Anda di halaman 1dari 13

Ketebalan Lapisan Serabut Saraf Retina Dan Sel Gang Lion Di Pasien Dengan

Primary Sudut Tertutup Suspek, Primary Sudut Tertutup Dan Glakoma Sudut
Primer Sudut Tertutup
1
DR. Dr. Widya Artini, SpM(K), 1DR. Dr. Tjahjono D Gondowiardjo, SpM(K)
1
Departemen Medik Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Indonesia, Jakarta

ABSTRAK

Tujuan: Menilai perbedaan ketebalan sel ganglion makula antara pasien Primary Angle
Closure Suspect (PACS), Primary Angle Closure (PAC), dan Primary Angle Closure
Glaucoma (PACG)
Metode: Penelitian ini berupa penelitian retrospektif pada data pasien kelompok sudut
tertutup primer: PACS, PAC, dan PACG. Semua pasien yang di periksa keadaan lapisan
serabut saraf retina dan sel ganglion lapisan dalam plefikform dengan alat Ocular
Coherence Tomografi (OCT) HD 5000 masuk kedalam kriteria. Dilakukan perhitungan
statistic untuk membedakan tebalnya lapisan serabut saraf retina dan sel ganglion lapis
dalam fleksiform antara kelompok PAC dan PACG.
Hasil: Terdapat 70 pasien yang masuk kedalam penelitian ini yang terdiri dari PACS 25
mata, PAC 15 mata dan PACG sebanyak 38 mata dengan wanita sebanyak 75%. Tebal
median lapisan serabur saraf retina di bagian superior pada PACS, PAC, dan PACG
adalah 120,1 μm, 119,4 μm, dan 98,44 μm yang berbeda bermakna antara kelompok
PAC dan PACG (p=<0,001). Sementara tebal median CGIPL di sector superior pada
PACS, PAC, dan PACG adalah 82,1 μm, 80,2 μm dan 70,95 μm, juga berbeda bermakna
antara PAC dan PACG (p=<0,001). Kurva area under kurve dengan nilai sensitifitas dan
spesifitas pada lapisan serabut retina 71,9% dan 75% lebih tinggi di bandingkan dengan
sensitifitas 68,8% dan spesifitas 65,6%
Kesimpulan: Glaukoma primer sudut tertutup menunjukan semakin lanjut tingkat
glaukoma semakin menipis lapisan sel ganglion pada lapisan inner plexiform.
Pengawasan melekat untuk kelompok PAC dan PACS pemeriksaan ini sebaiknya di
gunakan terutama bagi pasien yang mempunyai faktor resiko.

Kata kunci: Primary angle closure suspek, primary angle closure, glaucoma primer
sudut tertutup, lapisan serabut saraf retina, sel ganglion lapis dalam fleksifor.

ABSTRACT
Aim: To determine the differences of ganglion cell macula thickness between patients
with Primary Angle Closure Suspect (PACS), Primary Angle Closure (PAC), and
Primary Angle Closure Glaucoma (PACG).
Methods: This was a retrospective study of three primary angle closure groups, including
PACS, PAC, and PACG. Patients who have been examined by Ocular Coherence
Tomography (OCT) HD 500 to check the retinal nerve fiber layer and ganglion cell inner
layer plexiform (GCIPL) were included. Statistical analysis has been performed to
differentiate between the thicknesses of retinal nerve fiber layer and GCIPL between
PAC and PACG group.
Results: There were 70 patients included in this study, consist of 25 PACS eyes, 15 PAC
eyes, and 38 PACG eyes; with 75% were female. The median thickness of retinal nerve
fiber layer in the superior part of PACS, PAC, and PACG group were 120,1 μm, 119,4
μm, and 98,44 μm, respectively, which showed a significant difference between PAC and
PACG group (p=<0,001). Additionally, median thickness of GCIPL superior sector in the
PACS, PAC, and PACG were 82,1 μm, 80,2 μm, and 70,95 μm, respectively, and showed
a significant difference between PAC and PACG groups (p=<0.001). Under area curve
with sensitivity and specificity of retinal nerve fiber layer was 71.9% and 75% higher
than GCILP sensitivity and specificity.
Conclusions: PACG showed that the more advance level of glaucoma, the thinner
GCIPL. A strict observation for PAC and PACS groups are needed to be evaluated more
in patients with risk factors.

