Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN STRATEGI KELOMPOK TERHADAP

TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA

Oleh:

NI LUH PUTU DEWI ASTUTI

17.321.2692

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat di cegah dan pasti akan
dialami oleh semua orang yang berumur panjang, dimana semua orang akan berharap akan
menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan
cucu tercinta (Hamid, 2007). Memasuki masa tua sebagian para lanjut usia (lansia) dapat
menjalaninya dengan bahagia, namun tidak sedikit dari mereka tidak mengalami hal
sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga merasakan rasa
ketidak nyamanan karena mengalami permasalahan baik secara fisik, biologis, mental
maupun sosial ekonomi (Padila, 2013). Kesehatan mental merupakan aspek penting dari
kesehatan lansia. Masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh lansia meliputi isolasi sosial,
kesepian, depresi dan bahkan bunuh diri (Anderson & McFarlanc,2007). Upaya yang dapat
diberikan oleh pelayanan kesehatan terhadap lansia yaitu meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang lainnya.

Jumlah penduduk lansia pada tahun 2013-2050 di Dunia akan menduduki peringkat
teratas dibandingkan dari golongan usia dibawahnya. Pertambahan penduduk lansia di dunia
pada tahun yang sama adalah 13,4% tahun 2014 dan, 25,3% tahun 2015. Pertambahan
penduduk lansia (60 tahun keatas) di Indonesia menunjukkan adanya kecebderungan
peningkatan persentase. Tahun 2014 pertambahan penduduk lansia sebanyak 8,9% dari total
jumlah penduduk pada tahun yang sama. Tahun 2015 pertambahnnya sebanyak 21,4%
(Kemenkes, 2015). Provensi Bali menduduki peringkat ke empat dengan penduduk lansia
terbanyak di Indonesia adalah Provensi Daerah Istimewa Yogyakarta 13,04%, Jawa Timur
10,4% Jawa Tengah 10,34% dan Bali 9,87% (Badan Pusat Statistik Provensi Bali, 2016)

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan umum dan terbesar di temukan pada
lansia (suardana, 2011). Depresi adalah gangguan jiwa yang paling lazim di jumpai di
masyarakat. Prevalensinya cukup tinggi, berkisar 5-10 persen, perempuan dua kali lebih
banyak daripada pria. Kelompok remaja dan usia lanjut lebih rentan menderita depresi
(Kurniawati, 2013). Menurut World Helath Organization (WHO) prevalensi depresi di dunia
tahun 2016 adalah sekitar 121 juta orang, dari jumlah itu 5,8% dari jumah total laki-laki di
dunia mengalami depresi dan proporsi wanita depresi di dunia adalah 9,5% dari jumlah total
wanita di dunia. Di Indonesia menurut Word Health Organization (WHO) Pada Tahun 2011
sekirat 13,2 juta orang mengalami depresi. Prevalensi depresi pada lansia di dunia sekitar 8-
15 %. Sementara prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan Panti
Perawatan sebesar 30-45% (Rahmi, 2016).

Kejadian depresi yang tidak tertanggani dengan baik dapat menyebabkan peningkatan
penggunaan fasilitas kesehatan, pengaruh negative terhadap kualitas hidup lansia, bahkan
dapat menyebabkan kematian (Viedebeck, 2015). Bentuk dari dampak depresi adalah
meningkatnya frekwensi kunjungan berulang lansia ke tempat pelayanan kesehatan dengan
keluhan somatic yang tidak kunjungn berubah. Lansia yang berumur 60 tahun keatas yang
menderita depresi rata-rata, mengunjungi tempat pelayanan kesehatan lebih sering dengan
berbagai masalah fisik dan meninggal 4 kali lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak
depresi (Kurniawati, 2013). Depresi dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkat yakni ringan,
sedang dan berat, pada penderita depresi berat biasanya sering muncul fikiran bunuh diri, jika
tidak ditangani dapat berakhir dengan bunuh diri. Hamper 15% penderita bunuh depresi
melakukan bunuh diri, lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa dan anak-anak.
Bunuh diri sebagai akhir dari depresi banyak dipicu oleh faktor ekonomi, kekacauan,
kemiskinan, pergeseran budaya, melemahnya ikatan sosial dan penyakit kronis (Suardana,
2017).

Upaya peningkatan kesejahteraan lamsia selain dilakukan melalui pos Pembinaan


Terpadu (Posbindu), dan program yang berfokus pada kesehatan lansia yaitu melalui
program Bina Keluarga Lansia (BKL) (Notoatmodjo, 2012). Program Bina Keluarga Lansia
dilaksanakan melalui kegiatan posyandu lansia merupakann pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat yanh bekerja sama antar petugas kesehatan dengan mayarakat. Kegiatan
posyandu lansia bertujuan untuk menyalurkan aktivitas lansia seperti senam, penyuluhan,
kegiatan rekreasi dan spiritual (Notoatmodjo, 2012). Kegiatan posbindu dan program bina
lamsia menghasilkan hasil yang optimal maka lansia harus rutin mengikuti kegiatan yang
diadakan. Pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat melalui posbindu dan program bina
keluarga lansia lansia belum dilakukan optimal sehingga berdamapak terhadap kesejahteraan
lansia salah satunya peningkatan angka kesakitan salah satunya depresi (Aryawan, 2015).

Pengelolaan depressi dapat dilakukan dengan terapi farmakologi yang meliputi


penggunaan anti depressi (anti depressant), serta terapi nonfarmakologi, namun penggunaan
terapi farmakologi seperti anti anti depressant terkadang akan menumbulkan efek samping
reaksi yang merugikan seperti pusing, sakit kepala, mual, mulut kering, konstipasi, retensi
urine atau sulit berkemih, jalan nafas kesing, sering agitasi, takikardi, dan gangguan
penglihatan (Kusumawardhani, 2015). Sehingga, pendekatan dengan terapi nonfarmakologi
kini sering digunakan dalam pengelolaan depresi. Terapi nonfarmakologis yang dapat
dilakukan seorang perawat pada lansia dengan depresi dapat diberikan melalui pendekatan
perilaku dan kongnitif. Terapi perilaku-kongnitif diperuntukkan bagi seseorang bagi
seseorang yang mengalami kesalahan dalam berfikir yang umumnya terjadi pada pasien
depresi, kecemasan, dan panic disorder. Terapi perilaku-kongnitif dapat membantu
menghentikan pola pikiran negatif dan membantu penderita dalam melawan depresi, karena
terapi ini bertujuan untuk mengubah pikiran negatif yang dirasakan, membantu
mengendalikan diri dan pencegahan serta pertumbuhan pribadi (Burns, 2014). Menurut
Marasmis (2015) terapi kongnitif-perilaku bertujuan mengubah pola piker pasien yang selalu
neatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, takmampu dan sebagainya) kea
arah pola piker yang nettral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat
menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus.
Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi kongnitif bertujuan
mengubah perilaku dan pola pikir.

Terapi Reminiscnce merupakan salah satu jenis terapi kongnitif, merupakan salah satu
intervensi yang mengguanakan memori untuk memelihara kesehatan mental dan
meningkatkan kualitas hidup, dalam kegiatan terapi ini terapis memfasilitasi lansia untuk
mengumpulkan kembali memori-memori masa lalu yang menyenangkan sejak masa anak,
remaja dan cdewasa serta hubungan pasiem dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing
dengan orang lain (Syarniah, 2014). Reminiscence adalah salah satu strategis yang efektif
untuk memproses informasi, perasaan dan pemikiran, dan meletakkan pengalaman secara
perspektif dari watu ke waktu, dengan mengingat kembali yang menyenangkan, pengalaman,
dan pemenuhan hidup yang positif dari masa lampau dapat membantu pembentukan persepsi
tentang kehidupan yang telsah dilewati.hal ini dapat membantu penerimaan terdapat masa
lalu dan tercapinya kepuasan hidup di masa lampau atau masa sekarang (Sivis, 2013).

1.2 Rumusan Masalah Peelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah
ada hubungan strategi kelompok pengenangan indah (reminiscence group strategies) terhadap
penurunan tingkat depresi pada lansia di Keluran Manukaya Wilayah kerja Puskesmas
Tampaksiring?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.4 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh strategis kelomok mengenangan indah (reminiscence group


strategies) terhadap penurunan pada tingkat depresi pada lansia di Keluran Manukaya Wilayah
kerja Puskesmas Tampaksiring

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat depresi pada lanjut usia sebelum diberikan strategi kelompok
pengenangan indah (reminiscence group strategies)

1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat depresi pada lanjut usia setelah diberikan strategi kelompok
pengenangan indah (reminiscence group strategies)

1.3..2.3 Menganalisa hubungan strategi kelompok pengenangan indah (reminiscence group


strategies) terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di Keluran Manukaya Wilayah kerja
Puskesmas Tampaksiring

1.4 Manfaat Secara Teoritis


Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai kajian keilmuan dalam analisis hubungan
strategi kelompok pengenangan indah (reminiscence group strategies) terhadap penurunan
tingkat depresi pada lanjut usia. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar
untuk melaksanakan penelitian lebuh lanjut yang berkaitan denagan hubungan strategi kelompok
pengenangan indah (reminiscence group strategies) terhadap penurunan tingkat depresi pada
lanjut usia.

1.4.1 Keaslian Penelitian

Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dan sejenis dengan penelitian ini
adalah :

1. Arumsari (2015) hubungan reminiscence therapy trhadap tingkat stres pada lansia di
PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian eksperimental, dengan menggunakan rencaangan penelitian yang
bersifat quasi eksperimen dengan rancang pretest-posttest with control group design
dengan jumlah sampel berjumlah 38 orang lansia yang terbagi atas dua kelompok yaitu
kelompok intervensi dan kelompok control. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling. Analisi yang akan dilakukan dengan uji statistic Paired
Sample T-Test dan Independent Sample T-Tes. Hasil penelitian tingkat sters lansia pada
kelompok intervensi mengalami penurunan yang signifikan setelah mendapatkan
intervensi berupa reminiscence therapy sebanyak 3,47 poin (p=0,005), dan pada
kelompok kontrol terdapat peningkatan yang bermakna sebanyak 2,32 poin (p=0,004).
Hasil uji statistik kedua kelompok setelah posttest didapatkan bahwa ada perbedaan yang
bermakna dengan nilai p value 0,000. Persamaan penelitian ini denga penelitian yang
akan peneliti lakukan terletak pada variable bebas yaitu sama-sama tentang reminiscence
therapy. Subyek penelitian sama-sama lansia. Sedangkan perbedaan perbedaan terletak
pada, variabel terikat dimana penelitian sebelumnya meneliti tingkat stress sedangkan
penelitian ini menggunakan tingkat depresi, jemis penelitian dimana penelitian
sebelumnya Quasy eksperimental dengan menggunakan rancangan Pre-post test
sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan
pendekatan one group pretest-post test design.
2. Aswanira (2015) tentang hubungan life review therapy terhadap skor depresi lansia di
panti Tresna Wreda Teratai Palembang. Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian pre-eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test
design. Pengambilan sampel dilakukan secara metode total sampling, sebanyak 28 orang
dengan kriteria inklusi lansia yang mengalami depresi tingkat ringan dan sedang. Analisis
yang akan dilakukan dengan uji statistik paired sample T-Test. Hasil penelitian di peroleh
rerata skor depresi lansia sebelum life review therapy adalah 11,61 (SD=2,061), rerata
skor depresi sesudah life review therapy 10,07 (SD= 2,035). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan skor depresi sebelum dan sesudah dilakukan life review
therapy (p=0,02). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneloti lakukan
terletak pada variabel terikat yaitu sama-sama tentang pemberian depresi. Jenis penelitian
sama-sama menggunakan penelitian pre-eksperimen dengan pendekatan one group pre-
post test design dan obyek penelitian sama-sama lansia. Perbedaan terletak pada variabel
bebas dimana penelitian sebelumnya menggunakan life review therapy sedangkan
penelitian ini reminiscence therapy.
3. Rahayuni (2015) hubungan terapi reminiscence terhadap sters lansia di Banjar Luwus
Baturiti Tabanan Bali. Desain pada penelitian ini adalah Quasi-experimental yaitu
nonequivalent control group design. Sampel terdiri dari 34 lansia yang di pilih secara
purposive sampling, dibagi menjadi 17 lansia kelompok perlakuan dan 17 lansia
kelompok kontrol dan pengumpulan data dilakukan menggunakan stress Assessment
Questionnaire (SAQ). Hasil analisis uji independent sample t-test dengan tingkat
kemaknaan 95% menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terapi reminiscence
terhadap stress pada lansia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan terletak pada variable bebas yaitu sama-sama tentang reminiscence therapy.
Subyek penelitian sama-sama lansia. Sedangkan perbedaan terletak pada, variabel terikat
dimana penelitian sebelunya meneliti tingkat stress sedangkan penelitian ini menggunakn
tingkat depresi, jenis penelitian dimana penelitian sebelumnya adalah Quasy
eksperimental dengan menggunakan rancangan pre-post test sedangkan penelitian ini
menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan one group pre-test
design. Kuesioner penelitian sebelumnya menggunakan stress Assesment Questionnaire
SAQ 15

Anda mungkin juga menyukai