Anda di halaman 1dari 40

Makalah IKM “ Kesehatan Lingkungan” 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial


kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam
kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat disamping untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan
belajar.

Pada masa mendatang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan pembangunanb dan
pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur
dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan harus disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang
lebih baik, karena akan kita dihadapkan dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih
kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang
memadai.

Di samping itu dalam proses pembangunan, diperlukan adanya teknologi kesehatan


lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari
pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan, indikator ini harus mudah, murah
untuk menuju perubahan kualitas kesehatan lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini akan membahas hal yang terkait dengan
kesehatan lingkungan yang meliputi :

a) Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


b) Perumahan (Housing)
c) Penyediaan Air Bersih
d) Pembuangan Kotoran Manusia
e) Pengolahan Sampah dan Pengolahan Air Limbah

Page 1
C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dan ruang
lingkup dari kesehatan lingkunga dan perumahan (housing), dan hal-hal yang terkait dengan
penyediaan air bersih termasuk sumber dan cara mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi, juga
macam-macam bentuk tempat dan persyaratan untuk pembuangan kotoran manusia, pengolahan
sampah dan jenis-jenis sampah, serta pengertian dan pengolahan air limbah yang baik agar dapat
terpeliharanya kesehatan lingkungan yang baik pula.

D. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain agar makalah ini dapat menjadi pedoman
masyarakat khususnya dikalangan mahasiswa untuk dapat melestarikan budaya sehat dan lebih
memelihara kesehatan diri sendiri, masyarakat sekitar, dan kesehatan lingkungannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Masalah kesehatan adalah suatu
masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar
kesehatan sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat seperti :

1. Lingkungan
2. Perilaku
3. Pelayan kesehatan
4. Heriditas (keturunan)
Keempat faktor tersebut di samping berpengaruh kepada kesehatan, juga saling
berpengaruh satu sama lainnya.

Secara umum kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimal. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup : perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan
air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya.

Akan tetapi menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.

Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :

1. Penyediaan Air Minum


2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana
alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia yang merupakan media yang baik untuk
terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya. Usaha kesehatan
lingkungan (sanitasi) lebih menitikberatkan kepada perbaikan lingkungan hidup secara fisik atau
kepada faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan perorangan/masyarakat.

Contoh usaha sanitasi antara lain adalah membuat jamban keluarga (MCK), penyediaan
sumber air minum yang bersih, pembuatan tempat pembuangan sampah, pengendalian
pencemaran tanah, udara dan air serta pengawasan terhadap sektor penyebab penyakit. Jika
dikelompokkan masalah-masalah yang perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki, dijaga, dan
ditingkatkan adalah masalah air, barang bekas dan limbah, makanan dan minuman, perumahan,
pencemaran, pengawasan hewan perantara yang menyebarkan penyakit dan kesehatan kerja.

Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan dari masa ke masa, dan dari
masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat, dari teknologi primitif,
teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir.

B. Perumahan ( Housing )

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut
rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina
rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang
berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000).
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan
masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks
dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat.
Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga
penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan
sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan
tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992).
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara
fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh
karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi
dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik
lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang
memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya, dan sarana lingkungan
yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan,
sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya. Perumahan sehat merupakan
konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya.
Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan
berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan
pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut
memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci,
menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya (Komisi
WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila :
1. Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar
rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A
2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan
3. Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air
bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan
memenuhi syarat kesehatan
4. Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran,
seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena
arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie,
1992; Azwar, 1996)

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah :
1. Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi
kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan
tanah
2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm
dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau
anyaman bambu
3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari
dengan luas minimum 10% luas lantai
4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,
menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga
kerahasiaan (privacy) penghuninya
5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari
lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum
6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi
masuknya debu, angin dan air hujan.

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU
RI No. 4/1992). Kawasan pemukiman didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama
sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, tempat bekerja
yang memberi pelayanan dan kesempatan kerja terbatas yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Satuan lingkungan pemukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk
dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan terstuktur yang
memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Prasarana lingkungan pemukiman
adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan
air limbah dan sampah, jaringan pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan
listrik, telepon, gas, dan sebagainya. Jaringan primer prasarana lingkungan adalah jaringan utama
yang menghubungkan antara kawasan pemukiman atau antara kawasan pemukiman dengan
kawasan lainnya. Jaringan sekunder prasarana lingkungan adalah jaringan cabang dari jaringan
primer yang melayani kebutuhan didalam satu satuan lingkungan pemukiman. Sarana lingkungan
pemukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Contoh sarana lingkungan pemukiman
adalah fasilitas pusat perbelanjaan, pelayanan umum, pendidikan dan kesehatan, tempat
peribadatan, rekreasi dan olahraga, pertamanan, pemakaman. Selanjutnya istilah utilitas umum
mengacu pada sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan pemukiman, meliputi jaringan air
bersih, listrik, telepon, gas, transportasi, dan pemadam kebakaran. Utilitas umum membutuhkan
pengelolaan profesional dan berkelanjutan oleh suatu badan usaha.

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Perumahan

Kesehatan Lingkungan Perumahan adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam
rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan
derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan
adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau
gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan
perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena
pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992).
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai
berikut :
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar,
tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan penerbangan
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun
dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10g maksimum 150g/m³
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm³/m² per hari
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang
aman dari kecelakaan
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan
penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan
tidak menyilaukan mata
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan
kesehatan
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
7. Penghijauan pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.


829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150g/m², asbestos kurang dari 0,5
serat/m³ per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen
2. Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
Makalah IKM “ Kesehatan Lingkungan” 2014
d. Bumbungan rumah 10m dan ada penangkal petir
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18–30°C
b. Kelembaban udara 40–70 %
c. Gas SO² kurang dari 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara 5 kaki³/menit/penghuni
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m³
5. Ventilasi Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai
6. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002
8. Sarana penyimpanan makanan Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman
9. Pembuangan Limbah
a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah
b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah
10. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8m² dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun (rusun), rumah
toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman. Pelaksanaan ketentuan mengenai

Page
10
persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab
pengembang atau penyelenggara pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah
tinggal. Penyelenggara pembangunan perumahan (pengembang) yang tidak memenuhi ketentuan
tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman dapat dikenai sanksi
pidana dan/atau sanksi administrasi sesuai dengan UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman, dan UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, serta peraturan pelaksanaannya.
Bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan tersebut diatas tidak dapat dikenai
sanksi, tetapi dibina agar segera dapat memenuhi persyaratan kesehatan rumah.

