Anda di halaman 1dari 15

Sistem Adhesif (perlekatan dengan struktur gigi)

Perlekatan yang sebenarnya antara resin komposit dan jaringan gigi biasanya diperantarai oleh
penggunaan suatu bahan bonding adhesive.

Berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya, sistem adhesif dapat dibagi menjadi : 1. Total-
etch adhesive system Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa, antara lain : a. Three-
step total-etch adhesive Sistem adhesif ini merupakan sistem adhesif generasi ke-4.35 Terdiri dari
tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching, dilanjutkan dengan tahap priming, dan tahap bonding. 36
Bahan adhesif ini mampu mengetsa enamel dan dentin secara bersamaan dengan asam phosphor 40
% selama 15 sampai 20 detik. Untuk mencegah kolagen kolaps, permukaan dentin harus dibiarkan
dalam keadaan lembab. Akan tetapi sensitivitas teknik sistem adhesif ini cukup tinggi, karena
keadaan dentin yang lembab sulit diperoleh dengan benar dan hal itu dapat menyebabkan tidak
tercapainya perlekatan yang ideal jika dentin terlalu basah atau terlalu kering.37

b. Two-step total-etch adhesive Sistem adhesif ini merupakan sistem adhesif generasi ke-5.35 Bahan
primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan yang diaplikasikan setelah dilakukan pengetsaan
enamel dan dentin dengan asam phosphor 35 - 37% selama 15 sampai 20 detik.36,37 Tahapan
aplikasi sistem adhesif ini lebih sederhana daripada sistem adhesif generasi ke-4, akan tetapi
kelembaban dentin yang ideal masih sulit untuk dicapai.36

2. Self-etch adhesive system

Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa. Bahan etsa dan primer digabung
menjadi satu, antara lain :

a. Two-step self-etch adhesive


Sistem adhesif ini merupakan sistem adhesif generasi ke-6.35 Sistem adhesif ini juga dikenal
sebagai “self-etching primers”. Tahap pengetsaan asam dihilangkan dengan mengaplikasikan
suatu acidic primer pada permukaan enamel dan dentin setelah preparasi gigi.36
Keuntungannya adalah bahwa sensitivitas teknik pada sistem adhesif ini tidak tinggi karena
tidak tergantung dengan keadaan kelembaban dentin. Karena dentin tidak dietsa terlebih
dahulu dengan asam phosphor sehingga resiko kolapsnya kolagen dapat dieliminasi. Hal ini
berarti permukaan gigi dapat dikeringkan dengan semprotan udara sebelum aplikasi self-
etching primer. 35 Akan tetapi, sistem adhesif ini memiliki kekuatan perlekatan ke enamel
yang lebih rendah daripada sistem adhesif generasi ke-4 dan ke-5, karena asam yang
digunakan pada sistem adhesif ini lebih lemah sehingga tidak dapat mengetsa enamel
dengan efektif.36,37
b. One-step self-etch adhesive
Sistem adhesif ini merupakan sistem adhesif generasi ke-7.35 Sistem adhesif ini
menggabungkan bahan etsa, primer dan bonding dalam satu kemasan, sehingga hanya
terdiri dari satu tahap aplikasi.36 One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem
adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah.
Tujuan aplikasi one-step self-etch adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi
dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding.
Smear layer tidak dihilangkan, sehingga potensi sensitivitas post-operative dapat
dikurangi.38 Akan tetapi, kekuatan perlekatan dan penutupan tepi sistem adhesif ini sama
dengan sistem adhesif generasi ke-6.36 Selain itu, pada saat bahan adhesif diaplikasikan dan
dipolimerisasi, bahan adhesif akan menjadi lebih hidrofilik daripada two-step self-etch
adhesive, sehingga cenderung lebih menyerap air. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
degradasi perlekatan antar permukaan.

