IV - 1
Usulan Teknis
Evaluasi Keselamatan Jalan di Lingkungan BBPJN VII
memberikan tanggapan positif terkait substansi KAK tersebut. Sehingga konsultan akan
menanggapi beberpa substansi KAK sebagai berikut.
Latar belakang terselenggaranya kegiatan ini didasari oleh Bidang Pembangunan dan
Pengujian BBPJN VII dalam mewujudkan infrastruktur jalan yang berkeselamatan di wilayah
kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII. Keselamatan Jalan merupakan isu yang
cenderung mengemuka dari tahun ke tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan
global dan bukan semata-mata masalah transportasi saja tetapi sudah menjadi
permasalahan sosial kemasyarakatan. Di Indonesia, keselamatan jalan telah diatur dalam
Peraturan Perundang- undangan seperti Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan,
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, Undang-Undang No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Serta RUNK (Rencana Umum Nasional
Keselamatan) jalan yang baru-baru ini diluncurkan. Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sebagai instansi yang memiliki
tugas dalam mengelola jalan nasional di Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya
dalam peningkatan keselamatan jalan. Sejalan dengan Renstra Bina Marga 2010-2014
dalam mengakomodir program peningkatan keselamatan jalan. Balai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional VII (BBPJN VII) merupakan Unit Pelaksana Teknis di Direktorat Jenderal
Bina Marga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
20/PRT/M/2016 tentang pedoman organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tanggal 1 Juni 2016. Dalam
organisasi BBPJN-VII, Bidang Pembangunan dan Pengujian mempunyai tugas dan fungsi
dimana salah satunya adalah melakukan audit keselamatan jalan.
Pada latar belakang KAK ini masih terdapat Renstra Bina Marga 2010-2014 yang
seharusnya telah diupdate menjadi Renstra Bina Marga 2015-2019 dan Rencana Strategis
Kementerian PUPR 2015-2019 yang juga menitikberatkan peningkatan infrastruktur jalan
yang berkeselamatan yang tertulis dalam Lampiran Kerangka Regulasi Renstra
Kementerian PUPR 2015-2019 bahwa terdapat target penyediaan jumlah dokumen
lingkungan dan keselamatan jalan serta terdapat target ruas jalan berstatus laik fungsi tanpa
syarat.
Sebagaimana maksud dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah membantu Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional VII melaksanakan Evaluasi Keselamatan Jalan berbasis Audit
Keselamatan Jalan dan Evaluasi Kelaikan Fungsi Jalan guna mewujudkan infrastruktur jalan
IV - 2
Usulan Teknis
Evaluasi Keselamatan Jalan di Lingkungan BBPJN VII
yang berkeselamatan di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII. Serta
tujuan kegiatan ini untuk memberikan informasi hasil evaluasi keselamatan jalan beroperasi
yang meliputi evaluasi terhadap komponen geometrik, perkerasan, ruang bagian jalan,
bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, dan manajemen rekayasa lalu lintas; dan
memberikan informasi hasil identifikasi potensi permasalahan keselamatan jalan yang tidak
memenuhi kriteria forgiving road, self explaining road, dan self regulating road bagi
pengguna jalan.
Konsultan merasakan maksud dan tujuan tersebut sudah sejalan dengan latar belakang
yang relatif mengarah pada kegiatan audit keselamatan jalan. Namun demikian, terdapat
sasaran kegiatan berupa updating berita acara hasil laik fungsi jalan nasional yang
beroperasi berdasarkan hasil evaluasi keselamatan jalan nasional di wilayah BBPJN VII. Hal
tersebut perlu dipertegas karena kegiatan audit keselamatan jalan berbeda dengan uji laik
fungsi jalan, dan pelaksanaan kegiatan yang berbasis audit keselamatan jalan fokus pada
hazard atau bagian infrastruktur jalan yang tidak berkeselamatan, sedangkan pada uji laik
fungsi jalan mencermati semua komponen jalan baik yang telah memenuhi standard dan
kriteria teknis, maupun yang belum memenuhi. Oleh karena itu, Konsultan memberi saran
agar pada tujuan kegiatan dipertegas pada istilah evaluasi keselamatan jalan yang berbasisi
uji laik fungsi jalan dan audit keselamatan jalan, sehingga terdapat hubungan antara maksud
dan tujuan kegiatan dengan sasaran kegiatan terutama pada poin “c: updating berita acara
hasil laik fungsi jalan”. Hal tersebut berdampak pada pelaksanaan survei yang akan
dilakukan oleh Konsultan, yang mana konsultan harus melakukan survei dalam bentuk 2
(dua) kategori survei yaitu survei evaluasi keselamatan jalan berbasis uji laik fungsi, dan
survei evaluasi keselamatan jalan berbasis audit keselamatan jalan.
Ruang lingkup kegiatan yang tertulis dalam KAK sudah dapat menggambarkan berbagai
kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya pemenuhan data dan informasi kegiatan. Namun
demikian, ruang lingkup tersebut masih memerlukan elaborasi Konsultan dalam
pelaksanaannya karena belum terdapat penjelasan survei apa saja yang perlu dilakukan,
dan analisis apa saja yang perlu dilakukan. Oleh karena itu, Konsultan mengusulkan
elaborasi lingkup kegiatan yang tidak keluar dari koridor KAK, elaborasi yang diusulkan
konsultan terkait lingkup keigatan antara lain sebagai berikut:
(1) Melakukan inventarisasi data dan informasi, berkaitan dengan pekerjaan jalan yang
akan dievaluasi termasuk peta lokasi dan gambar desain.
IV - 3
Usulan Teknis
Evaluasi Keselamatan Jalan di Lingkungan BBPJN VII
(2) Melakukan diskusi formulasi dan penajaman masalah merupakan penajaman dari Isu
Keselamatan Jalan pada tahap operasional serta pembahasan mengenai rincian
kegiatan, waktu dan lokasi pelaksanaan kegiatan evaluasi keselamatan jalan berbasis
audit keselamatan jalan dan berbasis uji laik fungsi jalan;
(3) Melakukan telaah isu keselamatan jalan pada tahap operasional yang meliputi telaah
regulasi, kebijakan, dan literatur terkait;
(4) Menyusun formulir survei evaluasi keselamatan jalan berbasisi laik fungsi, dan formulir survei
berbasis audit keselamatan jalan.
(5) Melakukan survei instansional untuk mengumpulkan data teknis terkait kondisi geometrik, dan
dokumen lain yang diperlukan.
(6) Melakukan survey lapangan dalam 2 (dua) jenis survey yang dilaksanakan secara
paralel yaitu survei berbasis uji laik fungsi jalan menggunakan formulir berbasis uji laik
fungsi jalan, dan survei lapangan lapangan berbasisi audit keselamatan jalan
menggunakan formulir berbasis audit keselamatan jalan.
(7) Melakukan kompilasi data hasil survei dan disusun secara sistematis dalam software
ULFJ untuk hasil survei berbasis ULFJ dan dalam bentuk laporan teknis audit
keselamatan jalan untuk hasil survei berbasisi AKJ.
(8) Melakukan analisis dan evaluasi keselamatan jalan berbasisi ULFJ dengan
membandingkan hasil ukur laapngan terhadap standard dan kriteria persyaratan teknis
jalan nasional.
(9) Melakukan identifikasi permasalahan infrastruktur jalan dari aspek keselamatan dan
rekomendasi penanganannya.
(10) Menyusun laporan pendahuluan, laporan antara, laporan bulanan, laporan draft akhir,
laporan akhi, dan laporan teknis dengan substansi sesuai KAK, serta updating berita
acara hasil laik fugnsi jalan nasional di lingkungan BBPJN VII
(11) Memaparkan hasil evaluasi keselamatan jalan secara komprehensif dan menyerahkan
seluruh laporan dalam bentuk hard copy dan softcopy.
Sebagaimana tertulis dalam KAK, jangka waktu penyelesaian pekerjaan akan dilaksanakan
selama 7 (tujuh) bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Namun menurut Konsultan, dengan jangka waktu/durasi kegiatan yang diberikan tersebut
dirasakan sudah mencukupi terutama jika dikaitkan dengan volume pekerjaan yang
mengevaluasi 6 (enam) ruas jalan di Jawa Tengah dan 3 (tiga) ruas jalan di DIY, sehingga
Konsultan hanya akan mengikuti kebijakan Pengguna Jasa/Pemberi Tugas selaku
IV - 4
Usulan Teknis
Evaluasi Keselamatan Jalan di Lingkungan BBPJN VII
pemegang keputusan. Namun demikian, jika terdapat perubahan atau penggantian ruas dan
penambahan ruas maka konsultan menyarankan agar perlu dilakukan penyesuaian durasi
pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan pengalaman, perubahan ruas memerlukan diskusi yang
cukup panjang, sehingga menghambat jadwal pelaksanaan survei. Namun demikian,
Konsultan berharap tidak terjadi perubahan atau penggantian lokasi ruas jalan yang akan
menjadi fokus evaluasi keselamatan jalan.