Penilaian Rumah Sehat


Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan tahun 1995
(Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang merupakan
penyebab kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis yang merupakan penyebab kematian
terbanyak ketiga yang erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat.
Penyediaan air bersih dan dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor
risiko terhadap penyakit diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit
kecacingan yang menyebabkan produktivitas kerja menurun. Disamping itu, angka kejadian
penyakit yang ditularkan oleh faktor penular penyakit demam berdarah, malaria, pes dan
filariasis yang masih tinggi. Upaya pengendalian faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
ancaman kesehatan telah diatur dalam Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
persyaratan kesehatan perumahan.
Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes tersebut diatas, parameter rumah yang
dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu:
1. kelompok komponen rumah, meliputi : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur,
jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur,
pencahayaan
2. kelompok sarana sanitasi, meliputi : sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah
3. kelompok perilaku penghuni, meliputi : perilaku membuka jendela kamar tidur, membuka
jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah, membuang tinja bayi/anak
ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya.
Formulir penilaian rumah sehat terdiri komponen yang dinilai, kriteria penilaian, nilai dan bobot
serta hasil penilaian secara terinci dapat dilihat pada lampiran dari Kepmenkes RI
No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan.

Seperti program kesehatan lainnya, aspek kesehatan perumahan dan lingkungan


pemukiman dihubungkan dengan definisi sehat menurut WHO, yaitu sehat adalah suatu keadaan
yang lengkap dari fisik, mental, dan kesejahteraan sosial tidak hanya sekedar bebas dan sakit dan
cacat, yang memungkinkan seseorang dapat bekerja secara produktif. Kita setuju bahwa rumah
merupakan prasyarat yang jelas untuk kesehatan mental, malaupun sulit untuk membuktikan
adanya hubungan yang jelas antara penyakit kejiwaan dengan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman. Penelitian menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di daerah
pemukiman kumuh mempunyai kejadian penyakit menular dan kecelakaan dalam rumah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan pemukiman yang lebih
baik.
Rumah mobil (caravan) yang sering dipakai sebagai tempat tinggal terutama pada musim
panas di negara subtropis, telah dibebaskan dari pengekangan oleh peraturan tentang
pembangunan rumah konvensional, karena caravan adalah kendaraan bermotor dan tidak tunduk
pada peraturan perundangan tentang perumahan (Senn, 1980).
Prosedur penilaian dan persetujuan pembangunan perumahan dan lingkungan pemukiman
harus memastikan tentang ketersediaan jaringan suplai air bersih, saluran pembuangan air
limbah, pengumpulan dan pembuangan sampah, saluran pematusan, jalan aspal ataupun paving,
penerangan jalan, lapangan parkir, tempat terbuka, serta fasilitas lain yang diperlukan.