Desain Kavitas Klas V Preparasi kavitas klas V harus dengan sudut cavosurface sebesar 90o ,
tidak boleh mempunyai undercut pada dinding mesial dan distal, mempunyai kedalaman
yang sama pada setiap sudut sisi aksial, serta membuat retensi groove bila diperlukan.2,3
Outline preparasi kavitas klas V berbentuk seperti ginjal, menyusur mengikuti bentuk
servikal gigi. Preparasi gigi untuk restorasi resin komposit pada penelitian ini menggunakan
desain perparasi yang konvensional. Gigi dipreparasi dengan dinding aksial (kedalaman
kavitas) 2 mm dari pernukaan gigi, dengan tepi servikal berada 1 mm di atas cemento-
enamel junction, lebar mesio-distal 3 mm dan jarak okluso-gingival 2 mm (Gambar 5).34
Gambar 5. Outline preparasi klas V
Persiapan Alat
            Alat-alat yang dibutuhkan untuk restorasi kelas IV adalah sebagai berikut :
         Alat Diagnosa ( Kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset)
         Plastic filling instrument, ball aplikator
         LED ( Light Emitting Diode)
         Contra angel high speed
         Bur diomond (round bur, fissure bur)
         Crown form (matriks)
         Polishing alpine
         Rubber silicon cups
         Masker dan Handscoon, cotton pellet, rubber dam
Persiapan Bahan
Bahan yang digunakan dalam restorasi kelas IV adalah :
         Resin Komposit
Resin komposit merupakan sebuah bahan tumpatan warna, yang dikenal dengan
tambalan putih. Resin komposit diperkenalkan pertama kali pada tahun 1957, dimana resin
komposit dibatasi hanya digunakan pada gigi depan karena resin komposit tidak kuat untuk
menerima tekanan dari gigi posterior. Sejak saat itu, resin komposit dikembangkan secara
signifikan dan sukses digunakan pada gigi posterior. Resin komposit tidak hanya digunakan
untuk menutup karies, tetapi juga digunakan sebagai bahan kosmetik untuk memperbaiki
senyum dengan mengubah warna gigi atau membentuk anatomi gigi (3).
                        Keuntungan menggunakan resin komposit antara lain : estetis,
mempertahankan struktur gigi, berikatan pada struktur gigi dengan bahan bonding, menutup
margin restorasi dan memperkuat sisa struktur gigi sehat. Kerugian menggunakan resin
komposit antara lain : pengerutan saaat polimerisasi, terjadinya lesi karies sekunder,
mengabsosi air.
Resin komposit merupakan restorasi yang paling sering digunakan di klinik dokter
gigi. Secara umum, komposisi resin komposit terdiri dari tiga bagian besar, yaitu :
a.       Matriks resin, terdiri dari :
                  �� Monomer (Bis-GMA / bisphenol A-Glycidil methacrylate).
                  �� Urethane Dimethacrylate (UDMA)
             Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi
karena    memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam jumlah kecil saja
menghasilkan komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis. Untuk
mengatasi masalah tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai
pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen glikol dimetakrilat
(EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah yang paling sering digunakan
(3).
b.      Partikel pengisi
Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan
meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,
berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat mekanis
seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor penting lainnya
yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang
ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan kekerasan. Partikel pengisi
terdiri dari : Kaca, quartz, Koloid silika (3).
c.       Bahan Coupling, seperti organo silanes yang berperan dalam pembentukan ikatan kimia
antara partikel pengisi dan matriks resin. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik
dan mekanik resin dan  mempertahankan stabilitas hidrolitik resin dengan cara mencegah air
masuk ke dalam ruang yang terdapat antara partikel pengisi dan resin (3).
Sejumlah sistem klasifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis resin. Klasifikasi
didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama. Resin komposit berdasarkan ukuran
partikel bahan pengisi utama di antaranya :
a.       Komposit Tradisional
Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama tahun 1970-an dan sudah
mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut juga komposit kovensional atau
komposit berbahan pengisi makro, disebut demikian karena ukuran partikel pengisi relatif
besar. Bahan pengisi yang sering digunakan untuk bahan komposit ini adalahquartz giling.
Dilihat dari foto micrograph bahan pengisi quartz giling mengalami penyebaran yang luas
dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit tradisional adalah 8-12 μm, partikel sebesar
50μm mungkin ada. Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan akrilik tanpa
bahan pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi
selektif pada matrik resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang lebih
keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya bersifat
radioulusen (3).
b.      Komposit bebrbahan pengisi mikro
Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional, dikembangkan
suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai bahan pengisi anorganik.
Partikelnya berukuran 0,04 μm; jadi partikel tersebut lebih kecil 200-300 kali di bandingkan
rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini memiliki permukaan yang
halus serupa dengan tambalan resin akrilik tanpa bahan pengisi. Dari segi estetis resin
komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah aus karena partikel silika koloidal
cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04 sampai 0,4 μm. Selama pengadukan sebagian
gumpalan pecah, manyebabkan bahan pengisi terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara
partikel pengisi dengan matriks sekitarnya. Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil
menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit konvensionl.
Kelemahan dari bahan ini adalah ikatan antara partikel komposit dan matriks yang dapat
mengeras adalah lemah mempermudah pecahnya suatu restorasi (3).
c.       Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil
Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari permukaan komposit
berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat
mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mencapai tujuan ini, bahan pengisi anorganik
ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam
komposit tradisional. Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit berkisar 1-5 μm tetapi
penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas ini memungkinkan
tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisi partikel kecil umumnya
mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak (80 % berat dan 60-65 % volume).
Beberapa bahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi
kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat (3).
d.         Komposit Hibrid
Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan
yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil, sementara mempertahankan sifat partikel
kecil tersebut. Ukuran partikel kacanya kira-kira 0,6- 1,0 mm, berat bahan pengisi antara 75-
80% berat. Sesuai namanya ada 2 macam partikel bahan pengisi pada komposit hybrid.
Sebagian besar hibrid yang paling baru pasinya mengandung silica koloidal dan partikel kaca
yang mengandung logam berat. Silica koloidal jumlahnya 10-20% dari seluruh kandungan
pasinya. Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini terletak diantara komposit konvensional dan
komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan bahan pengisi pasi-mikro. Karena
permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan untuk tambalan
gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis umumnya lebih rendah dari komposit
partikel kecil, komposit hibrid ini juga sering digunakan untuk tambalan gigi belakang (3).

