Anda di halaman 1dari 22

RANGKUMAN

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BANGUNAN

OLEH:

MUHAMMAD AMIR KHOTIMI

2020D1B098

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

TAHUN 2021
1. SNI 03-0691-1996 tentang Bata beton (Paving block)
A. Acuan
SNI 03 - 0691 - 1989, Bata beton untuk lantai.

B. Definisi
Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran
semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnva, air dan agregat dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton itu.

C. Klasifikasi
Bata beton mutu A digunakan untuk jalan

Bata beton mute B digunakan untuk peralatan parkir

Bata beton mutu C digunakan untuk pejalan kaki

Bata beton mutu D : digunakan untuk taman dan penggunaan lain.

D. Syarat mutu
a. Sifat tampak
Bata beton harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak dan cacat,
bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.
b. Ukuran
Bata beton harus mempunyai ukuran tebal nominal minimum 60 mm dengan toleransi + 8%.
c. Sifat fisika
Bata beton harus mempunyai sifat-sifat fisika seperti pada tabel 1.

E. Spesifikasi Paving Block


1. Paving block persegi panjang
Jenis ini merupakan yang paling lazim digunakan untuk pembangunan berskala kecil hingga
besar. Paving block persegi panjang disukai karena mudah dirangkai dan polanya tak sulit
diatur sehingga dapat mempercepat waktu pemasangan. Ukuran paving block persegi panjang
yaitu 10 x 21 cm dengan ketebalan 6 cm, dan karena berbentuk persegi panjang, pave jenis ini
juga disebut paving block bata. Untuk ukuran satu meter persegi kira-kira membutuhkan sekitar
44 buah paving bata.

2. Ukuran Paving block segi enam (hexagon)


Paving block tipe ini memiliki enam sisi, fitur yang membuatnya disebut segi enam atau
hexagon. Ukuran paving block segi enam adalah 20 x 20 cm dengan ketebalan sekitar 10 cm.
Jika dipasang untuk jalan, beban akan lebih ringan daripada memakai aspal atau cor. Tipe ini
banyak dipakai karena pemasangannya yang mudah, tingkat keawetannya tinggi, dan kokoh.
Kebutuhan per meter persegi untuk ukuran paving block segi enam adalah sekitar 25 buah
dengan pilihan warna abu-abu, merah, kuning, hitam, dan hijau.

3. Paving block segi empat kecil


Ukuran paving block segi empat umumnya 10,5 x 10,5 cm dengan pilihan ketebalan antara 6
cm atau 8 cm. Karena ukurannya pula, produk jenis ini cocok dimanfaatkan untuk tutupan area
yang tak terlalu luas. Tipe ini ringan, sehingga tidak pas untuk diaplikasikan di jalan. Tetapi,
bila di halaman rumah, ia akan memunculkan kesan cantik dan minimalis. Pilihan warna
biasanya abu-abu, merah, hitam, hijau, dan kuning. Kebutuhan per meter perseginya yaitu
sekitar 88 biji.

4. Paving block zig-zag (cacing)


Selain model bata dan hexagon, paving block tipe cacing pun cukup populer. Dengan ukuran
paving block 22,5 x 11,2 cm, dan opsi ketebalan 6 cm serta 8 cm, jenis ini acap kali disebut
dengan interpave. Banyak perumahan memakai bata beton tipe cacing pada akses jalannya.
Bukan hanya karena kebutuhan blok yang lebih sedikit untuk per meternya, tetapi juga karena
tampilan modelnya yang unik. Untuk warna, paving jens ini tersedia dalam warna abu-abu,
kuning, merah, hijau ,dan hitam.

5. Paving block segi empat besar


Bentuknya nyaris sama dengan bata beton kubus, tapi dengan dimensi lebih besar dan kekuatan
yang lebih baik. Ukuran paving block segi empat ini 21 x 21 cm dan pilihan ketebalannya 6 cm
dan 8 cm. Full pave atau paving block kotak besar biasa digunakan untuk melapisi area garasi
rumah selain halaman. Kelebihan dari jenis ini adalah ukuran paving block segi empat yang
cukup besar sehingga dalam 1 meter persegi hanya membutuhkan 20-22 pave saja. Selain itu,
bentuknya yang simpel membuat paving jenis ini mudah dipasang.