Perumahan Sehat
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat
meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,
kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan, dan pemeliharaan rumah serta lingkungan di
sekitarnya, yang juga mencakup unsure apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum
dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan
kotoran manusia maupun limbah lainnya (Komisi WHO mengenai Kesehatan dan Lingkungan,
2001).
Committee on the Hygiene of Housing yang ditunjuk oleh APHA pada tahun 1938
(Ehlers and Steel, 1965), telah membuat prinsip-prinsip dasar perumahan sehat yang
menyediakan pedoman berkaitan dengan kebutuhan fundamental perumahan yang dibutuhkan
penghuninya. Kebutuhan fundamental tersebut meliputi :
1) kebutuhan fisiologis
Perumahan yang sehat harus menyediakan kebutuhan fisiologis dasar penghuninya sebagai
berikut :
a. Perlindungan terhadap elemen rumah
b. Perlindungan terhadap lingkungan panas agar terhindar dari gangguan kesehatan karena
lingkungan panas
c. Perlindungan terhadap lingkungan dingin yang menyebabkan hilangnya panas dari tubuh
d. Kondisi atmosfer dengan kualitas kimia yang cukup baik
e. Penerangan yang adekuat dan mencegah kesilauan pada siang hari
f. Mendapatkan sinar matahari yang dapat langsung masuk ke dalam rumah
g. Tersedia penerangan buatan dan mencegah terjadinya kesilauan
h. Perlindungan terhadap kebisingan yang berlebihan
i. Tersedia tempat yang cukup luas untuk bermain anak-anak
Ketiga butir pertama kebutuhan fisiologis dasar (butir a,b,c) merefleksikan kebutuhan untuk
proteksi yang adekuat dari elemen rumah. Sistem pemanasan atau pendingin ruangan di dalam
rumah memberikan kontribusi penyakit saluran pernafasan atau bahkan menyebabkan kematian
karena temperatur yang ekstrim. Diperkirakan 96 orang meninggal di Amerika Serikat karena
temperature yang ekstrim pada tahun 1996, dimana 62 orang diantaranya meninggal karena
hipothermia atau temperatur yang sangat dingin. Sebaliknya hiperthermia atau temperatur yang
sangat panas dapat menyebabkan dua penyakit yang paling sering yaitu heat exhaustion dan heat
stroke (HUD, 2006). Diantara kedua penyakit ini yang paling berbahaya adalah heat stroke yang
segera membutukan pertolongan medis. Pada tahun 2000 diperkirakan 50 % rumah di Amerika
Serikat memakai gas dan 25 % rumah memakai tenaga listrik untuk pemanasan ruangan. Pada
saat ini tidak lagi dipakai batu bara dan kayu untuk keperluan pemanasan ruangan.
Kebutuhan penerangan yang cukup (butir e,f,g) baik alamiah maupun buatan sangat
dibutuhkan oleh kesehatan mata dan kulit kita. Salah satu respon fisiologis dari kulit terhadap
sinar matahari pagi adalah produksi vitamin D dari provitamin D yang ada di bawah jaringan
kulit. Cahaya matahari juga mempengaruhi irama tubuh dan kesehatan mental. Semua orang
terpengaruh setiap harinya oleh tingkat penerangan baik alamiah maupun buatan di dalam rumah
mereka masing-masing. Penerangan yang cukup penting bagi penghuninya, untuk melihat
kondisi yang tidak saniter dan pencegahan kecelakaan, sehinga penerangan berkontribusi
terhadap lingkungan yang lebih sehat dan aman.
Pada tahun 1974, the US Environmental Protection Agency (EPA) membuat satu
dokumen yang berjudul “Informasi Tingkat Kebisingan Lingkungan yang Diperkenankan untuk
Melindungi Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat dengan Batas Keselamatan yang Adekuat”
dengan mengidentifikasi kebisingan maksimum pada tingkat 55 dBA untuk di luar rumah dan 45
dBA untuk di dalam ruangan, dan 70 dBA untuk keseluruhan area pemukiman. Kebisingan
memberikan dampak fisiologis karena potensial menurunkan kemampuan pendengaran,
menaikkan tekanan darah, efek kardiovaskuler yang negatif, meningkatkan irama pernafasan,
pencernakan, gastritis dan tukak lambung, efek negative terhadap perkembangan janin dalam
kandungan, sulit tidur setelah kebisingan berhenti, disamping meningkatkan efek dari narkotik,
alkohol, penuaan dan karbon monoksida (HUD, 2006). Dapat ditambahkan bahwa kebisingan
dapat menurunkan perhatian terhadap pekerjaan dan mengganggu komunikasi oral. Akhirnya
kebisingan dapat menurunkan kinerja harian, meningkatkan kelelahan, dan menyebabkan
perasaan mudah marah. Pengendalian kebisingan dalam rumah dapat dilakukan dengan membuat
dinding dan lantai kedap suara, disamping melakukan isolasi terhadap mesin atau alat yang
menimbulkan kebisingan.
Kebutuhan fisiologis untuk ruangan yang adekuat bermain dan beraktivitas fisik semakin
lama semakin sulit dipenuhi karena harga lahan yang semakin mahal dan lahan yang tersedia
semakin sempit saja.
2) kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikologis dasar untuk perumahan sehat meliputi tujuh hal sebagai berikut :
a. Kerahasiaan pribadi (privacy) untuk masing-masing penghuni
b. Kesempatan untuk kehidupan normal berkeluarga
c. Kesempatan untuk kehidupan normal bertetangga dan bermasyarakat
d. Fasilitas yang memungkinkan kinerja tugas rumah tangga tanpa kelelahan fisik dan mental
e. Fasilitas untuk perawatan kebersihan perumahan dan perorangan
f. Kemungkinan mendapatkan kepuasan estetik didalam rumah dan lingkungan sekitarnya
g. Sesuai dengan standard sosial masyarakat di sekitarnya.
Kerahasiaan pribadi (privacy) dibutuhkan oleh kebanyakan orang pada tingkat dan waktu
tertentu. Semakin besar rumah dan semakin sedikit jumlah anggota keluarga akan meningkatkan
kerahasiaan pribadi (privacy). Idealnya setiap orang memiliki kamar sendiri-sendiri, atau kalau
tidak mungkin setiap kamar dihuni oleh dua orang dengan jenis kelamin yang sama, kecuali
suami istri dengan anak dibawah umur 2 tahun. Dianjurkan anak berumur diatas 2 tahun tidur di
kamar yang terpisah dari orang tuanya. Sebagai tambahan, kamar tidur dan kamar mandi harus
dapat diakses dengan mudah dari ruang keluarga. Penelitian telah menunjukkan bahwa
kekurangan ruangan atau terlalu padatnya hunian akan berdampak terhadap kinerja anak sekolah
(HUD, 2006).
3) kebutuhan perlindungan terhadap bahaya penularan penyakit
penyakit Terdapat delapan cara untuk pencegahan penularan penyakit seperti
berikut :
a. Tersedia air bersih yang aman dan saniter
b. Perlindungan sistem penyediaan air bersih dari pencemaran
c. Tersedia fasilitas toilet yang meminimalkan bahaya penularan penyakit
d. Melindungi terhadap kontaminasi saluran pembuangan air limbah dari permukaan bagian
dalam perumahan
e. Mencegah kondisi yang tidak saniter dekat perumahan
f. Menghilangkan serangga dari perumahan yang mungkin memainkan peranan dalam
penularan penyakit infeksi
g. Tersedia fasilitas melindungi makanan dan susu segar
h. Memungkinkan lahan yang cukup luas pada kamar tidur untuk meminimalkan bahaya
infeksi kontak
Penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, dan fasilitas sambungan perpipaan air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah pusat dari pencegahan, pengurangan atau
menghilangkan kemungkinan terjadinya penyakit ditularkan melalui air.
Penyakit yang berhubungan dengan air dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu :
penyakit yang ditularkan melalui air, penyakit yang berbasis pada atau kontak terhadap air,
penyakit yang ditularkan oleh vektor yang hidup dalam air, dan penyakit lainnya yang
disebabkan karena air yang terkontaminasi.
Berbagai penelitian menghubungkan perbaikan sanitasi dan penyediaan air minum
dengan penurunan dalam angka kesakitan dan kematian penyakit yang berhubungan dengan air.
Fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan telah dibuktikan menurunkan angka kematian bayi
dan anak sebesar 50% di negara yang sedang berkembang. Penyakit yang ditularkan melalui air
sering dirujuk sebagai penyakit karena air kotor yang disebabkan karena terjadinya kontaminasi
oleh bahan kimia, kotoran manusia atau hewan. Penyakit spesifik dari kelompok ini meliputi
kolera, tifoid, shigella, polio, meningitis, hepatitis A dan E.
Penyakit yang berbasis pada atau kontak terhadap air adalah penyakit yang disebabkan
oleh organisme yang hidup di dalam air, yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya dalam air
dan sebagian lagi sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Termasuk penyakit golongan ini adalah
dracunculiasis, paragonimiasis, clonorchiasis, dan schiztosomiasis. Pemberantasan penyakit ini
di banyak negara tidak hanya menurunkan angka kejadian penyakit, tetapi juga meningkatkan
produktivitas kerja melalui penurunan angka tidak masuk kerja.
Vektor penyakit yang berbiak dalam air terutama adalah nyamuk yang menghisap darah
dan menginfeksikan manusia dengan bibit penyakit malaria, demam kuning, demam berdarah,
dan filariasis. Terakhir, adalah penyakit yang berhubungan dengan air yang terkontaminasi
termasuk penyakit ini adalah difteria, kusta, batuk rejan, tetanus, tuberkulosis, dan trachoma.
Penyakit ini sering ditularkan pada saat kurangnya persediaan air untuk membersihkan tangan
