1. Thomas Begley dan David P. Boyd (1980-an) mengemukakan lima dimensi
yangmembedakan wirausahawan dan nonwirausahawan. Kelima dimensi tersebut sebagaiberikut: a. Kebutuhan untuk mencapai prestasi: wirausahawan mempunyai kebutuhan jenis ini yang lebih besar dibandingkan dengan nonwirausahawan, dan wirausahawan mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi. b. Pengendalian terhadap diri (Locus of control): wirausahawan merasa bahwa ia mengendalikan hidupnya dengan baik, sukses hidupnya tidak ditentukan oleh nasib atau faktor-faktor diluar dirinya. c. Pengambilan risiko: wirausahawan mengambil risiko yang moderat, tidak terlalu tinggi (seperti penjudi), dan juga tidak terlalu rendah (seperti orangyang pasif). d. Toleransi terhadap ketidak jelasan (keragu-raguan): wirausahawan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tidak lengkap atau tidak jelas. Situasi yang dihadapi mereka dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap situasi ketidak jelasan tersebut kebih besar dibandingkan dengan nonwirausahawan. Karena Wirausahawan lebih banyak menghadapi keragu- raguan karena mereka melakukan sesuatu untuk pertama kalinya. e. Perilaku tipe-A: tipe A merupakan perilaku mengerjakan lebih banyak dengan waktu yang sempit (sedikit), meskipun barangkali ada keberatan dari pihak lain.Wirausahawan mempunyai perilaku semcam ini yang lebih tinggi.
(Sumber: dari buku BMP EKMA4116/MODUL 12, hal: 12.9 )
2. Faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya
adalah: 1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil. 2. Kurang berpengalaman. Baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, ketrampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan. 3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran khas. 4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awak dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perncanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. 5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien. 6. Kurangnya pengawasan peralatan. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif. 7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalan berusaha. Sikap yang setengah-setengah dalam usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. 8. Ketidak mampuan dalam melakukan peralihan atau transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, maka ia tidak ada jaminan untuk menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu. 9. Struktur permodalan yang kurang. Kekurangan modal untuk membeli barang modal dan peralatan dan kekurangan modal untuk memanfaaatkan barang persediaan yang dijual dengan potongan kuantitas atau jenis potongan lainnya. 10. Menggunakan peralatan dan metode yang ketinggalan zaman.Gagal menerapkan pengendalian persediaan,Tidak dapat melakukan pengendalian kredit dan Kurang memadainya catatan akuntasi 11. Ketiadaan perencanaan bisnis. Ketidakmampuan mendeteksi dan memahami perubahan pasar, Ketidak mampuan memahami perubahan kondisi ekonomi,Tidak menyiapkan rencana untuk situasi darurat atau diluar dugaan dan Ketidak mampuan mangantisipasi dan merencanakan kebutuhan keuangan 12. Kualifikasi pribadi. Kurangnya pengetahuan bisnis,Tidak mau bekerja terlalu keras,Tidak mau mendelegasikan tugas dan wewenang dan Ketidak mampuan memelihara hubungan baik dengan konsumen
Pendekatan sederhana untuk pengelolaan uang dalam berinvestasi: Cara menggunakan teknik dan strategi manajemen uang untuk meningkatkan trading online Anda