Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA PADA MASA ORDE BARU

NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3 :


 AL ALIF TIO HENDRA
 ALHADI NOVRA
 ALYA NATASYA
 JOELYO ELVANO PUTRA
 M. FIKRI
 MUHAMMAD HAIKAL IZZA KURNIAWAN
 OKTA APRIANSYAH
 DWIRA NUR ERLANGGA
 SABRINA FITRIA FARADHIBA
 SILVI PUTRI ANANTA
 THARIQ ZUL HAFIZH
 WIWIK WIDARSIH MARSA
Latar Belakang
Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara
kekuasaan masa Sukarno (Orde Lama) dengan masa Suharto (Orde Baru). Sebagai
masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan Gerakan 30
September tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upaya untuk : mengoreksi total
penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali seluruh
aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen dan menyusun kembali kekuatan bangsa
untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
bangsa.

Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali


pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992,dan tahun 1998.
Antara pemerintahan Orde Baru dengan Orde Lama tidak jauh berbeda sama- sama
menggunakan sistem “ Political and Role Sharing dan Partnership (hubungan
kemitraan) antara sipil dan militer ”. Perbedaannya hanya terletak pada dasar
legitimasinya, terbukti bahwa presiden Soeharto memegang kekuasaan Eksekutif
sebagai hasil dari pemilihan MPRS dan MPR sejak tahun 1973. Kekuasaan
Eksekutif yang kuat dan dominan dalam pemerintahan Indonesia tertulis dalam
UUD 1945 pasal 5, berbunyi bahwa Presiden memegang kekuasaan membentuk
Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, dengan kata lain
Presiden memegang kekuasaan Eksekutif dan Legislatif sekaligus.

Latar Belakang Lahirnya Masa Pemerintahan Orde Baru


■ Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.
■ Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa
Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat
yang sudah berlangsung lama.
■ Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600%
sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan
harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat.
 Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa
pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan
demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan
serta tokoh-tokohnya diadili.
 Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat
bergabung membentuk Kesatuan Aksi berupa “Front Pancasila” yang
selanjutnya lebih dikenal dengan “Angkatan 66” untuk menghacurkan tokoh
yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965.
 Kesatuan Aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966 di depan gedung
DPR-GR mengajukan tuntutan”TRITURA”(Tri Tuntutan Rakyat) yang
berisi :
-Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya
-Pembersihan Kabinet Dwikora
- Penurunan Harga-harga barang.
 Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan
Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat
menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam
peristiwa Gerakan 30 September 1965.
 Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya
untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30
September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk
Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub).
 Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang
sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen
Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi
keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan
SEJARAH ORDE BARU.

1. Masa Transisi (1966-1967)

Dalam masa 1966-1967 terdapat dualisme dalam kepemimpinan Nasional,


yaitu di satu pihak Presiden Sukarno yang masih aktif dan di pihak lain
adanya tokoh Jendral Soeharto yang semakin populer. Ia populer berkat
prestasinya menumpas pemberontakan G-30 S/PKI dalam waktu yang
singkat, serta melaksanakan dengan pasti usaha-usaha stabilisasi politik dan
ekonomi berdasarkan Surat Perintah 11 Maret 1966. Pada akhirnya
kekuasaan diserahkan kepada pengemban ketetapan MPRS No.
IX/MPRS/1966 Jendral Soeharto di Jakarta, 20 Februari 1967. Dan setelah
itu memasuki masa konsolidasi sejak tahun 1968. Saat itu pemerintah
bersama DPR-GR menyelesaikan berbagai macam undang-undang yang
berkaitan dengan pemerintah. Dan juga menyelesaikan masalah korupsi dan
perselisihan antara kaum pribumi dan non-pribumi.

2. Stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi

Pada awal jaman orde baru program pemerintah semata-mata diarahkan


kepada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama berupa usaha
memberantas inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan
kebutuhan pokok rakyat. Kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang
menunjukkan tingkat inflasi sekitar 650% setahun tidak memungkinkan
pembangunan dengan segera, tetapi harus melakukan stabilisasi dan
rehabilitsi ekonomi terlebih dahulu. Stabilisasi berarti pengendalian inflasi,
agar supaya harga-harga tidak melonjak terus secara cepat. Sedangkan
rehabilitasi adalah reahbilitasi secara fisik daripada prasarana, rehabilitasi
ekspor, rehabilitasi alat-alat produksi yang banyak mengalami kerusakan.
Dan juga memperbarui landasan ekonomi dalam ketetapan
No.XXIII/MPRS/1966.

3. Perkembangan sosial budaya


Pendidikan, dalam era ini pendidikan sangat diperhatikan demi kemajuan
bangsa dan menciptakan kesempatan belajar yang lebih luas. khususnya
pendidikan tinggi diarahkan pada sasaran pembinaan mahasiswa yang mampu
menjawab tantangan modernisasi. Relevansinya dengan situasi riil dalam
kehidupan bermasyarakat
Perkembangan pers dan media elektronika, titik tolak dari pembinaan pers
nasional adalah ketetapan sidang umum MPRS IV tahun 1966. Dalam
ketetapan ini disebutkan “kebebasan pers Indonesia adalah kebebasan untuk
menyatakan serta menegakkan kebenaran dan keadilan, dan bukanlah
kebebasan dalam penegertian liberalisme”. Disebutkan juga bahwa kebebasan
pers berhubungan erat dengan keharusan adanya pertanggung jawaban, atau
singkatnya pers yang bertanggung jawab. Dan sahkan UU No.11 Tahun 1966
tentang ketentuan pokok-pokok pers dan disempurnakan dengan UU No.4
Tahun 1967.
Perkembangan Pancasila pada Orde Baru

Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman
sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari pancasila serta
UUD 1945. Demi kepentingan kekuasaan akan tetapi, yang terjadi sebenarnya
adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu
pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar, rezim, otoritarian di bawah
Soeharto. Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan
orde baru sebagai alat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme
Negara. Sehingga pancasila oleh rezim orde baru ditafsirkan sedemikian rupa
sehingga membenarkan dan memperkuat otoritarianisme Negara. Makadari itu
pancasila perlu disosialisasikan sebagai doktrin komperehensif dalam diri
masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas ;segala Tindakan
pemerintah yang berkuasa dalam diri masyarakat Indonesia. Adapun dalam
pelaksanannya upaya indoktrinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara,
mulai dari pengkultusan pancasila sampai dengan penataran p4.

