Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERENCANAAN BANGUNAN TALANG DAN

SIPHON PADA DAERAH IRIGASI CIHEA, KABUPATEN


CIANJUR

Planning Analysis of Talang and Siphon Building in Cihea


Irrigation Area, Cianjur District
Aga Muwaridho1, Bima Arya Bhagaskara1, Fauziyyah Az Zahra1, Syarif Ikbar1
Kamis - Kelompok 4
1)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Kampus
IPB Dramaga, Bogor 16680
Email: fauziyyah_zahra@apps.ipb.ac.id

PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian merupakan bagian terpenting yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Mengingat
selama ini sebagian besar kawasan di negara ini dari segi struktur
perekonomiannya lebih didominasi oleh sektor pertanian dibandingkan sektor
lainnya. Pembangunan pertanian menggambarkan suatu usaha pertumbuhan
sektor pertanian yang tinggi sekaligus perubahan pada masyarakat tani dari yang
kurang baik menjadi yang lebih baik. Sektor pertanian merupakan sektor potensial
yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap laju pertumbuhan
perekonomian dan dapat menciptakan peningkatan ketahanan pangan di
Kabupaten Cianjur. Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk mencapai
berbagai tujuan, antara lain meningkatkan produksi pangan, memperbaiki tingkat
hidup para petani, menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan dan
meningkatkan perekonomian nasional (Dewi 2015). Irigasi menjadi faktor penting
pada kegiatan pertanian (Jasmila et al. 2018). Irigasi di bangun untuk memenuhi
kebutuhan mengairi areal persawahan. Dengan disain yang khas, saluran irigasi
ini dibentuk dengan kemiringan tertentu sampai tujuan akhir dimana air
dibutuhkan (Herlan 2011).
Sistem irigasi dibagi menjadi bangunan utama, saluran, sadap dan pelengkap.
Bangunan pokok yang ada di dalam sistem tersebut merupakan bangunan
pengatur dan pengukur jumlah air irigasi yang di perlukan oleh daerah layanan.
Selain bangunan pokok terdapat bangunan-bangunan lain pada jaringan irigasi,
salah satu bangunan yang terdapat dalam jaringan irigasi adalah bangunan
pelengkap. Bangunan pelengkap irigasi dibuat untuk menjaga area pengairan
terhadap kelebihan air yang bersumber dari sungai, danau atau waduk untuk
keperluan irigasi pertanian. Bangunan pelengkap irigasi yang ada dalam sistem
jaringan irigasi dapat berupa gorong-gorong, biangunan terjun, talang, siphon dan
lain-lain (Jasmila et al. 2018). Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan
menganalisis perancangan bangunan talang dan siphon pada Daerah Irigasi Cihea.

TINJAUAN PUSTAKA
Talang
Talang yaitu penampang saluran buatan di mana air mengalir dengan
permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan, saluran, sungai, jalan atau
sepanjang lereng bukit. Bangunan ini bisa didukung dengan pilar atau kontruksi
lain (Hakim et al. 2016). Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di
atas saluran lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-
lembah. Aliran di dalam talang adalah aliran bebas. Potongan melintang bangunan
talang ditentukan oleh nilai banding antara lebar b dan tinggi/kedalaman air h.
Potongan melintang hidrolis yang ekonomis biasanya dalam dari nilai
perbandingan b/h berkisar 1 sampai 3. Kecepatan dalam bangunan dibuat lebih
tinggi daripada kecepatan didalam saluran biasa. Tetapi kemiringan memanjang
dan kecepatan aliran dipilih sedemikian rupa, sehingga tidak akan terjadi
kecepatan super-kritis atau mendekati kritis karena aliran cenderung sangat tidak
stabil (Ansori et al. 2018).
Sebelum dibangun talang, perlu diperhatikan persyaratan dan pertimbangan
terlebih dahulu. Bangunan dapat didukung dengan pilar atau tanpa pilar, jika
bentuk bangunan talang melintasi sungai lebar sehingga diperlukan dua pilar
penyangga. Pilar penyangga terbuat dari pasangan batu, talang terbuat dari beton
tulang yang bagian atas talang ditutup sehingga dapat dijadikan sebagai lalu lintas.
Bangunan talang lazim dibuat dari kayu, beton, besi baja. Talang dari bahan baja
dan kayu dipakai untuk membawa debit kecil, serta saluran talang yang lebih
besar dapat menggunakan talang beton. Dalam merencanakan bangunan talang
harus diusahakan supaya pada sambungan saluran dan bangunan tidak ada
ketirisan. Kemiringan tebing sungai di tempat bangunan talang sebaiknya
diperkuat dengan tembok pasangan, agar tidak dapat longsor (Mienhardy 2015).

