Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

“ Subjek, Objek dan PTKP Pajak Penghasilan “

KELOMPOK 2

1. I Gusti Agung Bagus Tri Arnawa ( 04 / 1707342077 )


2. Ni Putu Widya Adnyani ( 05 / 1707342078 )
3. Ni Made Sri Mahoni ( 06 / 1707342079 )

Program Diploma III Perpajakan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Semester Ganjil
2018/2019
1.1 KlASIFIKASI SUBJEK DAN OBJEK PAJAK
A. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan pada pasal 2
menjelaskan
(1) Yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah:
a. 1) Orang Pribadi
Penjelasan : Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal
atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak.
Penjelasan : Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli
waris, maksud warisan disini adalah warisan yang menghasilkan atau
masih ada pajak terutang yang ditinggalkan. Dalam menjalankan
kewajiban perpajakannya, warisan yang belum terbagi bisa diwakili oleh:
a) Salah seorang ahli warisnya
b) Pelaksana wasiatnya
c) Pihak yang mengurus harta peninggalannya
b. Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi PT, CV dan perseroan lainnya, BUMN dan BUMD dengan nama
dan dalam bentuk apa pun
c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk
menjalankan usaha dan melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat
berupa : tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor
perwakilan, pabrik, gudang, bengkelagen elektronik dll.
(2) Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri :
1. Subjek Pajak Dalam Negeri, terdiri dari:
a) Subjek pajak OP :
1). Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia. Orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
2). Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

b) Subjek pajak Badan


1) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria
tertentu.
c) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak.
2. Subjek Pajak Luar Negeri
a) OP yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
b) OP yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
c) Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

B. BUKAN SUBJEK PAJAK PENGHASILAN


Dalam pasal 3 UU Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan adalah :
a. kantor perwakilan negara asing;
b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;dan
2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud
pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia sesuai PMK Nomor 215/PMK.03/2008
C. OBJEK PAJAK PENGHASILAN
Dalam pasal 4 ayat (1) UU Nomor 36 tahun 2008. “Yang menjadi objek pajak
adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.”
Yang termasuk objek pajak antara lain:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,
5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.

D. BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN


Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4
ayat (3) UU. PPh adalah sebagai berikut :
1. (a) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
(b) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak
secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed
profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 (UU. PPh)
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT, koperasi, BUMN, BUMD dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat; (1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan (2)
bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada
huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut;
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar.
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu.
1.2 SYARAT SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF WAJIB PAJAK DALAM NPWP
Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP) tepatnya di penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU KUP. Berikut
definisinya:
1. Persyaratan subjektif  adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
2. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib
pajak (WP), yang digunakan sebagai
tanda pengenal dan identitas wajib pajak
dalam hal melaksanakan hak dan
kewajibannya. Setiap orang yang sudah
berpenghasilan (bekerja) wajib
membayar pajak penghasilan (PPh 21).
Berikut ini contoh kartu NPWP OP:

Kode NPWP terdiri dari 15 angka, yang


memiliki arti:
 Dua digit pertama (contoh: 58)
menunjukkan identitas wajib pajak.
 01 sampai 03 adalah Wajib Pajak
 04 dan 06 adalah Wajib Pajak Pengusaha
 05 adalah Wajib Pajak Karyawan
 07 sampai 09 adalah Wajib Pajak OP
 Enam digit berikutnya (contoh: 375.706) adalah nomor registrasi atau nomor urut
yang diberikan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak kepada KPP.
 Satu digit berikutnya (contoh: 7) adalah alat pengaman untuk menghindari terjadinya
pemalsuan atau kesalahan pada NPWP.
 Tiga digit berikut, (contoh: 321) adalah Kode (KPP), contohnya 321, berarti NPWP
tersebut dikeluarkan di KPP Pratama Metro (daerah Lampung). 
 Tiga digit berikut, (contoh: 000) adalah status wajib pajak.
 000 berarti tunggal atau pusat. 00x (001,002 dan seterusnya) berarti cabang, dimana
angka akhir menunjukkan urutan cabang (cabang ke-1 maka 001, cabang ke-2 maka
002, dan seterusnya).