Kegiatan Evaluasi Keselamatan Jalan ini dilakukan pada jalan Nasional yang telah
beroperasi di Wilayah Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII yang dengan
memenuhi salahsatu dari beberapa kriteria sebagai berikut:
a) Ruas jalan belum berstatus “laik fungsi” tetapi berpotensi untuk diusulkan mendapat
sertifikat laik fungsi.
b) Ruas jalan beroperasi yang belum pernah diuji laik fungsi atau pernah diuji laik fungsi
tetapi belum memiliki sertifikat laik fungsi
c) Ruas jalan yang terdapat lokasi rawan kecelakaan blackspot.
Adapun lokasi ruas yang diusulkan dalam kajian ini sebagaimana pada Tabel 4.1., tetapi
tidak terbatas hanya pada ruas tersebut, artinya dapat dilakukan penggantian atau
penambahan jika hasil identifikasi ruas-ruas tersebut tidak memenuhi salahsatu dari 3 (tiga)
kriteria diatas dan/atau terdapat ruas lain yang lebih potensial. Ruas-ruas yang diusulkan
menjadi fokus kajian yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1. lokasi ruas yang diusulkan dalam kegiatan evaluasi keselamatan jalan
IV - 5
Usulan Teknis
Evaluasi Keselamatan Jalan di Lingkungan BBPJN VII
Namun demikian, terdapat kriteria dan klausul bahwa ruas tersebut masih dapat dilakukan
perubahan. Konsultan cukup memahami, tetapi konsultan memberikan tanggapan bahwa
klausul tersebut dapat berdampak terjadinya ambiguitas yaitu apakah perubahan yang
dimaksud menambah ruas baru tanpa mengurangi ruas yang terdapat dalam KAK, atau
mengganti ruas yang terdapat dalam KAK dengan ruas baru yang diusulkan. Jika klausul
perubahan ruas-ruas yang disurvei tersebut berupa penambahan ruas baru tanpa
mengurangi ruas yang terdapat dalam KAK, maka Konsultan mengkhawatirkan terjadinya
ketidakpastian kecukupan dana, karena penambahan ruas sangat berdampak pada biaya
pelaksanaan survei serta volume analisis. Oleh karena itu, Konsultan memberikan saran
agar klausul tersebut dipertegas, dengan menyatakan bahwa jika terdapat usulan ruas baru
yang belum terdapat KAK, maka dapat dilakukan substitusi atau pergantian ruas yang
disesuaikan secara proporsional mepertimbangkan volume pekerjaan dan biaya pekerjaan.
Penggunaan sumber daya manusia pada kegiatan Evaluasi Keselamatan Jalan harus
memiliki kualifikasi dan pengalaman seperti yang diisyaratkan. Kegiatan evaluasi
keselamatan jalan di lingkungan BBPJN VII memiliki beberapa orang tenaga ahli, seperti :
(1) Seorang Ketua Tim/ Ahli Teknik Jalan; (2) seorang Ahli Teknik Jalan; serta (3) seorang
Ahli Keselamatan Jalan. Namun demikian, pada KAK belum mencantumkan asisten tenaga
ahli dan tenaga pendukung yang sangat diperlukan dalam melaksanakan Evaluasi
keselamatan jalan terutama dalam melaksanakan kompilasi data hasil survei, inputing data,
support analisis.
Oleh karena itu, konsultan akan mengusulkan penambahan asisten tenaga ahli dan tenaga
pendukung disertai tugas dan tanggung jawab asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung
guna memperjelas pembagian pekerjaan dan kewajiban pada setiap pelaksana kegiatan
tersebut. Beberapa personil asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung yang diusulkan
Konsultan, antara lain:
IV - 6
Usulan Teknis
Evaluasi Keselamatan Jalan di Lingkungan BBPJN VII
(1) Asisten Tenaga Ahli Teknik Jalan : Satu orang asisten ahli Jalan berpendidikan minimal
S1 Teknik Sipil, berpengalaman minimal 2 tahun dibidang jalan/jembatan. Bertugas
membantu Ahli Jalan Raya. Waktu penugasan selama 7 bulan. Tugas asisten tenaga
Ahli teknik jalan yaitu:
(2) Asisten Tenaga Ahli Teknik Keselamatan Jalan : Satu orang Asisten Ahli Teknik
keselamatan jalan berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil, berpengalaman minimal 2
tahun di bidang keselamatan jalan. Bertugas membantu Ahli Teknik keselamatan jalan.
Waktu penugasan selama 7 Bulan.
(3) Tenaga Pendukung : Mendukung pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan profesinya,
serta membantu kelancaran kinerja tenaga ahli dan asisten tenaga ahli. Tenaga
pendukung masing-masing terdiri dari satu orang Sekretaris, Operator Komputer,
Administrator, dan Office Boy.
IV - 7