Anda di halaman 1dari 5

SENI BUDAYA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
YUNITA ELYSYA PUTRI
XI – MIPA 5

SMA NEGERI 1
TANJUNG MORAWA
I. SIKAP BERAPRESIASI
BIOGRAFI AFFANDI KOESOEMA
Affandi Koesoema lahir di Cirebon pada 1907 sebagai putra
dari Raden Koesoema yang bekerja sebagai mantri ukur di
pabrik gula Ciledug. Pada saat itu Indonesia masih berada di
bawah kekuasaan Belanda sehingga keturunan pribumi biasa
akan sulit mendapatkan pendidikan tinggi, dan ia hanya bisa
bersekolah sampai AMS (Algemene Middelbare School)
atau setara SMA. Sejak kecil Affandi gemar menggambar
dan telah memperlihatkan bakat seni sejak sekolah dasar, namun dunia seni lukis baru benar
– benar digeluti pada era 1940an. Pada saat itu sulit untuk mendapatkan pekerjaan seni
karena Belanda masih menguasai Indonesia. Ia mengawali karir sebagai seorang guru dan
juru sobek karcis, menggambar reklame bioskop di Bandung.
Pada tahun 1930an dalam biografi Affandi bergabung dengan kelompok Lima di
Bandung, yang beranggotakan lima orang pelukis Bandung dan semuanya kelak memiliki
andil besar terhadap perkembangan seni rupa Indonesia. Mereka adalah Barli, Sudarso,
Hendra Gunawan, Wahdi dan Affandi sendiri yang memimpin kelompok tersebut. Kelompok
ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa Indonesia, tetapi
berbeda dengan kelompok serupa lainnya, kelompok ini lebih fokus kepada kegiatan melukis
dan belajar bersama untuk kalangan pelukis sehingga tidak formal seperti Persagi (Persatuan
Ahli Gambar Indonesia). Di tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati yang merupakan
seorang gadis kelahiran Bogor dan memiliki seorang putri yang kelak meneruskan jejaknya
sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.

Lukisan Badai Pasti Berlalu


Lukisan ini menggambarkan keinginan manusia
untuk mengarungi kehidupan. Dalam lukisan tersebut
terdapat gambar perahu dan matahari. Affandi,
pelukis lukisan ini memang terkenal akan gaya
lukisannya yang abstrak. Lukisan inipun termasuk
dalam 10 lukisan terkenal dari Indonesia, yang sangat
populer di Indonesia sendiri.

BIOGRAFI RUSTAMADJI
Rustamadji dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada
tanggal 19 Januari 1921. Memulai karier melukis sejak
tahun 1938 yang ditempuh dengan cara belajar sendiri.
Tahun 1942 - 1947, ia bermukim di kota Malang, Jawa
Timur. Dalam tahun 1948 s/d 1955 tinggal di Yogyakarta
dan bergabung dengan kawan-kawannya seperti S.
Soedjojono, Batara Lubis, Hendra Gunawan almarhum,
Soedarso dan lainnya dalam sebuah sanggar. Pada tahun
1952, bersama dengan kawan lainnya mengadakan
pameran keliling Indonesia atas sponsor Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, kemudian tahun 1956 sampai dengan 1968
bersama keluarganya bermukim di Jakarta.
Sejak tahun 1968 bersama keluarganya kembali hidup dan berkarya dikampungnya
sendiri Klaten, Jawa Tengah hingga sekarang ini. Disamping melukis, juga membuat karya-
karya patung, pada suatu ketika di tahun 1962 timbul inspirasinya untuk melukiskan bulan
purnama, maka untuk keperluan itu dia mengasah batu membuat teropong bulan dengan cara
yang sederhana maka kemudian bulan pun dilukisnya. Dalam proses melukis bulan itulah
Rustamadji kemudian merasa sanggat dekat dengan Tuhan Yang Maha Kuasa seru sekalian
alam semesta, yang telah melimpahkan rahmat, rezeki, nikmat, bakat sepanjang kehidupan.
Sebagai perkembangan lebih lanjut maka tahun 1965-1971 dalam mendalami hidup,
mengalami terbukanya hijab sehingga dia telah banyak menulis tentang ‘ketuhanan’
mencapai berjilid-jilid jumlah dalam bentuk stensilan atau cetakan yang sangat sederhana dan
buku tersebut kemudian dibagikan kepada sahabat-sahabat dekatnya.

Lukisan Penari di Bali


Lukisan ini termasuk 10 lukisan terkenal
dari Indonesia karya Rustamadji. Beliau adalah
maestro pelukis asal Jawa Tengah. Selain melukis,
Rustamadji juga membantu dalam pembangunan
tugu muda Semarang. Lukisan yang dihasilkan
antara lain: kakek dan cucu, nenek dan cucu, penari
remo dan yang terkenal adalah Penari di Bali.
BIOGRAFI BASOEKI ABDULLAH
Basoeki Abdullah lahir di Desa Sriwidari, Surakarta Jawa Tengah, 27 Januari 1915
dengan Indonesia yang masih berstatus Hindia Belanda. Lahir dari pasangan R. Abdullah
Suryosubroto dan Raden Nganten Ngadisah. Kakek Basuki Abdullah adalah seorang figure
sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia, yaitu dokter Wahidin Sudirohusodo. Ayahnya
adalah seorang pelukis juga, salah satu tokoh Mooi indie.
Sejak dari kecil (umur 4 tahun) Basuki Abdullah sudah mulai menyukai dunia seni. Ia
mulai suka menggambar figur-figur penting seperti Yesus Kristus, Mahatma Ghandi, dll.
Dalam usianya yang masih muda Basoeki Abdullah telah berhasil menggambar dengan
tingkat kemiripan dan teknis yang luar biasa. Basuki Abdullah mendapatkan pendidikan yang
masih diselenggarakan oleh pemerintah Belanda. Pendidikan dasar hingga menengahnya
ditempuh di HIS (Hollands Inlandsche Scool) kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer
Ultgebried Lager Onderwijs). Pada tahun 1913 Basuki Abdullah mendapatkan bea siswa
untuk melanjutkan pendidikannya di Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beldeende
Kunsten) di Den Haag, Belanda berkat bantuan dari Pastur Koch SJ. Ia menyelesaikan
studinya dalam waktu dua tahun lebih dua bulan dan meraih penghargaan sertifikat Royal
International of Art (RIA). Tak berhenti disana setelah itu ia juga mengikuti semacam
program studi banding di beberapa sekolah seni rupa di Paris dan Roma.

Lukisan Nyai Loro Kidul


Pelukis dari Indonesia ini telah dikenal di dunia
mancanegara. Banyak lukisan yang dihasilkan oleh
pelukis Basuki Abdullah. Tipe lukisan yang dihasilkan
adalah potret dan telah dikenal lebih dari 22 negara.
Banyak lukisan hasil karyanya yang dikenal baik di
Indonesia maupun luar negeri seperti lukisan dalam
sinar bulan, Diponegoro memimpin pertempuran,
Ir.Soekarno, Fajar, Nyai Loro Kidul, dan lukisan potret
lainnya yang terkenal. Diantara lukisan tersebut
mungkin anda tidak asing dengan lukisan Nyai Loro
Kidul.
BIOGRAFI POPO ISKANDAR
Pelukis, penulis esai, kritikus sastra Sunda, dosen
seni rupa IKIP Bandung. Lahir di Garut pada 17 Desember
1927 dan meninggal pada 29 Januari 2000 pada umur 72
Tahun. Minatnya kepada seni lukis tumbuh karena pengaruh abangnya, Angkama, seorang
guru guru gambar HIS, beranjak dewasa dibimbing oleh Hendra Gunawan dan Barli
Samitawinata.
Bersama dengan kedua orang gurunya itu, Popo sering keluar masuk lorong dan
perkampungan Bandung dan sekitarnya. Dalam proses melukis, Popo merasa lebih dekat
dengan Hendra yang sifatnya terbuka, pandai bergaul dan memiliki rasa humor yang segar.
Pada masa revolusi, Popo menggabungkan diri dengan TRIP. Dia menamatkan SMP di
pengungsian. Setelah ada pengumuman Wakil Presiden Moh. Hatta yang memperkenankan
para pegawai sipil bekarja pada pemerintahan negara federal, Popo kembali ke Bandung. Dia
bermaksud mendalami seni lukis melalui pendidikan formal, pada jurusan Seni Rupa. Tamat
tahun 1958. Penulisan skripsi untuk memenuhi tugas kesarjanaan, menyebabkan ia menulis
esai dan kritik yang di antaranya dimuat dalam majalah Siasat (Jakarta) dan Budaya
(Yogyakarta).

Lukisan Bulan di atas bukit

Lukisan karya Popo Iskandar ini pun juga telah diakui


oleh mancanegara. Lukisan yang dibuat tahun 1996 ini 
banyak digunakan sebagai aplikasi ornamen desain
rumah.

II. KETERAMPILAN BERAPRESIASI

Lukisan Nyi Roro Kidul ( Basoeki Abdullah )

Anda mungkin juga menyukai