 Berikut ini syarat NPWP Pribadi, 3. Jika Anda bekerja sebagai seorang
jika Anda bekerja sebagai PNS, maka sertakan fotokopi SK
karyawan: PNS. JIka Anda bekerja sebagai
1. Fotokopi identitas pribadi, (KTP) seorang karyawan swasta, maka
untuk Warga Negara Indonesia). sertakan fotokopi surat keterangan
2. Fotokopi paspor, fotokopi Kartu kerja dari tempat kerja Anda.
Izin Tinggal Terbatas (KITAS) 4. Isi lengkap formulir pendaftaran
atau Kartu Izin Tinggal Tetap (formulir telah tersedia di kantor
(KITAP) untuk Warga Negara pajak).
Asing.
1.3 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah besarnya penghasilan yang menjadi
batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila
penghasilan neto WP OP yang menjalankan usaha dan/atau pekerjaan bebas jumlahnya
dibawah PTKP tidak akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh).
PTKP Untuk Laki-laki Tidak Kawin dan Wanita (kawin/tidak kawin)
STATUS TK/0 TK/1 TK/2 TK/3
Wajib Pajak (Laki-
laki tidak kawin & 54.000.000 58.500.000 63.000.000 67.500.000
Wanita)
Penjelasan  :
 Status Wanita meskipun sudah kawin tetap mempunyai PTKP tidak kawin kecuali
dapat membuktikan bahwa suami tidak bekerja (dari Instansi terkait/kelurahan).
 TK/0  : Tidak Kawin tidak ada tanggungan PTKP sebesar  54.000.000.
 TK/1  : Tidak Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan PTKP sebesar  58.500.000
(54.000.000 + 4.500.000)
 TK/2  : Tidak Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan PTKP sebesar  63.000.000
(54.000.000 + 4.500.000 + 4.500.000)
 TK/3  : Tidak Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan PTKP sebesar  67.500.000
(54.000.000 + 4.500.000 + 4.500.000 + 4.500.000)
PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Tidak Bekerja/Tidak Usaha
STATUS K/0 K/1 K/2 K/3
Istri Tdk Kerja/
58.500.000 63.000.000 67.500.000 72.000.000
Tdk Usaha
Penjelasan Isteri Tidak Bekerja:

 K/0  : Kawin tidak ada tanggungan 58.500.000 (54.000.000 + 4.500.000)
 K/1  : Kawin memiliki 1 (satu) tanggungan 63.000.000  (54.000.000 + 4.500.000 +
4.500.000)
 K/2  : Kawin memiliki 2 (dua) tanggungan 67.500.000 (54.000.000 + 4.500.000 +
4.500.000 + 4.500.000)
 K/3  : Kawin memiliki 3 (tiga) tanggungan 72.000.000 (54.000.000 + 4.500.000 +
4.500.000 + 4.500.000 + 4.500.000

PTKP Untuk Laki-Laki Kawin Isteri Bekerja/Usaha


STATUS K/I/0 K/I/1 K/I/2 K/I/3
Istri Kerja /
112.500.000 117.000.000 121.500.000 126.000.000
Usaha
Penjelasan Isteri Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja atau usaha :

 PTKP untuk isteri yang bekerja pada satu pemberi kerja tidak digabung dengan
suami, yang digabung dengan PTKP suami hanya yang bekerja pada lebih dari satu
pemberi kerja dan/atau isteri yang memiliki usaha (penghasilan digabung dengan
penghasilan suami)
 K/I/0  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha tidak ada tanggungan 112.500.000 (54.000.000
+ 54.000.000+ 4.500.000)
 K/I/1  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 1 (satu) tanggungan 117.000.000
(54.000.000 + 54.000.000+4.500.000 +4.500.000)
 K/I/2  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 2 (dua) tanggungan 121.500.000
(54.000.000 + 54.000.000+ 4.500.000 + 4.500.000+ 4.500.000)
 K/I/3  = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 3 (tiga) tanggungan 126.000.000
(54.000.000 + 54.000.000+ 4.500.000 + 4.500.000 + 4.500.000 + 4.500.000) 
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardiasmo.2018.Perpajakan Edisi Terbaru 2018.Yogyakarta:Andi


Yogyakarta.
2. http://www.kabarpajak.com/2013/06/subjek-dan-objek-pajak-
penghasilan.html
3. https://www.online-pajak.com/objek-dan-subjek-pajak
4. https://www.pajak.go.id/id/objek-pph

Anda mungkin juga menyukai