Anda di halaman 1dari 2

188 uu no 1 2015

Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah
yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000,00
(enam juta rupiah).

71 ayat 1 no 10 2016

 pejabat negara, pejabat aparatur sipil negara, dan Kepala Desa atau sebutan
lain/Lurah dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu calon selama masa Kampanye. Pelanggaran atas ketentuan
tersebut dikenakan sanksi pidana paling lama 6 (enam) bulan penjara dan denda paling
banyak 6 juta sebagaimana disebutkan dalam Pasal 188.

73 ayat 4 no 10 th 2016

Menurut saya, dakwaan yang diajukan oleh JPU dalam kasus tersebut, dimana JPU hanya
menggunakan Pasal 188 UU no 1 tahun 2015 jo pasal 71 ayat 1 UU no 10 2016 yang hanya
menekankan pada tindakan Terdakwa sebagai Pejabat Aparatur Sipil Negara yang dengan
sengaja membuat tindakan yang menguntungkan salah satu calon, ini menurut saya belum
mencakup seluruh pelanggaran yang dilakukan oleh terdakwa.

Seharusnya JPU dapat mengajukan dakwaan lain, yaitu menggunakan Pasal 187a ayat (1) uu no
10 tahun 2016 jo 73 ayat 4 no 10 th 2016 tentang perubahan kedua atas uu no 1 tahun 2015,
yang mana dalam pasal 187a ayat 1 disebutkan bahwa “Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan perbuatan melawan hukum menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya
sebagai imbalan kepada warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung
untuk mempengaruhi Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak pilih
dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu, atau tidak
memilih calon tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayat (4) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan
dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
Saya rasa perbuatan terdakwa yang menjanjikan bahwa jika paslon nomor 3 terpilih maka
insentif rt/rw aka naik, dan terdakwa juga mengatakan akan membantu agar anak-anak rt/rw
dapat menjadi pegawai tersebut telah memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 187a ayat (1) uu no
10 tahun 2016.

Dengan banyaknya kasus pelanggaran asas netralitas yang terjadi di Indonesia, seharusnya
penegakan hukum dilakukan secara tegas berdasarkan peraturan yang berlaku. Hal ini dapat
diwujudkan dengan cara menjalankan proses peradilan yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku, tidak memihak, serta cermat dan teliti. Terlebih bagi Jaksa Penuntut Umum dalam
menelusuri dan menganalisis alat bukti harus dilakukan dengan seksama agar dapat
mengajukan dakwaan secara tepat, sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terdakwa,
sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat memperoleh sanksi maupun keadilan sesuai
dengan porsinya.

Jika terdakwa didakwa dengan pasal berlapis, maka hukuman pidana bersyarat yang berdasar
pada pasal 14 (a) KUHP otomatis gugur. Karena syarat formil pidana bersyarat itu dilakukan
berdasarkan tindak pidana yang pidananya kurang dari satu tahun. Sedangkan dalam Pasal
187, hukumannya berupa pidana minimal 36 bulan yaitu 3 tahun, yang berarti lebih dari satu
tahun.

Jadi akhirnya terdakwa didakwa dengan pasal berlapis, yaitu pasal 188 jo pasal 71 UU 10/2016
dan pasal 187 jo 73 ayat (4). Dakwaan yang tepat untuk Terdakwa adalah dakwaan kumulatif,
yaitu dakwaan yang dipergunakan dalam hal terdakwa melakukan beberapa tindak pidana yang
berdiri sendiri. Tindak pidana pertama menguntungkan dan/atau merugikan salah satu pihak.
Tindak pidana kedua yaitu menjanjikan uang dan materi lainnya untuk mempengaruhi
seseorang untuk memilih salah satu pasangan calon walikota dan wakil walikota ternate barat.

Dengan adanya dakwaan berlapis dari Jaksa, maka hakim dapat menggunakan dakwaan berupa
dakwaan alternatif, yaitu memilih salah satu dakwaan yang akan digunakan. Dimana hakim
dapat memilih salah satu dakwaan yang dapat terbukti terlebih dahulu, bukan karena urutan
lapisan. Dalam kasus ini, dakwaan mengenai Pasal 187 menurut saya lebih mudah untuk
dibuktikan, karena dalam rekaman sudah dengan jelamembuktikan bahwa Camat Ternate
menjanjikan kenaikan insentif RT/RW dan akan mengangkat anak-anak RT/RW tersebut
menjadi pegawai.

Anda mungkin juga menyukai