6. Paving block tiga sisi (trihex)


Ukuran paving block trihex 19,7 x 9,6 cm, dan tersedia dalam dua ketebalan, yakni 6 cm dan 8
cm. Untuk memenuhi ruang 1 meter persegi umumnya dibutuhkan 39 buah. Variasi warna yang
tersedia cukup banyak, yaitu abu-abu, merah, hijau, hitam, dan kuning.
2. SNI tentang Semen Portland (SNI 15-2049-2004)
a. Definisi
Semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama
yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh
ditambah dengan bahan t
b. Jenis dan penggunaan
1) Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
2) Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3) Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi
pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
4) Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
5) Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan
tinggi terhadap sulfat.
c. Syarat mutu
1) Persyaratan kimia semen portland harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tabel 1Syarat kimia utama
satuan dalam %
Jenis semen portland
No Uraian I II III IV V
1 SiO2 , minimum - 20,0 b,c) - - -

2 Al2O3 , maksimum - 6,0 - - -

3 Fe2O3 , maksimum - 6,0 b,c) - 6,5 -


4 MgO, maksimum 6,0 6,0 6 6,0 6,0
,
0
5 SO3,
maksimum Jika 3,0 3,0 3,5 2,3 2,3
d) d) d)
C3A  8,0 3,5 4,5
Jika C3A  8,0
6 Hilang pijar, maksimum 5,0 3,0 3 2,5 3,0
,
0
7 Bagian tak larut, maksimum 3,0 1,5 1 1,5 1,5
,
5
8 C3S, maksimum a) - - - 35 -
b)
9 C2S, minimum a) - - - 40 -
b)
10 C3A , maksimum a) - 8,0 1 7 b) 5 b)
5
11 C4AF + 2 C3A atau a)
C4AF + C2F , maksimum - - - - 25 c)
CATATAN
a)
Persyaratan pembatasan secara kimia berdasarkan perhitungan untuk senyawa
potensial tertentu tidak harus diartikan bahwa oksida dari senyawa potensial
tersebut dalam keadaan murni.
C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3, Contoh C3A = 3CaO.Al2O3
Titanium dioksida (TiO2) dan Fosfor pentaoksida (P2O5) termasuk dalam Al2O3
Nilai yang biasa digunakan untuk Al2O3 dalam menghitung senyawa potensial
(misal : C3A) untuk tujuan spesifikasi adalah jumlah endapan yang diperoleh
dengan penambahan NH4OH dikurangi jumlah Fe2O3 (R2O3 – Fe2O3) yang
diperoleh dalam analisis kimia basah.

Apabila: % Al2O3  0,64 , maka persentase C3S, C2S, C3A


% Fe2O3 dan C4AF dihitung sebagai berikut:
C3S = 3CaO.SiO2 = (4,071 x % CaO) – (7,600 x %SiO2) –
(6,718 x % Al2O3) – (1,430 x % Fe2O3) –
(2,852 x % SO3)

C2S = 2CaO.SiO2 = (2,867 x %SiO2) – (0,7544 x % C3S)

C3A = 3CaO. Al2O3 = (2,650 x % Al2O3) – (1,692 x %

Fe2O3) C4AF = 4CaO. Al2O3.Fe2O3 = (3,043 x %

Fe2O3)

Apabila: % Al2O3  0,64 , terbentuk larutan padat


% Fe2O3 ( C4AF + C2F) = 4CaO. Al2O3.Fe2O3

maka (C4AF + C2F) dan C3S dihitung sebagai berikut:

Semen dengan komposisi ini didalamnya tidak terdapat C3A.


C2S tetap dihitung dengan menggunakan rumus di atas: Perhitungan untuk
semua senyawa potensial adalah berdasarkan hasil penentuan oksidanya yang
dihitung sampai sedekat mungkin 0,1%. Semua hasil perhitungan dilaporkan
sampai sedekat mungkin dengan 1,0%.
b)
Apabila yang disyaratkan adalah kalor hidrasi seperti yang tercantum pada
tabel syarat fisika tambahan (Tabel 4), maka syarat kimia ini tidak berlaku.
c)
Apabila yang disyaratkan adalah pemuaian karena sulfat yang tercantum pada
tabel syarat fisika tambahan (Tabel 4), maka syarat kimia ini tidak berlaku.
d)
Tidak dapat dipergunakan
3. SNI 2052:2017 tentang Baja Tulangan Beton
a. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan acuan normatif, istilah, definisi, bahan baku, jenis, syarat mutu,
cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, syarat lulus uji, dan cara pengemasan
baja tulangan beton yang digunakan untuk keperluan penulangan konstruksi beton dengan
memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan.
b. Acuan normatif
Dokumen acuan berikut dibutuhkan untuk aplikasi standar ini. Untuk acuan yang
menunjukkan tahun, hanya edisi yang disebutkan tahunnya yang digunakan. Untuk acuan
yang tidak menunjukkan tahun, acuan yang digunakan adalah tahun edisi yang terakhir
(termasuk setiap amandemen).
SNI 8389, Cara uji tarik logam
SNl 0410, Cara uji lengkung logam
c. Istilah dan definisi
baja tulangan beton adalah baja karbon atau baja paduan yang berbentuk batang
berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip/ulir dan digunakan untuk
penulangan beton. Baja ini diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai panas (hot
rolling)

