Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN MUTU

1. Perkembangan ruang lingkup mutu

Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (MMTP) merupakan suatu hal yang


dapat diterapkan dalam rangka menunjang mutu pendidikan yang hal ini yang
berkaitan langsung dengan pengelolaan suatu lembaga pendidikan.

Ada 10 unsur komponen dalam Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (MMTP)


dianataranya ialah sebagai berikut:

1. Fokus pada Kepuasan pelanggan


2. Obsesi terhadap Mutu
3. Pendekatan ilmiah
4. Kometmen jangka panjang
5. Kerjasama Tim (Teamwork)
6. Perbaikan Sistem secara Terus-menerus
7. Pendidikan dan Pelatihan
8. Kebebasan yang Terkendali
9. Kesatuan Tujuan
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Guru dan Staf Tata
Usaha

Terdapat enam tantangan yang perlu dikaji dan dikelola secara strategik
dalam rangka menerapkan TQM di sekolah diantaranya yaitu: Berkenaan dengan
dimensi kualitas, Fokus pada pelanggan, Kepemimpinan, Perbaikan
berkesinambungan, Manajemen SDM, dan Manajemen berdasarkan fakta

Organisasi MMTP adalah organisasi terbalik (upside-down organization).


Dalam organisasi ini, peran manajer senior (kepala sekolah) dan manajer menegah
(wakil kepala sekolah) adalah mendukung dan mengupayakan pendidikan bagi
siswa dan staf pendukungnya.
Perkembangan sistem manajemen mutu mengalami proses yang cukup panjang
dengan penggunaan berbagai pendekatan dan metode yang bermacam-macam.
Perkembangan mutu ini sendiri didorong oleh perubahan era yang bergerak
menuju era industri dimana dimulainya penggunaan mesin-mesin produksi untuk
mengefisienkan proses produksi. Perkembangan mutu itu sendiri dimulai dari era
tanpa mutu, kemudian era inspeksi dengan pengendalian mutu, dilanjutkan
dengan era jaminan mutu yang menjadi tuntutan konsumen hingga saat ini di
mana era manajemen mutu terpadu dikembangkan menjadi era sistem manajemen
mutu (ISO).

Sistem mutu itu sendiri terus berkembang sejalan perkembangan kualitas


dari produk dan laboratorium yang terkait. Dimulai sejak tahun 1963 dengan The
Mil-Q-98858A di Amerika Serikat dan tahun 1979 di Inggris dengan standar B
5.750BS nya. Kemudian di tahun 1987, diterbitkanlah ISO 9000 yang merupakan

1
rangkaian standar kualitas yang diimplementasikan untuk menjaga standar mutu
dan diakui secara internasional sebagai dasar kriteria dalam menilai kualitas pihak
ketiga.

Peran laboratorium dalam menentukan standar mutu sangat penting demi


keakuratan proses dan hasil yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan. Sehingga
untuk membangun dan mengembangkan sistem mutu di laboratorium dan
penilaian dari klien atau pihak ketiga, dapat menggunakan ISO/IEC 17025 (1).
Standar ini digunakan sebagai dasar akreditasi laboratorium.

2. Pengertian mutu dan mutu terpadu

Pengertian Mutu ( Kualitas )

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan
karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan
produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita
harusdapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang berhubungan dengan
mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.

Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai


produk. Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas,
penyewa gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya dari segi disain, kepuasan
dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan, keamanan,
dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada
kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan,
tepatnya waktu penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.

Pengertian Manajemen Mutu

Manajemen Mutu adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk


meningkatkan kepuasaan pelanggan dan memungkinkan perbaikan yang
berkelanjutan. Manajemen Mutu juga adalah kemampuan suatu organisasi dalam
menjaga kualitas mutu dari jasa atau barang yang dilayankan. Manajemen Mutu
merupakan aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan
menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka
mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang
hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan
mengadakan pelatihan management kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas
yang di maksud diatas adalah :

· Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.

· Proses management proyek itu sendiri.

2
Mutu Terpadu

Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM)


Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM) merupakan
suatu sistem nilai yang mendasar dan komperhensip dalam mengelola organisai
dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka panjang
dengan memberikan perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan
pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai terhadap terpenuhinya
kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang bersangkutan. Masalah kualitas
dalam MMT menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak
dalam organisasi. Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi
komperhensip dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan
produk yang dihasilkan. Masalah kualitass juga tidak lagi dimaknai dan
dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya
kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor
non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut.
Keterpaduan faktor-faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi
lebiih meningkat dan bermakna.

MMT juga diasumsikan sebagai suatu filosofi manajemen yang


melembagakan sumber daya yang ada, terencana, berkesinambungan dan
mengasumsikan peningkatan kualitas dari hasil semua aktivitas yang terjadi dalam
organisasi: bahwa semua fungsi manajemen yang ada dan semua tenaga untuk
berpartisipasi dalam proses perbaikan. Dengan peningkatan sistem kualitas dan
budaya kualitas, proses MMT bermula dari pelanggan dan berakhir pada
pelanggan pula. Proses MMT memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan
dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi
untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan
kepada pelanggan (output). Manajemen Mutu Terpadu merupakan upaya untuk
mengoptimalkan organisai dalam rangka kepuasan pelanggan. Dengan demikian
Manajemen Mutu Terpadu berkaitan dengan:

a. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.


b. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
d. Memiliki komitmen jangka penjang
e. Membutuhkan kerjasama tim
f. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
h. Memberikan kebebasan yang terkendali
i. Memiliki kesatuan tujuan
j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

3
Konsep MMT pada dasarnya adalah menekankan pada kepuasan pelanggan
dan pelayanan yang bermutu. Dalam dunia pendidikan, manfaat penerapan MMT
adalah perbaikan, pelayanan, penguragan biaya, dan kepuasan pelanggan.
Perbaikan progresif dalam system manajemen dan kualitas pelayanan
menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Dalam kerangka manajemen
pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan
usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya yang utamanya
yaitu kepada mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Para
pelanggan layanan pendidikan dapat terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat
kelompok (Sallis, 1993).

yang belajar, bisa merupakan mahasiswa/pelajar/murid/peserta belajar yang biasa


disebut klien/pelanggan primer (primary external customers).

Kedua, para klien terkait dengan orang yang mengirimnya kelembaga pendidikan,
yaitu orang tua/lembaga tempat klien tersebit bekerja, dan mereka ini kita sebut
sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers).

Ketiga, bersifat tersier adalah lapangan kerja, bisa pemerintah maupun masyarakat
pengguna output pendidikan (tertiary external customers).

Keempat,dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu


yang berasal dari intern lembaga, mereka itu adalah para guru/dosen/tutor dan
tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan
(internal customers).

3. Empat Guru Mutu

A.    W. Edwards Deming

William Edwards Deming (14 Oktober 1900 – 20 Desember 1993) adalah


seorang Amerika statistik , profesor , penulis , dosen , dan konsultan . Deming
secara luas dikreditkan dengan meningkatkan produksi di Amerika Serikat selama
Perang Dingin , meskipun ia mungkin paling dikenal untuk karyanya di Jepang.
Sejak tahun 1950 dan seterusnya ia mengajar manajemen puncak bagaimana
memperbaiki desain (dan layanan), kualitas produk, pengujian dan penjualan
(yang terakhir melalui pasar global) melalui berbagai cara, termasuk penerapan
metode statistik.

Deming memberikan kontribusi yang signifikan untuk kemudian


reputasi’s Jepang untuk inovasi produk berkualitas tinggi dan kekuatan ekonomi.
Ia dianggap sebagai telah memiliki dampak yang lebih pada Jepang manufaktur
dan bisnis daripada individu lain bukan dari warisan Jepang.

4
Dia juga merupakan seorang konsultan untuk bisnis swasta.
Deming menganjurkan bahwa semua manajer harus memiliki apa yang disebut
Sistem Pengetahuan yang sangat besar, yang terdiri dari empat bagian:
1. Apresiasi suatu sistem: memahami keseluruhan proses yang melibatkan
pemasok, produsen, dan pelanggan (atau penerima) barang dan jasa (dijelaskan di
bawah);
2. Pengetahuan variasi: kisaran dan menyebabkan variasi dalam kualitas, dan
penggunaan sampling statistik dalam pengukuran;

3. Teori pengetahuan: konsep menjelaskan pengetahuan dan batas-batas dari apa


yang dapat diketahui (lihat juga: epistemologi );

4. Pengetahuan psikologi: konsep alam manusia.

Deming menjelaskan, “Orang tidak perlu menjadi unggulan di setiap


bagian atau di keempat bagian dalam rangka memahami dan menerapkannya. Ke-
14 poin untuk manajemen dalam industri, pendidikan, dan pemerintah mengikuti
secara alami sebagai penerapan pengetahuan di luar, untuk transformasi dari gaya
kini manajemen Barat ke salah satu optimasi. “Segmen berbagai sistem
pengetahuan yang mendalam yang diusulkan di sini tidak dapat dipisahkan
Mereka berinteraksi satu sama lain.. Dengan demikian, pengetahuan psikologi
tidak lengkap tanpa pengetahuan variasi.

Berbicara masalah mutu ada lima tokoh mutu, yaitu W. Edwards Deming,
Joseph Juran dan Philip B. Crosby. Ketiganya berkonsentrasi pada mutu dalam
industri produksi, meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam
industri jasa. Memang tidak satupun dari mereka yang memberikan pertimbangan
tentang isu-isu mutu dalam pendidikan. Walaupun demikian mereka tetap
memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap gerakan mutu.

Filsafat Mutu Deming

Dalam buku yang berjudul Out of the Crisis, W. Edwards Deming


mengemukakan “Ini bukanlah sebuah rekonstruksi struktur atau revisi kerja …
Manajemen Amerika memerlukan struktur baru secara keseluruhan, dari dasar
hingga ke atas.” Deming prihatin terhadap kegagalan manajemen Amerika dalam
merencanakan masa depan dan meramalkan persoalan yang belum muncul.
Sehingga Deming menyimpulkan bahwa masalah mutu terletak pada masalah
manajemen.

Menurut Deming ada 14 prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai suatu mutu
dari produk/jasa, yaitu:

1.    Tumbuhkan terus menerus tekad yang kuat dan perlunya rencana jangka
panjang berdasarkan visi ke depan dan inovasi baru untuk meraih mutu.

5
2.    Adopsi filosofi yang baru. Termasuk didalamnya adalah cara-cara atau
metode baru dalam bekerja.