Keywords: Primary angle closure suspect, primary angle closure, primary angle closure,
retinal nerve fiber layer, ganglion cell inner layer plexiform

PENDAHULUAN
Glaukoma primer sudut tertutup merupakan jenis glaukoma yang 3 kali
menyebabkan kebutaan dibandingkan dengan glaucoma promer sudut terbuka. Dari
sekitar 65 juta penderita glaukoma seluruh dunia, dan 21 juta disebabkan oleh PACG. 1
Data WHO menunjukan glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaaan nomor 2 di
seluruh dunia, demikian juga di Indonesia. Pada thaun 2040 diperkirakan akan mencapai
80 juta penderita glaucoma yang mengalami kebutaan. 2 Pada umumnya PACG lebih
sering ditemukan pada ras Asia dibandingkan ras Kaukasia dan Afrika dengan wanita
mempunyai resiko menderita PACG 3‐4 kali lebih besar dibanding pria, karena
disebabkan predisposisi factor yang lebih besar seperti, bila mata yang lebih kecil, lebih
pendek, dan lebih pada di bagaian depan matanya. 3,4,5
Penelitian organisasi epidemiologi geografi internasional “The International
Society of Geographical Epidemiological Organization” (ISGEO); berdasarkan
perjalanan penyakitnya dibagi Klasifikasi kelompok primary angle closure menurut
konsensus adalah sebagai berikut: (1) Primary angle closure suspect (PACS) - suspek
sudut tertutup primer: 2700 iridotrabekular kontak, tanpa adanya peripheral anterior
synechiae (PAS), TIO , papil dan lapang pandang normal. (2) Primary angle closure
(PAC)-sudut tertutup primer: >2700 iridotrabekular kontak dengan salah satu peningkatan
TIO dan atau PAS, papil, dan lapang pandang normal. (3) Primary angle closure
glaucoma (PACG)-glaukoma primer sudut tertutup: >2700 iridotrabekular kontak,
ditambah peningkatan TIO dan kerusakan papil dan lapang pandang.6 Pada kelompok
primary sudut tertutup, deteksi dini glaukoma merupakan hal yang sangat penting
dilakukan akibat kebutaan yang bersifat permanen.
Perjalanan penyakit dari PACS menjadi PAC sebanyak 20% sementara dari PAC
menjadi PACG sebesar 28%. Untuk itu mendekti perjalanan progresif awal harus di
deteksi segera, mulai pemeriksaan mata masyarakat, dengan pemeriksan tekanan intra
ocular (TIO, di rumah sakit dengan pemeriksaan biomikroskopik metode Avn Herick dan
gonisokopi sampai pemeriksaan canggih melalui pemeriksaan Ocular Coherence
Tomography (OCT) dengan menilai serabut saraf retina. Baru2 ini terdapat alat yang
dapat mendektisi lebih awal-dini lagi dengan menilai kelainan ada tidak nya penipisan
atau berkurangnya sel gang lion sel tersebut yang bertanggung jawab utama penglihatan
dari penyakit glaucoma tersebut.7,8 Untuk itu, kami melakukan penelitian awal ini
mencoba menilai perbedaan ketebalan sel ganglion makula lapisan pleksiform dalam
(GCILP) antar pasien PACS, PAC, dan PACG di RS Cipto Mangunkusumo Departemen
Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

METODE
Desain penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Populasi terjangkau pada
penelitian ini adalah pasien dengan kelompok sudut tertutup yang datang dan
memeriksakan diri RS Cipto Mangunkusumo Departemen Mata Fakultas Kedokteran
Univesitas Indonesia. Kriteria inklusi adalah seluruh pasien glaukoma diperiksa visus,
TIO, biomikroskopik dan gonioskopi serta luas lapang pandang dan foto fondus yang
didiagnosis sebagai PACS, PAC, dan PACG dengan menggunakan program Macular
Ganglion Cell Analysis. Kemudian dilakukan pemeriksaan dengan alat OCT spectral
domain Cirrus HD 5000 (Carl Zeis Meditec, Dublin, CA). Kriteria eksklusi adalah pasien
yang data rekam medisnya tidak lengkap (tidak diperiksa Macular Ganglion Cell
Analysis), dan pasien dengan miopia dengan minus diatas 3, glaukoma sekunder, ada
kelainan okular terutama kelainan di retina.
Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan penelusuran rekam medik. Rekam
medik ditelusuri dengan melihat daftar pemeriksaan mata, tajam penglihatan, tekanan
intra okular (TIO), gonioskopi, foto fundus, dan luas pandang. Tindakan pemeriksaan
OCT High Definition 5000 yang dilakukan di catat dan sebagai baku standar adalah
pemeriksaan lapisan serabut saraf retinal dan saraf optik, kemudian di tambah glaukoma
program Macular Ganglion Cell Analysis Scan dilakukan dengan mode Macular Cube
Scan 512 x 128, setelah didapatkan gambar makula dengan jelas, signal strength di atas
7, gambar di ambil dan disimpan. Pemeriksaan pasien yang memenuhi kriteria inklusi
selanjutnya dicatat di lembar penelitian.
Seluruh data yang tercatat dan masuk kriteria di masukkan ke dalam suatu tabel
induk. Data katagorikal ditulis sebagai persentasi dan data numerik di diskripsikan
dengan nilai median dan rentang. Seluruh data diolah dengan menggunakan Microsoft
Excel dan SPSS 17. Perbandingan antara nilai numerik perbandingan antara PAC dan
PACG di hitung dengan dana unpair uji Mann Whitney. Nilai  kepercayaan 0,5 %
dikatakan sebagai signifikan.