dan keperluan higiene dasar perseorangan lainnya.
Binatang kecil seperti tikus telah lama dihubungkan dengan kerusakan properti,
menghabiskan panenan padi dan gandum, serta menularkan berbagai macam penyakit.
Pemberantasan pes terintegrasi bersama dengan konstruksi rumah yang sempurna telah
memainkan peran yang signifikan dalam menurunkan populasi tikus di sekitar rumah moderen.
Penyimpanan makanan yang sempurna, konstruksi yang mencegah masuknya tikus, disertai
dengan sanitasi lingkungan yang sempurna di luar rumah terbukti telah mengurangi masalah
tikus pada perumahan di abad 21 ini.
4) perlindungan terhadap kecelakaan
Menurut US Home Safety Council (2002) penyebab utama kematian karena kecelakaan di dalam
rumah pada tahun 1998 adalah terjatuh (kebanyakan pada usia lanjut, lebih dari 64 tahun, dan
jatuh dari tangga atau yang berhubungan dengan hal itu sekitar 17% dari total kematian karena
jatuh) dan penyebab kedua adalah karena keracunan. Secara keseluruhan, kecelakaan terjatuh di
dalam rumah merupakan merupakan penyebab utama luka yang tidak fatal dan tidak parah, yang
jumlahnya diperkirakan sebanyak 5,6 juta kecelakaan. Survei nasional yang dilakukan oleh
lembaga ini menunjukan sepertiga rumah tangga yang memiliki tangga menuju lantai diatasnya
tidak dilengkapi dengan pengaman injakan kaki (banisters) atau pegangan tangan (handrails).
Survei ini juga menunjukkan bahwa 48% rumah tangga mempunyai jendela di lantai dua atau
lantai diatasnya, tetapi hanya 25% yang mempunyai kunci atau pengaman yang mencegah anak-
anak jatuh keluar jendela. Bathtub mats atau nonskid strips untuk mengurangi kecelakaan karena
jatuh terpeleset di kamar mandi dipergunakan oleh 63% rumah tangga di Amerika. Walaupun
demikian, pada penghuni rumah yang sudah tua berumur 70 tahun atau lebih, sekitar 79% telah
menggunakan bathtub mats atau nonskid strips. Sebanyak 19% dari total rumah yang disurvei
mempunyai grab bars untuk melengkapi bathtub mats atau nonskid strips. Secara signifikan,
hanya 39% dari kelompok yang sangat rentan untuk terjatuh telah memakai nonskid surfaces dan
grab bars.
5) perlindungan terhadap bahaya kebakaran dan arus pendek listrik
Komponen penting keselamatan rumah adalah mengendalikan keadaan yang dapat menyebabkan
terjadinya dan penyebaran kebakaran. Antara tahun 1992 sampai 2001, rata-rata 4.266 orang
Amerika meninggal setiap tahunnya dalam kecelakaan kebakaran dan hampir 25.000 orang
mengalami luka-luka (USFA, 2003). Fakta ini mengindikasikan bahwa kurang diindahkannya
faktor keselamatan terhadap bahaya kebakaran di Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan
salah satu negara maju di dunia yang mempunyai angka kematian karena kebakaran yang
tertinggi yaitu 13,4 kematian per juta penduduk. Paling tidak 80% kematian terjadi karena
kebakaran perumahan, yang kalau diperhitungkan mencapai 23% dari semua jenis kebakaran.
Kebakaran rumah yang ditinggali 1 atau 2 keluarga, kebakaran dimulai dari dapur 25,5%, dan
dimulai dari kamar tidur 13,7%. Kebakaran apartemen paling sering dimulai dari keba-karan
dapur karena menyalakan kompor untuk memasak tanpa ditunggui dan terjadi kesalahan karena
faktor manusia dan yang kedua terbanyak dimulai dari kamar tidur karena kelalaian meletakkan
puntung rokok (USFA, 2003). Penyebab kematian karena kebakaran ini terutama karena asap
kebakaran yang sebenarnya dapat dideteksi dengan alat alarm asap yang dipasang di masing-
masing rumah.
US Fire Administration (USFA) juga mencatat bahwa rumah yang dibuat di pabrik lebih peka
terhadap kebakaran. Lebih dari seperlima kebakaran perumahan semacam ini berhubungan
dengan penggunaan suplemen pemanas ruangan seperti pembakaran kayu dan batu bara,
pemanas memakai bahan bakar minyak, gas dan elektrik. Kebanyakan kebakaran karena
suplemen pemanas ruangan disebabkan oleh instalasi yang tidak sempurna, kurang baiknya
perawatan, atau penggunaan yang salah, seperti pembakaran kayu di atas permukaan yang
mudah terbakar, meletakkan bahan yang mudah terbakar di dekat api, dan lain sebagainya.
Kemampuan melarikan diri dari bahaya kebakaran merupakan hal yang terpenting. Di dalam
rumah moderen, tiga elemen kunci dapat berkontribusi untuk keluar secara aman dari rumah
yang terancam untuk terbakar adalah pertama adanya peralatan alarm yang bekerja dengan baik;
kedua adalah instalasi sempurna sistem
supresi kebakaran, dimana system sprinkle sudah mulai digunakan sejak lebih dari 100 tahun lalu
di pabrik tekstil di New England; dan ketiga adalah diketahuinya rute evakuasi (lazimnya
ditempel di tembok) untuk keluar dari gedung yang terbakar.
Perlindungan dari bahaya arus pendek listrik dan kebakaran merupakan elemen penting dari
keseluruhan keselamatan rumah. Menurut US National Fire Protection Agency (NFPA) peralatan
distribusi aliran listrik adalah penyebab ketiga kebakaran rumah, dan merupakan penyebab kedua
kematian karena kebakaran di Amerika Serikat antara tahun 1994 dan 1998. Laporan yang sama
juga mengindikasikan bahwa penyebab utama kabakaran karena kabel distribusi listrik karena
kesalahan pemasangan ground fault circuit interrupters dan terjadi arus pendek.
Alat pemadam kebakaran yang tersedia haruslah terdaftar dan ada label pengujian oleh
laboratorium independen menurut tipe dari kebakaran dan bilamana diperlukan dapat dipakai.
Kebakaran dapat melibatkan kayu atau baju, cairan mudah terbakar, arus pendek listrik, atau
kebakaran yang bersumber dari logam akan menimbulkan reaksi yang berbeda-beda terhadap
alat pemadam kebakaran. Penggunaan tipe pemadam kebakaran yang salah akan lebih berbahaya
dan memperburuk keadaan. Secara tradisional, label A, B, C, dan D telah dipakai untuk
membedakan kebakaran dimana suatu alat pemadam kebakaran akan dipergunakan.
Tipe A dipakai untuk kebakaran kain, kayu, karet, dan berbagai plastik, dimana setelah terbakar
menyisakan abu. Label tipe A ada dalam segitiga di bagian atas alat pemadam api ringan
(APAR) dan dipakai untuk abu. Tipe B dipakai untuk kebakaran karena cairan yang mudah
terbakar, seperti minyak, oli, cat, dan bahan pelarut. Tipe B ini dalam bentuk segi empat
diperuntukkan untuk barrels. Tipe C untuk kebakaran karena arus pendek listrik. Tipe C dalam
bentuk bulatan dan dipakai untuk kebakaran kabel aliran listrik. Tipe D untuk kebakaran logam
seperti magnesium, titanium, dan natrium. Tipe kebakarannya sangat berbahaya dan terlebih jika
ditangani sendiri oleh masyarakat. Tipe D berarti jangan ikut campur. Label dalam bentukan
bintang di bagian atas alat pemadam kebakaran.
6) perlindungan terhadap gas beracun dan eksplosif
Proteksi terhadap bahaya gas beracun telah menjadi problem semenjak penggunaan bahan bakar
fosil dikombinasikan dengan konstruksi ruangan yang relatif ketat. NFPA mencatat bahwa
keracunan ringan gas CO terjadi sebanyak 600 kasus pada tahun 1998. Seperempat kasus karena
alat pemanas atau alat masak dalam
rumah. The US Consumer Product Safety Commission menyatakan bahwa pada tahun 2001
diperkirakan terjadi 130 terjadi kematian sebagai akibat keracunan gas CO yang berasal dari
perumahan. Penurunan kasus terjadi karena peningkatan penggunaan detector gas CO.
Selanjutnya diperkirakan sekitar 10.000 kasus kecelakaan terjadi setiap tahun karena
berhubungan dengan gas CO ini, dan terbanyak terjadi pada anak umur dibawah 4 tahun dan
orang tua diatas umur 75 tahun.
Dengan demikian, perumahan yang benar-benar sehat (healthful housing) haruslah
memenuhi keenam persyaratan tersebut, yaitu memenuhi (1)kebutuhan fisiologis dasar;
(2)kebutuhan psikologis dasar; (3)perlindungan terhadap penularan penyakit; (4)perlindungan
terhadap terjadinya kecelakaan; (5)perlindungan terhadap bahaya kebakaran; (6)perlindungan
terhadap bahaya gas beracun bagi penghuninya.
Adapun persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman di Indonesia telah
diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 yang
secara eksplisit telah mencakup keenam kebutuhan fundamental perumahan sehat. Persyaratan
tersebut di atas berlaku terhadap rumah,
kondominium, rumah susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona
pemukiman. Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan
pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara pembangunan perumahan,
dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah. Penyelenggara pembangunan perumahan
(pengembang) yang tidak memenuhi ketentuan tentang persyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman dapat dikenai sanksi pidana dan/atau sanksi administrasi sesuai dengan
Undang-Undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dan Undang-Undang
No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, serta peraturan pelaksanaannya. Bagi pemilik rumah yang
belum memenuhi ketentuan tersebut di atas tidak dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera
dapat memenuhi persyaratan kesehatan rumah.