         Etsa Asam
Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan ditambal
diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut
berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan
bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil
pada permukaan email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam
kavitas.
Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara
permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan ikatan
terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya adalah bahwa asam
meninggalkan permukaan email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi
permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman pada permukaan email akan meninggalkan
permukaan yang secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk
lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada
permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin “tag” kemudian menghasilkan suatu perbaikan
ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior
adalah 7-25 μm. Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 %
adalah tepat, konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat
monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini
dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah
dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email
minimal selama 15-20 detik.
Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan dengan
baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju
menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai
resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan
energi permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana
(3).

         Bahan Bonding
   Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga
membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di dalam dentin dan
akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin bersifat
hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian
hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian
hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin (3).
Perkembangan bonding (4) :
1.      Generasi 1 : Teknik etsa email, kekuatan bonding rendah, contoh : polyurrethanes,
cyanoacrylate, NPG-GMA.
2.      Generasi 2 : phosphate ester berdasarkan interaksi kutub negatif (fospat pada bahan
bonding ) dan kutub positif ( ion kalsium smear layer ) sehingga kekuatan bonding lebih baik
daripada generasi 1. Menggunakan smear layer sebagai substrat bonding.
3.      Generasi 3 : menggunakan etsa asam untuk menghilangkan smear layer.Generasi III ini dapat
meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa–15MPa dan dapat menurunkan kemungkinan
terjadinya kegagalan batas tepi bahan adhesif dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring
waktu tetap terjadi juga kegagalan tersebut.
4.      Generasi 4 : merupakan three-step etch & rinse adhessive yaitu aplikasi conditioner, primer
dan adhesive resin sehingga kekuatan bonding baik.
5.      Generasi 5 : menyederhanakan penggunaan bahan bonding generasi 4 teknik etch rinse:
aplikasi conditioner/etsa, aplikasi primer dan adhessive yang terdapat dalam satu botol (one
bottle system) dan kekuatan bonding sama baik dengan generasi 4. Contoh : optibond solo,
excite.
6.      Generasi 6 :
 Self-etch adhesive : self-etching primer (dalam sate paket) dan adhesive resin (paket lain).
 Mengkombinasikan conditioner, primer dan adhesive resin tetapi memerlukan pencampuran.
Hampir sama dengan bonding generasi 2 yang menggunakan smear layer pada permukaan
email dan dentin sebagai substrat bonding. Perbedaannya terdapat pada keasaman bahan
primer.
-          Generasi 6 mengandung acidic monomer (4-MET & 1—MDP), lebih hidrofilik.
Contoh : Prompt L-pop. Xeno III
7.      Generasi 7 : single componen:ine step self-etch adhesive.
       Mengkombinasikan conditioner, primer dan resin adhesif dalam satu botol dan tidak
memerlukan pencampuran (truly one bottle system).
       Campuran komponen hidrofilik dan hidrofobik.
       Lapisan adhesif sebagai membran permiabel.
Contoh : G Bond, Bond Force

Preparasi Kavitas
-       Pemasangan isolator karet/rubber dam.
-       Pembuatan bevel pada seluruh tepi email selebar 2-3 mm dari tepi kapitas dengan diamond
