982 1950 1 SM
982 1950 1 SM
1
Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32, No. 5 : 158–171 (Januari 2013) ISSN 0852-2626
inorganic fertilizers with a doses of 1,83 jagung dalam beberapa tahun terakhir
kg/dose of organic fertilizer plots and 0,7 ini tidak sejalan dengan peningkatan
kg/plot). The variables measured included produksi dalam negeri.
plant height, cob length and girth, and Peningkatan produksi jagung
weight of grain drying. Data is collected menunjukkan bahwa produksi jagung
when the harvest of up to finish drying the
nasional rata-rata negatif dan
corn that has been grain. Data are taken then
tabulated and tested according to the cenderung menurun, sedangkan laju
analysis of diversity to see the effect of pertumbuhan penduduk selalu positif
treatment. Unlike the Tukey’s Test is yang berarti kebutuhan terus
performed to see the differences between meningkat. Pada kenyataannya total
each treatment. The analysis show that the produksi dan kebutuhan nasional dari
treatment given the diversity of influences tahun ke tahun menunjukkan
significantly different P>0.05 on the lenght kesenjangan yang terus melebar dan
and girth and weight gran dry cobs. Of jika terus dibiarkan, konsekuensinya
research has been done be concluded that adalah peningkatan jumlah impor
fertilization by combining in organic and jagung yang semakin besar dan negara
inorganic fertilizer to increase production of
kita semakin tergantung pada negara
corn cobs either lenght-girth and weight dry
cobs. asing.
Fluktuasi harga bahan pakan dan
Keywords: Fertilizer inorganic, Fertilizer persaingan dalam penggunaannya
organic and Production of corn. merupakan kendala yang sering
mengguncang usaha peternakan karena
PENDAHULUAN berdampak pada biaya ransum. Dengan
adanya krisis ekomomi yang dialami
Jagung merupakan bagian dari oleh negara kita sampai sekarang,
sub sektor tanaman pangan yang dampak ini juga dirasakan oleh para
memberikan andil bagi pertumbuhan petani sehingga daya beli masyarakat
industri hulu dan pendorong industri tani menjadi berkurang dan
hilir yang kontribusinya pada ditambahkan lagi harga pupuk dan
pertumbuhan ekonomi nasional cukup sarana produksi lain yang semakin
besar. Tanaman jagung juga tinggi.
merupakan salah satu komoditi Fenomena dampak negatif
strategis dan bernilai ekonomis serta intensifikasi pertanian terhadap
mempunyai peluang untuk ekosistem pertanian terjadi karena
dikembangkan karena kedudukannya intensitas pemakaian pupuk kimia
sebagai sumber utama karbohidrat dan yang terus meningkat dari waktu ke
protein setelah beras (Anonim, 2003). waktu. Pupuk anorganik lebih mudah
Di beberapa daerah di Indonesia, didapatkan tetapi harganya relatif
jagung dijadikan sebagai bahan mahal. Penggunaan pupuk anorganik
pangan utama juga sebagai sumber selalu diikuti dengan masalah
bahan pakan ternak dan memiliki andil lingkungan, baik terhadap kesuburan
terbesar dibandingkan dengan bahan biologis maupun kondisi fisik tanah
lain. Ternak ruminansia serta dampak pada konsumen.Sebagian
mengkonsumsi semua komposisi besar lahan penanaman jagung di
tanaman jagung yang dipakai sebagai Indonesia berupa lahan kering. Masalah
pakan ternak. Peningkatan kebutuhan
2
Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32, No. 5 : 158–171 (Januari 2013) ISSN 0852-2626
3
Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32, No. 5 : 158–171 (Januari 2013) ISSN 0852-2626
4
Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32, No. 5 : 158–171 (Januari 2013) ISSN 0852-2626
Tabel 1. KandunganUsurHaraMakroTanahSebelumPenanaman
Unsur Hara Kelompok
Makro A B C D E
N (%) 0,067 0,069 0,075 0,050 0,80
P (ppm) 14,40 14,20 13,99 11,04 9,66
K (ppm) 8,28 7,39 6,30 3,86 6,12
Sumber: HasilAnalisa TanahdiLaboratoriumFAPERTAUNSRAT,Manado(2009).
2. Penanaman jagung dilakukan anorganik 1,83 kg/petak dan
dengan jarak tanam 50 cm x 70 pupuk organik 0,7 kg/petak.
cm, setiap plot/petak memiliki 24 Variabel penelitian yang diukur
lubang dan setiap lubang ditanami meliputi; 1). Tinggi tanaman (cm).
2 butir jagung. Untuk pemupukan Diukur dari permukaan tanah sampai
pada perlakuan T1, dilakukan buku dasar malai, dilakukan pada saat
sesuai dengan kebutuhan tanaman panen. 2). Panjang dan lingkar tongkol
jagung yaitu; Urea 300 kg/ha, (cm). Kulit tongkol dibuka terlebih
SP36 150 kg/ha, KCl 75 kg/ha. dahulu dan diukur panjangnya dari
Pemberian Urea diberikan pangkal hingga ujung tongkol.
sebanyak 2 kali, dimana setengah Pengukuran dilakukan setelah panen
bagian (dosis pemupukan 0,10 dan 3). Bobot pipilan kering jemur,
kg/petak) diberikan saat umur yaitu setelah panen tongkol jagung
tanam 18 hari dan setengahnya yang telah dibuka kulitnya langsung
lagi saat umur tanam 35 hari. SP36 dijemur selama 3 hari kemudian
dan KCl diberikan seluruhnya dipipil dan dijemur + 2 hari atau kadar
pada saat tanam. Untuk T2, setiap air biji setelah mencapai 12 – 14 %
lubang yang belum ditanami (kg. petak-1).
jagung diberikan kompos
sebanyak 0,02 kg per lubang, HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian ditanami jagung.
Diaplikasikan pada saat tanam. Pengaruh Perlakuan terhadap
Untuk T3, pemupukan dilakukan Tinggi Tanaman
dengan menggabungkan antara
Nilai rata-rata tinggi tanaman
jenis pupuk anorganik dan organik
dalam penelitian ini dapat dilihat pada
dengan perbandingan dosis pupuk
Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman, Panjang dan Lingkar Tongkol Serta Bobot Pipilan
Kering Jemur Jagung pada Setiap Perlakuan
Perlakuan
Peubah
T0 T1 T2 T3
Tinggi Tanaman(cm) 180,84 180,14 185,74 187,86
Panjang Tongkol(cm) 13,15a 14,03a 14,14a 15,76b
a a ab
Lingkar Tongkol(cm) 14,10 14,06 14,44 15,62b
Bobot Pipilan
1.288,32a 1.134,72a 1.943,41b 2.372,37c
Kering Jemur (kg.petak-`1)
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata.
5
Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32, No. 5 : 158–171 (Januari 2013) ISSN 0852-2626
Rataan tinggi tanaman pada daun tanaman lebih hijau segar dan
Tabel 2 bervariasi antara 180,14 cm (± banyak mengandung butir hijau daun
22,25) sampai 187, 86 cm (± 16, 98). (chlorophyl) yang mempunyai peranan
Dengan rataan tertinggi pada sangat panting dalam proses
perlakuan T3 sedangkan terendah pada fotosintesa, mempercepat
perlakuan T1. Hasil analisa keragaman pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah
(Lampiran 1) menunjukkan bahwa anakan, cabang dan lain-lain) dan
perlakuan tidak memberikan pengaruh menambah kandungan protein
yang nyata (P < 0,05) terhadap tinggi tanaman.
tanaman dengan kata lain pupuk Kelompok memberikan
anorganik dan organik tidak pengaruh yang berbeda nyata (P >
mempengaruhi tinggi tanaman.Hal ini 0,05). Hal ini dapat dijelaskan bahwa
disebabkan karena tidak adanya kandungan unsur hara tanah bervariasi
kompetisi antar tanaman terhadap sinar untuk setiap kelompok. Ketersediaan
matahari dan penyerapan unsur hara hara dalam tanah dalam penelitian ini
untuk melakukan proses fotosintesis. diketahui melalui pengujian
Unsur hara Nitrogen yang laboratorium. Pada awal penanaman
dikandung dalam pupuk Urea sangat kadar unsur haranya relatif sama antar
besar kegunaannya bagi tanaman kelompok. Rataan kandungan unsur
untuk pertumbuhan dan hara tanah sesudah panen dapat dilihat
perkembangan, antara lain; membuat pada Tabel 3.
6
Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32, No. 5 : 158–171 (Januari 2013) ISSN 0852-2626
7
Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32, No. 5 : 158–171 (Januari 2013) ISSN 0852-2626