Siphon
Bangunan siphon merupakan salah satu bangunan persilangan yang dibangun
untuk mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh
lembah dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai. Bangunan siphon
berupa saluran tertutup yang dipasang mengikuti bentuk potongan melintang
sungai atau lembah untuk menyeberangkan debit dari sisi hulu ke sisi hilir.
Bangunan siphon (berupa saluran tertutup berpenampang lingkaran atau segi
empat) dipasang dibawah dasar sungai, atau bisa juga dipasang di atas permukaan
tanah jika melintasi lembah (cekungan). Konstruksi siphon jika penampang
melintang berupa segi empat biasanya dibuat dari beton bertulang (reinforced
concrete), jika penampang melintang berupa lingkaran biasanya dibuat dari baja
(Harahap IR 2017).

Gambar 1 Sketsa jaringan pipa siphon


Jaringan pipa siphon sebagai alat pemindah air, merupakan pompa alami untuk
memindahkan air dari satu tempat ke tempat lain melalui satu ketinggian tertentu
dimana pipa tersebut diletakan. Jaringan pipa siphon dipakai untuk keperluan
lahan-lahan pertanian, penyediaan air minum penduduk dan peternakan (Selwyn
et al. 2002). Pada kondisi di lapangan, jaringan pipa siphon jarak pendek banyak
dipakai, antara lain pada persimpangan dua kanal, jaringan pipa gas atau jaringan
pipa air yang ditopang rangka baja melintas di atas sungai. Demikian juga saluran
hantar pada pusat listrik tenaga air jenis run off river, pipa tipe U dipakai untuk
mengatasi rintangan berupa jurang relatif dangkal dengan celah sempit.
Pemakaian jaringan pipa siphon jarak jauh relatif tidak ada. Hal ini adanya
beberapa anggapan yang menyatakan bahwa dari segi teknis tidak praktis dan dari
segi unjuk kerja tidak memuaskan (Herlan 2011).

METODOLOGI
Waktu Pelaksanaan
Praktikum Bangunan Hidrolika Topik ke-11 dilakukan pada hari Kamis, 11
September 2021 pukul 13.00 – 16.00 WIB. Praktikum dilaksanakan secara daring
melalui aplikasi Zoom Meeting. Praktikum membahas mengenai perencanaan
bangunan talang dan siphon pada Daerah Irigasi Cihea, Kabupaten Cianjur.
Perencanaan dilakukan berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari studi
literatur. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini berupa Microsoft
Word, Microsoft Power Point, Google Chrome, serta studi literatur terkait Daerah
Irigasi Cihea, Kabupaten Cianjur. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis
perencanaan bangunan talang dan siphon pada Daerah Irigasi Cihea disajikan
pada diagram alir berikut.
Mulai

Data sekunder terkait parameter dalam perencanaan bangunan talang dan siphon Daerah
Irigasi Cihea dicari

Debit rencana dianalisis sebagai faktor dalam perhitungan dimensi bangunan talang dan
siphon