fissure bur dengan sudaut 45 derajat di gigi 11
-       Menghilangkan semua jaringan karies yang tersisa dan email yg tidak didukung dentin
dihilangkan juga pada pasien (5)
Etsa asam
-       Ulaskan bahan etsa ( Asam Phosphat 30 % - 50 % ) dalam bentuk gel/cairan dengan pinset
dan cotton pelet pada permukaan email yang telah dipreparasi, jangan mengenai gusi.
-       Biarkan selama 15-20 detik tanpa diganggu kontaknya dengan email
-       Bilas dengan air, air ditampung dengan gulungan kapas besar.
-       Gigi dikeringkan dengan semprotan udara selama 15 detik.
-       Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju
menunjukan bahwa etsa berhasil (3).
Aplikasi Bonding
-       Aplikasikan bonding pada seluruh permukaan yang telah diperparasi dengan menggunakan
ball aplikator. Lakukan penyinaran dengan LED selama 10 detik.
Insersi Resin Komposit ke Dalam Kavitas
-       Resin komposit diambil dengan plastis filling instrument dimasukkan kedalam matriks
sedikit demi sedikit. Kemudian insersikan ke dalam kavitas dengan cara meletakkan matriks
pada posisi yang tepat samapai diperoleh bentuk anatomi yang baik. Kelebihan massa
komposit diusahakan keluar melalui lubang pada sudut insisal. Polimerisasi selama 20 detik,
selama polimerisasi matriks dipegang dengan mantap dan stabil.
-       Pegangan jari pada matriks dikendorkan ketika polimerisasi selesai. Matriks dilepas pada
gigi 11 dengan menggunakan ujung sonde yang dimasuukkan diantara tepi matriks dan
permukaan gigi. Apabila pembentukan matriks dan teknik insersinya memadai, maka setelah
matriks dilepas akan diperoleh hasil yang bagus, bentuk anatomi dan persyaratan yang
berhubungan dengan faal gigi terpenuhi (5).
Finishing dan polishing
-            Finishing dilakukan dengan membuang kelebihan massa komposit di tepi-tepi matriks atau
margin kavitas, jangan smapai merusak kontur restorasi yang telah terbentuk.
-            Pengontrolan oklusi dengan meninstrusikan pasien meneguk air liur terus mengatupkan
giginya. Tidak boleh terjadi troumatik oklusi.
-            Pengambilan kelebihan bahan dilakukan dengan polishing alpihine.
-            Diakhiri denan penggunaan rubber silicon cups supaya diperoleh permukaan yang licin dan
halus (5).
-            Tunjukan hasil pengerjaanmu kepada pasien dengan memberikan cermin kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Kidd EAM, Smith BGN, dan Pickard HM. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard
edisi ke 6, Alih Bahasa Oleh Sumawinara  N. Jakarta; Widya Medika, 2012
2.      Anusavice KJ, Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi edisi 10. Jakarta, Indonesia.
EGC, 2004
3.      Soraya SS. Resin Komposit sebagai Bahan Tambalan. Skripsi. Medan , Indonesia : USU,
2010
4.      Bakar Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta, Indonesia : Quantum sinergis Media, 2012
5.      Baum L, Philips RW, Lund MR. Textbook Of Operative Dentistry, 3 ed. WB Saunders
Company, Phildelpian 1995.
1. KEBOCORAN TEPI (MARGINAL MICROLEAKAGE)
Definisi : celah mikroskopik antara dinding kavitas dan restorasi yang dapat dilalui
mikroorganisme, cairan, molekul dan ion.
Penyebab : kegagalan adaptasi restorasi terhadap dinding kavitas, akibat :
1. Perbedaan koefisien thermal ekspansi resin komposit, dentin dan enamel,
2. Penggunaan oklusi dan pengunyahan normal,
3. Kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan mulut
bersifat asam
4. Kegagalan adaptasi dinding kavitas akibat adanya monomer sisa dan
shrinkage (proses pengerutan) selama polimerisasi.
5. Kebocoran tepi makin besar jika tidak ada sisa email yang mendukung..
Efek samping :
1. Marginal stain
2. Karies sekunder
3. Diskolorasi gigi,
4. Reaksi hipersensitif, iritasi pulpa, rasa sakit paska restorasi
5. Kerusakan restorasi itu sendiri
Solusi :
1. Pelapis Kavitas
2. Bahan Restorasi yang Tepat
3. Gunakan Teknik Indirek
4. Pakai Bonding Adhesive Systems,
5. Tambahkan Lapisan Daya Tahan Elastis,
6. Tingkatkan Intensitas Light Curing,
7. Gunakan Teknik Aplikasi Lapis Demi Lapis,
8. Gunakan Monomer Low-Shrinking dan Bahan Fluoride pada monomer resin
untuk mencegah terjadinya marginal gaps pada kavitas.
9. Restorasi Sandwich,
10. Gunakan Flowable Composite Resin
 