C. Penyediaan Air Bersih


Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal
karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sebagian besar
terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk mandi, minum, masak,
mencuci, dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di Negara-negara maju setiap orang
memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan dinegara-negara berkembang, termasuk
Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari.

Diantara kegunaan kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk memasak) air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.

Persyaratan Air Bersih

Persyaratan air bersih dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :

1. Syarat Kuantitas
Adalah jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita. Pada umumnya di
negara maju lebih banyak daripada negara berkembang.
2. Syarat Kualitas
Syarat kualitas air harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tanggal 3 September 1990 beserta lampirannya, meliputi syarat
fisik, kimiawi, mikrobiologis dan radioaktif adalah sebagai berikut :
 Syarat Fisik
 Jernih
 Tidak berbau
 Tidak berasa
 Tidak berwarna, kadar maksimal 15 skala TCU (True Color Units)
 Jernih, kadar maksimal kekeruhan 5 skala NTU (Nephelometric Turbidity Units)
 Suhu sama dengan suhu udara, dengan maksimal 3° C, diatas atau dibawahnya
 Jumlah zat terlarut maksimal 1000 mg/L
 Syarat Kimiawi
 Tidak mengandung bahan-bahan berbahaya beracun
 Tidak boleh mengandung zat - zat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
 Tidak boleh mengandung zat dengan kadar yang melebihi batas tertentu, sehingga
menimbulkan gangguan fisiologis, tehknis dan ekonomis
 NAB (Nilai Ambang Batas) untuk bahan – bahan kimia anorganik adalah:
- Air raksa tidak boleh lebih dari 0,001 mg/L
- Besi tidak boleh lebih dari 0,3 mg/L
- Tembaga tidak boleh lebih dari 1,0 mg/L
 NAB untuk bahan – bahan kimia organic
- Dieldrin tidak boleh lebih dari 0,0007 mg/L
- Chlorodane tidak boleh lebih dari 0,0003 mg/L
- Detergen tidak boleh lebih dari 0,05 mg/L
 Syarat Mikrobiologis
Air memenuhi syarat mikrobiologis bila bebas dari segala bakteri pathogen. Jika hasil
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 Bakteri Coli maka air tersebut memenuhi
syarat kesehatan
 Syarat Radioaktif
Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk aktivitas sinar Alpha = 0,1 Bq/L, dan
aktivitas sinar Beta = 1,0 Bq/L
Sumber Air Bersih
Sumber air bersih / air minum dapat di peroleh dari air tanah, air permukaan dan air
hujan.
1. Air Tanah
Air tanah dangkal (sumur gali, sumur pompa dangkal) :
Umumnya belum merupakan air bersih, sehingga harus terlebih dahulu diproses sebelum
dikonsumsi, lebih – lebih apabila pengambilannya dilaksanakan melalui sumur gali ataupun
pompa tangan yang terbuka.
Air tanah dalam :
Umumnya sudah cukup bersih asalkan pengambilannya dilaksanakan dengan benar (tidak
menyebabkan terjadinya kontaminasi).
2. Air permukan
Air yang terdapat pada permukaan tanah misalnya, air sungai, air danau, air rawa, air laut, yang
harus diolah terlebih dahulu sebelum digunakan karena umumnya telah mengalami pencemaran
baik fisik, kimiawi maupun mikrobiologis.
3. Air hujan
Air hujan sudah merupakan air bersih asalkan penampungannya dilaksanakan cara yang dengan
benar. Akan tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan
air minum yg sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya.
4. Mata air
Air yang keluar dari mata air biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh
karena itu, air dan mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat diminum langsung.
Akan tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar maka alangkah baiknya air
tersebut direbus dahulu sebelum diminum.

