Nim : 06101181924004
Kelas : Indralaya
Tugas : 9
ILMU TANAH
A. Definisi Tanah
Tanah mempunyai beberapa karakteristik yang terbagi dalam tiga kelompok
diantaranya adalah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik tanah antara lain adalah
tekstur, permeabilitas, infiltrasi, dll. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik tanah yang
berbeda. Usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah tidak hanya terhadap perbaikan sifat
kimia dan biologi tanah tetapi juga perbaikan sifat fisik tanah. Perbaikan keadaan fisik tanah
dapat dilakukan dengan pengolahan tanah, perbaikan struktur tanah dan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah. Selain itu sifat fisik tanah sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar dalam
tanah, retensi air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah juga mempengaruhi
sifat kimia dan biologi tanah.
Proses pembentukan tanah di mulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan
induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di
permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan- bahan tanah dari bagian
atas tanah ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horizon-
horizon tanah. Horison tanah adalah lapisan- lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari
proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut akan
menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Sedangkan penampang vertikal dari tanah
yang menunjukan susunan horison tanah disebut profil tanah. Ada 6 horison utama yang
menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horizon (O), A, E, B, C, dan R.
Sedang horizon penyusun solum tanah adalah horizon A, E, dan B.
Batas satu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas
atau baur. Pada pengamatan lapang ketajaman peralihan horizon ini dapat dibedakan
beberapa tingkatan yaitu:
1. Nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm)
2. Jelas (lebar peralihan 2,5-6,5 cm)
3. Berangsur (lebar peralihan 6,5-12,5 cm)
4. Baur (lebar peralihan > 12,5 cm)
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya.
Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart
sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar atau
matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk diketahui
karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah
tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen, 1978).
Nama dan sifat tanah ditentukan atau dipengaruhi oleh gradasainya (untuk tanah
berbutir kasar) dan batas konsistensinya (untuk tanah berbutir halus). Gradasai
merupakan sifat yang penting untuk tanah berbutir kasar. Tanah terdiri dari aneka ragam
Ukuran butir dengan perbandingan prosentasi ukuran butiran beraneka ragam. Dengan
kata lain distribusi Ukuran butiran atau gradasi butiran tidak pernah sama tanah yang satu
dengan yang lainnya. Untuk menganalisa gradasi tanah berbutir kasar digunakan analisa
saringan dan untuk tanah berbutir halus digunakan analisa hydrometer (cara
pengendapan). Batasan-batasan ukuran butiran tanah dapat dilihat pada tabel berikut.
Biasanya tanah terdiri dari campuran beberapa ukuran. Semakin panjang gradasinya
maka tanah tersebut akan semakin baik. Tanah yang mempunyai partikel-partikel yang
melekat satu sama lain setelah dibasahi dan setelah kering diperlukan gaya yang cukup
besar untuk meremasnya, maka tanah tersebut disebut tanah kohesif.
Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijittanah basah di antara
jari-jari, sambil dirasakan halus-kasarnya yaitu dirasakan adanya butiran-butiran pasir,
debu, dan liat. Berdasarkan perbandingan butiran tersebut, maka dikenal 12 kelas tekstur
tanah yakni:
a) Pasir : Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola tidak melekat
b) Pasir berlempung(ls) : Rasa kasar jelas, membentuk bola dan mudah sekali hancur,
sedikit sekali melekat
c) Lempung Berpasir (sl) : Rasa kasar agak jelas, membentuk bola yang agak keras
tetapi mudah hancur, melekat
d) Lempung (l) : Rasa tidak kasar dan tidak licin membentuk bola teguh, dapat sedikit
digulung, dengan permukaan mengkilap, melekat.
e) Debu (si) : Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit didulung dengan
permukaan mengkilat agak melekat
f) Lempung berliat (cl.l) : Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (kering)
membentuk gulungan bila dispirit, gulungan mudah hancur, melekatnya sedang.
g) Lempung liat berpasir (scl.l) : Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh
(kering) membentuk gulungan bila dispirit, gulungan mudah hancur, melekat
h) Lempung liat berdebu (si cl.l) : Rasa jelas licin, membentuk bola teguh, gulungan
menkilat, melekat.
i) Liat berdebu (sic l) : Rasa licin agak kasar, membentuk bola, dalam keadaan kering
sukar dipirit, mudah digulung,melekat sekali
j) Liat berdebu (sic l) : Rasa agak licin membentuk bola, dalam keadaan kering sukar
dispirit, mudah digulung,melekat sekali
k) Liat : Rasa berat,membentuk bola baik, melekat sekali
l) Liat berat : Rasa berat sekali, membentuk bola baik, sangat lekat
Tekstur yang paling ideal bagi tanah pertanian adalah tekstur Lempung berdebu, yang
terdiri dari : Air tanah 25%, Udara tanah 25%, Mineral 45% dan Bahan organic 5%.