2. RASA SAKIT PASKA RESTORASI RESIN KOMPOSIT.


Sifat kimia bahan komposit bisa mengiritasi jaringan pulpa dan mengakibatkan
radang pulpa, bahkan 3–4 bulan kemudian timbul diskolorasi atau fistula.

Penyebab :
1. Iritasi monomer sisa resin komposit.
2. Kebocoran tepi
3. Invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin.
 

3. RESTORASI MUDAH LEPAS


a. Kesalahan seleksi kasus

1) Beban oklusi merupakan pertimbangan pertama dalam  seleksi kasus


2) Sisa jaringan keras
3) Diagnosis

b. Preparasi kurang baik

1) Bevel holowgroun dibuat cukup lebar dengan menggunakan bur torpedo (bullet
nouse)
2) Untuk kavitas klas I & II area oklusi tanpa bevel

c. Kesalahan aplikasi bonding

1) Kenali bahan bonding : komposisi, jenis, sifat fisis, kekurangan dan kelebihan.
2) Perbaiki cara aplikasi menurut teori maupun petunjuk pabrik.

d. Tidak kuatnya jaringan yang direkati Restorasi.

4. KESALAHAN PREDIKSI WARNA, BENTUK DAN TAMPAK BATAS


RESTORASI
Sifat – sifat Resin Komposit
Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain: 
Sifat Fisik
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada gigi
anterior. Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:
Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive
pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti
kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan
akibat dari penggantian air dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit
kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai
struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin.
Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini
memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. Nilai
kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda.
Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan
setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam beberapa detik
setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time
30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan
instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.
Sifat mekanis
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap
kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan
berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Sifat mekanis komposit
diantaranya yaitu :
Adhesi
Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya
gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara
kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik
antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya
porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan
lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan
antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil 
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik.
Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan
restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.

