Anda di halaman 1dari 6

TEMUAN HASIL AUDIT KESELAMATAN JALAN

PENYELENGGARA JALAN Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN)-VII Semarang


NAMA RUAS Duwet - Giriwoyo PANJANG RUAS 24,0 Km
KM 77+300 – KM 101+300 (dari Kota
Km – Km NOMOR RUAS 074
Surakarta)
SISTEM KELAS
STATUS FUNGSI KELAS PRASARANA MEDAN JALAN
JARINGAN PENGGUNAAN
PRIMER NASIONAL ARTERI JALAN BEBAS KELAS I
SEKUNDER PROVINSI KOLEKTOR HAMBATAN (JBH) KELAS II DATAR (D)
LOKAL JALAN RAYA (JR) KELAS III BUKIT (B)
JALAN SEDANG KELAS KHUSUS GUNUNG (G)
KABUPATE
(JS)
N LINGKUNGAN
JALAN KECIL (JK)
KOTA
DESA

Desa/Kec. : Dungklepu Wetan,


Lokasi Hazard KM 89+900 – KM 90+000 Kab./Kota : Wonogiri
Giritontro
Komponen Jalan Geometrik Jalan Ruang Bagian Jalan
yang Mengalami Perkerasan Jalan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Hazard Bangunan Pelengkap Jalan Perlengkapan Jalan

DESKRIPSI HAZARD

Arah Giribelah
TEMUAN HASIL AUDIT KESELAMATAN JALAN
Arah Pracimantoro/Duwet

5
4

2 3

1
Arah Giriwoyo

Persimpangan jalan tidak dapat terdefinisi dengan baik oleh pengemudi, disebabkan oleh defisiensi manajemen
dan rekayasa lalu lintas, sebagai berikut :
(1) Rambu petunjuk jurusan/tujuan, belum terpasang baik dari arah Pracimantoro/Duwet maupun dari arah
Giriwoyo.
(2) Rambu peringatan simpang prioritas yang sudah terpasang, tidak sesuai dengan kondisi persimpangan
sebidang.
(3) Marka tanda pengarah jalur yang sudah terpasang hanya memberikan petunjuk arah lurus yang terlanjur
dipasang pada jalur membelok ke arah Pracimantoro/Duwet, kondisi tersebut berpotensi menyebabkan
kesalahpahaman pengemudi.
(4) Marka tanda pengarah jalur yang sudah terpasang dekat pulau jalan menunjukkan arah lurus (ke
Pracimantoro/Duwet) dan ke kiri (ke Giribelah), berpotensi membingungkan pengemudi karena
pemasangannya terlalu dekat dengan pulau jalan.
(5) Rambu perintah memasuki jalur yang dituju yang sudah terpasang hanya menunjukkan arah menuju
“Pracimantoro/Duwet".
(6) Lampu penerangan jalan pada jalur utama (yang menuju ke Pracimantoro/Duwet) belum terpasang.
(7) Khusus arus lalu lintas menuju arah Pracimantoro/Duwet, terdapat rambu perintah memasuki jalur utama ke
arah Pracimantoro/Duwet tetapi tidak disertai rambu larangan memasuki jalur. Kondisi tersebut berpotensi
menyebabkan pelanggaran lalu lintas dan tabrakan dengan kendaraan dari arah Pracimantoro/Duwet menuju
Giriwoyo.
(8) Marka peringatan penyempitan jalur belum terpasang, baik dari arah Pracimantoro/Duwet maupun dari arah
Giriwoyo.
Berdasarkan laporan kecelakaan dari kepolisian dan informasi masyarakat setempat, tercatat pernah terjadi
kecelakaan 2 (dua) kali di persimpangan sebidang Simpang Tiga Jembatan Tanggung, dengan tingkat keparahan
korban fatal dan luka berat.

KEMUNGKINAN KEJADIAN KECELAKAAN

Kejadian yang mungkin terjadi karena defisiensi manajemen dan rekayasa lalu lintas tersebut di atas, antara lain :
(1) Pengemudi dari arah Girowoyo menuju arah Pracimantoro/Duwet akan mengalami kebingungan dan
TEMUAN HASIL AUDIT KESELAMATAN JALAN
mengira bahwa arah Pracimantoro/Duwet adalah arah lurus (disebabkan oleh defisiensi manajemen dan
rekayasa lalu lintas nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6). Ketika pengemudi menyadari bahwa arah Pracimantoro/Duwet
adalah arah kanan, maka pengemudi akan berbelok secara mendadak. Kondisi tersebut dapat memicu
terjadinya tabrakan dengan kendaraan lain dari arah belakang.
(2) Pengemudi dari arah Giriwoyo dan dari arah Pracimantoro/Duwet, akan sulit mengidentifikasi kondisi
persimpangan sebidang Simpang Tiga Jembatan Tanggung, disebabkan karena lampu penerangan belum
terpasang (defisiensi manajemen dan rekayasa lalu lintas nomor 6). Kondisi tersebut dapat menyebabkan
pengemudi keluar jalur dan menabrak pengaman jalan.
(3) Pengemudi dari arah Pracimantoro/Duwet yang menuju arah Giribelah, akan langsung belok ke kanan
karena tidak ada rambu larangan memasuki jalur (defisiensi manajemen dan rekayasa lalu lintas nomor 7).
Kondisi tersebut dapat menyebabkan tabrakan dengan pengemudi dari arah Giribelah yang menuju arah
Pracimantoro/Duwet.
(4) Pengemudi dari arah Pracimantoro/Duwet dan dari arah Giriwoyo yang memasuki zona penyempitan jalur
pada persimpangan sebidang Simpang Tiga Jembatan Tanggung, akan terlambat menyadari adanya
penyempitan jalur (disebabkan oleh defisiensi manajemen dan rekayasa lalu lintas nomor 8). Kondisi
tersebut dapat menyebabkan pengemudi berpindah lajur secara mendadak, sehingga memicu tabrakan
dengan kendaraan lain dari arah belakang.

KATEGORI RISIKO/TINGKAT BAHAYA


Peluang 1 2 3 4 5
Kejadian (Tidak terjadi) (1-5 Kali) (6-10 Kali) (11-15 (>15 Kali)
Kecelakaan Kali)
dalam 1 Tahun

Tingkat 1 10 40 70 100
Keparahan (Tidak ada (Luka ringan) (Luka (Luka (Fatal)
Korban cedera) sedang) berat)
Rendah Sedang Tinggi
Tingkat (1 - 80)
Skor Risiko 200 (81 - (211 -
Bahaya
210) 500)
REKOMENDASI PENANGANAN
TEMUAN HASIL AUDIT KESELAMATAN JALAN

Hazard dikendalikan sampai batas toleransi; diperlukan penanganan teknis berdasarkan hasil inspeksi
keselamatan jalan di lokasi kejadian dan sekitarnya. Rekomendasi penanganan yang perlu dilakukan adalah :
(1) Memasang Rambu petunjuk jurusan/tujuan, baik untuk lalu lintas dari arah Pracimantoro/Duwet maupun dari
arah Giriwoyo.
(2) Mengganti Rambu Peringatan Simpang Prioritas yang lama dengan Rambu Peringatan Simpang yang benar
dan sesuai kondisi persimpangan sebidang.
(3) Mengganti marka tanda pengarah menjadi arah lurus dan belok ke kanan. Marka tanda pengarah dipasang
minimal 2 buah, 20 meter sebelum simpang, dan 50 meter sebelum simpang.
(4) Memasang marka chevron yang menerus dengan pulau lalu lintas.
(5) Memasang rambu perintah memasuki jalur untuk arah menuju Giribelah.
(6) Memasang lampu penerangan jalan pada arah Pracimantoro/Duwet dan arah Giriwoyo.
(7) Memasang rambu dilarang masuk jalur, berdampingan dengan rambu perintah memasuki jalur yang dituju
(Pada titik nomor 7).
(8) Memasang marka chevron pada area sebelum penyempitan jalur, baik dari arah Pracimantoro/Duwet maupun
dari arah Giriwoyo.
TEMUAN HASIL AUDIT KESELAMATAN JALAN