d. Jenis
 Baja tulangan beton polos (BjTP)
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar
dengan permukaan rata tidak bersirip/berulir.
 Baja tulangan beton sirip/ulir (BjTS)
Baja tulangan beton sirip/ulir adalah baja tulangan beton yang
permukaannya memiliki sirip/ulir melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara
relatif terhadap beton.
e. Syarat Mutu
a. Sifat tampak
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna
dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.
b. Bentuk
a. Baja tulangan beton polos
Batang baja tulangan beton berpenampang bundar dan permukaan harus rata
tidak bersirip/berulir sesuai Gambar 1.
b. Baja tulangan beton sirip/ulir
Permukaan batang baja tulangan beton sirip/ulir harus bersirip/berulir secara
teratur. Setiap batang dapat mempunyai sirip/ulir memanjang yang searah tetapi harus
mempunyai sirip-sirip dengan arah melintang terhadap sumbu batang.
4. SNI 03 – 1729 – 2002 tentang Baja
A. Ruang Lingkup Dan Umum
Standar ini meliputi persyaratan-persyaratan umum serta ketentuan- ketentuan teknis
perencanaan dan pelaksanaan struktur baja untuk bangunan gedung, atau struktur bangunan
lain yang mempunyai kesamaan karakter dengan struktur gedung.
Tata cara ini mencakup:
1) ketentuan-ketentuan minimum untuk merencanakan, fabrikasi, mendirikan bangunan, dan
modifikasi atau renovasi pekerjaan struktur baja, sesuai dengan metode perencanaan
keadaan batas;
2) perencanaan struktur bangunan gedung atau struktur lainnya, termasuk keran yang terbuat
dari baja;
3) struktur dan material bangunan berikut:
4) komponen struktur baja, dengan tebal lebih dari 3 mm;
5) tegangan leleh ( f y ) komponen struktur kurang dari 450 MPa;
Komponen struktur canai dingin harus direncanakan sesuai dengan ketentuan lain
yang berlaku. Bangunan-bangunan yang tidak dicakup dalam 1, 2, dan 3 di atas direncanakan
dengan ketentuan lain yang berlaku.
B. Acuan
Semua baja struktural sebelum difabrikasi, harus memenuhi ketentuan berikut ini:
SK SNI S-05-1989-F : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari
Besi/baja);
SNI 07-0052-1987 : Baja Kanal Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu dan Cara Uji;
SNI 07-0068-1987 : Pipa Baja Karbon untuk Konstruksi Umum, Mutu dan Cara
Uji;
SNI 07-0138-1987 : Baja Kanal C Ringan;
SNI 07-0329-1989 : Baja Bentuk I Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu dan Cara
Uji;
SNI 07-0358-1989-A : Baja, Peraturan Umum Pemeriksaan;
SNI 07-0722-1989 : Baja Canai Panas untuk Konstruksi Umum;
SNI 07-0950-1989 : Pipa dan Pelat Baja Bergelombang Lapis Seng;
SNI 07-2054-1990 : Baja Siku Sama Kaki Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu dan
Cara Uji;
SNI 07-2610-1992 : Baja Profil H Hasil Pengelasan dengan Filter untuk
Konstruksi Umum;
SNI 07-3014-1992 : Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum;
SNI 07-3015-1992 : Baja Canai Panas untuk Konstruksi dengan Pengelasan;
SNI 03-1726-1989 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan
Gedung.
Ketentuan tambahan yang berbentuk SNI dan ketentuan-ketentuan pengganti ketentuan di
atas.
C. Material
a) Sifat mekanis baja
Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi
persyaratan minimum yang diberikan pada Tabel 5.3.
 Tegangan leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan ( f y ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan
Tabel 5.3

 Tegangan putus
Tegangan putus untuk perencanaan ( fu ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan
Tabel 5.3.
 Sifat-sifat mekanis lainnya
Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai
berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa Modulus geser : G = 80.000 MPa Nisbah
poisson :  = 0,3
Koefisien pemuaian :  = 12 x 10-6 /oC

b) Baja struktural
 Syarat penerimaan baja
Laporan uji material baja di pabrik yang disahkan oleh lembaga yang berwenang dapat
dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
standar ini.
 Baja yang tidak teridentifikasi
Baja yang tidak teridentifikasi boleh digunakan selama memenuhi ketentuan berikut ini:
1) bebas dari cacat permukaan;
2) sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak
mengurangi kekuatan dan kemampuan layan strukturnya;
3) ditest sesuai ketentuan yang berlaku. Tegangan leleh ( f y ) untuk perencanaan tidak boleh
diambil lebih dari 170 MPa sedangkan tegangan putusnya ( fu ) tidak boleh diambil lebih dari
300 MPa.

c) Alat sambung
 Baut, mur, dan ring
Baut, mur, dan ring harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
 Alat sambung mutu tinggi
Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
1) komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya, harus lebih
besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku. Ukuran
lainnya boleh berbeda;
3) cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh berbeda
dari ketentuan selama persyaratan gaya tarik minimum alat sambung pada Tabel
18.2-1 dipenuhi dan prosedur penarikannya dapat diperiksa.
 Las
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Penghubung geser jenis paku yang dilas
Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

 Baut angker
Baut angker harus memenuhi ketentuan Butir di atas atau dibuat dari batang yang
memenuhi ketentuan yang tercakup dalam Butir 3 selama ulirnya memenuhi ketentuan yang
berlaku.
5. SNI 715:2016 tentang gypsum buatan
A. Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan syarat mutu dan metode pengujian gipsum buatan yang
digunakan sebagai bahan penolong produksi semen, bahan baku industri gipsum
(termasuk bata ringan), bahan baku dan bahan tambahan untuk pupuk & pembenah
tanah (tidak untuk lahan gambut dengan fungsi lindung ekosistem gambut).

B. Acuan Normatif
SNI 0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan
C. Istilah dan definisi
a. gipsum buatan
padatan yang diperoleh dari hasil proses industri yang berwarna abu-abu, putih
kekuningan, atau putih kecoklatan, yang komponen terbesarnya adalah
CaSO4.2H2O.
b. pembenah tanah
pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis dan/atau alami, organik dan/atau
mineral berbentuk padat dan/atau cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia
dan/atau biologi tanah (Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011).

D. Klasifikasi

Gipsum buatan diklasifikasikan berdasarkan pada proses pembuatannya :


a) Tipe 1 : gipsum bentuk granular diperoleh dari gipsum hasil proses industri pabrik asam
fosfat, proses pembuatan gipsum yang dipurifikasi, dikeringkan dan dikalsinasi, lalu
digranulasi.
b) Tipe 2 : gipsum bentuk serbuk diperoleh dari gipsum hasil proses industri pabrik asam
fosfat dan pabrik asam amino yang dipurifikasi dan dikeringkan.
c) Tipe 3 : gipsum bentuk serbuk diperoleh dari hasil proses pembuatan gipsum pada
industri asam fosfat dan asam amino yang dinetralkan dan dikeringkan.
d) Tipe 4 : gipsum bentuk kerakal diperoleh dari hasil proses pembuatan gipsum pada
pabrik asam amino yang dikeringkan.
e) Tipe 5 : gipsum bentuk serbuk dan atau cake yang diperoleh dari hasil proses
desulfurisasi dan proses industri asam fosfat yang difiltrasi.
6. SNI 3434:2008 Kayu
A. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan kayu yang dapat dijadikan acuan dasar yang
seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung
besarnya harga satuan pekerjaan kayu untuk bangunan gedung dan perumahan.

Jenis pekerjaan kayu yang ditetapkan meliputi :


a) Pekerjaan pembuatan atau pemasangan kusen pintu atau jendela jenis kayu
kelas I, II atau III;
b) Pekerjaan pembuatan pintu panel, pintu klamp, pintu kayu lapis (plywood,
teakwood), pintu atau jendela jalusi, pintu atau jendela kaca dan pintu
teakwood;
c) Pekerjaan pembuatan kuda-kuda atap dan rangka atap jenis kayu kelas I, II atau III;
d) Pekerjaan pembuatan rangka langit-langit jenis kayu kelas II atau III;
e) Pekerjaan pembuatan rangka dinding dan pemasangan dinding pemisah jenis
kayu kelas I, II atau III;
f) Pekerjaan pemasangan listplank jenis kayu kelas I dan kayu kelas II.
B. Acuan normatif
Standar ini disusun mengacu kepada hasil pengkajian dari beberapa analisa
pekerjaan yang telah diaplikasikan oleh beberapa kontraktor dengan pembanding
adalah analisis BOW 1921 dan penelitian analisis biaya konstruksi.
C. Istilah dan definisi
1) bangunan gedung dan perumahan
bangunan yang berfungsi untuk menampung kegiatan kehidupan bermasyarakat
2) harga satuan bahan
harga yang sesuai dengan satuan jenis bahan bangunan
3) harga satuan pekerjaan
harga yang dihitung berdasarkan analisis harga satuan bahan dan upah
4) indeks
faktor pengali atau koefisien sebagai dasar penghitungan biaya bahan dan upah kerja
5) indeks bahan
indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan
jenis pekerjaan
6) indeks tenaga kerja
indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk mengerjakan setiap
satuan jenis pekerjaan
7) pelaksana pembangunan gedung dan perumahan
pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan gedung dan perumahan yaitu para
perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan biaya
bangunan
8) perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi
suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam
perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan
standar pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan persatuan pekerjaan konstruksi
9) satuan pekerjaan
satuan jenis kegiatan konstruksi bangunan yang dinyatakan dalam satuan panjang,
luas, volume dan unit

D. Persyaratan

1. Persyaratan umum
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan:
a) Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh wilayah
Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi
setempat;
b) Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan
dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
2. Persyaratan teknis
Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan:
a) Pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan kepada gambar
teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS);
b) Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, dimana
di dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan
dan komposisi adukan;
Jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam perhari
7. SNI 8399: 2017 Profil Rangka Baja Ringan
A. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan syarat bahan baku, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara
uji, syarat lulus uji dan syarat penandaan profil rangka baja ringan yang digunakan
untuk rangka atap, rangka dinding dan rangka lantai pada bangunan gedung atau
perumahan.
B. Acuan normatif
Standar ini tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan dokumen referensi di bawah
ini. Untuk acuan bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan
tidak bertanggal, edisi terakhir (termasuk amandemen lain) yang berlaku.
SNI 0311, Lapis seng, cara uji
SNI 07-2053-2006, Baja lembaran lapis seng (Bj LS)
SNI 4096: 2007, Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj LAS)
SNI 8389, Cara uji tarik logam
JIS G3323: 2012, Hot-dip zinc-aluminium-magnesium alloy-coated steel sheet and strip
C. Istilah dan definisi
 profil rangka baja ringan
baja batangan yang memiliki bentuk-bentuk penampang profil yang kompak dan
seragam sepanjang batang dan pada permukaannya dapat diberikan lekukan atau tidak,
digunakan untuk rangka atap, rangka dinding, dan rangka lantai yang memiliki tebal
nominal antara 0,4 mm s/d 1,10 mm
 bahan baku profil rangka baja ringan
bahan baku profil rangka baja ringan yang digunakan dalam standar ini adalah
sebagai berikut:
a. Baja lembaran lapis seng (Bj. LS)
b. Baja lembaran lapis aluminium-seng (Bj. LAS)
c. Baja lembaran lapis aluminium-seng-magnesium (Zinc-Aluminium-Magnesium
Alloy)
 tebal nominal
tebal yang ditetapkan dalam standar ini berdasarkan Base Metal Thickness
(BMT), yaitu tebal nominal logam dasar induk sebelum lapisan tahan karat
 toleransi
penyimpangan ukuran yang diperbolehkan di dalam standar ini
 twist
penyimpangan karena puntiran profil terhadap bidang datar (untuk keterangan notasi
lihat Gambar 2 dan Gambar 3)
 camber
penyimpangan lengkung dari posisi samping
 bow
penyimpangan lengkung dari posisi atas
 lot
kelompok satuan hasil produksi yang dibuat dengan jenis dan spesifikasi yang sama
D. Syarat mutu
Profil rangka baja ringan harus lurus dengan bentuk penampang yang seragam
sepanjang batang, serta ujung-ujungnya harus bersudut tegak lurus terhadap sumbu profil.
Permukaan profil tidak boleh mengandung cacat-cacat akibat proses atau pembentukan
lekukan yang dapat merusak lapisan sehingga akan mengurangi fungsi dalam penggunaan
atau pemakaiannya.