Upaya pengkultusan terhadap pancasila dilakukan pemerintah orde baru guna


memperoleh kontrol sepenuhnya atas pancasila dan UUD 1945. Pemerintah orde
baru menempatkan pancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu yang keramat
sehingga tidak boleh diganggu gugat. Penafsiran dan implementasi pancasila
sebagai ideology terbuka, serta UUD 1945 sebagai landasan konstitusi berada
ditangan Negara. Pengkultusan pancasila juga tercermin dari penetapan dan
kesaktian pancasila setiap tanggal 1 oktober sebagai peringatan atas kegagalan
G30/PKI dalam upayanya menggantikan pancasila dengan ideologi komunis.
Kecenderungan orde baru dalam memandang pancasila sebagai doktrin yang
komperehensif terlihat pada anggapan bahwa ideology sebagai sumber nilai dan
norma karena itu harus ditangani melalui upaya indoktrinasi secara terpusat. Pada
akhirnya, pandangan tersebut bermuara pada keadaan yang disebut dengan
perfeksionisme Negara. Negara perfeksionis adalah Negara yang merasa tahu apa
yang benar dan apa yang salah bagi masyarakatnya. Dan kemudian melakukan
usaha-usahasistematis agar kebenaran dan kepahaman Negara itu dapat
diberlakukan dalam masyarakatnya. Sehingga permulasi kebenaran yang kemudian
muncul adalah sesuatu yang dianggap benar kalau hal tersebut sesuai dengan
keinginan penguasa, sebaliknya sesuatu dianggap salah kalau bertentangan dengan
kehendak penguasa.
Penerapan Pancasila pada Masa Orde Baru

Masa Orde Baru adalah masa kepemimpinan Soeharto sebagai Presiden


Republik Indonesia dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utama
pemerintahan Orde Baru ini adalah penerapan Pancasila dan UUD NRI Tahun
1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Tetapi, ada penyimpangan penerapan dan Pancasila selama Orde
Baru.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan nasional dapat dilaksanakan


secara bertahap dan berkesinambungan melalui Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita) dan Program Pembangunan yang tertuang di dalam Garis-
garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal tersebut menjadikan pembangunan
nasional tumbuh.

Sementara itu, Lembaga Kepresidenan menjadi pengontrol utama lembaga


negara lainnya, baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan
MA) maupun yang bersifat infrastruktur (LSM, Partai Politik, dan sebagainya).

Pada masa Orde Baru, kebebasan berpolitik juga dibatasi dengan jumlah partai
politik yang terbatas pada tiga partai saja, yaitu Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Masa Orde Baru juga membatasi kebebasan pers dan kebebasan berpendapat.
Sejumlah surat kabar dan majalah dibredel dan dicabut surat izin penerbitannya
dengan alasan telah memberitakan peristiwa yang bertentangan dengan
kebijakan pemerintah.

Masa Orde Baru juga ditandai dengan adanya beberapa aktivis politik hilang
atau ditangkap setelah menyuarakan aspirasinya dalam mengkritik kebijakan
pemerintah, beberapa lama kemudian diberitakan hilang atau ditangkap.
Penyimpangan penerapan Pancasila pada masa Orde Baru juga ditandai dengan
kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) seperti kasus Tanjung
Priok, kasus Marsinah, kasus wartawan Udin dari Harian Bernas Yogyakarta,
dan lain-lain.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde
Baru

Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru :

1. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70
dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.565
2. Sukses transmigrasi
3. Sukses KB
4. Sukses memerangi buta huruf
5. Sukses swasembada pangan
6. Pengangguran minimum
7. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
8. Sukses Gerakan Wajib Belajar
9. Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
10. Sukses keamanan dalam negeri
11. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
12. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru :

1. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme


2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan
daerah sebagian besar disedot ke pusat
3. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan
pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
4. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
5. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata
bagi si kaya dan si miskin)
6. Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat
Tionghoa)
7. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
8. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang
dibredel
9. Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan
program "Penembakan Misterius»
10. Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden
selanjutnya)
11. Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak
Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang
efektif negara pasti hancur.Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu
sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
12. Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan negara
dipegang oleh swasta
KESIMPULAN

Masa awal orde baru ditandai oleh terjadinya perubahan besar dalam pegimbangan
politik di dalam Negara dan masyarakat, sebelumya pada era Orde Lama kita tahu
bahwa pusat kekuasaan ada di tangan presiden, militer dan PKI. Namun pada Orde
Baru terjadi pergeseran pusat kekuasaan dimana dibagi dalam militer, teknokrat,
dan kemudian birokrasi.

SARAN

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan memiliki banyak potensi SDM
maupun SDA, berkaca dari pembahasan diatas supaya kedepannya bangsa ini
menjadi lebih hebat dan terutama kesadarannya masing-masing, dan tertancapnya
sila-sila Pancasila dalam sanubari.

Anda mungkin juga menyukai