HASIL
Hasil penelusuran rekam medis yang didapat sebanyak 40 orang. Dari jumlah
tersebut dieksklusi sebanyak 4 mata, sehingga didapatkan data seluruhnya sebanyak 76
mata. Sebanyak wanita 75% dengan rerata usia 64 ±18 (rentang 38‐83) tahun. Pasien
dengan PACG sebanyak 38 mata dan pasien PAC sebanyak 15 mata. (Tabel 1)

Tabel 1. Karakteristik Pasien kelompok sudut tertutup primer

Variabel n %
Jumlah Mata 76
Jenis Kelamin
Laki‐laki 10 25 %
Perempuan 30 75 %

Usia (tahun)
Median ( Min‐maks) 64 (38‐83)

Diagnosis n (mata)
PACS –sudut tertutup 23 30 %
primer tersangka
PAC – sudut tertutup primer 15 20 %
PACG – glaucoma primer 38 50 %
sudut tertutup

Tabel 2. Ketebalan Average lapisan serabut saraf retina dan mGCIPL pada PACS,
PAC dan PACG
PACS PAC PACG P*
Lapisan serabut saraf
retina (μm)
Superior: median- 120,1(155- median- 88,4 (81-90) 0,001
rentang 222) rentang 112,6 85,7 (73-79) 0,001
Inferior: median- 122,2(119- (102-115)
rentang 224)

GCIPL (μm)
Superior; median- 82,1 (79-84) 80,2±8,3 <0,001
rentang 81,1 (78-85) 83,2 ±2,1 80,2±8,3 <0,001
Inferior: median- 69,5 ( 61-72)
rentang
GCIPL: Ganglion cell ‐inner plexiform layer
p*: Perbandingan anatara PAC dengan PACG (uji Mann Whitney)
Nilai median ketebalan lapisan serabut saraf retina PACS adalah 120,1(155-222) μm
untuk sector superior, median- rentang PAC sebesar sektor superior median-rentang μm,
sedangkan PACG lebih tipis 88,4 (81-90) μm yang berbeda bermakna dengan tebal PAC
(p<0.001). Sementara median ketebalan mGCIPL pada mata dengan PACS sector
superior adalah sebesar 82,1 (79-84) μm, pada PAC sebesar 80,2±8,3 μm, dan lebih tipis
pada PACG yaitu 80,2±8,3 μm yang berbeda bermakna dengan rerata tebal PAB
p<0,001. (Tabel 2)

Tabel 3. Ketebalan minimal lapisan serabut saraf retina dan mGCIPL pada PACS,
PAC dan PACG

PACS PAC PACG p


Lapisan sebarut
saraf retina
(μm) 100,1 ( 85- 98,35 ( 81- 80,2 (77-87) <0,001
Superior 105) 100) 78,2 ( 71-86) <0,001
Inferior 98,2 (84- 97,1 (95-
103) 105)
GCIPL (μm)
Superior 78,1 (75-81) 80,3 (73-84) 62,32 (60-66) <0,001
inferior 71,3 (69-75) 78,1 (74-82) 60,2 (58-63)

GCIPL: Ganglion cell ‐inner plexiform layer p; Perbandingan anatara PAC dengan
PACG (Uji Mann Whitney)

Tabel 3 diatas terlihat bahwa nilai median dengan rentang minimal ketebalan
minimum Average lapisan serabut saraf retina PACS adalah 100,1(85-105)μm, tebal
PAC 98,35(81-100) dan tertipis pada kelompok PACG yaitu 80,2(77-87)μm yang masih
berbeda bermakna dengan kelompok PAC p<0,001. Sementara nilai minimal median
dengan rentang ketebalan mGCIPL pada mata dengan PACS adalah sebesar 78,1(75-81)
μm pada PAC sebesar 80,3(73-84) μm, dan pada kelompok PACG sebesar 62,32(60-66)
μm. Pada uji statistik didapatkan p=0.001 (uji Mann whitney)

Gambar 1. Kurva area under kurva dengan nilai sensitifitas dan spesifitas pada lapisan
serabut retina 71,9% dan 75% lebih tinggi di bandingkan dengan sensitifitas 68,8% dan
spesifitas 65,6% GCILP.