Tahap Aplikasi Bahan Resin Komposit


Anastesi lokal (bila perlu)
Isolasi dengan isolator karet.
Preparasi
Bur diamond yang kecil dengan kecepatan lambat digunakan untuk membuang debris substansi
karies. Seluruh substansi karies dibuang dengan hati-hati dan preparasi yang dilakukan paling dalam
hanya sebatas terendah dentin yang terbuka. Setelah pembuangan substansi karies, bur diamond
bulat yang besar digunakan untuk membuat permukaan resin komposit yang tertinggal dan enamel
bagian pinggir menjadi kasar.
Pemberian pelapik kalsium hidroksida di atas dentin.
Sebelum aplikasi etsa asam atau penempatan restorasi resin, dentin harus dilindungi dengan
memberikan pelapik. Bila pelapik tidak diberikan, asam yang berfungsi sebagai etsa atau resin akan
menyebabkan iritasi terhadap pulpa. Vernis umumnya tidak digunakan sebagai pelapik karena bagian
monomer resin dapat melarutkan vernis, yang menghilangkan barier pelilndung. Juga bahan pelarut
pada vernis mengganggu pengerasan resin. Basis kalsium hidroksida adalah pilihan pelapik yang
dianjurkan. Bahan diaplikasikan sebagai suatu lapisan tipis di bawah resin. Dalam teknik etsa asam,
asam fosfat dapat melarutkan sebagian pelapik kalsium hidroksida, mengharuskan dilakukan
penambahan atau aplikasi ulang dari bahan pelapik.
Etsa asam 
Suatu tambahan yang bernilai untuk retensi dari sistem resin adalah teknik etsa atau demineralisasi
email antara permukaan restorasi. Teknik tersebut sangat membantu restorasi kelas IV. 
Kadang-kadang restorasi kelas IV diubah dengan membuat bahu kecil atau chamfer pada email
sejauh mungkin mengelilingi preparasi untuk mendapatkan email yang lebih luas bagi prosedur etsa.
Ini adalah keadaan yang melibatkan fraktur insisal, dimana retensi total dari bahan restorasi mungkin
diperoleh menggunakan mekanisme etsa asam.
Etsa asam pada permukaan email sangat menguntungkan untuk retensi restorasi resin pada gigi
anterior yang fraktur. Etsa asam tidak akan berhasil jika bagian email tidak cukup luas atau jika
restorasi mendapat beban tekanan oklusal yang berat. 
Jadi, banyak restorasi yang besar pada insisivus bawah gagal bila etsa asam digunakan sebagai
retensi utama. Dalam preparasi resin dengan retensi yang meragukan, pin sebaiknya ditambahkan
sebagai pendukung.
Aplikasikan asam fosforik 40% dan digerakkan perlahan dengan menggunakan burnisher bulat
selama kira-kira 20 detik kemudian dilakukan pembilasan dengan air dan pengeringan yang
sempurna. Setelah pembilasan den pengeringan permukaan oklusal, bahan resin yang tertinggal dan
enamel yang telah di preparasi terlihat berwarna kusam, berarti etsa yang dilakukan tepat.
Penempatan bahan bonding.
Selapis tipis cairan resin bonding dioleskan diatas seluruh permukaan yg telah dipreparasi dan
dinding dasar preparasi kavitas yang baru, biarkan untuk memenuhi permukaan enamel selama
sekitar 10 -15 detik.
Keuntungan utama dari bonding adalah dapat menjamin bahwa resin membasahi gigi dengan baik
dan terbentuk resin tag yang maksimal.
System bonding dari resin yang lebih rapat terhadap email pada bagian tepi mengurangi
kemungkinan pewarnaan dan kebocoran mikro di bagian tepi, terlepas dari tipe resin yang digunakan.
Penempatan restorasi dan penyelesaian.
Sebelum dilakukan penyinaran, bahan resin komposit dimasukkan kedalam
kavitas. Dengan menggunakan burnisher besar, resin komposit di tekan kedalam
kavitas dengan hati-hati untuk menghindari terperangkapnya gelembung udara. Bahan yang
berlebihan diratakan diatas bahan restoratif yang lama dan tepi enamel terdekat agar terlihat seperti
baru dan menambah kekuatan tambalan. 
Kemudian penyinaran dilakukan selama lebih dari 30 detik. Setelah disinari restorasi tersbut
diselesaikan dengan bur diamond rata atau bur karbit. Pemolesan restorasi dapat dieselesaikan
dengan menggunakan karet abrasif dan bubuk alumunium oksida yang halus.

