RSUD.PROF.MARGONO SOEKARJO
DISUSUN OLEH:
PUJEN TRI RAHAYU
2111040025
Post op :
- Klien mengatakan nyeri pada area post operasi
d) Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol )
juga riwayat penurunan BB.
Kaji adanya riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal
e) Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat
saat ini.
II.1.2 Pemeriksaan fisik
a) SirkulasiTakikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan
nyeri), kemerahan, ekimosis, hipotesis
b) RespirasiSarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
c) Gastrointestinal
- Kaji adanya anoreksia, mual, muntah
- Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah
- Auskultasi abdomen terhadap bising usus
- Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan pada kuadran kiri bawah ,
distensi, dan massa padat
d) Eliminasi
Dengan "rectal – toucher" biasanya diketahui :
- Tonus sfingterani keras/lembek.
- Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
- Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat
teraba ataupun tidak.
- Dan kaji adanya BAB berlendir dan berdarah, BAB kecil seperti feses
kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola
BAB/konstiasi/hemoroid, oliguria.
e) Aktifitas/istirahat
- Kelemahan, keleahan, insomnia, gelisah dan ansietas
II.1.3 Pemeriksaan fisik Ca Recti
Pemeriksaan Ca Recti tidak banyak berperan kecuali colok
dubur/Rectal Toucher yang dilakukan pada pasien dengan perdarahan ataupun
gejala lainnya. Pada tingkat partumbuhan lanjut, palpasi dinding abdomen
kadang-kadang teraba masa di daerah kolon kanan dan kiri. Hepatomegali
jarang terjadi. Colok dubur merupakan cara diagnostik sederhana. Pada
pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta
spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis
intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan
posisi anatomis cavum douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik.
Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan,
namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau
oleh jari, sehingga colok dubur merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa
kanker kolon.
II.1.4 Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Test darah samar: terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT
dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini
hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber
darah tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid) juga bisa menyebabkan darah
dalam kototran.
-Carcino embryonic antigen (CEA): pada eksisi tumor komplet kadar CEA yang
meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam, peningkatan CEA pada tanggal
selanjutnya menunjukan kekambuhan
-Digital rectal examination (DRE) Dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining
awal.Kurang lebih 75% karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan
rectal. Pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari
rektum, tumor akan teraba keras dan menggaung.
b) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan yang dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum
dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak filling
defect biasanya sepanjang 5-6cm berbentuk anular atau apple core. Dinding
usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.Foto Kolorektal: dengan
barium enema dan kontras ganda.Ultra Sonografi: identifikasi metastase
dan menilai reseklabilitas.Intra venous pyelograply (IVP) : menilai
infiltrate ke system urinary.Thoraks foto: menilai adanya metastase paru.
c) Endoskopi dan biopsy
- Protoskopi: deteksi kelainan 8-10 cm dari anus (polip rekti, hemorrhoid,
karsinoma rectum)
- Sigmoidoskopi: mencapai 20-25 cm dari anus, untuk diagnistik dan
kauterisasi.
- Kolonoskopi: dapat mencapai sakrum.
- Ultrasonografi; Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut
dalam fokus pengkajian keperawatan.
II.2 Diagnosa
a) Nyeri Kronis Berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbi nutrient ke jaringan
c) Konstipasi berhubungan dengan obstruksi pada kolon sigmoid
II.3 Rencana Tindakan Keperawatan