Tabel 4. Kurva AUC dengan sensitifitas dan spesifisitas


Parameter AUC(95% Cut off Sensitivitas Spesifisitas
ketebalan CI) (μm)
Lapisan 72,2(62,9- < 88,50% 71,9% 75%
serabut saraf 90,4
retina
GCILP 74(61,8- < 76% 68,8% 65,6%
86,5

DISKUSI
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dengan pemeriksaan alat canggih
OCT Cirrus HD 5000 dengan menggunakan algoritma Ganglion Cell Analysis (GCA)
untuk menilai ketebalan sel ganglion pada lapisan inner pleksiform daerah makula dapat
mengevaluasi secara kuantitatif perubahan ketebalan lapisan sel ganglion dengan baik,
presisi serta nantinya dapat disarankan untuk menilai progressifitas kerusakan saraf
akibat glaukoma sudut tertutup, terutama disaat kondiri rawan PAC yang belum
menunjukkan tanda kerusakan saraf optik menjadi glaucoma yang sudah terjadi
kerusakan saraf optik. Namun demikian tetap lapisan serabut saraf retina tetap masih
merupakan standar baku.
Glaukoma merupakan suatu keadaan terjadi kerusakan lapian serabut saraf mata
dan papil saraf optik, terutama di tandai terjadinya kematian Retinal Ganglion Cells
(RGCs). Banyaknya faktor resiko turut berperan serta sebagai penyebab tersebut. 9,10.
Kematian sel ganglion disebabkan terjadinya apoptosis sel dan kematian sel yang awal
mulanya akibat tekanan mekanik yaitu TIO yang di atas normal. Namun kemudian
banyak pasien yang tanpa disertai dengan naiknya TIO, kematian sel ganglion tersebut
tetap berjalan. Berbagai faktor yang di duga sebagai pemicunya, mulai dari apoptosis
akibat faktor genetik, stress oksidasi, vaskularisai yang tidak baik. 11,12
Di masa lampau kerusakan RGCs dinilai berdasarkan kerusakan papil saraf optik
dan kerusakan lapangan pandang akibat tingginya TIO yang normal berkisar antara 10-21
mmHg. Pemeriksaan luas pandang yang terjadi bintik buta permanen, tidak
menggambarkan kerusakan sel ganglion sebenarnya karena secara anatomis, retina
manusia mempunyai sekitar 1 juta RGCs, dan sebanyak 50% sel berada pada daerah 4.5
mm dari fovea.12 Sehingga berdasarkan penelitian yang dilakukan Kerringan dkk13,
kerusakan sel ganglion sampai dengan 35% masih akan memberikan hasil pemeriksaan
lapang pandang yang baik. Dengan penggunaan GCA diharapkan dapat mendeteksi lebih
awal adanya kerusakan sel karena kebutaan bersifat permanen artinya tidak dapat di
kembalikan kembali, yang yang dapat dilakukan adalah mempertahankan penglihatan
yang ada atau penemuan dini harus segera di lakukan terutama bagi seseorang yang
mempunyai factor resiko tinggi. Oleh karena itu pemeriksaan ada tidaknya ganggual sel
ganglion sebelum terjadinya glaucoma merupakan tindakan yang tidak berlebihan. hal
ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Shin14 dkk dalam mendeteksi secara
dini kerusakan sel ganglion pada pasien glaukoma sudut terbuka. Glaukoma dapat
mempengaruhi komplek sel ganglion (GCA), yang merupakan kumpulan dari 3 lapis
paling dalam yaitu RNFL yang terdiri atas akson, lapisan sel ganglion (GCL), yang
terdiri atas cell bodies, dan lapisan inner plexiform yang terdiri atas RGC dendrit.
Algoritma GCA dapat memberikan gambaran topografi ketebalan mGCIPL,
rerata ketebalan mGCIPL pada 6 sektor (superotemporal, superior, superiornasal,
inferonasal, inferior, inferotemporal), ketebalan minimum mGCIPL. Ketebalan minimum
mGCIPL diperkirakan dengan cara memilih rerata ketebalan minimum mGCIPL dari 360
jari‐jari dari setiap 1 derajat pengukuran pada radius 14.13 mm2 daerah annulus eliptikal
sekitar fovea. Hasil pemeriksaan scan makula maupun papil optik dibandingan dengan
normative database. Dari perbandingan hasil scan dan normative database didapatkan
peta deviasi yang ditandai dengan titik superpiksel berwarna. Daerah yang berwarna
merah/ kuning pada deviation map adalah daerah yang abnormal. Area dengan ketebalan
mGCIPL yang terdapat pada <5% dari data normatif berwarna kuning, sedangkan area
dengan ketebalan mGCIPL yang terdapat pada <1% dari data normatif berwarna merah.
Daerah yang tidak berwarna menunjukan daerah GCIPL dengan ketebalan normal. Untuk
peta ketebalan GCIPL, daerah dengan GCIPL yang tebal ditunjukan oleh warna
merah/kuning, sedangan daerah yang tipis ditandai oleh warna biru/hitam.15