Desinfeksi
Desinfeksi adalah tindakan untuk membunuh bibit penyakit yang ada diluar tubuh
manusia. Walaupun air sumur sudah dibuat menurut atauran kesehatan tapi kemungkinan
pencemaran pada saat pembuatan dan pemakainnya tetap ada. Untuk itu sumur perlu
didesinfeksi. Sebagai desinfektan yang sering digunakan adalah kaporit dengan dosis 1 gram /
100 liter.
Pengolahan Air
Sumber sumber air minum pada umumnya dan didaerah pedesaan pada khususnya tidak
terlindung (protected). Sehingga air tersebut tidak higiennis atau tidak memenuhi persyaratan
kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebuh dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air
minum antara lain sebagai berikut :
1. Pengolahan Air Secara Alami
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari
berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumber (mata air) dan sebagainya. Dalam
penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam ditempatnya. Kemudian akan terjadi
koagulasi dari zat-zat yang terdapat dalam air, akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi
jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.
2. Pengolahan Air Secara Buatan (Purifikasi)
a. Proses pengolahan air dengan mengalirkan udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan
gas-gas yang tidak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
b. Proses Filtrasi (Penyaringan)
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk, dan pasir. Penyaringan
pasir denagn teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahan Air Minum) yang hasilnya dapat
dikonsumsi umum.
c. Proses pengolahan air dengan menambahkan zat kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa dua macam, yakni zat kimia yang berfungsi untuk
koagulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua
adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada dalam air
misalnya chlor).
d. Proses pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini
lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga.

Dilihat dari segi konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan
menjadi dua, yakni :
1. Pengolahan air minum untuk umum
a. Penampungan air hujan
Air hujan dapat ditampung dalam suatu dam (danau buatan) yang dibangun berdasarkan
partisipasi masyarakat setempat.Semua air hujan dialirkan kedanau tersebut melalui alur
alur air. Kemudian disekitar danau tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk
umum.
Air hujan yang baik berasal dari sumur(danau) dari bak penampungan tersebut secara
bakteriologik belum terjamin, untuk itu maka kewajiban keluarga untuk memasaknya,
misalnya dengan merebus air tersebut.
b. Pengolahan air sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung, melalui saringan kasar yang dapat
memisahkan benda padat dalam partikel besar. Bak penampung tadi diberi saringan yang
terdiri dari ijuk, pasir kerikil, dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke bak penampung
yang lain, disini dibutuhkan tawas dan chlor. Disini baru dialirkan ke penduduk atau
diambil penduduk sendiri langsung ke tempat tersebut. Agar bebas bakteri, bila air akan
diminum harus direbus terlebih dahulu.
c. Pengolahan mata air
Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi
sumber-sumber mata air tersebut,agar tidak tercemar kotoran.Dari sini air tersebut
dialirkan kerumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bamboo,atau dapat mengambilnya
langsung ke sumber yang sudah terlindung tersebut.
2. Pengolahan air untuk rumah tangga
a. Air Sumur
Air sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam sudah cukup akan memenuhi
persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah pedesaan masih mahal
disamping itu teknologi masih dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih
umum di daerah pedesaan adalah sumur gali. Agar air sumur pompa gali ini tidak
tercemar oleh kotoran di sekitarnya perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut:
 Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan air tanah tidak akan masuk
kedalamnya
 Pada bagian atas kurang lebih 3m dari permukaan tanah harus ditembok, agar air
dari atas tidak dapat mengotori sumur
 Perlu diberi lapisan kerikil dibagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi
kekeruhan
b. Air Hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan.
Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-masing
melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak jadi masalah, tetapi pada musim
kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasinya maka keluarga memerlukan
tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tendon (storage) untuk
musim kemarau.

D. Pembuangan Kotoran Manusia

Pembuangan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Dalam ilmu kesehatan lingkungan yang
termasuk kotoran manusia adalah tinja dan air seni yang memiliki karakteristik tersendiri,
yang dapat menjadi sumber timbulnya penyakit. Seseorang yang normal diperkirakan
menghasilkan tinja sehari-hari sekitar 330 gr dan menghasilkan air seni 970 gr.

Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat
besar. Disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan
sebagainya, juga air, tanah, serangga (lalat, kecoa dan sebagainya) dan bagian-bagian tubuh kita
dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai
dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat pertumbuhan penyakit.
Penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia diantara adalah tifus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita) dll.
Untuk mengurangi sumber penyakit akibat pembuangan kotoran manusia, maka setiap
perumahan harus memiliki jamban sendiri yang sehat selalu bersih dan tidak berbau
(konstruksi leher angsa). Jarak dari sumber air minum mencapai 15m dan terletak di bagian
hilir tanah maka apabila ada penderita penyakit muntaber sasarannya harus diawasi karena
dapat menular pada orang lain. Jamban harus mudah dijangkau dan mudah dibersihkan yang
tidak dapat dijangkau oleh serangga dan vektor lain, cukup cahaya, ventilasi dindingnya
harus rapat, sehingga terjamin rasa aman bagi sipemakai serta dilengkapi dengan tanda-tanda
sanitasi yang berisi pesan mengenai kebersihan dan kesehatan.

Mikroorganisme

Mikroorganisme yang terdapat dalam tinja akan dapat menyebar (Depkes.RI, 1996)
melalui :

a. Melalui kontak langsung


Apabila seseorang mencuci kotoran dengan tangan bila tidak dicuci dengan air bersih dapat
pindah ke makanan dan minuman yang dipegangnya. Demikian juga cara langsung cacing
tambang dapat memasuki tubuh manusia apa bila terinjak kotoran atau tinja manusia yang
mengandung telur cacing tambang.

b. Melalui sarana lain


1. Melalui air (Water Borne Deseases) air permukaan tanah dapat mengalir membawa
kotoran yang dilalui menuju sumber air
2. Melalui serangga dan tikus
3. Melalui lingkungan lain seperti tumbuh-tumbuhan yang kontak langsung dengan tinja
manusia misalnya sayuran yang dipupuk

Sarana Pembuangan Kotoran


Adapun sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan (Notoatmojo,
1996) adalah sebagai berikut :
1) Tipe leher angsa (Waler seal latrine) status ini di tempat jongkoknya dipasang bowl,
ini untuk mencegah timbulnya bau (berbentuk leher angsa). Kotoran yang ada di
tempat penampungan tidak tercium baunya dan pada kakus ini juga dibuat bak
penampung air ( Septic tank ) yang dalamnya sekitar 3m dengan memasang cincin
sumur.
2) Harus ditutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari panas dan hujan serta
terjamin konstruksinya.
a) Bangunan kakus
Ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai mengganggu pandangan, tidak
menimbulkan bau serta tidak menjadi tempat bersarangnya berbagai macam jenis
binatang. Mempunyai lantai yang kuat, tempat pijak yang kuat. Mempunyai lobang
kloset yang memiliki saluran tertentu dialirkan pada sumur penampung atau sumur
rembesan terutama disyaratkan jika mendirikan kakus atau sumur rembesan.