3.    Hentikan ketergantungan pada pengawasan jika ingin meraih mutu. Setiap


orang yang terlibat karena sudah bertekat menciptakan mutu hasil produk/jasanya,
ada atau tidak ada pengawasan haruslah selalu menjaga mutu kinerja masing-
masing.

4.    Hentikan hubungan kerja yang hanya atas dasar harga. Harga harus selalu
terkait dengan nilai kualitas produk atau jasa.

5.    Selamanya harus dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap kualitas dan


produktivitas dalam setiap kegiatan.

6.    Lembagakan pelatihan sambil bekerja (on the job training), karena pelatihan
adalah alat yang dahsyat untuk pengembangan kualitas kerja untuk semua
tingkatan dalam unsure lembaga.

7.    Lembagakan kepemimpinan yang membantu setiap orang untuk dapat


melakukan pekerjaannya dengan baik misalnya,; membina, memfasilitasi,
membantu mengatasi kendala, dll.

8.    Hilangkan sumber-sumber penghalang komunikasi antar bagian dan antar


individu dalam lembaga.

9.    Hilangkan sumber-sumber yang menyebabkan orang merasa takut dalam


organisasi agar mereka dapat bekerja secara efektif dan efisien.

10.    Hilangkan slogan-slogan dan keharusan-keharusan kepada staf. Hal seperti


itu biasanya hanya akan menimbulkan hubungan yang tidak baik antara atasan dan
bawahan; atau lebih jauh akan menjadi penyebab rendahnya mutu dan
produktivitas pada sistem organisasi; bawahan hanya bekerja sekedar memenuhi
keharusan saja.Hilangkan kuota atau target-target kuantitatif belaka. Bekerja
dengan menekankan pada target kuantitatif sering melupakan kualitas.

11.    Singkirkan penghalang yang merebut/merampas hak para pimpinan dan


pelaksana untuk bangga dengan hasil kerjanya masing-masing.

12.    Lembagakan program pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan diri


bagi semua orang dalam lembga. Setiap orang harus sadar bahwa sebagai
professional harus selalu meningkatkan kemampuan dirinya, dan

13.    Libatkan semua orang dalam lembaga ikut dalam proses transformasi


menuju peningkatan mutu. Ciptakan struktur yang memungkinkan semua orang
bisa ikut serta dalam usaha memperbaiki mutu produk/jasa yang diusahakan.

6
B. Joseph Juran

Selain W. Edwards Deming ada juga tokoh mutu yang lainnya seperti
Joseph Juran. Dia adalah seorang pelopor revolusi mutu di Jepang. Dia adalah
penulis dan editor sejumlah buku di antaranya,Juran’s Quality Control Handbook,
Juran on Planning for Quality,danJuran on Leadership for Quality. Dia terkenal
dengan ide nya, yaitu ‘kesesuaian dengan tujuan dan manfaat’. Ide ini
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah
memenuhi spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya.

Juran adalah seorang guru manajemen pertama dalam menghadapi isu-isu


manajemen mutu yang lebih luas. Dia yakin, seperti Deming, bahwa kebanyakan
masalah mutu dapat dikembalikan pada masalah keputusan manajemen. Dengan
demikian, menurut dia, 85 persen masalah merupakan tanggungjawab manajemen,
karena mereka memiliki 85 persen control terhadap system organisasi.

Juran telah mengembangkan sebuah pendekatan yang disebut Manajemen Mutu


Strategis (SQM) untuk membantu manajer dalam merencanakan. SQM adalah
sebuah proses tiga-bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang
memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu.

Juran Institue, yang memberikan konsultasi berdasarkan prinsip-prinsip Juran,


menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi tahap untuk
menyelesaikan masalah dalam meningkatkan mutu. Peningkatan mutu hanya akan
berarti ketika diaplikasikan secara praktis, dan aplikasi tersebut merupakan variasi
dari tahap itu sendiri. Juran pernah mengatakan bahwa, ’Semua bentuk
peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi tahap dan tidak dengan
cara lain’.

C. Philip B. Crosby

Selain W. Edwards Deming dan Joseph Juran ada juga tokoh mutu yang
lainnya Philip B. Crosby. Philip B. Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide
yang sangat menarik dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang pertama  adalah ide
bahwa mutu itu gratis dan yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan,
pemborosan, dan penundaan waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya
bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk ini. Ini adalah gagasan
‘tanpa cacat’ yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika
diterapkan dalam dunia pendidikan.

Dua ide Philip Crosby yang sangat menarik dan kuat dalam mutu. Yang
pertama adalah bahwa mutu adalah gratis. Terlalu banyak pemborosan dalam
sistem saat mengupayakan mutu. Yang kedua adalah ide bahwa kesalahan,
kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu serta semua hal yang tidak
bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi  memiliki kemauan itu. Ini adalah

7
gagasan tanpa cacat yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika
diterapkan dalam dunia pendidikan. Gagasan bahwa peningkatan mutu dapat
membantu organisasi menghilangkan kegagalan, khususnya kegagalan pelajar
yang seringkali diabaikan oleh sebagian besar institusi.

Program peningkatan mutu Philip Crosby adalah salah satu dari bimbingan
atau arahan yang paling detail dan praktis, lain halnya dengan W.
Edwards Deming yang cendrung lebih filosofis. Pendekatan Philip Crosby dapat
diterapkan sebagai rencana kegiatan yang  sangat praktis. Philip Crosby
berperdapat bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan
menghasilkan mutu yang lebih baik. Penghematan sebuah institusi akan datang
dengan sendirinya ketika  institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan
benar. Pemikiran lain Philip Crosby yang utama dan kontroversial tentang mutu
adalah tanpa cacat dalam konteks bisnis akan meningkatkan keuntungan dan
dengan penghematan biaya.

