Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ENZIM PENCERNAAN

Disusun oleh:
Muhamad Reihan Amar (11190161000040)
Kelompok 1:
Nadia Alviana (11190161000035)
Saidah Nur Sabiliyah (11190161000038)
Sri Palupi (11190161000044)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
A. Tujuan
1. menguji hasil dari hidrolisis pati
2. memvaidasi amilase sebagai enzim pemecah pati
3. Melihat hubungan waktu dengan titik akromatik pada pati yang terhidrolisisis oleh enzim
4. Analisis komposisi ion Cl- pada saliva..

B. Landasan Teori
Menurut Oates di dalam (Herawati, 2011) salah satu bentuk polimer dari karbohidrat
adalah pati yang tersusun atas amilosa dan amilopektin. Amilosa sendiri merupakan bagian
dari rantai polimer linier yang memiliki derajat polimerasi amilosa yang berkisar antaara
500-6000 unit glukosa (bergantung pada sumber), sedangkan amilopektin memiliki dua
rantai a-(-> 4) dan rantai samping berupa a-(-> 6) yang berjumlah sedikit. Selain itu, amilosa
merupakan fraksi gerak yang berarti dalam granula pati berletakan tidak dalam satu tempat,
dan tergantung pada jenis pati. Biasanya susunan antaraa amilosa dengan amilopektin adalah
dengan amilosa yang bertempat di antara molekul-molekul amilopektin berselang-seling di
antara daerah amorf dan kristal. Pati sendiri memiliki sifat amilografi yang berhubungan
dengan viskositas tepung dengan knsentrasi tertentu pada saat pemanasan dan pengadukan.
Suspensi pati jika dipanaskan maka dapat menyebabkan granula nya mengemban dan pecah
mebentuk gelatin dan ini berkaitan dengan sifat gelatinasi yang tergantung pada struktur
amilopektinnya, ukuran granula, dan komposisi dari pati tersebut ( Damat et al, 2018)
Pati dapat terhidrolisis dengan adanya suatu asam atau enzim hidrolase (contohnya alfa
amilase dan glukoamilase). Dalam hidrolisis ini terjadinya reaksi pemutusan ikata-ikatan
glikosidik pada strukturn penyusun pati yaitu amilosa dan amilopektin, yang akan
membentuk monosakarida, disakarida, atu polisakarida yang rantainya lebih pendek (
maltodekstrin). Hidrolisis oleh pati ini umumnya dilakukan secara enzimatis ketimbang
menggunakan asam (Kusnandar, 2019)
Pati yang merupakan suatu karbohidrat merupakan salah satu sumber energi bagi tubuh
(Martoharsono, 2018). Pati akan dipecah oleh tubuh dengan menggunakan bantun dari enzim
amilase. Enzim ini menurut (Nangin dan sutrisno 2015) adalah suatu protein yang memiliki
kemampuan dalam pemecahan ikatan glukosa, enzim ini secara indurstri dihasilkan oleh
Pseudomas stutzeri. Sedangkan, pada tubuh enzim ini terdapat pada saliva yang dihasilkan
oleh kelenjar ludah, dan pankreas (Risnoyatiningsih, 2011). Enzim ini akan memceah pati
dalam melalui tiga langkah utama yakni gelatinasi, likuifikasi, dan sakarifikasi (Nangin dan
Sutrisno, 2015)
Proses pemecahan pati dan karbohidrat di dalam tubuh diawali di mulut, yang merupakan
tempat alfa amilase menghidrolisis beberapa ikatan a-1-> 4 Glikosida. Lalu pemecahan
beralnjut pada pankreas yang akan membentuk glukosa dan maltosa, jika adannya
percabangan seperti amilopeptin atau glikogen maka akan dihasilkan pula isomaltosa yang
berikatan a-1-> 6 Glikosida. Selain bentuk disakarida yang dihasilkan dari reaksi alda amilase
ada bentuk disakarida lain yakni laktosa dan sukrosa. Selanjutnya disakarida akan dipecah
lagi oleh enzim khusus pada usus kecil yang membentuk suatu permukaan yang luas dan
digunakan untuk absorbsi yang efisiean dari nutrisi yang dicerna (Julianto, 2013)

C. Hipotesis
1. hasil hidrolisis pati berupa glukosa, dekstrin dll.
2. amilase dapat memecah pati menjadi komponen penyusunnya.
3. waktu berbanding lurus dengan tingkat hidrolisis pati oleh enzim.

D. Alat dan Bahan


Tabel 1.1 Alat Bahan di Rumah dan Laboratorium

No. Nama Bahan/Alat Jumlah Gambar


1. Larutan pati Secukupnya
2. Iodin encer 10 tetes iodine + 5
tetes air.

3. Gelas plastik 3 buah

4. Air Secukupnya

5. Sendok teh 1 buah


6. Asam asetat encer Secukupnya

7. Pipet tetes 2 buah

8 Saliva Secukupnya
9 Termometer 1 buah

10 Solatip bening 1 buah

11 Kertas putih Secukupnya


12 Lilin 1 buah

13 Botol Kaca 1 buah

15 Gelas ukur 2 buah

15 Corong kaca 1 buah


15 Rak dan tabung 2 buah
reaksi

16 Iodium Secupnya

17

AgNO3 Secukupnya
18 Larutan pati 2% secukupnya

19 Plat tetes 1 buah

20 Saliva secukupnya

21 Pipet tetes 2 buah


E. Langkah Kerja
Tabel 2.1 Langkah Kerja Uji Hidrolisis Pati
No. Gambar Prosedur
1. Asam asetat diencerkan
(digunakan untuk
menstimulasi produksi
saliva pada mulut)

2. Disiapkan saliva dan


larutan pati.
2. Larutan pati dan saliva
ditakar dengan
ketentuan sebagai
berikut:
1. Larutan Pati 5 ml
2. Saliva 2 ml

3. Plat tetes alternatif


dibuat menggunakan
solatip dan kertas.

4. Lilin dinyalakan dan


digunakan sebagai
sumber panas.
5. Panaskan larutan pati
dan saliva, dan jaga agar
suhu larutan tersebut
konstan di 37 C

6. Setiap 30 detik, larutan


diambil dan diteteskan
ke dalam plat tetes
alternatif, serta
ditambahkan dengan
pereaksi iod, dilakukan
hingga mencapai titik
akromik
Plat tetes diamati dan
tditentukan pada waktu
ke berapa titik akromik
terbentuk.

Tabel 2.2 Langkah Kerja Uji Klor


No. Gambar Prosedur
1. Disiapkan alat dan
bahan.

2. 5 ml saliva ditakar
menggunakan gelas ukur.
3. Saliva yang telah ditakar,
kemudian dipindahkan
ke tabung reaksi.

4. Saliva ditambahkan 3
tetes HNO3.

5. Ditambahkan beberapa
tetes AgNO3 hingga
terbentuk endapan putih

6. Endapan diamati dan


diidentifikasi serta
dicatat.

F. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Hidrolisis Pati
Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
Larutan pati 5 ml Tidak ditemukan titik
ditambahkan dengan akromatiknya,
saliva 2 ml, dikarenakan murni
dipanaskan dengan kesalahan tata cara
suhu tidak konstan praktikan dalam
sekitar 37 C. memperlakukan sampel,
sehinga enzim yang
terdapat dalam saliva
tidak bekerja secara
optimal.

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Uji Klor


Perlakuan Hasil Gambar
Pengamatan
Saliva 5 ml Muncul
ditetesi endapan putih
HNO3 dan AgCl yang
AgNO3 3 menandai
tetes. bahwa adanya
ion Cl- pada
saliva

G. Pembahasan
Praktikum kali ini menggunakan pati dan enzim alfa amilase yang terdapat pada saliva
sebagai objek. Pati yang digunakan di sini berbentuk cairan yang telah dilarutkan oleh air
sehingga membentuk konsentrasi larutan pati sebesar 2%. Sedangkan enzim alfa amilase
didapatkan melalui saliva yang diproduksi oleh manusia melalui kelenjar ludah. Praktikan
melaksanakan praktikum di rumah menggunakan alat dan bahan alternatif, dikarenakan
hambatan dalam penyediaan alat laboratorium. Alat dan bahan alternatif bebas asal sesuai
ketentuan dari sesama praktikan yang disetujui oleh asisten laboran. Selain itu, praktikan
mengamati hasil dari praktikum asisten laboran yang didokumentasikan dan diunggah ke
youtube.
Penggunaan alat dan bahan alternatif di sini dimaksudkan untuk menjawab tantangan dari
adanya praktikum di saat pembelajaran daring. Dengan memanfaatkan alat dan bahan yang
terdapat di rumah yakni botol kaca bekas Betta sp. sebagai tabung reaksi, termometer badan,
dan larutan pati yang dibuat dengan melarutkan tepung terigu dengan air dan yang terakhir
untuk pipet tetes praktikan menggunakan pipet bekas skincare yang terbuat dari kaca,
sehingga aman untuk digunakan sebagai alat percobaan
Pada praktikum pertama yakni menghidrolisis sebuah pati menggunakan enzim alfa
amilase. Hidrolisis pati di sini ditandai dengan menhilangnya warna dari pereaksi iodin yang
berwarna kuning, atau biasa disebut achromic point. Namun, dalam praktikum praktikan
tidak berhasil dalam membentuk titik akromatik tersebut. Hal ini ditandai dengan larutan pati
yang telah dipanaskan dengan suhu tidak konstan (sekitar 37 C) dan ditambahkan enzim
amilase tidak membentuk situs yang tak berwarna, namun masih berupa biru pekat, meskipun
dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama hingga campuran larutan pati dan saliva habis.
Tidak terbentuknya titik akromatik ini menandai proses hidrolisis yang dialami oleh pati
gagal terlaksana dengan baik. Hal tersebut dikarenakan adanya kesalahan dalam teknis
pelaksanaan yang tidak melewati suhu yang konstan. Karena, keefektifitasan enzim
dipengaruhi oleh suhu (Risnoyatiningsih, 2011). Selain itu larutan pati yang kemungkinan
tidak berkonsentrasi 2% mempengeruhi enzim, hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari
(Risnoyatiningsih, 2011) semakin banyak kadar suspensi pati yang dihidrolisa, maka semakin
lama pula enzim memprosesnya, dan juga proses akan berjalan tidak baik.
Dengan proses yang gagal maka praktikan tidak dapat mengidentifikasi komponen apa
saja yang membentuk suatu pati, dan tidak pula mengetahui apa hasil hidrolisis pati. Menurut
(Rahmawati dan Sutrisno, 2015) hasil hidolisis pati adalah dekstrin, maltotriosa, maltosa dan
glukosa. Dekstrin sendiri dihasilkan dari hidrolisis pati yang tidak sempurna (Nimaturohmah
dan Yunianta, 2015). Antara hipotesis dan tuntutan hasil praktikum juga terdapat perbedaan,
di mana hipotesisnya komponen yang akan dihasilkan oleh proses hidrolisis pati adalah
glukosa, namun yang terjadi dalam tujuan praktikum praktikan melihat titik akromatik pada
hidrolisis pati. Sesuai dengan Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology
yang menyebutkan bahwa achromic point merupakan titik di mana antara iodine dan amilase
pada pati tidak lagi memberikan warna, yang hal ini disebabkan pati telah terdegradasi
menjadi achroodextrin. sehingga yang menghasilkan titik akromatik dalam hidrolisis ini
hanyalah achroodextrin yang dihasilkan dari hidrolisis tak sempurna.
Praktikum yang ke dua adalah mengenai uji klor pada saliva manusia. hal ini bertujuan
untuk menguji adanya komponen ion Cl- yang terdapat pada saliva. Adanya ion Cl- ditandai
dengan munculnya endapan putih. Endapan putih ini merupakan AgCl yang dihasilkan dari
persamaan reaksi :