Gambar teknik dibuat berdasarkan dimensi yang telah diperoleh

Arahan konstruksi dan estimasi RAB dibuat

Laporan praktikum dan power point presentasi dibuat

Selesai

Gambar 2 Diagram alir langkah-langkah praktikum


Peta Lokasi Studi
Daerah Irigasi Cihea adalah irigasi teknis tertua di Indonesia yang dibangun
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1879 sampai tahun 1904 dan mulai berfungsi
pada tahun 1914. Secara geografis dan administratif, Daerah Irigasi Cihea terletak
pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Haurwangi, dan
Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Daerah Irigasi Cihea
memiliki luas areal wilayah sebesar 16195 Ha serta luas fungsional sebesar 5484
Ha. Sumber air utama Daerah Irigasi Cihea berupa Sungai Cisokan yang
dibendung dengan Bendung Cisokan dan dari Sungai Ciranjang melalui Bendung
Ciranjang. Sumber air dari sungai Cisokan memiliki kapasitas debit air 7.000
liter/detik. Terdapat infrastuktur pada DI CIhea berupa bangunan dan saluran,
seperti bendung sejumlah 2 buah, bangunan terjun sejumlah 96 buah, bangunan
ukur sejumlah 11 buah, bangunan talang sejumlah 9 buah, bangunan siphon
sejumlah 3 buah, gorong-gorong sejumlah 23 buah, dan petak tersier sejumlah
146 buah. Secara keseluruhan, Daerah Irigasi Cihea memiliki panjang saluran
sebesar 57.265 km. Peta lokasi Daerah Irigasi Cihea, Kabupaten Cianjur disajikan
pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3 Peta lokasi Daerah Irigasi Cihea, Kabupaten Cianjur

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Eksisting Bangunan Talang dan Siphon pada DI Cihea
Pada Daerah Irigasi Cihea terdapat bangunan talang sebanyak 9 unit. Bangunan
talang berfungsi mengaliri air dari saluran primer dari hulu ke hilir jika terdapat
penghalang di tengah saluran dan memiliki beda elevasi antara talang terhadap
aliran lintas cukup tinggi. Bangunan talang dapat dibangun ketika elevasi
penghalang aliran lebih rendah daripada elevasi saluran dengan panjang lintasan
tidak terlalu besar. Pada bangunan talang, penampang saluran buatan di mana air
mengalir dengan permukaan bebas, yang di buat melintas cekungan, saluran,
sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan talang di bendung Cisokan
memiliki panjang 15 m, lebar 1 m, kedalaman saluran 1,5 m, dan beda elevasi 8 m
dari talang terhadap aliran lintas. Bangunan talang pada Daerah Irigasi Cihea
dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
(a) (b)
Gambar 4 Bangunan talang pada Daerah Irigasi Cihea

Bangunan siphon dibangun ketika terdapat aliran lintas yang menghalangi


aliran dari hulu dimana elevasi tidak cukup tinggi untuk dibangun talang dan tidak
cukup rendah untuk dibangun gorong-gorong. Siphon dapat berupa pipa yang
berada pada bawah tanah dengan prinsip pembawa air pada pipa berupa aliran
penuh dan tidak boleh ada sama sekali udara agar air dapat mengalir dalam
kondisi tekanan penuh dari bawah menuju ke atas. Bangunan siphon juga dapat
berupa saluran tertutup berpenampang lingkaran atau segi empat yang berada
dibawah dasar sungai, atau bisa juga dipasang di atas permukaan tanah dengan
kondisi khusus. Bangunan siphon ini dibuat untuk mendistribusikan air dari
saluran primer menuju saluran sekunder dimana secara rutin diperiksa dan
dibersihkan dari sampah yang terbawa oleh aliran air. Bangunan siphon pada
Daerah Irigasi Cihea dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

(a) (b)
Gambar 5 Bangunan siphon pada Daerah Irigasi Cihea

Perencanaan Bangunan Talang


Talang air adalah suatu konstruksi yang mempunyai fungsi sebagai penghantar
air atau mengalirkan air yang tempatnya di bagian atas suatu bangunan (Saputra et
al. 2002). Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan oleh nilai banding
b/h, dimana b adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai
banding berkisar antara 1 sampai 3 yang menghasilkan potongan melintang
hidrolis yang lebih ekonomis. Kecepatan di dalam bangunan lebih tinggi daripada
kecepatan dipotongan saluran biasa. Tetapi, kemiringan dan kecepatan dipilih
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kecepatan superkritis atau mendekati
kritis, karena aliran cenderung sangat tidak stabil dengan ketentuan kemiringan
maksimum sebesar 0,002. Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang
didasarkan pada debit, kecepatan, dan faktor-faktor lain. Tinggi jagaan biasanya
0,30 m hingga 1,50 m. Perencana akan mendasarkan pilihannya pada karakteristik
sungai yang akan dilintasi, seperti kemiringan, benda-benda hanyut, agradasi,
maupun degradasi.
Perencanaan bangunan talang pada Daerah Irigasi Cihea dilakukan dengan
menggunakan paramater desain berupa debit rencana sehingga bangunan talang
mampu mengalirkan kebutuhan air irigasi area persawahan hingga petak terakhir.
Menurut Tulus (2017), debit rencana pada Daerah Irigasi Cihea sebesar 5,07
m3/detik. Kehilangan tekan pada bangunan talang tersebut dianggap tidak ada dan
tidak terdapat belokan. Hal tersebut dikarenakan kemiringan bangunan talang
yang relatif kecil dan diasumsikan Berikut terdapat perhitungan dimensi bangunan
talang dengan debit rencana untuk pengevaluasian aliran air melalui bangunan
talang pada Daerah Irigasi Cihea.