Teknologi Pembuangan Kotororan Manusia Secara Sederhana

Berikut adalah teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana, yaitu :

1. Jamban cemplung, kakus (pit latrine)

Banyak di jumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah
jamban dan tanpa tutup. Sehingga serangga mudah masuk dan bau tidak bisa dihindari.
Disamping itu karena tidak ada rumah jamban, bila musim hujan tiba maka jamban itu akan
penuh oleh air. Hal lain yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa kakus cemplung tidak
boleh terlalu dalam. Sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya.
Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3 meter. Jarak dari sumber air minum sekurang-
kurangnya 15 meter.

2. Jamban cemplung berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP Latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni
menggunakan ventilasi pipa.
3. Jamban empang (Fishpond Latrine)

Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Didalam sistem jamban empang ini terjadi
daur ulang (recycling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan
selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian selanjutnya.

4. Jamban pupuk (the Compost Privy)

Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya.
Disamping untuk membuang kotoran binatang dan sampah daun-daunan. Prosedurnya adalah
sebagai berikut :

- Mula-mula membuat jamban cemplung biasa


- Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan
- Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalu ada) tiap-tiap harinya
- Setelah kira-kira 20inchi, ditutupi lagi dengan daun-daun sampah, selanjutnya
ditaruh kotoran lagi
- Demikian seterusnya sampai penuh
- Setelah penuh ditimbun tanah dan membuat jamban baru
- Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan pupuk tanaman

5. Septic tank

Latrine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh
sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan. Septic tank terdiri dari sedimentasi
yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tangki
ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2
proses, yakni :

a. Proses kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat
padat akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur
bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang
meutupi permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi
mempertahankan suasana anaerob dari cahaya dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-
bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan befungsi pada
proses berikutnya.
b. Proses biologis

Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan
fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain
terbentuk gas dan zat cair lainnya adalah juga mengurangi volume sludge sehingga
memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak
mengandung bagian-nagian tinja dan mempunyai BOD yang reltif rendah. Cairan
enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat
perembesan.

6. Jamban leher angsa (Waler seal latrine)


Jamban jenis ini dibuat terdiri dari :
• Lubang jamban, bangunan dinding, atap dan bak penampungan air
• Air yang tertinggal di leher angsa gunanya untuk menahan bau kotoran agar tidak keluar
• Penyalur kotoran, pipa udara yang membuang kotoran

E. Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda yang sudah tidak dapat dipakai lagi oleh
manusia , atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan
dibuang.

Prinsip – prinsip sampah :

a. Adanya sesuatu benda atau benda padat


b. Adanya hubungan langsung / tidak langsung dengan kegiatan manusia
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi
Sumber – sumber Sampah
a. Sampah yang berasal dari pemukiman ( Domestic wastes )

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang
sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang
belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian
bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daun dari kebun atau taman

b. Sampah yang berasal dari tempat – tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan,
terminal bus, stasiun kereta api dan sebagainya. Sampah ini berupa : kertas, plasik, botol,
daun dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen,


perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas – kertas, plastic, klip dan sebagainya.
Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar.

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas – kertas,
kardus, debu, batu – batuan, pasir, sobekan ban, onderdil kendaraan yang jatuh, daun –
daunan, plastik dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industry ( industrial wastes )

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari
pembangunan industri dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya :
sampah – sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan
sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan


Sampah ini sebagai hasil perkebunan atau pertanian, misalnya : jerami, sisa sayur –
mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung jenis usaha
pertambangan misalnya : batu – batuan, tanah / cadas, pasir, sisa pembakaran (arang) dan
sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa : kotoran – kotoran ternak,
sisa – sisa makanan, bangkai binatang dan sebagainya.

Jenis – jenis sampah

Pada umumnya jenis – jenis sampah itu terbagi menjadi tiga macam jenis yaitu :

1) Sampah padat
2) Sampah cair
3) Sampah dalam bentuk gas ( fume , smoke )

Sampah padat disebut hanya sampah saja, sampah cair itu berupa air limbah dan sedangkan
sampah dalam bentuk gas dapat menimbulkan polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik,
dan sebagainya.

Sampah padat ( selanjutnya akan disebut sampah saja ), dapat dibagi menjadi berbagai jenis
yakni :

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya , sampah dibagi menjadi :


a. Sampah an–organic adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya :
logam / besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
b. Sampah organic adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa –
sisa makanan, daun–daunan, buah–buahan dan sebagainya

2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar


a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan
sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng – kaleng bekas, besi / logam bekas,
pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah


a. Garbage, yatu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan yang umumnya
mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.
b. Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah
terbakar, seperti : kertas, karton, plastic dan sebagainya. Maupun yang tidak mudah
terbakar seperti : kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan sebagainya.
c. Ashes ( abu ) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk
abu rokok. Sampah jalanan ( street sweeping ) yaitu sampah yang berasal dari
pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan,
kertas, plastic, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.
d. Sampah industry yaitu sampah yang berasal dari industry atau pabrik – pabrik.
e. Bangkai binatang ( dead animal ) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak
kendaraan atan dibuang oleh orang.
f. Bangkai kendaraan ( Abandoned vehicle ) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor,
dan sebagainya.
g. Sampah pembangunan ( construction wastes ) yaitu sampah dari proses pembangunan
gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing–puing, potongan kayu, besi beton,
bambu dan sebagainya.

Pengelolaan Sampah

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan
hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit ( bacteri pathogen ), dan juga binatang
serangga sebagai pemindah / penyebar penyakit ( vector ). Oleh sebab itu, sampah harus dikelola
dengan baik sampai sekecil mungkin agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan
masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga
untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi
: pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengelolaan sampah sedemikian
rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

Cara – cara pengelolaan sampah antara lain :

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga
atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu mereka ini harus membangun atau
mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing
tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ketempat penampungan sementara ( TPS )
sampah, dan selanjutnya ketempat penampungan akhir ( TPA ).