Gambar 2. Ganglion cell complex Analysis. Gambar diatas memperlihatkan gambaran


secara umum sel ganglion komplek dan gambar dibawah memperlihatan ketebalan secara
sektoral yang di dapat di nilai secara kuantitatif.15

Pada penelitian Mwanza dkk15 hasil menunjukan nilai rerata ketebalan sel
ganglion pada orang normal yaitu sebesar 82.1±6.2 μm. Yang tidak berbeda dari
penelitian ini menunjukan ketebalan average GCIPL pada pasien PACS.
Pada penelitian ini juga bahwa baik ketebalan rerata maupun minimal, bahwa
kelompok PAC masih lebih tebal bila di bandingkan dengan sel ganglion PACG. Terlihat
sekali bahwa pada psien glaukoma kerusakan sel ganglion sel tampak nyata yang terbukti
pada penelitian ini.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelum pada glaukoma sudut
terbuka memberikan hasil yang serupa, bahwa penderita glakoma selain terjadi penipisan
laspisan serabut saraf retina dan papil optik juga terjadi kerusakaan yang bermakna pada
sel ganglion nya dan ini terlihat dari penelitian kami walaupun pada kelompok sudut
tertutup primer.16
Penelitian yang dilakukan oleh Mwanza dkk17 juga menunjukan bahwa penipisan
sel ganglion dapat dipengaruhi oleh usia tua , panjang aksial yang lebih panjang, jenis
kelamin (pria), sedangkan ketebalan kornea, maupun topografi papil optik tidak
mempengaruhi.17 Penggunaan analisa ganglion makula sudah banyak dilakukan untuk
mendeteksi dini kerusakan akibat glaukoma, seperti yang dilakukan oleh Sung dkk18 yang
menunjukan bahwa pengukuran ketebalan mGCIPL lebih baik dalam melihat kerusakan
dibandingkan dengan pengukuran ketebalan RNFL pada pasien pre‐perimetric glaukoma,
dengan angka sensitivitas 90% dan spesifisitas 98%. Sementara penelitian awal dalam hal
sensitifiti dan sensitifitas masih di bawah penelitian mereka.
Kekurangan penelitian kami adalah jumlah yang kecil karena maih merupakan
penelitian awal, akan tetapi kelebihan kami adalah penelitian kami adalah yang pertama
untuk menilai sel gang lion sel pada glaukoma primer sudut tertutup dibandingkan
dengan kelompok awalnya. Pengawasan terencana dan terus menerus dapat menjadikan
bahan bahwa kelompok baik PACS dan PAC tidak dapat dilepas tanpa diawasi ketat dan
bagi rumah sakit besar yang memiliki alat ini sudah waktuny memeriksa sel ganglion sel
demi menilai progresitas penyakit yang membuatkan ini.

