PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian merupakan bagian terpenting yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Mengingat
selama ini sebagian besar kawasan di negara ini dari segi struktur
perekonomiannya lebih didominasi oleh sektor pertanian dibandingkan sektor
lainnya. Pembangunan pertanian menggambarkan suatu usaha pertumbuhan
sektor pertanian yang tinggi sekaligus perubahan pada masyarakat tani dari yang
kurang baik menjadi yang lebih baik. Sektor pertanian merupakan sektor potensial
yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap laju pertumbuhan
perekonomian dan dapat menciptakan peningkatan ketahanan pangan di
Kabupaten Cianjur. Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk mencapai
berbagai tujuan, antara lain meningkatkan produksi pangan, memperbaiki tingkat
hidup para petani, menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan dan
meningkatkan perekonomian nasional (Dewi 2015). Irigasi menjadi faktor penting
pada kegiatan pertanian (Jasmila et al. 2018). Irigasi di bangun untuk memenuhi
kebutuhan mengairi areal persawahan. Dengan disain yang khas, saluran irigasi
ini dibentuk dengan kemiringan tertentu sampai tujuan akhir dimana air
dibutuhkan (Herlan 2011).
Sistem irigasi dibagi menjadi bangunan utama, saluran, sadap dan pelengkap.
Bangunan pokok yang ada di dalam sistem tersebut merupakan bangunan
pengatur dan pengukur jumlah air irigasi yang di perlukan oleh daerah layanan.
Selain bangunan pokok terdapat bangunan-bangunan lain pada jaringan irigasi,
salah satu bangunan yang terdapat dalam jaringan irigasi adalah bangunan
pelengkap. Bangunan pelengkap irigasi dibuat untuk menjaga area pengairan
terhadap kelebihan air yang bersumber dari sungai, danau atau waduk untuk
keperluan irigasi pertanian. Bangunan pelengkap irigasi yang ada dalam sistem
jaringan irigasi dapat berupa gorong-gorong, biangunan terjun, talang, siphon dan
lain-lain (Jasmila et al. 2018). Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan
menganalisis perancangan bangunan talang dan siphon pada Daerah Irigasi Cihea.
TINJAUAN PUSTAKA
Talang
Talang yaitu penampang saluran buatan di mana air mengalir dengan
permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan, saluran, sungai, jalan atau
sepanjang lereng bukit. Bangunan ini bisa didukung dengan pilar atau kontruksi
lain (Hakim et al. 2016). Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di
atas saluran lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-
lembah. Aliran di dalam talang adalah aliran bebas. Potongan melintang bangunan
talang ditentukan oleh nilai banding antara lebar b dan tinggi/kedalaman air h.
Potongan melintang hidrolis yang ekonomis biasanya dalam dari nilai
perbandingan b/h berkisar 1 sampai 3. Kecepatan dalam bangunan dibuat lebih
tinggi daripada kecepatan didalam saluran biasa. Tetapi kemiringan memanjang
dan kecepatan aliran dipilih sedemikian rupa, sehingga tidak akan terjadi
kecepatan super-kritis atau mendekati kritis karena aliran cenderung sangat tidak
stabil (Ansori et al. 2018).
Sebelum dibangun talang, perlu diperhatikan persyaratan dan pertimbangan
terlebih dahulu. Bangunan dapat didukung dengan pilar atau tanpa pilar, jika
bentuk bangunan talang melintasi sungai lebar sehingga diperlukan dua pilar
penyangga. Pilar penyangga terbuat dari pasangan batu, talang terbuat dari beton
tulang yang bagian atas talang ditutup sehingga dapat dijadikan sebagai lalu lintas.
Bangunan talang lazim dibuat dari kayu, beton, besi baja. Talang dari bahan baja
dan kayu dipakai untuk membawa debit kecil, serta saluran talang yang lebih
besar dapat menggunakan talang beton. Dalam merencanakan bangunan talang
harus diusahakan supaya pada sambungan saluran dan bangunan tidak ada
ketirisan. Kemiringan tebing sungai di tempat bangunan talang sebaiknya
diperkuat dengan tembok pasangan, agar tidak dapat longsor (Mienhardy 2015).