Philip B. Crosby telah berusaha keras menekankan bahwa ‘tanpa cacat’


adalah sebuah hal yang dapat diwujudkan, meskipun memang sulit. Program
peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan yang
paling detail dan praktis. Tidak seperti pendekatan Deming yang cenderung lebih
filosofis, pendekatan Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan. Dalam
bukunya, yang berjudul Quality Is Free, Crosby menguraikan pendapatnya bahwa
sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu
yang baik. Penghematan sebuah institusi akan datang dengan sendirinya ketika
institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan benar.

Tanpa cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan


controversial tentang mutu. Ide ini adalah sebuah ide yang sangat kuat. Ide ini
adalah komitmen untuk selalu sukses dan menghilangkan kegagalan. Bagi dia
hanya ada satu standar, dan itu adalah kesempurnaan. Gagasannya adalah
pencegahan murni, dan ia yakin bahwa kerja tanpa salah adalah hal yang sangat
mungkin.  Teoritikus lain seperti Deming dan Juran tidak percaya jika hal tersebut
merupakan tujuan yang mudah. Mereka berpendapat bahwa semakin dekat
seseorang dengan ‘tanpa cacat’, maka akan semakin sulit ia menghilangkan
kesalahan seperti yang dikemukan oleh Juran bahwa titik tertentu tahap
penyesuaian diri adalah tahap yang dibutuhkan.

D.    Dr. Kaoru Ishikawa

Lahir di Tokyo pada tahun 1915, Kaoru Ishikawa merupakan anak tertua
dari Ichiro Ishikawa. Ia lulus dari Universitas Tokyo pada tahun 1939 dan meraih
gelar sarjana teknik di bidang kimia terapan. Setelah lulus, Ishikawa bekerja
sebagai staf teknis kelautan hingga 1941, sebelum pindah pekerjaan ke perusahaan
Nissan Liquid Fuel hingga 1947. Ishikawa yang mempioneri quality management

8
process di Kawasaki shipyards, dikenal sebagai salah satu pencetus konsep
manajemen modern.

Pada 1949, Ishikawa bergabung dengan Japanese Union of Scientists and


Engineers atau JUSE, sebuah kelompok yang fokus di bidang kontrol kualitas.
Setelah Perang Dunia II usai, Jepang berinisiatif membangun kembali negaranya
dan melakukan transformasi di sektor industri. Ishikawa turut ambil bagian dalam
inisiatif ini; kemampuannya mendorong massa untuk mewujudkan target bersama
yang spesifik adalah salah satu sumbangan terbesar dalam quality-movement di
Jepang. Ia menerjemahkan, menerapkan dan mengembangkan konsep manajemen
W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran kedalam sistem industri Jepang.

Ketertarikannya pada bidang pendidikan membuat Kaoru Ishikawa terjun


ke dunia akademis sebagai profesor paruh waktu di Universitas Tokyo. Perjalanan
karir akademis akhirnya membawanya ke puncak kepemimpinan Musashi
Institute of Technology pada tahun 1978.

TQM, yang merupakan singkatan dari Total Quality


Managementmerupakan filosofi layanan yang berpaku kepada kepuasan pengguna
dan perbaikan layanan yang berkesinambungan (Wheelan, Hunger 318 in
Wallach, Darren 1). Dalam bahasa Indonesia, TQM dapat juga disebut sebagai
Pengelolaan Mutu Total atau PMT. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya,
fokus dari PMT adalah klien, konsumen, pembeli. Apapun itu namanya,
merupakan bagian terpenting dari organisasi, terutama yang bergerak dalam
bidang pelayanan/jasa.

Beberapa komponen utama yang menyusun PMT, seperti yang dipaparkan oleh
Wallach 2011 adalah:

1. Variabel kualitas yang lebih baik;


2. Memberikan tanggapan yang cepat;
3. Fleksibilitas dalam menghadapi pengguna;
4. Biaya yang minim untuk peningkatan kualitas dan kerja lainnya.

Dari keseluruhan teori yang dikemukakan oleh banyak pemikir, semuanya


memiliki kesamaan tujuan. Yang menjadi perbedaannya adalah bagaimana proses
untuk mencapai tujuan tesebut. Dari salah satu banyak teori yang dikemukakan,
salah satunya adalah teori atau metoda yang dikemukakan oleh Dr. Kauro
Ishikawa.

Dr. Kauro Ishikawa merupakan pencetus dari konsep/teori Lingkaran


Kualitas (Quality Circle) dan Diagram Sebab-Akibat atau juga dikenal dengan
Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) atau Diagram Ishikawa (Ishikawa
Diagram).

9
Dr. Kauro Ishikawa lahir di Tokyo pada tanggal 13 Juli 1915 dan lulus
dari Universitas Tokyo dari Universitas Tokyo dari Jurusan Teknik. Tak lama
setelah lulus, Dr. Kauro Ishikawa mendaftar ke Angkatan Laut Jepang dan
menjadi perwira. Namun, pada tahun 1941 beliau keluar dari Angkatan Laut.