Tekstur mencerminkan ukuran partikel tanah yang dominanPenetapan tekstur tanah
di laboratorium dapat dilakukan dengan analisa mekanis, yang umumnya dipakai metode
pipet dan metode hydrometer bouyoucus, kedua metode ini didasarkan atas perbedaan
kecepatan jatuhnya partikel-partikel di dalam air. Selanjutnya hasil dari analisa
laboratorium yang berupa persentase dari fraksi tanah dimasukkan ke dalam diagram
segitiga tekstur USDA.
c. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah penyusunan partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu
dan liat membentuk agregat-agregat, yang satu agregat dengan lainnya dibatasi oleh
bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut ped,
sedangkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah disebut clod.
d. Berat Spesifik
Harga berat spesifik butiran tanah (bagian padat) sering dibutuhkan dalam
bermacam-macam keperluan perhitungan dalam mekanika tanah. Harga-harga itu dapat
ditentukan secara akuran di laboratorium.
Berat Spesifik (Bulk density) tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah
kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Makin padat suatu tanah
makin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit dilalui air dan ditembus akar
tanaman.
f. Konsistensi Tanah
Konsitensi tanah menunjukan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya
adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Tanah dengan struktur baik (granuler, remah)
mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah
diolah. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak
melekat pada alat pengolah tanah. Karena tanah dalam keadaan lembab, basah dan kering
maka penyipatan konsistensi tanah harus pada kondisi tersebut.
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut
dapat diremas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini terjadi
karena adanya air yang terserap (absorbed water) di sekeliling permukaan partikel
lempung. Bila kadar airnya sangat tinggi, cukup tanah dan air akan menjadi sangat
lembek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandungnya, tanah dapat
dipisahkan ke dalam empat keadaan dasar, yaitu padat, semi padat, plastis, dan cair.
g. Porositas
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air.
Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan porositas,
contoh tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian cores ini
ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan core yang kering oven
merupakan volume ruang pori. Untuk 400 cm 3 cores yang berisi 200 gr (200 cm 3 ) air
pada kondisi jenuh porositas tanahnya akan mencapai 50% (Foth, 1988).
h. Infiltrasi
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah.
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat
kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan
iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada sutu tanah hutan karena pengaruh gravitasi
dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada
permukaan tanah.
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi
adalah gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation).
Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga
berpengaruh terhadap laju aliran permukaan (run off).
i. Permeabilitas
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui
ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori
diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya
sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di
bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian
karena ada rongga-rongga udara.
j. Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi
oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada
ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau
pengikatan. Faktor- faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain:
bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi
Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanag permukaan agregat
pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat
basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin
kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.
Kadar C dan N organik tanah Inceptisol, Oksisol, dan Vertisol termasuk rendah
sedangkan tanah Andisol tinggi. Demikian pula KTK tanah Inceptisol dan Oxisol rendah
masing-masing hanya 16.0 dan 7.2 cmol kg-1. Sementara itu KTK tanah Vertisol dan
Andisol tinggi masing-masing sebesar 49.1 dan 34.7 cmol kg-1 (Tabel 5).
Kadar P total (P potensial) pada tanah Oksisol dan Inceptisol termasuk rendah,
sedangkan pada tanah Vertisol dan Andisol tinggi. Kadar P tersedia (Bray-1) pada tanah
Inceptisol, Oksisol, dan Andisol termasuk rendah sedangkan P-Olsen (tersedia) pada tanah
Vertisol tinggi. Sementara itu retensi P (KH2PO4) tanah-tanah tersebut termasuk sedang
kecuali Andisol sangat tinggi (Tabel 6). Kadar K-HCl (K potensial) pada tanah Inceptisol dan
Oksisol rendah sedangkan pada Vertisol dan Andisol tinggi. Demikian pula halnya K
terekstrak NH4OAc (K tersedia) pada tanah Inceptisol dan Oksisol rendah, sedangkan pada
Vertisol dan Andisol tinggi.