Siphon
Bangunan siphon merupakan salah satu bangunan persilangan yang dibangun
untuk mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh
lembah dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai. Bangunan siphon
berupa saluran tertutup yang dipasang mengikuti bentuk potongan melintang
sungai atau lembah untuk menyeberangkan debit dari sisi hulu ke sisi hilir.
Bangunan siphon (berupa saluran tertutup berpenampang lingkaran atau segi
empat) dipasang dibawah dasar sungai, atau bisa juga dipasang di atas permukaan
tanah jika melintasi lembah (cekungan). Konstruksi siphon jika penampang
melintang berupa segi empat biasanya dibuat dari beton bertulang (reinforced
concrete), jika penampang melintang berupa lingkaran biasanya dibuat dari baja
(Harahap IR 2017).
METODOLOGI
Waktu Pelaksanaan
Praktikum Bangunan Hidrolika Topik ke-11 dilakukan pada hari Kamis, 11
September 2021 pukul 13.00 – 16.00 WIB. Praktikum dilaksanakan secara daring
melalui aplikasi Zoom Meeting. Praktikum membahas mengenai perencanaan
bangunan talang dan siphon pada Daerah Irigasi Cihea, Kabupaten Cianjur.
Perencanaan dilakukan berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari studi
literatur. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini berupa Microsoft
Word, Microsoft Power Point, Google Chrome, serta studi literatur terkait Daerah
Irigasi Cihea, Kabupaten Cianjur. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis
perencanaan bangunan talang dan siphon pada Daerah Irigasi Cihea disajikan
pada diagram alir berikut.
Mulai
Data sekunder terkait parameter dalam perencanaan bangunan talang dan siphon Daerah
Irigasi Cihea dicari
Debit rencana dianalisis sebagai faktor dalam perhitungan dimensi bangunan talang dan
siphon
Selesai
(a) (b)
Gambar 5 Bangunan siphon pada Daerah Irigasi Cihea
Jadi, dari hasil analisis dengan debit rencana, didapat dimensi bangunan talang
baru sebagai berikut:
- Debit rencana, Q = 5,07 m3/dtk
- Kecepatan standar, V = 1,491 m/dtk
- Luas penampang basah = 3,38 m2
- Lebar dasar saluran, B = 2,0 m
- Tinggi total saluran, H = 2,0 m
- Tinggi jagaan, fb = 0,3 m
- Tinggi muka air, hb = 1,7 m
2,0
1,7 2,0
Perhitungan diameter
Q satu pipa =
v=
A=
d= =
Cek kecepatan (d = 1,3 m)
A=
v=
c = ( )
= ( )
hf =
Kehilangan tekan akibat gesekan
Δhf =
=
Kehilangan tekan akibat siku (kb= 1,4)
Δhb1 = Δhb2 =
=
Kehilangan tekan total
Δhtotal = hf + Δhf + Δhb1 + Δhb2
= 0,03 + 0,033 + 0,052 + 0,052 = 0,168 m
Arahan Konstruksi
Proses pemasangan bangunan sipon menggunakan metode Diversion Channel,
Cofferdam, dan Dewatering. Teknik pelaksanaan konstruksi pada sipon yang akan
diterapkan akan mempengaruhi bentuk/tipe diversion, dan dengan sendirinya akan
berpengaruh pula pada cofferdam. Bentuk/tipe diversion berkaitan dengan lokasi
penempatan dari diversion sehingga penempatan lokasi cofferdam secara tidak
langsung akan mengikuti dari penempatan lokasi diversion atau sebaliknya.
Pelaksanaan konstruksi dimulai dengan membuat diversion channel (bangunan
pengelak) berupa saluran terbuka. Selanjutnya proses dewatering yakni
mengalihkan aliran air sungai yang melewati daerah konstruksi sipon di hulu
bendung yang kemudian aliran air diarahkan agar melewati suatu saluran
pengalihan (Priyono dan Indrasyahputra 2007).
Metode pelaksanaan konstruksi bangunan talang dapat dilakukan dengan
metode cor di tempat. Metode ini diawali dengan membuat pondasi untuk
dudukan penyangga bertujuan agar permukaan tanah menjadi rata dan keras untuk
mendukung tiang penyangga utama agar tidak mengalami penurunan.
Selanjutnya pemasangan tiang dan bekisting yang meliputi pemasangan profil
serta konstruksi lainnya. Setelah itu dilakukan pemasangan besi (pembesian) atau
pemasangan tulangan pada konstuksi bangunan talang, yang kemudian
dilanjutkan pencoran. Pencoran dilakukan ketika bekisting dan tulangan telah siap
dipasang. Setelah itu dilanjutkan dengan perawatan dan pembongkaran bekisting.
Terakhir adalah pekerjaan pemasangan water stop, yakni suatu konstruksi yang
dibangun untuk menambal atau mcnutupi kebocoran air yang disebabkan adanya
sambungan-sambungan pada elemen beton (Saputra dan Utomo 2002).
Kesimpulan
Perencanaan bangunan talang dan sipon menggunakan debit rencana 5,07
m3/detik. Berdasarkan perhitungan dimensi masing masing bangunan, diperoleh
bangunan talang memiliki dimensi lebar 2,0 m dan tinggi total saluran 2,0 m serta
kecepatan aliran 1,491 m/detik. Bangunan sipon direnacanakan menggunakan 2
saluran pipa, dengan diameter pipa 1,3 m serta kecepatan aliran 1,91 m/detik.
Hasil diameter tersebut telah sesuai atau melebihi batas minimum yakni lebih dari
0,6 m sesuai KP 04. Pada bangunan sipon juga diperhitungkan kehilangan tekan
akibat sisi-sisi penyaring, gesekan dan pada siku. Adapun hasil kehilangan total
yang dihitung adalah 0,168 m. Proses pemasangan bangunan sipon menggunakan
metode Diversion Channel, Cofferdam, dan Dewatering. Sedangkan Metode
pelaksanaan konstruksi bangunan talang dapat dilakukan dengan metode cor di
tempat. Total RAB konstruksi bangunan talang dan siphon di Daerah Irigasi Cihea
yang diperoleh, yaitu sebesar Rp922.940.065,212
Daftar Pustaka
Ansori MB, Edijatno, Soesanto SR. 2018. Irigasi dan Bangunan Air. Semarang:
ITS.
Dewi EP. 2015. Skenario pengembangan wilayah berbasis daerah irigasi (studi
kasus: DI Cihea Kabupaten Cianjur) [thesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Hakim ILN, Permana S, Farida I. 2016. Analisis aliran air melalui bangunan
talang pada daerah irigasi Walahir Kecamatan Bayongbong, Kabupaten
Garut. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 14(1): 157-158
Hakim ILN, Permana S, Farida I. 2016. Analisis aliran air melalui bangunan
talang pada daerah irigasi Walihir Kecamatan Bayongbong Kabupaten
Garut. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 14 (1): 154-170.
Harahap AR. 2017. Evaluasi perencanaan bangunan siphon pada Bendung Sei
Padang Kab. Serdang Bedagai Sumatera Utara [skripsi]. Medan: Universitas
Medan Area.
Herlan D. 2011. Analisis unjuk kerja jaringan pipa siphon. Jurnal Konstruksia.
3(1): 13-18.
Jasmila, Munir A, Achmad M. 2018. Web-based computer assited design untuk
dimensi bangunan talang dan gorong-gorong. Jurnal Agritechno. 11(2):
129-138.
Mienhardy MS. 2015. Metode pelaksanaan talang dan jembatan pada proyeksi
pembangunan jaringan irigasi DI Sangkub Kiri [skripsi]. Manado:
Politeknik Negeri Manado.
Priyono P dan Indrasyahputra R. 2007. Perencanaan sistem dewatering pada
rencana pelaksanaan pembangunan Bendung Gerak Tulis, Banjarnegara,
Jawa Tengah [disertasi]. Semarang: Universitas Diponegoro
Saputra M A I H dan Utomo A H. 2002. Kajian metode konstruksi pada
pembuatan talang air Kali Wuri Kabupaten Tegal [skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Saputra MAIH. 2002. Kajian metode konstruksi pada pembuatan talang air
kaliwuri Kabupaten Tegal [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Selwyn, Fredericj, Philip. 2002. Water Supply Installations. World Intellectual
Property Organization.