KESIMPULAN
Glaukoma primer sudut tertutup menunjukan semakin lanjut tingkat glaukoma
semakin menipis lapisan sel ganglion pada lapisan inner plexiform. pengwasan melekat
untuk kelompok PAC dan PACS pemeriksaan ini sebaiknya di gunakan terutama bagi
pasien yang mempunai factor resiko

KEPUSTAKAAN
1. Broadway DC. Glaucoma. IAPB; [cited 2014 December 14, 2014]; Available
from: www.iapb.org/vision‐2020/what‐is‐avoidable‐blindness/glaucoma.
2. Tham CH T, Li X Wong TY, Quigley HA. lobal prevalence of glaucoma and
projections of glaucoma burden through 2040; a systematic review and meta-
analysis . Ophthalmology 2014;121:2081-2090
3. Wang N LS, Liang Y. Classification in : Angle Closure Glaucoma. Yamamoto
HC, editor. Amsterdam: Kugler; 2007.
4. Ophthalmology AAo. Introduction to glaucoma: terminology, epidemiology, and
hereditary. San francisco: American Academy of Ophthalmology; 2011‐2012.
5. Robert L Stamper MFL, Michael V Drake. Diagnosis and Therapy of the
glaucomas. Elsevier; 2009 [cited.
6. Sea SKL, Foster PJ, Chew PTK, Oen F, Fam HB, Lim ASM. Incidence of acute
primary‐angle closure in Singapore. An Island‐wide survey. Arch Ophthalmol.
1997;115(11):1436-40
7. Lowe R. Aetiology of the anatomical basis for primary angle closure glaucoma.
Biometrical comparisons between normal eyes and eyes with primary angle‐
closure glaucoma. Br J Ophthalmology. 1970(54):161‐9.
8. Tornquist R. Shallow anterior chamber in acute glaucoma; a clinical and genetic
study. Acta Ophthalmol suppl. 1953(39):1‐74.
9. Curcio CA A. Topography of ganglion cells in human retina. J Comp Neurol.
1990(300):5‐25.
10. Young Hoon Hwang YCJ, Hwang Ki Kim, Yong Ho Sohn. Macular Ganglion
Cell Analysis For Early Detection of Glaucoma. American Academy of
Ophthalmology. 2014;121:1508‐15.
11. Munemasa Y, Kitaoka Y. Molecular mechanisms of retinal ganglion cell
degeneration in glaucoma and future prospects for cell body and axonal
protection. Front Cell Neurosci [Internet]. 2012;6(January):60. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=3540394&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
12. Flammer J, Orgül S, Costa VP, Orzalesi N, Krieglstein GK, Serra LM, Renard JP
SE. The impact of ocular blood flow in glaucoma. Prog Retin Eye Res.
2002;21(4):359–93.
13. Kerringan‐Baumrind LA, Quigley HA, Pease ME, Kerringan DF, Mitchell RS.
Number of Ganglion Cells in Glaucoma Eyes Compared with Threshold Visual
Field Tests in the Same Persons. Investigative Ophthalmology & Visual Science.
1999;41(3):741‐8.
14. Shin HY, Park HYL, Jung KI, Choi J a., Park CK. Glaucoma diagnostic ability of
ganglion cell-inner plexiform layer thickness differs according to the location of
visual field loss. Ophthalmology. American Academy of Ophthalmology;
2014;121(1):93–9. Guide to interpreting Spectral Domain Optical Coherence
Tomography. Lam LA, editor. Roma: I.N.C 2009.
15. Guide to interpreting Spectral Domain Optical Coherence Tomography. Lam LA,
editor. Roma: I.N.C 2009.
16. Kim MJ, Park KH, Yoo BW, Jeoung JW, Kim HC, Kim DM. Comparison of
macular GCIPL and peripapillary RNFL deviation maps for detection of
glaucomatous eye with localized RNFL defect. Acta Ophthalmol. 2015;93:e22–8.
17. Mwanza J‐C, Oakley JD, Burdenz DI, Chang RT, Knight ORJ, Feuer WJ.
Macular Ganglion Cell– Inner Plexiform Layer: Automated Detection and
Thickness Reproducibility with Spectral Domain–Optical Coherence Tomography
in Glaucoma. Investigative Ophthalmology & Visual Science. 2011;52(11):8323‐
9.
18. Mwanza J‐C, Durbin MK, Burdenz DL, Girkin CA, Leung CK. Profile and
Predictors of Normal Ganglion Cell‐Inner Plexiform Layer Thickness Measured
With Frequency‐Domain Optical Coherence Tomography. Investigative
Ophthalmology & Visual Science. 2011;52(11):7872‐ 9.
19. Sun M, Sung J‐HY, Sang‐woo Park. Diagnostic validity of Macular Ganglion
Cell‐Inner Plexiform layer thickness Deviation Map Algorithm using Cirrus HD‐
OCT in Preperimetric and early glaucoma. J Glaucoma. 2014;23(8):e144‐e51.

Anda mungkin juga menyukai