Cl + HNO3 + AgNO3 -> AgCl + H(NO3)2

Hal ini sesuai dengan (Juma dan Talaen, 2015) yang menyatakan bahwa Anion Cl- dengan
larutan perak nitrat (AgNO3) akan membentuk endapan putih (AgCl). CL- ini merupakan
salah satu komponen penting dalam saliva, dikarenakann perpindaham air di kelenjar saliva
membutuhkan sekresi Cl- (Larasati, 2016)

H. Simpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan praktikan adalah hasil dari hidrolisis pati yang
menunjukan titik akromatik adalah achroodextrin yang menunjukan situs tak berwarna jika
diuji menggunakan iodin, dan hidrolisis ini masuk ke kategori tak sempurna. Proses
hidrollisis pati, semakin lama maka semakin menyeluruh hidrolisisnya. Sedangkan pada uji
klor dinyatakan bahwa adanya ion Cl- yang terkandung pada saliva, yang dibuktikan dengana
terbentuknya endapan putih AgCl.
I. Daftar Pustaka
Attwood., et al. 2008. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology. Oxford
University Press
Damat, et al. 2018. Teknologi Pati Termodifikasi dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Malang:
Penerbit Universitas Muhammadiayh Malang
Herawati, Heni. 2011. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna Sebagai Pangan
Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. Vol.30 (1) hal: 31-39
Juma A W., Talaen M S. 2015. The Analysis of Chloride In Argentometry on Dig Well
Water in Kupang Regency of Kupang Tengah District Obello Village in 2014.
Jurnal INFOKES. Vol.14(2) hal:1083-1090
Julianto, S Tatang. 2015. Biokimia: Biomolekul dalam Perspektif Al-Quran. Sleman: Dee
Publish
Kusnandar, Feri. 2019. Kimia Pangan: Komponen Makro. Jakarta: PT Bumi Aksara
Larasati, Aprilia. 2016. Perbedaan Derajat Keasaman (pH) Saliva Pada Perokok Kretek dan
Non Krektek. [Laporan Penelitian] Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Martoharsono, Suharsono. 2018. Biokimia 1. Yoyakarta: Gadjah Mada University Press
Nangin D., Sutrisno A. 2015. Enzim Amliase Pemecah Pati Mentah dari Mikroba: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 (3) hal: 1032-1039
Ni’maturrahmah E., Yunianta. 2015. Hidrolisis Pati Sagu (Metroxylon sagu Rootb.) Oleh
Enzim B Amilase Untuk Pembuatan Dekstrin. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Vol. 3(1) hal: 292-301
Rahmawati Y A., Sutrisno A. 2015. Hidrolisis Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L.)
Secara Enzimatis Menjadi Sirup Glukosa Fungsiona: Kajian Pustaka. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. Vol. 3(3) hal: 1152-1159
Risnoyatiningsih, Sri. 2011. Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 5(2) hal: 417-424

Anda mungkin juga menyukai