8. SNI 2839-2018 tentang Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan
A. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan langit-langit yang dapat dijadikan acuan dasar yang
seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung
besarnya harga satuan pekerjaan langit-langit untuk bangunan gedung dan perumahan.
Jenis pekerjaan langit-langit yang ditetapkan meliputi pekerjaan menutup rangka plafon
dengan berbagai bahan penutup dan list.
B. Acuan normatif
Standar ini disusun mengacu kepada hasil pengkajian dari beberapa analisa pekerjaan yang
telah diaplikasikan oleh beberapa kontraktor dengan pembanding adalah analisis BOW 1921
dan penelitian analisis biaya konstruksi.
C. Istilah dan definisi
a. bangunan gedung dan perumahan
bangunan yang berfungsi untuk menampung kegiatan kehidupan bermasyarakat
b. harga satuan bahan
harga yang sesuai dengan satuan jenis bahan bangunan
c. harga satuan pekerjaan
harga yang dihitung berdasarkan analisis harga satuan bahan dan upah
d. indeks
faktor pengali atau koefisien sebagai dasar penghitungan biaya bahan dan upah kerja
e. indeks bahan
indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis
pekerjaan
f. indeks tenaga kerja
indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk mengerjakan setiap satuan jenis
pekerjaan
g. pelaksana pembangunan gedung dan perumahan
pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan gedung dan perumahan yaitu para perencana,
konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan biaya bangunan.
h. perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi
suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian
indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar
pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan persatuan pekerjaan konstruksi
i. satuan pekerjaan
satuan jenis kegiatan konstruksi bangunan yang dinyatakan dalam satuan panjang, luas,
volume dan unit
D. Singkatan dan Istilah
Singkatan Kepanjangan Istilah/arti

cm centimeter Satuan panjang

kg kilogram Satuan berat

m’ meter panjang Satuan panjang

m2 meter persegi Satuan luas

m3 meter kubik Satuan volume

OH Orang Hari Satuan tenaga kerja per hari

E. Persyaratan
1. Persyaratan umum
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan:
a) Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruhwilayah
Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat;
b) Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar
spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
2. Persyaratan teknis
Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan:
a) Pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan kepada gambar teknis dan
rencana kerja serta syarat-syarat (RKS);
b) Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, dimana di
dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi
adukan;
c) Jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam per-hari.
9. SNI 715:2016 tentang gypsum buatan
A. Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan syarat mutu dan metode pengujian gipsum buatan yang
digunakan sebagai bahan penolong produksi semen, bahan baku industri gipsum
(termasuk bata ringan), bahan baku dan bahan tambahan untuk pupuk & pembenah
tanah (tidak untuk lahan gambut dengan fungsi lindung ekosistem gambut).

B. Acuan Normatif
SNI 0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan
C. Istilah dan definisi
a. gipsum buatan
padatan yang diperoleh dari hasil proses industri yang berwarna abu-abu, putih
kekuningan, atau putih kecoklatan, yang komponen terbesarnya adalah
CaSO4.2H2O.
b. pembenah tanah
pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis dan/atau alami, organik dan/atau
mineral berbentuk padat dan/atau cair yang mampu memperbaiki sifat fisik,
kimia dan/atau biologi tanah (Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011).

D. Klasifikasi
Gipsum buatan diklasifikasikan berdasarkan pada proses pembuatannya :
f) Tipe 1 : gipsum bentuk granular diperoleh dari gipsum hasil proses industri pabrik
asam fosfat, proses pembuatan gipsum yang dipurifikasi, dikeringkan dan dikalsinasi,
lalu digranulasi.
g) Tipe 2 : gipsum bentuk serbuk diperoleh dari gipsum hasil proses industri pabrik
asam fosfat dan pabrik asam amino yang dipurifikasi dan dikeringkan.
h) Tipe 3 : gipsum bentuk serbuk diperoleh dari hasil proses pembuatan gipsum pada
industri asam fosfat dan asam amino yang dinetralkan dan dikeringkan.
i) Tipe 4 : gipsum bentuk kerakal diperoleh dari hasil proses pembuatan gipsum pada
pabrik asam amino yang dikeringkan.
j) Tipe 5 : gipsum bentuk serbuk dan atau cake yang diperoleh dari hasil proses
desulfurisasi dan proses industri asam fosfat yang difiltrasi.
10. SNI 3434:2008 Kayu
A. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan kayu yang dapat dijadikan acuan dasar yang
seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam
menghitung besarnya harga satuan pekerjaan kayu untuk bangunan gedung dan
perumahan.

Jenis pekerjaan kayu yang ditetapkan meliputi :


g) Pekerjaan pembuatan atau pemasangan kusen pintu atau jendela jenis kayu
kelas I, II atau III;
h) Pekerjaan pembuatan pintu panel, pintu klamp, pintu kayu lapis (plywood,
teakwood), pintu atau jendela jalusi, pintu atau jendela kaca dan pintu
teakwood;
i) Pekerjaan pembuatan kuda-kuda atap dan rangka atap jenis kayu kelas I, II atau
III;
j) Pekerjaan pembuatan rangka langit-langit jenis kayu kelas II atau III;
k) Pekerjaan pembuatan rangka dinding dan pemasangan dinding pemisah
jenis kayu kelas I, II atau III;
l) Pekerjaan pemasangan listplank jenis kayu kelas I dan kayu kelas II.
B. Acuan normatif

Standar ini disusun mengacu kepada hasil pengkajian dari beberapa analisa
pekerjaan yang telah diaplikasikan oleh beberapa kontraktor dengan pembanding
adalah analisis BOW 1921 dan penelitian analisis biaya konstruksi.
C. Istilah dan definisi
10) bangunan gedung dan perumahan
bangunan yang berfungsi untuk menampung kegiatan kehidupan bermasyarakat
11) harga satuan bahan
harga yang sesuai dengan satuan jenis bahan bangunan
12) harga satuan pekerjaan
harga yang dihitung berdasarkan analisis harga satuan bahan dan upah
13) indeks
faktor pengali atau koefisien sebagai dasar penghitungan biaya bahan dan upah
kerja
14) indeks bahan
indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan
jenis pekerjaan
15) indeks tenaga kerja
indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk mengerjakan setiap
satuan jenis pekerjaan
16) pelaksana pembangunan gedung dan perumahan
pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan gedung dan perumahan yaitu para
perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan
biaya bangunan
17) perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi
suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam
perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan
dan standar pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan persatuan pekerjaan
konstruksi
18) satuan pekerjaan
satuan jenis kegiatan konstruksi bangunan yang dinyatakan dalam satuan panjang,
luas, volume dan unit

D. Persyaratan

3. Persyaratan umum
Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan:
c) Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh wilayah
Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan
kondisi setempat;
d) Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan
dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.
4. Persyaratan teknis
Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan:
c) Pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan kepada gambar
teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat (RKS);
d) Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%,
dimana di dalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari
jenis bahan dan komposisi adukan;
Jam kerja efektif untuk tenaga kerja diperhitungkan 5 jam perhari
11. SNI 2052:2017 tentang Baja Tulangan Beton
A. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan acuan normatif, istilah, definisi, bahan baku, jenis, syarat mutu,
cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, syarat lulus uji, dan cara pengemasan
baja tulangan beton yang digunakan untuk keperluan penulangan konstruksi beton dengan
memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan.
B. Acuan normatif
Dokumen acuan berikut dibutuhkan untuk aplikasi standar ini. Untuk acuan yang
menunjukkan tahun, hanya edisi yang disebutkan tahunnya yang digunakan. Untuk acuan
yang tidak menunjukkan tahun, acuan yang digunakan adalah tahun edisi yang terakhir
(termasuk setiap amandemen).
SNI 8389, Cara uji tarik logam
SNl 0410, Cara uji lengkung logam
C. Istilah dan definisi
baja tulangan beton adalah baja karbon atau baja paduan yang berbentuk batang
berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip/ulir dan digunakan untuk
penulangan beton. Baja ini diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai panas (hot
rolling)

D. Jenis
1. Baja tulangan beton polos (BjTP)
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan
permukaan rata tidak bersirip/berulir.
2. Baja tulangan beton sirip/ulir (BjTS)
Baja tulangan beton sirip/ulir adalah baja tulangan beton yang permukaannya
memiliki sirip/ulir melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya
lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton.
E. Syarat Mutu
a. Sifat tampak
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna
dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.
b. Bentuk
a. Baja tulangan beton polos
Batang baja tulangan beton berpenampang bundar dan permukaan harus rata tidak
bersirip/berulir sesuai Gambar 1.
b. Baja tulangan beton sirip/ulir
Permukaan batang baja tulangan beton sirip/ulir harus bersirip/berulir secara teratur. Setiap
batang dapat mempunyai sirip/ulir memanjang yang searah tetapi harus mempunyai sirip-
sirip dengan arah melintang terhadap sumbu batang.