 Debit rencana, Q = 5,07 m3/dtk


Kecepatan standar, v = 1,5 m/dtk
Perbandingan B/h = 1
Talud, 1 : m = 0, maka m = 0
Luas penampang basah = Q / v
= 5,07/1,5
= 3,38 m2
 Dari nilai B/h = 1, maka B = 1h dan m = 0
A = h (B + m.h)
3,38 = h (1h + 0 h)
3,38 = h2
h = 1,83 = 2 m
 Ambil lebar dasar saluran baru B = 2 m, maka tinggi muka air yang baru dapat
di cari sebagai berikut:
A = hb (Bb + m.hb)
3,38 = hb (2 + 0.hb)
3,38 = 2,0 hb
hb = 1,7 m
 Maka diperoleh tinggi muka air yang baru hb = 1,7 m
Tinggi jagaan, fb = 0,3
Tinggi saluran, H = hb + fb
= 1,7 + 0,3
= 2,0 m.
 Cek kecepatan
v=

Jadi, dari hasil analisis dengan debit rencana, didapat dimensi bangunan talang
baru sebagai berikut:
- Debit rencana, Q = 5,07 m3/dtk
- Kecepatan standar, V = 1,491 m/dtk
- Luas penampang basah = 3,38 m2
- Lebar dasar saluran, B = 2,0 m
- Tinggi total saluran, H = 2,0 m
- Tinggi jagaan, fb = 0,3 m
- Tinggi muka air, hb = 1,7 m

2,0

1,7 2,0

Gambar 6 Potongan melintang bangunan talang

Gambar 7 Tampak 3D bangunan talang

Perencanaan Bangunan Siphon


Shipon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah bangunan lain
dengan aliran air dibawah tekanan. Perencanaan hidrolis yang diperhitungkan
mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada
bagian belokan, dan kehilangan akibat kisi-kisi penyaring. Desain sipon
direncanakan menggunakan 2 buah pipa dengan diameter lebih dari 0,6 m (KP
04). Kemudian kecepatan aliran maksimum pada sipon direncanakan sebesar 2
m/detik. Selain itu untuk mengindari penyumpatan pada pipa sipon digunakan kisi
kisi penyaring. Perhitungan dimensi sipon didasarkan pada debit rencana sebesar
5,07 m3/detik (Tulus 2017). Debit tersebut nantinya dibagi menjadi 2 aliran
dikarenakan menggunakan 2 buah pipa. Berdasarkan perhitungan, diperoleh
diameter pipa sipon adalah 1,3 m dan kecepatan aliran 1,91 m/detik. Adapun
perhitungan dimensi pipa yang diperhitungkan adalah sebagai berikut.

 Perhitungan diameter
Q satu pipa =
v=
A=
d= =
 Cek kecepatan (d = 1,3 m)
A=
v=

Selanjutnya pada siphon perlu memperhitungkan kehilangan tekan. Pada


perencanaan ini diperhitungkan kehilangan tekan akibat kisi kisi penyaring dan
akibat gesekan. Kisi kisi penyaring direncanakan memiliki sudut kemiringan (δ =
75°), memiliki bentuk bulat (β=1,8), tebal jeruji (s) adalah 100 mm, kemudian
jarak bersih antara (b) jeruji adalah 10 mm. Pada perhitungan kehilangan tekan
akibat gesekan direncanakan panjang sipon 10 m, menggunakan beton (K=70).
Sedangkan pada perhitungan kehilangan tekan akibat belokan yakni dipengaruhi
oleh sudut belokan yakni 40°, dengan jumlah 2 belokan (Δhb1 dan Δhb2).
Sehingga total kehilangan tekan yang diperoleh adalah 0,201 m. Adapun
perhitungan masing-masing kehilangan tekan yang terjadi pada sipon adalah
sebagai berikut.

 Kehilangan tekan akibat kisi-kisi penyaring


hf =

c = ( )

= ( )
hf =
 Kehilangan tekan akibat gesekan
Δhf =
=
 Kehilangan tekan akibat siku (kb= 1,4)
Δhb1 = Δhb2 =
=
 Kehilangan tekan total
Δhtotal = hf + Δhf + Δhb1 + Δhb2
= 0,03 + 0,033 + 0,052 + 0,052 = 0,168 m

Gambar 8 Potongan melintang bangunan siphon

Arahan Konstruksi
Proses pemasangan bangunan sipon menggunakan metode Diversion Channel,
Cofferdam, dan Dewatering. Teknik pelaksanaan konstruksi pada sipon yang akan
diterapkan akan mempengaruhi bentuk/tipe diversion, dan dengan sendirinya akan
berpengaruh pula pada cofferdam. Bentuk/tipe diversion berkaitan dengan lokasi
penempatan dari diversion sehingga penempatan lokasi cofferdam secara tidak
langsung akan mengikuti dari penempatan lokasi diversion atau sebaliknya.
Pelaksanaan konstruksi dimulai dengan membuat diversion channel (bangunan
pengelak) berupa saluran terbuka. Selanjutnya proses dewatering yakni
mengalihkan aliran air sungai yang melewati daerah konstruksi sipon di hulu
bendung yang kemudian aliran air diarahkan agar melewati suatu saluran
pengalihan (Priyono dan Indrasyahputra 2007).
Metode pelaksanaan konstruksi bangunan talang dapat dilakukan dengan
metode cor di tempat. Metode ini diawali dengan membuat pondasi untuk
dudukan penyangga bertujuan agar permukaan tanah menjadi rata dan keras untuk
mendukung tiang penyangga utama agar tidak mengalami penurunan.
Selanjutnya pemasangan tiang dan bekisting yang meliputi pemasangan profil
serta konstruksi lainnya. Setelah itu dilakukan pemasangan besi (pembesian) atau
pemasangan tulangan pada konstuksi bangunan talang, yang kemudian
dilanjutkan pencoran. Pencoran dilakukan ketika bekisting dan tulangan telah siap
dipasang. Setelah itu dilanjutkan dengan perawatan dan pembongkaran bekisting.
Terakhir adalah pekerjaan pemasangan water stop, yakni suatu konstruksi yang
dibangun untuk menambal atau mcnutupi kebocoran air yang disebabkan adanya
sambungan-sambungan pada elemen beton (Saputra dan Utomo 2002).

Rancangan Anggaran Biaya


Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam kontruksi bangunan talang dan siphon
di Daerah Irigasi Cihea dibuat berdasarkan perencanaan dimensi yang telah
dilakukan. Perhitungan RAB pada pembuatan bangunan talang dan siphon ini
dilakukan dengan menggunakan harga bahan material dan upah tenaga kerja yang
mengacu pada wilayah Jawa Barat. Total RAB konstruksi bangunan talang dan
siphon di Daerah Irigasi Cihea yang diperoleh, yaitu sebesar Rp922.940.065,212.
Rincian estimasi biaya tersebut disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 RAB kontruksi bangunan talang dan siphon di Daerah Irigasi Cihea
Volume Harga Satuan Total Harga
No. Pekerjaan
Pekerjaan Pekerjaan (Rp) (Rp)
A. Bangunan Talang
1. Pekerjaan umum
a Investigasi geologi dan lapisan
1 ls 24.000.000 24.000.000
tanah
b Penyediaan sarana listrik dan
1 ls 145.660.000 145.660.000
penerangan
c Mobilisasi alat, pekerja, bahan
1 ls 120.000.000 120.000.000
bakar, dan wokshop
2 Pekerjaan galian
a Galian tanah 12 m3 52.000 624.000
3 Pekerjaan beton
a Beton K-300 5,6 m3 843.000 4.720.800
b Beton K-225 2,96 m3 466.000 1.379.360
c Bekisting (exposed) 23,7 m2 62.300 1.476.510
d Tulangan beton ulir 3,8 ton 180.992 687.770
Jumlah 298.548.440
B. Bangunan siphon
1. Pekerjaan persiapan
a Papan nama proyek 1 buah 193.000.000 193.000.000
b Barak kerja (sewa) 2 bulan 200.000.000 400.000.0000
2. Pekerjaan bangunan
Pasanagan profil melintang
a 550 m 828,52 455.686,00
tanah galian
3
b Galian tanah biasa 893,75 m 40.837,50 36.498.515,63
Timbunan tanah dan urugan 3
c 316,25 m 19.965,00 6.313.931,25
tanah kembali
2
d Bekisting 829,341 m 76.021,00 63.047.332,16
e Perancah bekisting 92,149 m2 121.687,50 11.213.381,44
f Penulangan 7024,84 kg 11.027,50 77.466.465,95
Lantai kerja (K100, fc = 7,4
g 44 m3 633.710,00 27.883.240,00
Mpa)
h Pengecoran beton (ready mix) 231 m3 1.372.365,50 317.016.430,50
Jumlah 540.487.982,92
PPN 10% 83.903.642,292
TOTAL 922.940.065,212

Kesimpulan
Perencanaan bangunan talang dan sipon menggunakan debit rencana 5,07
m3/detik. Berdasarkan perhitungan dimensi masing masing bangunan, diperoleh
bangunan talang memiliki dimensi lebar 2,0 m dan tinggi total saluran 2,0 m serta
kecepatan aliran 1,491 m/detik. Bangunan sipon direnacanakan menggunakan 2
saluran pipa, dengan diameter pipa 1,3 m serta kecepatan aliran 1,91 m/detik.
Hasil diameter tersebut telah sesuai atau melebihi batas minimum yakni lebih dari
0,6 m sesuai KP 04. Pada bangunan sipon juga diperhitungkan kehilangan tekan
akibat sisi-sisi penyaring, gesekan dan pada siku. Adapun hasil kehilangan total
yang dihitung adalah 0,168 m. Proses pemasangan bangunan sipon menggunakan
metode Diversion Channel, Cofferdam, dan Dewatering. Sedangkan Metode
pelaksanaan konstruksi bangunan talang dapat dilakukan dengan metode cor di
tempat. Total RAB konstruksi bangunan talang dan siphon di Daerah Irigasi Cihea
yang diperoleh, yaitu sebesar Rp922.940.065,212

Daftar Pustaka
Ansori MB, Edijatno, Soesanto SR. 2018. Irigasi dan Bangunan Air. Semarang:
ITS.
Dewi EP. 2015. Skenario pengembangan wilayah berbasis daerah irigasi (studi
kasus: DI Cihea Kabupaten Cianjur) [thesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Hakim ILN, Permana S, Farida I. 2016. Analisis aliran air melalui bangunan
talang pada daerah irigasi Walahir Kecamatan Bayongbong, Kabupaten
Garut. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 14(1): 157-158
Hakim ILN, Permana S, Farida I. 2016. Analisis aliran air melalui bangunan
talang pada daerah irigasi Walihir Kecamatan Bayongbong Kabupaten
Garut. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 14 (1): 154-170.
Harahap AR. 2017. Evaluasi perencanaan bangunan siphon pada Bendung Sei
Padang Kab. Serdang Bedagai Sumatera Utara [skripsi]. Medan: Universitas
Medan Area.
Herlan D. 2011. Analisis unjuk kerja jaringan pipa siphon. Jurnal Konstruksia.
3(1): 13-18.
Jasmila, Munir A, Achmad M. 2018. Web-based computer assited design untuk
dimensi bangunan talang dan gorong-gorong. Jurnal Agritechno. 11(2):
129-138.
Mienhardy MS. 2015. Metode pelaksanaan talang dan jembatan pada proyeksi
pembangunan jaringan irigasi DI Sangkub Kiri [skripsi]. Manado:
Politeknik Negeri Manado.
Priyono P dan Indrasyahputra R. 2007. Perencanaan sistem dewatering pada
rencana pelaksanaan pembangunan Bendung Gerak Tulis, Banjarnegara,
Jawa Tengah [disertasi]. Semarang: Universitas Diponegoro
Saputra M A I H dan Utomo A H. 2002. Kajian metode konstruksi pada
pembuatan talang air Kali Wuri Kabupaten Tegal [skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Saputra MAIH. 2002. Kajian metode konstruksi pada pembuatan talang air
kaliwuri Kabupaten Tegal [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Selwyn, Fredericj, Philip. 2002. Water Supply Installations. World Intellectual
Property Organization.

Anda mungkin juga menyukai