Kontribusi Ishikawa yang juga tak kalah pentingnya adalah


menyempurnakan model PDCA (Plan Do Check Act) yang dikembangkan oleh
Edward Deming, penemu konsep PMT. Ishikawa mengkolaborasikannya menjadi
rencana enam langkah:

1. Tentukan target dan tujuan;


2. Tentukan metoda pencapaian;
3. Lakukan sosialisasi melalui pelatihan;
4. Terapkan pekerjaan;
5. Lakukan pemeriksaan dari implementasi yang berjalan;
6. Lakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

4.Indikator Minimum Yang Harus Terpenuhi Dalam Mutu Terpadu

Dalam konsep manajemen mutu terpadu (Total Quality


Management/TQM), untuk mewujudkan sebuah lembaga pendidikan yang
bermutu, maka ada beberapa unsur yang harus diperhatikan oleh manajemen
lembaga pendidikan, yakni mutu produk, mutu jasa, mutu manusia (SDM), mutu
proses dan mutu lingkungan. Unsur-unsur tersebut harus tergarap secara
komprehenship, tanpa mengabaikan salah satunya. Dalam perspektif TQM, suatu
lembaga pendidikan yang hanya berorientasi pada kelulusan siswa (produk), —
apalagi jika standar kelulusan itu hanya mengacu pada nilai ujian—, maka
lembaga tersebut masih belum dapat dikatagorikan sebagai lembaga yang
berkualitas.

Lembaga pendidikan yang berkualitas menurut standar pemenuhan


harapan pelanggan adalah lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan
lulusan yang berkualitas melalui proses dan layanan yang berkualitas oleh
sumberdaya manusia yang berkualitas dalam sebuah lingkungan yang berkualitas
pula, sebagaimana yang diharapkan oleh pelanggan (stakeholders). Kemudian jika
mengacu pada pengukuran spesifikasi perencanaan, sebuah lembaga pendidikan
disebut bermutu jika lembaga tersebut dapat mewujudkan cita dan program mutu
yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan.

Lembaga pendidikan adalah lembaga yang “menjual” jasa, berupa layanan


pendidikan kepada masyarakat. Dalam konteks ini, ada beberapa indikator yang
dapat diajukan untuk menilai mutu sebuah lembaga pendidikan, yaitu; Pertama,
Care (kepedulian),  Kedua, Courtesy (kehormatan), Ketiga, Concern (perhatian),
Keempat, Friendliness (sikap persahabatan), Kelima, Helpfullness (sikap suka

10
menolong). Beberapa indikator di atas menunjuk-kan pentingnya makna layanan
dalam konsep mutu lembaga pendidikan.

Dalam konteks lembaga pendidikan Islam, Abudin Nata  mengajukan beberapa


indikator yang dapat dijadikan sebagai parameter dalam menilai mutu lembaga
pendidikan Islam, yaitu; 

(1) Secara akademik lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang


lebih tinggi, 

(2) Secara moral, lulusannya dapat menunjukkan tanggung jawab dan


kepeduliannya kepada masyarakat,

(3) Secara individual, lulusannya semakin “bertaqwa”,

(4) Secara kultural, ia mampu menginterpretasikan ajaran agamanya sesuai


dengan lingkungan sosialnya.

Sementara itu Mastuhu mengajukan beberapa parameter bagi sebuah lembaga


pendidikan bermutu, yaiu;

(1) Terbangunnya paradigma akademik, dan juga wawasan akademik dalam


lembaga pendidikan,

(2) Akuntabilitas,

(3) Evaluasi diri,

(4) Akreditasi,

(5) Kompetensi,

(6) SDM yang professional,

(7) Perpustakaan dan  laboratorium yang memadai, dan

(8) Lingkungan akademik.

Merujuk pada konsep dan kriteria mutu di atas, bahwa mutu adalah suatu kondisi,
derajat, atau tingkat pencapaian suatu proses yang telah memenuhi standar yang
telah ditetapkan, maka untuk mencapai mutu lembaga pendidikan harus ada
standar yang menjadi acuan dalam upaya pembangunan mutu. Dalam konteks
pendidikan nasional Indonesia, pemerintah melalui PP No. 19 tahun 2005 telah
menetapkan Standar Nasional Pendidikan yang melingkupi; (1) Standar isi, (2)
Standar proses, (3) Standar kompetensi lulusan, (4) Standar pendidik dan tenaga
kependidikan,  (5) Standar sarana prasarana, (6) Standar pengelolaan, (7) Standar
pembiayaan dan (8) Standar penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan

11
inilah yang saat ini dapat dijadikan acuan oleh dunia pendidikan di Indonesia
dalam membangun dan menilai mutu pendidikan.

5. Pengendalian Mutu Statistik

Pengendalian Kualitas Statistik (PKS) : Ilmu yang mempelajari tentang teknik


/metode pengendalian kualitas berda-sarkan prinsip/ konsep statistik.

Cara menggambarkan ukuran kualitas

Variabel : karakteristik kualitas suatu produk dinyatakan dengan besaran yang


dapat diukur (besaran kontinue). Seperti : panjang, berat, temperatur, dll.

Attribut :  karakteristik kualitas suatu produk dinyatakan dengan apakah produk


tersebut memenuhi kondisi/persyaratan tertentu,  bersifat dikotomi, jadi hanya ada
dua kemungkinan baik dan buruk. Seperti produk cacat atau produk baik, dll.