Mekanisme Polimerisasi
Self-cured Resin Komposit 
Bahan ini tersedia dalam bentuk 2 pasta yang salah satunya berisi inisiator Benzoyl peroxide dan
yang lainnya adalah aktivator tertiary amine. Jika kedua bahan dicampurkan maka pengerasan
dimulai. Setelah pencampuran dilakukan, self-cured composite memiliki working time 60-90 detik
(aplikasi pada kavitas), kemudian bahan mengeras dan tidak diganggu sampai setting time berakhir
sekitar 4-5 menit.
Dual Cured Resin Komposit
Memiliki chemical acclerator dan light activator. Mekanisme polimerisasinya yaitu pertama diinisiasi
dengan cahaya yang kemudian diikuti dengan self-cured mechanism.
Light Cured Resin Komposit 
Bahan ini tersedia dalam satu pasta. Bila disinari dengan panjang gelombang yang tepat akan
merangsang fotoinisiator berekasi dengan amine membentuk radikal bebas dan terjadi polimerisasi.
Exposure time tergantung pada jenis, kedalaman, dan shade dari komposit. Waktu bervariasi mulai
dari 20-60 detik untuk 2mm restorasi. Setting time bergantung pada intensitas dan kemampuan
penetrasi dari cahaya yang dipaparkan.
    Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konversi dari komposit ditunjukkan pada gambar di
bawah ini

Indikasi dan Kontraindikasi


Bahan resin komposit direkomendasikan untuk kasus kasus sebagai berikut yaitu :
Karies pada pit dan fisur kelas I dimana restorasi resin preventif konservatif tepat untuk dilakukan
Karies kelas I yang meluas ke dentin.
Restorasi kelas II pada gigi susu yang tidak meluas diluar sudut garis proksimal
Restorasi kelas II pada gigi permanen yang meluas kira-kira 1/3 sampai ½ panjang intercuspal
bukolingual gigi.
Restorasi Kelas III, IV, V untuk gigi susu dan gigi permanent 
Bahan resin komposit bukanlah suatu pilihan restorasi untuk kasus-kasus seperti berikut :
Bila gigi tidak bisa diisolasi untuk kontrol kelembaban
Individu yang membuthukan restorasi permukaan multiple dan besar pada posterior gigi susu.
Pasien resiko tinggi memiliki karies multiple dan/atau gigi demineralisasi dan oral hygiene yang buruk
Pengaplikasian Komposit pada Gigi Anterior
Pada Karies Kelas IV
 Kavitas Kelas IV merupakan kavitas yang terbentuk pada permukaan proksimal gigi anterior yang
telah meluas sampai ke sudut incisal.Karies yang luas atau abrasi yang hebat bisa melemahkan
sudut incisal dan menyebabkan terjadinya fraktur. Kavitas ini juga merupakan kelanjutan dari kavitasi
dan rusaknya dukungan dari sudut gigi. 
Tahap – Tahap Aplikasi
Preparasi
Teknik Restorasi
Restorasi dengan bahan resin komposit yang dilakukan pada kavitas kelas IV yaitu yang melibatkan
permukaan prokimal dan permukaan insisal dapat dilakukan dengan bantuan celluloid form. Celluloid
form merupakan mahkota transparan lepasan yang digunakan sebagai matriks untuk restorasi resin
komposit. Celluloid form diindikasikan untuk gigi sulung anterior yang memiliki karies yang parah,
fraktur, malformasi gigi termasuk enamel hypoplasia, dan diskolorisasi. Celluloid form juga
merupakan indikasi perawatan terakhir setelah perawatan pulpectomy atau pulpotomy. 
Awalnya gigi dibersihkan secara menyeluruh dengan pasta profilaksis non-flouride. Permukaan
enamel dipreparasi untuk prosedur acid-etch bonding. Rubber dam dapat digunakan untuk
mengisolasi gigi. Retensi yang diperoleh tergantung pada ikatan asam terhadap enamel, dan gingival
undercut yang menyebabkan suatu mechanical lock. Oleh karena itu, preparasi harus konservatif
dengan mempertahankan struktur enamel sebanyak mungkin.
Prosedur Restorasi dengan bantuan Celluloid Crown :
Administrasi anestesi lokal bila diperlukan.
Mengisolasi gigi dengan menggunakan rubber dam.
Pilih bentuk mahkota yang tepat agar sesuai dengan lebar mesio-distal gigi aslinya, untuk
mempertahankan ruang dan kontak dengan gigi tetangga.
Mengurangi permukaan proksimal mesial dan distal minimal dengan menggunakan fine tappered
diamond. Pengurangan harus ke arah margin gingiva hanya untuk menghilangkan struktur gigi yang
diperlukan untuk pemasangan celluloid crown lepasan.
Mengurangi tepi insisal sekitar 1 mm.
Buang semua karies dengan ekskavator atau dengan bur bulat no.4.
Buat sedikit undercut pada bagian labial margin gingiva dengan 33-1/3 inverted cone atau dengan bur
bulat kecil. Perluas undercut sampai ke bagian palatal margin gingiva. Hindari mengurangi enamel
secara berlebih pada permukaan labial dan palatal.
Letakkan bahan pulp liner pada seluruh permukaan dentin yang terbuka dalam keadaan kering
sebelum etching.
Lapisi semua permukaan enamel dengan phosporic acid etching solution. Biarkan selama minimal 2
menit, kemudian cuci dan keringkan. Permukaan enamel sekarang bertekstur putih berkapur.
Potong bentuk mahkota yang dipilih dengan gunting 1mm di bawah margin gingiva. Pastikan bahwa
tinggi insisal pada ketinggian yang diinginkan.
Tempatkan sebuah lubang kecil pada permukaan lingual dari mahkota menggunakan bur bulat kecil,
untuk mencegah adanya gelembung udara yang terperangkap dalam bahan komposit.
Aplikasikan bonding sealant pada seluruh permukaan gigi yang kering.
Campur resin komposit, kemudian isi resin komposit pada mahkota celluloid tersebut, lakukan secara
hati-hati untuk menghindari terperangkapnya udara.
Letakkan mahkota yang telah diisi resin komposti secara hati-hati 1 mm dibawah margin gingiva,
pastikan untuk melakukan ini dalam keadaan oklusi yang baik. Sementara masih lunak, mahkota
disesuaikan dengan oklusi dan estetika. Buang kelebihan resin komposit pada daerah margin dengan
menggunakan explorer.
Biarkan resin komposit sampai mengeras sebelum mahkota dilepaskan.
Gunakan Disk batu hijau kecil untuk mengurangi bagian lungal dari celluloid crown form. Kemudian
explorer atau sealer dapat digunakan untuk melepaskan celluloid shell dari resin komposit yang telah
mengeras.
Finishing
     Jika celluloid crown form di bentuk dan diletakkan dengan tepat, maka tidak perlu dilakukan
finishing pada permukaan labial. Resin komposit yang pada saat berpolimerisasi berkontak dengan
bahan plastik akan menghasilkan hasil yang terhalus (tidak ada prosedur tambahan yang dapat
meningkatkan kekilauan permukaannya. Selain itu, dengan meninggalkan permukaan labial secara
utuh (tanpa prosedur polishing dan finishing) maka kemungkinan staining dapat diperkecil.

Anda mungkin juga menyukai