Sketsa Penanganan :
Arah Giribelah

Arah Pracimantoro/Duwet

Arah Giriwoyo

<1 1-2 tahun 3-4 tahun 5


TARGET
PENANGANAN
tahun (2021 – (2023 – tahun
(2020) 2022) 2024) (2025)
Peluang Kejadian (PK) Tingkat Keparahan (TK)
Skor Tidak terjadi kecelakaan Skor
Tidak ada cedera
1 dalam waktu 1 tahun 1
Luka Ringan : cedera ringan (hanya
Skor Terjadi kecelakaan : Skor
membutuhkan penanganan di tempat
2 1-5 kali dalam 1 tahun 10
kejadian, misal bantuan P3K)
Skor Terjadi kecelakaan : Skor Luka Sedang : cedera yang memerlukan
3 6-10 kali dalam 1 tahun 40 perawatan medis ke rumah sakit.
Skor Terjadi kecelakaan : Skor Luka Berat : cedera yang menyebabkan
4 11-15 kali dalam 1 tahun 70 angota tubuh cacat permanen
Fatal : menyebabkan kematian korban di
Skor Terjadi kecelakaan : Skor
tempat atau maksimal 30 hari setelah
5 > 15 kali dalam 1 tahun 100
kejadian
Sumber : ATM, dkk (2009)

Peluang Kejadian (PK) Tingkat Keparahan (TK)


Sangat Ringan : Tidak ada cedera,
Skor Sangat Jarang (SJ) : Satu kali Skor
kerugian biaya rendah, kendaraan rusak
1 dalam 100 tahun 1
ringan
Jarang (J) : Kurang dari sekali Ringan : Cedera ringan (hanya
Skor Skor
dalam 10 tahun tetapi lebih membutuhkan P3K), kendaraan rusak
2 2
dari 1 kali dalam 100 tahun ringan.
Kadang-Kadang (K) : Kurang
Sedang : Menyebabkan cidera yang
Skor dari sekali dalam setahun Skor
memerlukan perawatan medis ke rumah
3 tetapi lebih dari 1 kali dalam 3
sakit, kendaraan rusak sedang
10 tahun
Sering (S) : kurang dari 10 Berat : Menyebabkan cidera yang
Skor Skor
kali dalam setahun tetapi menyebabkan cacatnya angota tubuh
4 4
lebih dari sekali dalam setahu permanen, kendaraan rusak berat
Skor Sangat Sering (SS) : Lebih Skor Fatal : Menyebabkan kematian 1 orang
5 dari 10 kali dalam 1 tahun 5 atau lebih, kendaraan rusak berat
Sumber : LTA (2012)

Kategori Tingkat Bahaya Skor Keterangan


Hazard masih dapat ditoleransi, diperlukan
monitoring rutin dengan inspeksi keselamatan
Rendah 1-80 jalan yang terjadwal pada titik-titik yang
berpotensi terhadap kejadian kecelakaan

Hazard dapat dikendalikan sampai batas


toleransi, diperlukan penanganan teknis
Sedang 81-210 berdasarkan hasil inspeksi keselamatan jalan
di lokasi kejadian dan sekitarnya

Hazard harus dikendalikan secara intensif sampai


batas toleransi atau Hazard memerlukan
penanganan teknis secara total dengan
Tinggi 211-500
stakeholder terkait, tidak lebih 1 tahun sejak
laporan evaluasi hasil audit keselamatan jalan

Anda mungkin juga menyukai