Tujuan :

Memperoleh jaminan kualitas (quality Assuran-ce) dapat dilakukan dengan


Aceceptance sampling Plans.

Menjaga konsistensi Kualitas, dilaksanakan dengan Control Chart.

Keuntungan :

a. Untuk mempertinggi kualitas atau mengurangi biaya.


b. Menjaga kualitas lebih uniform.
c. Penggunaan alat produksi lebih efisien.
d. Mengurangi rework dan pembuangan.
e. Inspeksi yang lebih baik.
f. Memperbaiki hubungan produsen-konsumen.
g. Spesifikasi lebih baik.
a. Sampling penerimaan

Sampling Penerimaan
Sampling Penerimaan (Acceptance Sampling) adalah sampling yang digunakan
untuk menentukan apakah suatu lot bisa diterima atau tidak, berdasarkan AQL
(Acceptance Quality Level / Tingkat Penerimaan Kualitas).

Awalnya secara resmi dipakai di US Army melalui prosedur MIL-STD-105 D


namun sudah pula dipakai secara luas didunia, dan bisa dipakai untuk data
variabel maupun atribut.

Tiga pendekatan dalam memutuskan lot :


1.Menerima lot tanpa pemeriksaan ; digunakan apabila proses produksi supplier

12
sangat baik, produk cacat hampir tidak ditemukan.
2.Pemeriksaan 100 % ; digunakan apabila proses produksi supplier tidak cukup
memenuhi spesifikasi atau merupakan “kritikal part” dan apabila meloloskannya
akan mengakibatkan biaya yang sangat besar.

3.Sampling penerimaan digunakan apabila :


a. Pengujian bersifat merusak.
b. Biaya dan waktu pemeriksaan 100 % sangat tinggi.
c. Adanya keperluan untuk pemantauan kualitas supplier.

Keunggulan Sampling Penerimaan :


a. Lebih murah dan cepat.
b. Resiko kerusakan part berkurang.
c. Manpower lebih sedikit.
d. Mengurangi kesalahan pemeriksaan.
e. Memberikan motivasi ke supplier untuk perbaikan proses secara menyeluruh.

Kerugian Sampling Penerimaan :


a. Beresiko menerima lot yang jelek dan menolak lot yang baik.
b. Informasi dari part / proses yang didapat lebih sedikit.
c. Memerlukan perencanaan dan dokumentasi tentang prosedur sampling
penerimaan yang akan dijalankan.

b. Inspeksi perbaikan

Pengendalian proses statistik dikatakan berada dalam batas pengendalian


apabila hanya terdapat kesalahan yang disebabkan oleh sebab umum. Berdasarkan
hal tersebut tentunya memberikan manfaat penting, yaitu:

a. Proses memiliki stabilitas yang akan memungkinkan organisasi dapat


memprediksi perilaku peling tidak untuk jangka pendek.
b. Proses memiliki identitas dalam menyusun seperangkat kondisi yang
penting untuk membuat prediksi masa mendatang.
c. Proses yang berada dalam kondisi “berada dalam batas pengendalian
statistik” beroperasi dengan variabilitas yang lebih kecil daripada proses
yang memiliki penyebab khusus. Variabilitas rendah penting untuk
memenangkan persaingan.
d. Proses yang mempunyai penyebab khusus merupakan proses yang tidak
stabil dan memiliki kesalahan yang berlebihan yang harus ditutup dengan
mengadakan perubahan untuk mencapai perbaikan.
e. Mengetahui bahwa proses berada dalam batas pengendali statistik akan
membantu karyawan dalam menjalankan proses tersebut, atau dapat
dikatakan, apabila data berada dalam batas pengendali, maka tidak perlu

13
lagi dibuat penyesuaian atau perubahan. Hal ini disebabkan penyesuaian
atau perubahan kembali yang tidak diperlukan justru akan menambah
kesalahan, bukan mengurangi.
f. Mengetahui bahwa proses berada dalam batas pengendali statistik, akan
memberikan petunjuk untuk mengadakan pengurangan variabilitas proses
jangka panjang, untuk mengurangi variabilitas proses tersebut, sistem
pemrosesan harus dianalisis dan diubah oleh manajer sehingga karyawan
dapat menjalankan proses.
g. Analisis untuk pengendalian statistik mencakup penggambaran data
produksi akan memudahkan dalam mengidentifikasi kecenderungan yang
terjadi dari waktu kewaktu.
h. Proses yang berada dalam batas pengendali statistik juga dapat memenuhi
spesifikasi produk, sehingga dalam kondisi terawat dengan baik dan dapat
menghasilkan produk yang baik. Kondisi ini dibutuhkan sebelum proses
diubah dari tahap perencanaan ketahap produksi secara penuh.

Pengendalian proses statistik memang memiliki berbagai manfaat bagi organisasi


yang menerapkannya. Terdapat beberapa manfaat tersebut, antara lain
a.Tersedianya informasi bagi karyawan apabila akan memperbaiki proses.

b. Membantu karyawan memisahkan sebab umum dan sebab khusus terjadinya


kesalahan.

c. Tersedianya bahasa yang umum dalam proses untuk berbagai pihak.

d. Menghilangkan penyimpangan karena sebab khusus untuk mencapai


konsistensi dan kinerja yang lebih baik.

e. Pengertian yang lebih baik mengenai proses.

f. Pengurangan waktu yang berarti dalam penyelesaian masalah kualitas.

g. Pengurangan biaya pembuangan produk cacat, pengerjaan ulang terhadap


produk cacat, inspeksi ulang, dan sebagainya.

h. Komunikasi yang lebih baik dengan pelanggan tentang kemampuan produk


dalam memenuhi spesifikasi pelanggan.

i. Membuat organisasi lebih berorientasi pada data statistik dari pada hanya
beberapa asumsi saja.

j. Perbaikan proses, sehingga kualitas produk menjadi lebih baik, biaya lebih
rendah, dan produktivitas meningkat.

c. peta kendali mutu

14
Alat Statistical Process Control (SPC)

            Statistical process control berkaitan dengan upaya menjamin kualitas


dengan memperbaiki kualitas proses dan upaya menyelesaikan segala
permasalahan selama proses. Statistical process control bisa diterapkan, baik
untuk industri manufacturing maupun jasa. Statistical process controlbanyak
menggunakan alat-alat statistik untuk membantu mencapai tujuannya. Statistical
process control mempunyai alat, yaitu

1. Peta kendali
2. Histogram
3. Diagram pareto
4. Lembar periksa
5. Diagram konsentrasi cacat
6. Diagram pencar
7. Diagram sebab dan akibat
8. Flowchart

Bagan alir (flowchart) adalah bagan (chart) yang menunjukkan alir (flow) di
dalam program atau prosedur sistem secara logika. Digunakan terutama untuk alat
bantu komunikasi dan untuk dokumentasi.

Peta Kendali rata-rata

Peta pengendali rata-rata merupakan peta pengendali untuk melihat apakah


proses masih beradadalam proses. Peta pengendali rata-rata menunjukkan apakah
rata-rata produk yang dihasilkan sesuaidengan standar pengendalian yang
digunakan perusahaan. Proses produksi dikatakan baik apabila produkyang
dihasilkan berada disekitar garis pusat (center line). Namun, data yang berada di
dalam petapengendali statistik masih disebut sebagai berada dalam batas
pengendalian statistik (in stattisticalcontrol) walaupun terdapat penyimpangan
yang disebabkan oleh penyebab umum. Sementara data yangberada di luar batas
pengendali rata-rata tersebut pasti disebut sebagai (out of statistical control)
yangdisebabkan oleh penyebab khusus.

 Peta Kendali Jarak (Range)

Peta kendali jarak (range) digunakan untuk mengetahui tingkat


keakurasian atau ketepatan prosesyang diukur dengan range dari sampel yang
diambil dalam observasi. Seperti halnya pada pengendalirata-rata, peta pengendali
jarak tersebut digunakan untuk mengetahui dan menghilangkan penyebabkhusus
yang membuat terjadinya penyimpangan. Data yang berada data yang berada di
dalam bataspengendalian statistik untuk range disebut in statistical control yang
terdapat penyimpangan karenapenyebab umum. Sementara data yang berada

15
diluar batas pengendali statistik untuk range disebutsebagai out statistical control
yang disebabkan oleh sebab khusus.

CONTROL CHART/ PETA KENDALI

Peta Kendali atau

Control Chart

merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metodegrafik yang digunakan untuk
mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam pengendaliankualitas secara
statistik atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan
menghasilkan perbaikan kualitas. Metode ini dapat membantu perusahaan dalam
mengontrol proses produksinya dengan memberikan informasi dalam bentuk
grafik.Tujuan dari perancangan program aplikasi control chart ini adalah untuk
melihat sejauhmana tingkat keberhasilan suatu proses produksi sehingga bisa
dijadikan pedoman dalammengarahkan perusahaan ke arah pemenuhan spesifikasi
konsumen.Peta kendali (Control Chart) merupakan alat SPC (Statistical Process
Control).

JENIS-JENIS CONTROL CHART/ PETA KENDALI

Pengelompokkan jenis-jenis peta kendali tergantung pada tipe datanya. Gaspersz


(1998)menjelaskan bahwa konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua
jenis data, yaitu :

1. Data variable, merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan


analisis. Contohdari data variable karakteristik kualitas adalah diameter
pipa, ketebalan produk kayu, berat semen dalam kantong, dll.
2. Data atribut, merupakan data kualitatif yang dapat di hitung untuk
pencatatan dan analisa.Contoh dari data atribut karakteristik kualitas
adalah ketiadaan label.

1. Xbar-R Chart

adalah peta kendali untuk mengendalikan proses berdasarkan rata-rata (Xbar) dan
Range(R). Xbar-R Chart digunakan apabila ukuran sampel yang dikumpulkan
berjumlah lebih dari 2 dan kurang dari atau sama dengan 5 (2<n≤5) pada setiap
set sampel data, jumlah set sampel yang ideal adalah 20-25 set sampel.

2. Xbar-S Chart

 adalah peta kendali untuk mengendalikan proses berdasarkan rata-rata (Xbar) dan
StandarDeviasi (S). Xbar-S Chart digunakan apabila ukuran sampel yang

16
dikumpulkan berjumlah lebihdari 5 (n>5) pada setiap sampel data, jumlah set
sampel yang ideal adalah 20-25 set sampel.

3. I-MR Chart (Individual Moving Range Chart)

 I-MR Chart digunakan apabila data sampel yang dikumpulkan hanya berjumlah
satu unit.Chart jenis ini sering digunakan jika sampel yang diperiksa tersebut
harus dimusnahkan (tidakdapat dipakai kedua kalinya) atau pada produk yang
berharga tinggi.Menurut Gaspersz (1998), peta kendali pada prinsipnya adalah
gambar sederhana yangmempunyai tiga garis.