12. SNI 03 – 1729 – 2002 tentang Baja
A. Ruang Lingkup Dan Umum
Standar ini meliputi persyaratan-persyaratan umum serta ketentuan- ketentuan teknis
perencanaan dan pelaksanaan struktur baja untuk bangunan gedung, atau struktur bangunan
lain yang mempunyai kesamaan karakter dengan struktur gedung.
Tata cara ini mencakup:
1) ketentuan-ketentuan minimum untuk merencanakan, fabrikasi, mendirikan bangunan, dan
modifikasi atau renovasi pekerjaan struktur baja, sesuai dengan metode perencanaan
keadaan batas;
2) perencanaan struktur bangunan gedung atau struktur lainnya, termasuk keran yang
terbuat dari baja;
3) struktur dan material bangunan berikut:
4) komponen struktur baja, dengan tebal lebih dari 3 mm;
5) tegangan leleh ( f y ) komponen struktur kurang dari 450 MPa;
Komponen struktur canai dingin harus direncanakan sesuai dengan ketentuan lain yang
berlaku. Bangunan-bangunan yang tidak dicakup dalam 1, 2, dan 3 di atas direncanakan
dengan ketentuan lain yang berlaku.
B. Acuan
Semua baja struktural sebelum difabrikasi, harus memenuhi ketentuan berikut ini:
SK SNI S-05-1989-F : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/baja);
SNI 07-0052-1987 : Baja Kanal Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu dan Cara
Uji;
SNI 07-0068-1987 : Pipa Baja Karbon untuk Konstruksi Umum, Mutu dan
Cara Uji;
SNI 07-0138-1987 : Baja Kanal C Ringan;
SNI 07-0329-1989 : Baja Bentuk I Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu dan Cara
Uji;
SNI 07-0358-1989-A : Baja, Peraturan Umum Pemeriksaan;
SNI 07-0722-1989 : Baja Canai Panas untuk Konstruksi Umum;
SNI 07-0950-1989 : Pipa dan Pelat Baja Bergelombang Lapis Seng;
SNI 07-2054-1990 : Baja Siku Sama Kaki Bertepi Bulat Canai Panas, Mutu
dan Cara Uji;
SNI 07-2610-1992 : Baja Profil H Hasil Pengelasan dengan Filter untuk
Konstruksi Umum;
SNI 07-3014-1992 : Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum;
SNI 07-3015-1992 : Baja Canai Panas untuk Konstruksi dengan Pengelasan;
SNI 03-1726-1989 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah
dan Gedung.
Ketentuan tambahan yang berbentuk SNI dan ketentuan-ketentuan pengganti ketentuan di
atas.
C. Material
a) Sifat mekanis baja
Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi
persyaratan minimum yang diberikan pada Tabel 5.3.
 Tegangan leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan ( f y ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan
Tabel 5.3

 Tegangan putus
Tegangan putus untuk perencanaan ( fu ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang diberikan
Tabel 5.3.
 Sifat-sifat mekanis lainnya
Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai
berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa Modulus geser : G = 80.000 MPa Nisbah
poisson :  = 0,3
Koefisien pemuaian :  = 12 x 10-6 /oC

b) Baja struktural
 Syarat penerimaan baja
Laporan uji material baja di pabrik yang disahkan oleh lembaga yang berwenang dapat
dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
standar ini.
 Baja yang tidak teridentifikasi
Baja yang tidak teridentifikasi boleh digunakan selama memenuhi ketentuan berikut ini:
1) bebas dari cacat permukaan;
2) sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak
mengurangi kekuatan dan kemampuan layan strukturnya;
3) ditest sesuai ketentuan yang berlaku. Tegangan leleh ( f y ) untuk perencanaan tidak
boleh diambil lebih dari 170 MPa sedangkan tegangan putusnya ( fu ) tidak boleh diambil
lebih dari 300 MPa.

c) Alat sambung
• Baut, mur, dan ring
Baut, mur, dan ring harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
• Alat sambung mutu tinggi
Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
1) komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya, harus lebih besar
dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku. Ukuran lainnya boleh
berbeda;
3) cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh berbeda dari
ketentuan selama persyaratan gaya tarik minimum alat sambung pada Tabel 18.2-1 dipenuhi
dan prosedur penarikannya dapat diperiksa.
• Las
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Penghubung geser jenis paku yang dilas
Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

• Baut angker
Baut angker harus memenuhi ketentuan Butir di atas atau dibuat dari batang yang memenuhi
ketentuan yang tercakup dalam Butir 3 selama ulirnya memenuhi ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai