1,7 1,6 0,625 1,700 1 0,30 0,188 1,888 0,910 0,400 1,718 0,755 0,30
5 1,7 1,3 0,625 1,381 1 0,25 0,156 1,538 0,960 0,280 1,476 0,431 0,25
6 1,7 1,2 0,625 1,275 1 0,12 0,075 1,350 0,980 0,170 1,323 0,230 0,12
7 1,7 1,1 0,625 1,169 1 0,06 0,038 1,206 1,000 0,030 1,206 0,036 0,06
8 1,7 0,8 0,625 0,850 1 0,02 0,013 0,863 -0,990 -0,100 -0,854 -0,086 0,02

7,657 3,523 0,98

Bidang gelincir paling kritis diperoleh dengan cara trial and error pada beberapa
titik O yang berbeda sehingga diperoleh nilai SF paling kritis.

21 dari 26
Pd T-16-2004-A

SF = ∑ (N − u )⋅ tg φ + C ∑ L
∑T
SF = (7,657 − 0,98 )⋅ 0,7 + 0 ⋅ 6
3,523

SF = 1,32 > 1,2 (memenuhi syarat keamanan )

Dari beberapa penghitungan untuk berbagai bidang gelincir yang berbeda


diperoleh suatu nilai SF paling kritis untuk tanggul dengan kondisi di atas, yaitu
1,32 yang lebih besar dari angka keamanan minimum 1,2 berarti tanggul aman
terhadap longsor.

22 dari 26
Pd T-16-2004-A

Lampiran D

Daftar notasi

α = Konstanta numerik;
β = Sudut antara sumbu bangunan tanggul dan arah aliran lahar (°);
φs = Sudut geser dalam bahan tanggul (°);
φ = Sudut geser dalam (°);
γd = Berat volume butiran aliran lahar (ton/m3);
θ = Sudut kemiringan dasar sungai (°);
θd = Kemiringan kritik untuk aliran debris;
θh = Kemiringan kritik untuk aliran hiperkonsentrasi;
ρs = Rapat jenis sedimen (ton/m3);;
ρw = Rapat jenis air (ton/m3);

σ = Tegangan tanah pondasi yang terjadi (kPa);


A = Luas Daerah Aliran Sungai (km2);
Ab = Luas bidang permukaan yang mengalami abrasi (cm2);
B = Lebar sungai (m);
Br = Lebar aliran lahar (m);
c = Kohesi (ton/m2);
C = Konsentrasi sedimen;
C* = Konsentrasi butiran dalam volume material debris pada dasar sungai sebelum
bergerak (unconsolidated material deposit);
CA = Koefisien abrasi (mm3/cm2);
d = Diameter butiran yang mewakili (m);
d50 = Diameter butiran lolos 50%;
E = Energi potensial (kg.m2/dt2 atau N.m);
Fr = Bilangan Froude;
Fd = Gaya penahan;
Fs = Gaya tekan lahar;
g = Percepatan gravitasi (m/dt2);

Hu = Tekanan air tanah (m);


h = Tinggi tanggul (m);
h0 = Kedalaman aliran pada saat material dasar telah jenuh (m);

23 dari 26
Pd T-16-2004-A

hd = Tinggi endapan sedimen/deposit (m);


hf = Tinggi jagaan (m);
hj = Tinggi jatuh (m);
hs = Tinggi aliran lahar (m);
hu = Tinggi loncat aliran lahar (m);
Io = Kemiringan dasar sungai sebelum ada BPS;
Is = Kemiringan sedimen yang ditampung;
Id = Kemiringan sedimen yang mengalir;
k = Permeabilitas (cm/dt);
ke = konstanta eksperimen (0,85 ~ 1,00);
kw = Koefisien lebar sungai;
L = Panjang bidang gelincir potongan (m);
M = Massa batuan yang membentur (kg);
N = Gaya normal dari potongan (ton/m);
Ns = Faktor aman yang diizinkan;
n = Koefisien Manning;
Qo = Debit banjir (m3/dt);
3
Qp = Debit rencana (m /dt);
SF = Angka keamanan longsoran permukaan lereng tanggul;
T = Gaya tangensial potongan (ton/m);
U = Kecepatan aliran lahar (m/dt);
u = Tekanan air pori yang bekerja pada potongan (ton/m 2);
V = Volume beton yang mengalami abrasi (mm);
W = Berat tubuh tanggul yang ditinjau (ton).

24 dari 26
Pd T-16-2004-A

Lampiran E

Daftar nama dan lembaga

1) Pemrakarsa

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

2) Penyusun

Nama Lembaga

Ir. Agus Sumaryono, Dipl.HE. Pusat Litbang Sumber Daya Air


Suprijatin, BE. Pusat Litbang Sumber Daya Air

25 dari 26
Pd T-16-2004-A

Bibliografi

1 Consulting Services for Mt. Merapi and Semeru Volcanic Disaster


Countermeasures Project (Phase II). Design of Dike, 4 - 14 s/d 4 - 15.

2 Dokumen Pengadaan Jasa Pemborongan (Proyek Gn. Merapi).


5. Timbunan tanah (5.1 - 5.10).
6. Urugan kembali (6.1 - 6.3).

3 Pedoman (Manual) Pembuatan Bendungan Pengendali Sedimen. Departemen


Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan.

4 Mekanika Tanah (Wesley, L. D.), Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum,


Jl. Patimura No. 20 Kebayoran Baru - Jakarta.

26 dari 26

Anda mungkin juga menyukai