6. Manajemen Mutu Terpadu

a. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu

Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality Management-TQM)


merupakan suatu sistem nilai yang mendasar dan komperhensip dalam mengelola
organisai dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka
panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan
pelanggan dengan tetap memperhatikan secara memadai terhadap terpenuhinya
kebutuhan seluruh stakeholders organisasi yang bersangkutan. Masalah kualitas
dalam MMT menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak
dalam organisasi.

b.Sasaran MMT
Agar manajemen mutu terpadu berjalan secara global, diperlukan
perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Hensler dan
brunel dalam scheuing dan Christopher, 1993 : 165-166 mengemukakan empat
prinsip utama dalam manajemen mutu terpadu berikut ini.
a.   Kepuasan pelanggan
Termasuk pelanggan disini , baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.
Dalam hal ini dibutuhkan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam berbagai
aspek yang meliputi harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Mutu yang dihasilkan

17
sama halnya dengan nilai yang diberikan untuk meningkatkan mutu hidup para
pelanggan. Karenanya semakin  tinggi yang diberikan kepada pelanggan, semakin
besar pula kepuasaannya.
b.   Menaruh rasa hormat terhadap setiap orang
Menyadari bahwa setiap individu memiliki kreativitas yang unik, karyawan
dianggap sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai. Dengan demikian,
setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan baik dan diberi kesempatan
untuk terlibat serta berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.
c.    Manajemen berdasarkan fakta
Setiap keputusan hendaknya selalu didasarkan pada fakta, bukan didasarkan pada
intuisi. Dalam hal ini terdapat dua konsep penting berikut.
1.        Prioritas, yaitu suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada
seluruh aspek pada waktu yang bersamaan, mengingat keterbatasan
sumber daya yang ada.
2.        Variasi atau Variabilitasi kinerja manusia, yaitu dengan mengunakan data
statistic untuk memberikan gambaran mengenai variabilitasi yang
merupakan bagian integral dari sistem organisasi. Dengan demikian,
manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan
yang akan dilakukan
.
c. prinsip dasar MMT
1. Fokus Pada Pelanggan (Customer Focus)
Organisasi bergantung pada pelanggan mereka, karena itu manajemen
organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang & yang akan datang.
Organisasi harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi
ekspektasi pelanggan.

2. Kepemimpinan (Leadership)
Pemimpin organisasi harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari
organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar
orang- orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan- tujuan
organisasi.
 
3. KETERLIBATAN ORANG (Involvement Of People)
Orang/ karyawan pada semua tingkatan merupakan faktor yang sangat
penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan
memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
 
4. Pendekatan Proses (Process Orientation)
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, apabila aktivitas
dan sumber- sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Suatu
proses dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang, material,
metode, mesin dan peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai
tambah output bagi pelanggan.
 
5. Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen (System Approach To Management)

18
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari proses- proses yang
saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan memberikan kontribusi pada
efektifitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan- tujuannya.
 
6. Peningkatan Terus Menerus (Continual Improvement)
Peningkatan terus- menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan
harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan terus- menerus
didefinisikan sebagai suatu proses sebagai suatu proses  yang berfokus pada upaya
terus- menerus meningkatkan efektifitas dan atau efisiensi organisasi untuk
memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Peningkatan terus- menerus
mambutuhkan langkah- langkah konsolodasi progresif, menanggapi
perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dan akan menjamin suatu
evolusi dinamik dari sistem manajemen mutu.
 
7. PENDEKATAN FAKTUAN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
(Factual Approach To Decision Making)
Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan pada analisis
data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga
masalah- masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.
 
8. HUBUNGAN PEMASOK YANG SALING MENGUNTUNGKAN (Mutually
Beneficial Supplier Relationship)
Suatu organisasi dan pemasok adalah saling tergantung, dan suatu
hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama
dalam menciptakan nilai tambah.

d.8 dimensi untuk menganalisis karakteristik mutu

Menurut Douglas C. Montgomery, terdapat 8 dimensi kualitas, yaitu:

1. Performance
Menunjukkan karakteristik utama suatu produk. 

2. Reliability
Merupakan dimensi kualitas yang menunjukkan kemungkinan suatu produk dapat
berfungsi dengan baik dalam suatu periode waktu tertentu.

3. Durability
Merupakan ukuran dari umur suatu produk. Diukur dari waktu daya tahan produk
tersebut, dimana produk tersebut lebih baik diganti daripada diperbaiki..

4. Serviceability
Merupakan kecepatan, kemampuan dan kemudahan dalam perbaikan.

5. Aesthetic

19
Merupakan ukuran, desain, rasa, suara, dan bau dari suatu produk. Dimensi
aesthetic suatu tamiya dapat dinilai dari ukuran, bentuk/ desain dan warnanya. 

6. Features
Merupakan item-item ekstra yang ditambahkan dalam suatu produk

7. Perceived Quality
Merupakan penilaian konsumen terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh
merek-merek tertentu.

8. Conformance to Standard
Merupakan tingkat dimana suatu produk dan jasa telah sesuai dengan
spesifikasinya.

20

Anda mungkin juga menyukai