Mekanisme, system, atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung
jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah,
khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah
dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS. Sampah rumah tangga
daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk.

b. Pemusnahan dan pengolahan sampah

Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain :

Ditanam ( landfill ) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian
sampah dimasukan dan ditimbun dengan tanah

Dibakar ( Inceneration ) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku
pembakaran ( incinerator )

Dijadikan pupuk ( Composting ) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk ( kompos ), khususnya
untuk sampah organic daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Di
daerah pedesaan hal ini perlu dibudidayakan. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk
memisahkan sampah organic dengan sampah an-organic, kemudian sampah organic diolah
menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah an-organic di
buang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah akan
berkurang.

F. Pengelolaan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industry maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan
hidup. Batas lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama
dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Hartoyo Kusnoputranto,1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan yang tersisa dari kegiatan
manusia, baik kegiatan rumah tangga mauoun kegiatan lain seperti industry, perhotelan dan
sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80%
dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam
bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai
dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan atau
ddiolah secara baik.

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :

1) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga ( domestic wastes water)
Yaitu air limbah yang berasal dari pemikiman penduduk. Pada umumnya terdiri dari
bahan-bahan organik.
2) Air buangan industry ( industrial wastes water)
Yaitu yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh
masing-masing industry, antara lain : nitrogen, sulfide, amoniak, lemak, garam-garam,
zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu,
pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
3) Air buangan kotapraja ( municipal wastes water)
Yaitu air buangan yang berasal dari daerah seperti : perkantoran, perdagangan, hotel,
restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya
zat-zat yang terkandung dalam jenis limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan
yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air
limdah ini digolongan menjadi :

a) Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan
suspense. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan
sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas
cucian beras dan sayur, bagian-baggian tinja, dan sebagainya.

b) Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang berasal
dari air bersih serta bermacam-macam zat organic berasal dari penguraian tinja, urin, dan
sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basah pada waktu masih
baru, dan cenderung berbau asam pada saat membusuk. Substansi organic dalam air
buangan terdiri dari dua gabungan, yakni :
 Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya : urea, protein, amina, dan asam
amino.
 Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, antara lain : lemak, sabun, dan
karbohidrat, termasuk selulosa.
c) Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri pathogen serta organism golongan coli terdapat juga dalam air limbah
tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses
pengolahan air buangan.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini maka air limbah yang tidak
diolah terlebih dahulu akan meyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup antara lain :
a) Menjadi transmisi atau media penyebaran penyakit, terutama : kolera, tifus
abdominalis, desentri baciler
b) Menjadi media berkembangbiaknya mikro-organisme pathogen
c) Menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk
d) Menimbulkan bau yang tidak sedap serta pandangan yang tidak enak
e) Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup
lainnya
f) Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman,
dan sebagainya
Untuk mencegah atau megurangi akibat-akibat buruk tersebut diperlukan kondisi,
persyaratan dari upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut :
a) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum
b) Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah
c) Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau
tempat-tempat rekreasi
d) Tidak dapat dihinggapi serangga, tikus dan tidak menjadi tempat berkembang
biaknya berbagai bibit penyakit dan vector
e) Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat dicapai oleh
anak-anak
f) Baunya tidak mengganggu

Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana

Pengolahan limbah, atau pengolahan air limbah domestik, adalah proses penghilangan
kontaminan dari air limbah dan linbah rumah tangga, baik limpasan (efluen) maupun domestic.
Hal ini meliputi proses fisika, kimia, dan biologi untuk menghilangkan kontaminan fisik, kimia
dan biologis. Tujuannya adalah untuk menghasilkan aliran limbah (atau efluen yang telah diolah)
dan limbah padat atau lumpur yang cocok untuk pembuangan atau penggunaan kembali terhadap
lingkungan. Bahan ini sering secara tidak sengaja terkontaminasi dengan banyak racun senyawa
organic dan anorganik.

Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap


pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung
yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut.
Namun demikian, alam mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga
air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan
anatara lain :

1. Pengenceran ( dilution )

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru
dibuang ke badan-badan air. Akan tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk yang berarti
makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang dibuang terlalu banyak,
dan diperlukan air pengenceran yang terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : banyak
kontaminasi terhadap aliran-aliran air yang masih ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.

2. Kolam Oksidasi

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang
(algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam
kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1 – 2 meter. Dinding dan dasar
kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan
didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.

Cara kerjanya antara lain :

Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini adalah : sinar matahari,
ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir klorofilnya dalam air limbah melakukan
proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari, sehingga tumbuh dengan subur. Pada proses
sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari dan oleh klorofil dibawah pengaruh sinar
matahari terbentuk (oksigen). Kemudian oksigen ini digunakan untuk bakteri aerobic untuk
melakukan dekomposisi zat-zat organic yang terdapat dalam air buangan. Disamping itu, terjadi
pengendapan. Sebagai hasil nilai BOD dari air limbah tersebut akan berkurang, sehingga relative
aman bila akan dibuang kedalam aliran-aliran air (kali, danau, dan sebagainya).

3. Irigasi

Air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes
masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinging parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian atau perkebunan dan sekaligus
berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya dimana kandungan zat-zat
organic dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
BAB III

SIMPULAN

Masalah kesehatan lingkungan sangat berpengaruh pada kehidupan mahkluk hidup


terutama manusia, yang merupakah salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan pelestarian kesehatan lingkungan yang baik,
maka kesehatan masyarakat akan menjadi lebih baik.
Syarat-syarat lingkungan yang sehat ialah yang memiliki kadaan air yang sehat, keadaan
udara yang sehat, keadaan tanah yang sehat pula.

Untuk pemeliharaan kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara tidak mencemari
air dengan membuang sampah disungai, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, mengolah
tanah sebagaimana mestinya, dan menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong.

Sehingga tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan dapat terwujud, yaitu :

1) Mengurangi Pemanasan Global


2) Menjaga Kebersihan Lingkungan
3) Membersihkan Sampah dari lingkungan sekitar

Untuk itu perlu dilakukan peningkatan budaya sehat yang dimulai dari diri sendiri dan
diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat
agar setiap kehiatan mahkluk hidup terutama manusia dapat berjalan dengan baik.
Begitu pula dengan limbah yang dihasilkan perlu dilakukan pengolahannya. Tujuan dari
pengolahan limbah adalah untuk menghasilkan limbah sekali pakai tanpa menimbukkan kerugian
atau masalah kepada masyarakat dan mencegah polusi.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Soekidjo Notoadmojo, SKM, M.Com.H, 2012, KESEHATAN


MASYARAKAT Ilmu & Seni.
Id.m.wikipedia.org
www.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai