Anda di halaman 1dari 33

PSIKOLOGI PEINDIDIKAN

(Pembelajaran)
A. Pengertian Pembelajaran
 Proses belajar yang merupakan proses internal peserta didik adalah sesuatu yang tidak dapat
diamati, namun dapat dipahami oleh guru. Perilaku belajar tersebut merupakan respon peserta
didik terhadap tindak pembelajaran guru. Kaitan antara belajar dan pembelajaran sangat erat.
 Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan
awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
 Menurut Lefrancois (1972:129) menyatakan bahwa pembelajaran atau instruction : as the
arrrangement of the learning situation in such a way that learning is facilitated.
 Menurut Bettencourt (dalam Paulina Pannen dkk, 2001) bagi konstruktivisme, pembelajaran
bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik melainkan
suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran berarti partisipasi pendidik bersama peserta didik dalam membentuk
pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.
Jadi pembelajaran adalah bentuk belajar sendiri. Tugas pendidik adalah membantu
 Menurut Sudjana (2000) mendefinisikan pembelajaran adalah merupakan setiap upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan
kegiatan belajar.
 Menurut Gagne dan Briggs (1979:3) Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal.
 Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta
didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.

1|Page
 Menurut Gulo (2004) mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem
lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar.
 Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen system
pembelajaran (Tim pengembangan kurikulum, 2011:190).
 Learning is a process of active construction; that learning is a social phenomenon, as well as
an individual experience; and that learner differences are resources, not obstacles (Wilson
dan Petersen, 2006:1).
 Menurut Nasution (2005) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
anak didik sehingga terjadi proses belajar.
 Menurut Sugandi, dkk (2004) pembelajaran adalah merupakan terjemahan dari kata
instruction yang berarti self instruction (dari internal) dan external instructions (dari
eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut
pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan
sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.
 Menurut Gagne (1977) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang
dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal.
 Menurut Sanjaya (2011) Definisi pembelajaran adalah merupakan suatu sistem yang
kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek
proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa
mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran.
 Menurut Komalasari (2013) pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses
membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis
agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
 Menurut Mashudi, Toha dkk, (2007:3) Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang komplek.
Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga
merupakan aktifitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan keterampilan dasar
mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien.
 Menurut Hardini dan Puspitasari (2012:10). “Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang
dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu
tujuan, yaitu tercapainya tujuan kurikulum”.

2|Page
 Menurut Corey, (1986) Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu.
Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.
 Menurut Prof. Dr. H. Mohammad Surya pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiridalam interaksi dengan lingkungannya”.
 Menurut Pribadi (2009:10) menjelaskan bahwa, “Pembelajaran adalah proses yang sengaja
dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam individu. Sedangkan
pembelajaran menurut.”
 Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat
siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana
perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relative lama dan karena adanya usaha.

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
 Menurut Chaedar Alwasilah dalam (Tim Pengembangan kurikulum., 2011:182) , dengan
memperhatikan bahwa hakikat pembelajaran adalah “interaksi antara siswa dengan
lingkungan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (perubahan perilaku)”, maka
terdapat beberapa prinsip umum pembelajaran, yaitu :
1. Prinsip Umum Pembelajaran
a) Belajar menghasilkan perubahan perilaku siswa yang relatif permanen.
b) Siswa memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan benih kodratif
untuk ditumbuh kembangkan.
c) Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami, linear, dan sejalan
dengan proses kehidupan.
2. Prinsip Khusus Pembelajaran
a) Prinsip Perhatian & Motivasi
Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan
psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Perhatian dapat muncul
secara spontan atau karena direncanakan. Dalam pembelajaran, perhatian akan

3|Page
muncul dari diri siswa apabila pelajaran yang diberikan menarik dan dibutuhkan oleh
siswa.

Perhatian dalam proses pembelajaran memiliki peranan sebagai langkah awal


dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Untuk memunculkan perhatian siswa, maka
perlu disusun sebuah rancangan bagaimana menarik perhatian siswa dalam proses
pembelajaran.

Gage dan Berliner (1984) mengemukakan bahwa berdasarkan kajian teori


belajar pengolahan informasi tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi
belajar. Seseorang yang memiliki minat terhadap materi pelajaran tertentu, biasanya
akan lebih intensif memperhatikan dan selanjutnya timbul motivasi. motivasi adalah
dorongan atau kekuatan yang dapat menggerakan seseorang untuk melakukan
sesuatu. Perhatian dan motivasi seseorang tidak selamanya stabil, intensitasnya bisi
tinggi, sedang, bahkan menurun.

Motivasi dapat bersifat internal (motif intrinsik), artinya muncul dari dalam diri
sendiri tanpa ada intervensi dari yang lain, misalnya harapan, cita-cita, minat, dan
aspek lain yang terdapat dalam diri sendiri. Motivasi juga dapat bersifat eksternal
(motif ekstrinsik), yaitu muncul karena adanya stimulus dari luar dirinya, misalnya
kondisi lingkungan kelas, sekolah, reward, pujian, dan rasa takut oleh hukuman.
Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran.

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau


meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah pada
pencapaian tujuan. Perilaku belajar yang terjadi dalam proses pembelajaran
merupakan pencapaian tujuan dan hasil belajar.

b) Prinsip Keaktifan
Anak merupakan makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk
melakukan sesuatu, memilikin kemauan, dan keinginan. Belajar pada hakikatnya
adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk
mengubah suatu perilaku, adanya respons terhadap setiap pembelajaran. Proses

4|Page
pembelajaran, siswa harus aktif belajar dan guru hanya membimbing dan
mengarahkan. Gage dan Berliner Teori kognitif menyatakan bahwa belajar
menunjukan adanya jiwa yang aktif dan tidak sekedar merepsons informasi, namun
jiwa mengolah dan melakukan transformasi informasi yang diterima. (Tim
Pengembang Kurikulum 2011:185).

Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belajar memiliki
sifat aktif, kontruktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi,
menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan, dan melakukan
transformasi kedalam kehidupan yang lebih luas. Menurut McKeachie, individu
merupakan manusia yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi masukan bahwa
dalam proses pembelajaran, guru dapat menggali dan mengembangkan aktivitas-
aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa.

c) Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman


Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus
melihat secara langsung untuk mengalaminya. Hal ini sejalan dengan pernyataan “I
hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand”. Pendekatan
pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan
pembelajaran lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Setiap
kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu) terjun mengalami. Edgar Dale
melalui penggolongan pengalaman belajarnya (kerucut pengalaman) menyatakan
bahwa “belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung.”.

Idealnya, setiap belajar harus terjadi suatu proses internalisasi bagi pihak yang
belajar, sebab belajar bukan hanya sekadar proses mengahapal sejumlah konsep,
prinsip atau fakta. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara
langsung secara aktif melakukan perbuatan belajar, hasilnya akan lebih efektif
dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekadar menuangkan
pengetahuan/informasi.

5|Page
d) Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan
dalam belajar, antara lain adalah dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward
L. Thorndike. Kesimpulan penelitiannya telah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu
“Law of Effect, Law of Exercise, and Law of Readiness”.

Law of effect mengindikasikan bahwa hubungan antara stimulus dan respons


menguat dalam keadaan yang memuaskan, dan sebaliknya akan melemah dalam
keadaan yang menyebalkan. Law of Exercise mengindikasikan bahwa hubungan
antara stimulus dan respons menguat ketika digunakan/dilakukan, dan sebaliknya
akan melemah ketika praktik dihentikan/tidak digunakan. Law of Readiness
mengindikasikan bahwa ketika siswa siap untuk melakukan, maka akan dilakukan
dengan keadaan memuaskan, sebaliknya bila tidak siap/terpaksa melakukan, maka
akan dilakukan dengan keadaan yang menyebalkan.

Teori lain yang berhubungan adalah teori Psikologi Gaya, manusia memiliki
sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, mengigat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Oleh karena itu, menurut teori ini belajar adalah melebihi
daya-daya tersebut dengan pengulangan, agar setiap daya yang dimiliki manusia
dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang.

e) Prinsip Tantangan
Teori medan (Field Theory) menurut Kurt Lewin, mengemukakan bahwa siswa
dalam setiap situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis,
siswa menghadapai suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut
siswa dihadapakan pada sejumlah hambatan/tantangan, yaitu materi/bahan belajar.
Maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mepelajarinya.
Pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk turut menemukan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha
mencari dan menemukannya.

Bila dilihat dari segi penggunaan metode pembelajaran, maka metode-metode


tersebut memiliki karakteristik yang menantang yang dapat menimbulkan motivasi

6|Page
belajar. Begitu pula penguatan diberikan terhadap setiap hasil belajar siswa, apakah
penguatan positif/negatif akan menantang siswa, dan dapat menimbulkan motif
belajar untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman.

f) Prinsip Balikan atau Penguatan


Seperti ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B. F. Skinner,
menurutnya siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun, dorongan belajar itu tidak
saja oleh penguatan positif, tetapi juga negatif. Balikan yang segera diperoleh siswa
setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang
menantang akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

g) Prinsip Perbedaan Individual


Proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain,
baik secara fisik maupun psikis. Untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung
implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan
kelemahan dirinya, dan selanjutnya mendapat perlakukan dan pelayanan sesuai
dengan kemampuan siswa itu sendiri. Untuk dapat memberikan bantuan belajar
terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami dengan benar ciri-ciri para
siswanya, baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam
memberikan tugas-tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa tersebut.

C. Ciri-Ciri Pembelajaran
 Terdapat beberapa ciri-ciri dan karakteristik menurut Sugandi, dkk (2000) di antaranya adalah
sebagai berikut.
1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.
4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi
siswa.

7|Page
6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun
psikologis.

D. Tujuan Pembelajaran
 Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian
tujuan pembelajran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut :
a) Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang
hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat
kompetensi tertentu.
b) Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu
pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
c) Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan
dapat dicapai sebagai hasil belajar.
d) Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi
mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran.
 Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu
pada struktur orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah pernyataan khusus tentang hasil
pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.
 Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru
maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari
tujuan pembelajaran, yaitu:
a) Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada
siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri.
b) Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
c) Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran.
d) Memudahkan guru mengadakan penilaian.

8|Page
E. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
 Perumusan aspek-aspek kemampuan yang menggambarkan output peserta didik yang
dihasilkan dari proses pembelajaran dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi berdasarkan
taksonomi Bloom. Bloom menanamkan cara mengklasifikasi itu dengan “The taxonomy of
education objectives”. Menurut Bloom, tujuan pendidikan atau pembelajaran dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga domain, yaitu :
1. Domain Kognitif
Berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berfikir. Kawasan
kognitif ini terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam
tingkatan tersebut, yaitu :
a) Pengetahuan (Knowledge)
Aspek pengetahuan sering disebut recall (pengingatan kembali) karena pengetahuan
menunjukkan kemampuan mengingat kembali materi pembelajaran yang sudah
dipelajari sebelumnya. Pada bagian ini siswa akan dituntut untuk bisa mengingat atau
menghafal suatu materi (pelajaran). Selain itu siswa akan ditantang untuk bisa
menjelaskan kembali pengetahuan yang sudah diterima sebelumnya.
Contoh :
- Peserta didik bisa melafalkan kembali ayat-ayat Pancasila dengan benar.
- Siswa dapat menyebut kembali nama-nama materi dalam kabinet gotong-royong.
- Siswa dapat menggambarkan struktur kelembagaan negara Indonesia.
b) Pemahaman (Understand)
Pemahaman setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Pemahaman menunjukkan
kemampuan memahami materi pembelajaran sehingga mampu menjelaskan atau
membedakan sesuatu. Pada level ini siswa diharuskan untuk bisa melakukan tafsiran,
mengartikan, menerjemahkan dan menjelaskan dengan cara mereka sendiri mengenai
pengetahuan yang sudah pernah diterima sebelumnya.
Contoh :
- Peserta didik bisa menjelaskan dengan maknanya sendiri tentang apa yang
terkandung dalam tiap ayat Pancasila.
- Siswa dapat menjelaskan tentang cara menanggulangi bahaya banjir.
- Siswa dapat mengkaji ulang akibat penggundulan hutan.

9|Page
c) Penerapan (Aplication)
Penerapan adalah kemampuan menerapkan materi pembelajaran yang sudah
dipelajari ke dalam suatu keadaan yang baru.  penerapan menguji keahlian siswa
dalam menerapkan pengetahuan untuk tujuan menyelesaikan masalah yang ada
dalam soal maupun kehidupan nyata.
Contoh :
- Peserta didik bisa memilih sila mana yang bisa diterapkan dalam kehidupannya
sehari-hari yang sesuai.
- Siswa dapat mendemonstrasikan cara menendang bola dengan benar.
- Siswa dapat mengerjakan tugas pekerjaan rumah yang telah diajarkan guru di
sekolah.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menguraikan sesuatu menjadi bagian-bagian, sehingga
antar bagian itu dapat dimengerti. Pada analisis ini bisa dijelaskan bahwa
kemampuan siswa dalam mempraktekan segala pengetahuan yang diraih untuk
membuat solusi dari kehidupan sehari hari.
Contoh :
- Peserta didik bisa mengelola informasi dan perilaku disekitar kehidupannya yang
sesuai dengan Pancasila atau tidak.
-  Siswa dapat menganalisis sejauhmana hasil dikusi mereka tentang kewajiban dan
hak sebagai warga negara Indonesia.
- Siswa dapat mengiventarisir kewajiban sebagai warga negara Indonesia.
e) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan siswa untuk membuat penilaian dan keputusan tentang
nilai suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan menggunakan kriteria
tertentu.  Evaluasi merupakan keahlian siswa untuk menciptakan prediksi atau
keputusan dari sebuah persoalan atau pengetahuan yang telah dipunyai.
Contoh :
- Siswa bisa mengukur apakah segala perilakunya selama ini sudah merupakan hal
yang sesuai dengan Pancasila.

10 | P a g e
- Siswa dapat memilih kegiatan sesuai dengan bakatnya dari kegiatan pilihan yang
telah ditetapkan sekolah.
- Siswa dapat mengoreksi latihan conversationnya melalui rekaman tape.
f) Level Synthesis (Sintesis)
Sintetis adalah keahlian siswa untuk bisa menghubungkan dan memadukan berbagai
komponen dan aspek dari pengetahuan untuk dijadikan sebuah pengetahuan baru.
Contoh :
- Peserta didik bisa membuat contoh perbuatan, sikap, perilaku yang sesuai dengan
Pancasila.
2. Domain Afektif
Berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional yaitu
perasaan, sikap, dan nilai. Tahapan domain afektif ada lima yaitu meliputi, yaitu :
a) Tingkat Menerima (Receiving)
Tingkat menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau
rangsangan tertentu seperti kegiatan membaca buku, mendengar musik atau bergaul
dengan orang yang mempunyai ras berbeda. 
Contoh :
- Kemauan seorang siswa untuk mendengar berita di televisi dengan sungguh-
sungguh tentang bencana banjir yang melanda negara Ceko.
- Kesadaran para siswa bahwa kesulitan-kesulitan yang ditemui selama belajar
adalah tantangan bagi masa depannya.
b) Tingkat Tanggapan (Responding)
Tingkat tanggapan merupakan dorongan untuk memberikan tanggapan terhadap
suatu fenomena atau rangsangan. Pada level ini siswa diamati dalam aktivitas ketika
ikut serta secara aktif dalam acara tertentu, yang lebih condong pada perilaku
inisiatif. 
Contoh :
- Pada partisipasi dalam menyelesaikan tugas secara kelompok, mematuhi aturan,
ikut serta dalam diskusi dan menolong sesama.

11 | P a g e
-  Para siswa kelas X SMA hadir pada diskusi yang dilaksanakan oleh kakak
tingkat mereka dengan topik bahaya narkoba dan pengaruhnya terhadap masa
depan remaja.
-  Para siswa aktif memperdebatkan masalah yang dilontarkan gurunya.
c) Tingkat Menilai (Valuing)
Tingkat menilai dapat diartikan sebagai pengakuan secara objektif (jujur) bahwa
siswa itu objek, sistem atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat.Atau bisa juga
diartikan sebagai kemampuan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah
seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan
cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif ataupun negatif. Pada level
ini adalah tanggapan siswa dalam penerimaan mereka terhadap sistem nilai tertentu
dalam diri personal masing masing. Ini bisa dilihat ketika siswa memperlihatkan
keyakinan pada suatu kepercayaan (agama), pemahaman pada suatu hal, sikap
keyakinan pada sebuah kepercayaan dalam lingkungan masyarakat.
Contoh :
- Seorang siswa sedang memilih bahan baju dari sekian banyak corak dan warna
yang ada serta ia anggap sesuai untuk dipakai di hari ulang tahunnya.
- Pada waktu siswa sedang membicarakan peranan wanita dalam politik mereka
pada umumnya memuji kehebatan Megawati Soekarno Putri.
d) Tingkat Organisasi (Organization)
Tingkat organisasi merupakan suatu konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu
organisasi dari suatu sistem nilai.
Contoh :
- Seorang siswa memutuskan untuk hadir pada pertemuan kelompok, walaupun
pada jam yang sama di televisi ada program film horor yang menarik. Padahal ia
seorang penggemar film tersebut.
- Pada hari minggu yang sama seseorang menerima dua undangan ulang tahun
sahabatnya yang diselenggarakan di dua tempat yang relatif berjauhan, namun
demikian ia tetap datang pada kedua acara tersebut.

12 | P a g e
e) Tingkat Karakterisasi (Characterization)
Karakterisasi merupakan sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh
seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan
perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri perilakunya.
Contoh :
- Walaupun pak Marzuki sebagai pimpinan proyek non fisik yang terbuka
kemungkinan membuat kwitansi piktif untuk pembelian barang, tetapi ia tetap
tidak mau berbuat tidak jujur sekalipun tidak ada orang yang mengetahuinya.
- Pak Eko adalah orang kaya, setiap tahun ia membagi-bagikan zakatnya kepada
orang yang berhak menerima, karena ia percaya dengan ajaran agama Islam
bahwa di dalam hartanya (memenuhi ketentuan nisab) ada hak orang lain.
3. Domain Psikomotor
Berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik. Pada
ranah ini tujuan pembelajaran yang berhubungan dengan skill atau keterampilan yang
memiliki karakter konkret, fisik atau motorik. Seperti telah diketahui ranah ini juga
memiliki levelnya mulai dari yang rendah hingga level tinggi. Domain psikomotor ini
meliputi, yaitu :    
a. Gerakan Seluruh Badan (Gross Body Movement)
Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang
memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh. 
Contoh :
- Siswa sedang senam mengikuti irama musik.
-  Siswa sedang bermain sepak takraw.
b. Gerakan Yang Terkoordinasi (Coordination Movements)
Gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara
fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan. 
Contoh :
- Seorang yang sedang berlatih menyetir.
- Seorang yang sedang berenang.

13 | P a g e
c. Komunikasi Nonverbal (Nonverbal Communication)
Komunikasi nonverbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang
menggunakan simbol-simbol atau isyarat. 
Contoh :
- Perilaku seseorang yang mengacungkan ibu jarinya tanda salut.
- Perilaku seseorang yang sedang mengirim kode-kode dengan jari tangan.
d. Kebolehan Dalam Berbicara (Speech Behaviour)
Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi
gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan
berbicara. 
Contoh :
- Perilaku seorang guru di depan kelas.
- Perilaku seorang yang sedang kampanye partai di dalam pemilihan umum.

F. Metode Pembelajaran
 Menentukan bagaimana cara-cara pembelajaran yang baik bukanlah suatu hal yang mudah.
Banyak penelitian yang telah digunakan oleh para ahli psikologi untuk menentukan cara-cara
pembelajaran yang baik. Metode dan teknik pembelajaran adalah cara yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Operasionalisasi dari
satu atau lebih metode-metode pembelajaran direalisasikan dalam kegiatan pembelajaran
berdasarkan strategi pembelajaran yang telah ditetapkan.
 Dalam bab ini dibicarakan beberapa metode yang dapat dipergunakan, yaitu :
a) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi
lisan. Metode ceramah menurut Hasibuan dan Moedjiono (1993:13) menjelaskan bahwa:
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.
Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah merupakan seuatu cara belajar-
mengajar dimana bahan disajikan oleh guru secara monologue sehingga pembicaraan
bersifat satu arah.
Kelemahan dari metode ini adalah siswa cenderung pasif, dan kurang cocok untuk
pembentukan keterampilan dan sikap, karena siswa menganggap semua informasi yang

14 | P a g e
didapatkan hanya dari pengajar sehingga ada keterbatasan dari siswa untuk lebih
memperluas informasi yang diberikan pengajar dengan metode tersebut. Dalam
pembelajaran musik khususnya pembelajaran vokal, metode ini biasanya tidak banyak
dipakai para pengajar. Namun sebagian pengajar masih ada yang menggunakan metode
ini yang biasanya dilakukan diawal latihan sebelum praktek. Dalam metode ini pengajar
memberikan pertanyaan sekilas tentang vokal, kemudian dijelaskan tentang vokal
khususnya vokal grup.
Disamping beberapa kelemahan di atas, metode ceramah juga memilki beberapa
kelebihan menurut Sanjaya (2010:148) diantaranya:
1) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas artinya materi pelajaran yang
banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pkok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang
singkat.
2) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya,
guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
3) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas oleh karena sepenuhnya kelas
merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
Metode ini sudah banyak dan sering dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Ceramah merupakan penjelasan yang disampaikan secara verbal (Saputro, 2000). Dalam
menyampaikan informasi dengan melalui ceramah ini diperlukan ketrampilan untuk
menjangkau tujuan pembelajaran.
Adapun empat ketrampilan yang diperlukan dalam menggunakan metode ceramah
ini menurut Saputro (2000) meliputi empat hal :
1) Kejelasan
Bahasa yang dipergunakan dalam menyampaikan informasi baik dari segi kata-kata
maupun volume suara hendaknya jelas dan disesuaikan dengan perkermbangan serta
kemampuan siswa.
2) Penggunaan Contoh
Pemahaman siswa tentang suatu hal perlu ditingkatkan dengan pemberian contoh-
contoh tentang situasi yang dapat dialami dalam kehidupan sehari-hari.

15 | P a g e
3) Penekanan
Selama memberikan penjelasan hendaknya memusatkan perhatian siswa pada
masalah yang penting dan mengurangi informasi yang tidak penting.
4) Pemberian Umpan Balik
Pemberian umpan balik ini dilakukan dengan memberi kesempatan siswa untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan untuk memberikan pemahaman dan penjelasan
dari hal-hal yang mungkin masih membingungkan.
b) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan tersebut merupakan perangsang yang baik dalam pemahaman
suatu informasi. Dengan metode ini dikembangkan ketrampilan mengamati,
menginterpretasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan, dan
mengomunikasikan. Dalam menguasai seni bertanya , diperlukan empat ketrampilan
bertanya, yaitu :
1) Kemampuan berpikir cepat dan jelas
2) Pengertian yang tajam tentang nilai relatif dalam menangani pertanyaan dan
tanggapan siswa.
3) Ketrampilan membuat kalimat bertanya.
4) Percaya Diri
c) Metode Diskusi
Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan
siswa diminta memecahkan masalah secara kelompok. Metode ini dapat mendorong
siswa untuk mampu mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan
siswa untuk bersikap toleran pada pendapat orang lain.
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang
bersifat interaktif. Ketika salah satu siswa menyampaikan informasi tertentu, maka yang
lain mendengarkan. Dalam diskusi ini diperlukan keaktifan siswa. Ada tiga tujuan
pembelajaran yang sesuai dengen penggunaan metode diskusi, yaitu :
1) Penguasaaan materi pembelajaran
2) Pembentukan dan modifikasi sikap
3) Pemecahan masalah.

16 | P a g e
d) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan sebuah metode yang dilakakuan oleh pengajar
dengan cara mencontohkan terlebih dahulu kepada siswa. Misalnya, seorang pengajar
menyampaikan materi vokal dalam bentuk bernyanyi yang baik dan benar. Pengajar
memberikan contoh bernyanyi dengan baik sesuai dengan apa yang disampaikannya
kepada siswa.
Menurut Sutikno (2009:96) Metode demonstrasi adalah metode membelajarkan
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang
relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan.
Demonstrasi sebagai metode mengajar dimana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta), atau seorang siswa yang memperlihatkan
kemampuannya kepada orang lain, misalnya seseorang yang mempertunjukkan
kemampuannya kepada orang lain dalam benrnyanyi dengan tepat. Dalam hal ini
demonstrasi yang dimaksud adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan
bagaimana proses terjadinya sesuatu, tujuannya agara siswa memiliki pengalaman
melihat, mendengar, serta dapat menirukan materi yang diberikan.
e) Metode Tugas
Dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang sesuatu hal, perlu dilakukan
dengan pemberian tugas atau pekerjaan tertentu. Pemberian tugas tersebut dilakukan
dengan maksud tertentu misalnya melatih analisa siswa tentang pelajaran tertentu,
memecahkan masalah, mengklasifikasi masalah dan sebagainya.
f) Metode Imitasi
Imitasi dapat diartikan sebagai tiruan. Namun menurut Horst Gunter (dalam Mi’raj,
2009:17), Gunter mengemukakan bahwa “imitasi meliputi tindakan mendengar, dan
mengamati keterampilan-keterampilan teknik dan artistic (posisi tubuh, pernafasan, diksi,
interpretasi) dalam bernyanyi”.
Pada penggunaan sebuah metode pembelajaran, seorang pengajar vokal tidak cukup
dengan hanya menggunakan satu metode tetapi harus berbagai metode. Seseorang yang
belajar vokal dapat terlihat peningkatan kemampuannya dengan melihat seberapa jauh
penggunaan metode yang dilakukan pengajara. Misalnya pada saat pengajar memberikan

17 | P a g e
satu buah lagu yang sama sekali belum diketahui oleh siswa, pengajar menyanyikan
terlebih dahulu secara keseluruhan untuk memberikan sedikit bayangan kepada siswa
setelah itu pengajar menyanyikan lagu tersebut per bait yang kemudian siswa
menirukannya, atau untuk nada-nada yang sulit diterima oleh siswa terlebih dahulu
pengajar menyanyikan lagu tersebut sehingga siswa dapat mengikuti pengajar dan siswa
dapat meniru pengajar.
Dengan demikian metode pengajaran khususnya pada vokal sangatlah penting
untuk mencapai hasil yang diinginkan, pengajar harus benar-benar menguasai untuk
mencapai sebuah tujuan.

G. Pendekatan Pembelajaran
 Pada dasarnya belajar dapat dilakukan di mana saja. Saat ini informasi dapat diterima dengan
mudah melalui media-media tertentu sebagai sumbernya, misalnya radio, televisi, film, surat
kabar, majalah dan lain.lain. Pesan-pesan yang diperoleh melalui informasi yang diterima tadi
perlu pengetahuan dan ketarmpilan dalam mengelolanya. Untuk itu, perlu pemahaman
mengenai pendekatanpendekatan belajar dalam membelajarkan siswa. Pendekatan
pembelajaran ini merupakan suatu panutan yang berusaha meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa daklam pengolahan pesan, sehingga ter capai sasaran
belajar.
 Pendekatan pembelajaran adalah suatu upaya mengahmpiri makna pembelajaran melalui
suatu cara pandang dan pandangan tertentu atau aplikasi suatu cara pandang tertentu dalam
memahami makna pembelajaran.
 Ada empat macam tinjauan pendekatan pembelajaran, yaitu :
1) Pengorganisasian Siswa
Pendekatan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan melalui :
a) Pembelajaran Secara Individual
Pembelejaran secara individual ini merupakan kegiatan mengajar yang
menitikberatkan bantuan dan bimbingan kepada masing-masing individu.
Pembelajaran dengan sistem ini bertujuan untuk,yaitu :

18 | P a g e
a. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan individu secara optimal.
b) Pembelajaran Secara Kelompok
Dalam kegiatan pembelajaran seringkali dibentuk kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 3 – 8 orang. Dalam pembelajaran ini, bantuan dan bimbingan diberikan
pada kelompok secara lebih intensif. Adapun tujuan pembelajaran secara kelompok
ini adalah :
1. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
2. Mengembangkan sikap sosial.
3. Menciptakan kegiatan kelompok yang dinamis.
4. Mengembangkan kepemimpinan
c) Pembelajaran Secara Klasik
Pembelajaran dengan sisten klasikal merupakan kegiatan yang paling efisien, dan
dalam pelaksanaannya membutuhkan kemampuan guru yang utama. Pembelajarn
kelas ini berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu :
1. Pengelolahan Kelas
Pengelolaan kelas ini dilakukan dengan menciptakan kondisi kelas yang
memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Masalah
pengelolaan kelas dapat bersumber pada kondisi tempat belajar dan siswa yang
terlibat dalam belajar.
2. Pengelolahan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. Selain
penyusunan disain instruksional, maka pengelolaan pembelajaran dapat
dilakukan dengan tindakan seperti membuat tata tertib kelas, menciptakan
suasana senang dalam belajar, memusatkan perhatian pada bahan ajar,
mengikutsertakan siswa belajar aktif dan pengorganisasian belajar siswa sesuai
dengan kondisinya.
2) Posisi Guru, Siswa Dalam Pengelolahan Pesan
Dalam kegiatan pembelajaran, guru berusaha menyampaikan pesan kepada siswa. Pesan
tersebut berupa pengetahuan, wawasan atau ketrampilan tertentu. Penyampaian pesan
oleh guru ini berupa :

19 | P a g e
a. Strategi Ekspository
Model pengajaran ekspository merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada
guru. Dalam hal ini guru aktif menyampaikan pesan. Tujuan utama dalam pengajaran
ekspository adalah memindahkan pengetahuan, ketarmpilan dan nilai-nilai tertentu
kepada siswa.
b. Strategi Inkuiri (Inquiry) & Discovery
Model pengajaran ini merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah
pesan sehingga memperoleh pengetahuan, ketarmpilan dan nilai-nilai. Dalam model
ini, siswa dirancang untuk terlibat dalam proses pengajaran. Adapun tujuan dari
model pengajaran inkuiri adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir
kritis dan pemecahan masalah.
3) Pencapaian Kemampuan dalam Pembelajaran
Siswa yang belajar diharapkan akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat
meningkatkan kemampuan mental seperti ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kemampuan-kemampuan yang dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran.
Namun seringkali ada kesenjangan antara kemampuan sebelum belajar dengan
kemampuan yang akan dicapai. Kesenjangan tersebut dapat diatasi dengan belajar bahan
ajar tertentu.
4) Pengolahan Pesan
Perolehan pengalaman dalam meningkatkan jenis ranah bagi tiap-tiap siswa berbeda-
beda. Hal itu disebabkan oleh proses pengolahan pesan. Ada dua jenis pengolahan pesan,
yaitu :
a. Pengelolahan Secara Deduktif
Pengolahan pesan dengan cara ini dimulai dengan mengemukakan generalisasi oleh
guru, kemudian dilajutkan dengan menjelaskan konsepkonsep dan mencari data yang
dilakukan siswa.
b. Pengelolahan Secara Induktif
Pengolahan pesan dengan cara ini dimulai dengan mengemukakan generalisasi oleh
guru, kemudian dilajutkan dengan menjelaskan konsepkonsep dan mencari data yang
dilakukan siswa.

20 | P a g e
H. Media Pembelajaran
 Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan siswa dan guru dengan menggunakan
berbagai sumber belajar baik dalam situasi kelas maupun di luar kelas. Dalam arti media yang
digunakan untuk pembelajaran tidak terlalu identik dengan situasi kelas dalam pola
pengajaran konvensional namun proses belajar tanpa kehadiran guru dan lebih mengandalkan
media termasuk dalam kegiatan pembelajaran.
 Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2009: 179) mengklasifikasikan penggunaan media
pembelajaran berdasarkan tempat penggunaannya, yaitu:
1. Penggunaan Media Kelas
Pada teknik ini media dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan
penggunaannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam
merencanakan pemanfaatan media tersebut guru harus melihat tujuan yang akan dicapai,
materi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan tersebut, serta strategi belajar
mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Penggunaan media di luar kelas
Media tidak secara langsung dikendalikan oleh guru, namun digunakan oleh siswa sendiri
tanpa instruksi guru atau melalui pengontrolan oleh orang tua siswa. Penggunaan media
di luar kelas dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu :
a) Penggunaan media tidak terprogram
Penggunaan media dapat terjadi di masyarakat luas. Hal ini ada kaitannya dengan
keberadaan media massa yang ada di masyarakat. Penggunaan media ini bersifat bebas
yaitu bahwa media itu digunakan tanpa dikontrol atau diawasi dan tidak terprogram
sesuai tuntutan kurikulum yang digunakan oleh guru atau sekolah.
b) Penggunaan media secara terprogram
Media digunakan dalam suatu rangkaian yang diatur secara sistematik untuk mencapai
tujuan tertentu disesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Peserta
didik sebagai sasaran diorganisasikan dengan baik sehingga mereka dapat
menggunakan media itu secara teratur, berkesinambungan dan mengikuti pola belajar
mengajar tertentu.
 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan
peralatan yang membawa pesan-pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

21 | P a g e
I. Strategi Pembelajaran
 Menurut Senjaya (2008) menjelaskan bahwa “Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan sisa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan efesien”.
 Menurut Faturrohman dan Sutikno (2008:14) strategi pembelajaran adalah “kegiatan guru-
murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan”.
 Secara garis besar diartikan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan
dan dikerjakan oleh guru dan siswa agar proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang
sesuai dengan apa yang telah ditentukan.
 Berbagai jenis strategi pembelajaran yang dimaksud dapat dipilah berdasarkan karakteristik
sebagai berikut :
a. Model pembelajaran konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu perkembangan model pembelajaran
mutakhir yang mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif
untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri.
Konstruktivisme menganggap bahwa semua peserta didik memiliki gagasan atau
pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan
sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini seringkali naif atau juga miskonsepsi
(Khairudin, 2007: 197).
Diantara ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran konstruktivisme
ini adalah peserta didik tidak diindoktrinasi dengan pengetahuan yang disampaikan oleh
guru, melainkan mereka menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan
apa yang telah mereka ketahui dan pelajari sendiri.
Selain ciri tersebut dalam perspekif konstruktivisme, proses pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas harus menekankan 4 komponen kunci yaitu:
1. Peserta didik membangun pemahamannya sendiri dari hasil belajarnya bukan karena
disampaikan (diajarkan).
2. Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajarannya sebelumnya.
3. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial.

22 | P a g e
4. Penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan kebermaknaan proses
pembelajaran.
Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
konstruktivisme ini, guru tidak dapat mengindoktrinasi gagasan ilmiah supaya peserta
didik mau mengganti dan memodifikasi gagasannya yang non ilmiah menjadi gagasan
ilmiah.
Beberapa bentuk belajar yang sesuai dengan filosofis konstruktivisme antara lain
diskusi (yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan
gagasan), pengujian hasil penelitian sederhana, demonstrasi, peragaan prosedur ilmiah
dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam
gagasannya (Shaleh, 2004: 219-220).
b. Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL adalah merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan
sekitar peserta didik sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Pembelajaran kontekstual ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer
ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan problema-
problema tertentu baik secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran dengan CTL akan memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiah dan kemudian
peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung beberapa materi yang telah
dipelajarinya. Pembelajaran CTL mendorong peserta didik memahami hakekat, makna
dan manfaat belajar sehingga akan memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka
untuk rajin dan senantiasa belajar.
Dengan penerapan CTL hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
peserta didik. Oleh karenanya proses pembelajaran harus berlangsung secara alamiah
dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan dalam bentuk transfer
pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Strategi dan penggunaan metode dalam
pembelajaran menjadi lebih penting dibandingkan dengan hasil pembelajaran.

23 | P a g e
Dengan menerapkan CTL ini guru tidak hanya menyampaikan materi belaka
yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar. Lingkungan
belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual
dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. Antara lain :
1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah
ada (activating knowledge), artinya pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik
adalah pegetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh
dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan
dalam kehidupan peserta didik, sehingga tampak perubahan peserta didik.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
c. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik (Shaleh,
2005: 12). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau
waktu, aspek kurikulum dan aspek pembelajaran.
Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar peserta
didik, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap
bermakna bagi peserta didik. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan
keterampilan, peserta didik tidak harus diberi latihan hafalan berulang-ulang (drill), tetapi

24 | P a g e
ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang sudah dip Pembelajaran tematik ini dikenal juga dengan pembelajaran terpadu, yang
pembelajarannya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kejiwaan
peserta didik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi
pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk
menciptakan proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi peserta didik.
Penerapan model pembelajaran ini memiliki nilai positif dan kekuatan antara
lain :
1. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik.
3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan problem yang
dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi dan
tanggap terhadap gagasan orang lain.
Beberapa sisi positif yang berkaitan dengan materi pelajaran dari penggunaan
pendekatan pembelajaran tematik ini adalah, yaitu :
1. Pertama, materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak
dengan mudah memahami dan melakukannya.
2. Kedua, peserta didik juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan antara materi
pelajaran yang satu dengan materi pelajaran yang lain.
3. Ketiga, dengan bekerja kelompok peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
belajarnya dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
4. Keempat, pembelajaran tematik dapat mengakomodir jenis kecerdasan peserta didik.
5. Kelima, guru dapat dengan mudah melaksanakan belajar peserta didik aktif sebagai
metode pembelajaran.
d. Berdasarkan Rasio Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan rasio guru dan siswa yang terlibat dalam pembelajaran terdapat lima
jenis strategi pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa.

25 | P a g e
2) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa.
3) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa.
4) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa.
5) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa.
Strategi pembelajaran di atas merupakan alternatif yang mungkin dipilih dan
digunakan oleh setiap guru. Guru yang mendekati pembelajaran dari aliran filsafat
manapun, aliran psikologi manapun maupun guru yang menggunakan pendekatan sistem,
mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari strategi di atas untuk digunakan
pada sesi-sesi tertentu dari seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakannya.
e. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Mengolah Pesan atau Materi Pembelajaran.
Berdasarkan peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan atau materi
pembelajaran, terdapat dua jenis strategi pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran ekspositorik.
Pembelajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap atau telah diolah
tuntas oleh guru dimana siswa tinggal menerima saja disebut pembelajaran
ekspositorik. strategi ekspositorik merupakan strategi pembelajaran bagi guru yang
menggunakan pendekatan filsafat Realisme.
2) Pembelajaran heuristik.
Pembelajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sendiri. Strategi heuristik
merupakan strategi pembelajarn bagi guru yang menggunakan pendekatan filsafat
Pragmatisme, Eksistensialisme, Konstruktivisme, bahkan Idealisme.

J. Teori-Teori Pembelajaran
1. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang
bertujuan, yaitu :
a) Memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi.
b) Menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya.
c) Memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan.
d) Menentukan kenyataan yang sesungguhnya dibalik suatu yang nampak.

26 | P a g e
Piaget memandang bahwa kognitif merupakan hasil dari pembentukan adaptasi
biologis. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konstan antara individu
dengan lingkungan, dimana dalam interaksi tersebut terjadi proses organisasi dan adaptasi.
Intelegensi merupakan dasar bagi perkembangan kognitif. Intelegensi merupakan
suatu proses berkesinambungan yang menghasilkan struktur dan diperlukan dalam interaksi
dengan lingkungan. Dalam teori Jean Piaget dia membagi perkembangan kognitif merupakan
pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi sehingga dewasa, yang berlangsung melalui empat
tahapan yaitu :
1) Sensorik-motorik (0-1,5 tahun)
Pada tahap ini aktivitas kognitif berpusat pada aspek alat dria (sensorik) dan gerak
(mototrik). Artinya, dalah tahap ini anak hanya mampu melakukan penegenalan
lingkungan dengan alat drianya dan pergerakannya.
2) Pre-operational (1,5 tahun-6 tahun)
Anak telah menunjukkanaktifitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal dari luar
dirinya. Aktifitas berfikirnya belum mepunyai sistem yang terorganisasikan. Anak sudah
dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda simbol, cara
berfikirnya tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis. Cara berfikirnya ditandai
dengan ciri-ciri, yaitu :
1. Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi
tidak logis.
2. Ketidakjelasan hubungan sebab akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab akibat
secara tidak logis.
3. Animism, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya.
4. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai
jiwa seperti manusia.
5. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat atau
dengar,
6. Mental experiment, yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan
jawaban dari persoalan yang dihadapainya.
7. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada suatu ciri yang paling
menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya.

27 | P a g e
8. Egocentrism, artinya anak meliohat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya
sendiri.

3) Concrete operational (6 tahun 12 tahun)


Anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis,
perkembangan kognitif pada tahap ini memberikan anak kecakapan berkenaan dengan
konsep klasifikasi, hubungan, dan kuantitas. Konsep klasifikasi ialah kemampuan anak
untuk melihat secara logis persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan memilihnya
berdasarkan ciri-ciri yang sama. Konsep hubungan ialah kemtangan anak memahami
hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya. Konsep kuantitas yaitu kesadaran
anak bahwa suatu kuantitas tetap sama meskipun bentuk fisiknya berubah asal tidak
ditambah atau dikurangi.
4) Formal operasional (12 tahun ke atas)
Perkembangan kognitif ditandai dengan kemampuan individu untuk berfikir secara
hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan
kemungkinan cakupan yang luas dari perkara hal yang sempit.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran, antara lain :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dalam
mengajar guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baikapabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-
baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara
dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.
2. Teori Pemrosesan informasi (Robert Gagne)
Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan
informasi yang berupa kecakapan manusia (human capabilities) yang terdiri atas, yaitu :
a) Informasi verbal

28 | P a g e
Ialaha hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal
(kata-kata atau kalimat).
b) Kecakapan intelektual
Ialah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan
menggunakan simbol-simbol, kecakapan intelektual mencakup kecakapan dalam
membedakan (diskriminasi), konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum.
Kecakapan inteltual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah.\
c) Strategi kognitif
Ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola keseluruhan
aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini ialah kemampuan
mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktifitas yang efektif. Sikap,
ialah hasil pembelajran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan
yang akan dilakukan.
d) Kecakapan motorik.
Ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan
fisik.
Tahapan proses pembelajaran menurut teori Gagne terjadi melalui delapan fase yaitu :
1. Fase motivasi
ialah fase awal individu memulai pembelajaran denan adanya dorongan untuk melakukan
suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam fase ini individu didorong untuk
mengubah perilakunya agar mencapai apa yang dikehendaki.
2. Fase pemahaman
Dalam fase ini individu menerima dan memahami rangsangan yang berupa informasi
yang diperoleh dalam pembelajaran. Dalam fase ini terjadi proses pemberian perhatian
yang berupa peningkatan aktifitas terhadap suatu rangsangan yang dirasakan lebih
berkenaan dengan dirinya. Apabila individu melakukan pembelajaran dengan perhatian,
maka informasi yang diterima akan diterima lebih baik.
3. Fase pemerolehan
Dalam fase ini dimana individu mempersepsi atau memberikan makna kepada segala
informasi yang sampai pada dirinya. Dalam fase ini terjadi proses simpan awal (short

29 | P a g e
term memory), untuk memudahkan penyimpanan biasanya informasi disimpan dengan
kode-koe tertentu.

4. Fase penahanan
adalah dimana informasi yang diterima dan dapat dipakai dalam jangka waktu panjang.
Dalam fase ini terjadi proses mengingat atau menyimpan informasi untuk jangka waktu
panjang (long term memory). Dengan proses ini maka hasil pembelajaran dapat
digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan.
5. Fase ingatan kembali
ialah fase dimana individu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan
beberapa waktu yang lalu. Pengeluaran ini terjadi apabila mendapat rangsangan untuk
mengeluarkannya.
6. Fase generalisasi
yaitu fase dimana individu akan menggunakan kembali hasil pembelajaran yang dimiliki
untuk satu keperluan tertentu yaitu meminah suatu hasil pembelajaran dari keadaan
khusus kekeadaan umum.
7. Fase pemberlakuan
ialah perubahan perwujudan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran. Dalam fase ini
individu akan menunjukkan perilaku-perilaku yang baru sesuai hasil pembelajarannya
dengan adanya tindak balas yang berupa perilaku dalam menghadapi rangsangan di
lingkungan.
8. Fase umpan balik
ialah fase dimana individu memperoleh umpan balik (feed back) dari perilaku yang telah
dilakukannya. Apabila perilakunyamemberikan kepuasan, maka akan diperkuat
(peneguhan positif), dan sebaliknya apabila perilakunya memberikan umpan balik yang
kurang memuaskan, maka akan dikurangi (peneguhan negatif).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada
sembilan langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru. Langkah-langkah tersebut
adalah :
1. Melakukan tindakan untuk menrik perhatian siswa

30 | P a g e
2. Memberikan kepada siswa mengenai tujuan pengajaran dan topik-topik yang akan
dibahas
3. Merangsang siswa untuk memulai aktifitas pembelajaran
4. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan
5. Memberikan bimbingan bagi aktifitas siswa dalam pembelajaran
6. Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran siswa
7. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa
8. Melaksanakan penialaian proses dan hasil pembelajaran
9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil
pembelajaran
3. Teori Pembelajaran Sosial-Kognitif (Albert Bandura)
Teori yang dikemukan oleh Albert Bandura ini disebut juga teori pembelajaran sosial-
kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajran melalui peniruan. Teori Bandura
didasarkan pada tiga asumsi, yaitu :
a) Pertama, bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di
lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain yang disebut pula sebagai perilaku
model atau perilaku contoh.
b) Kedua, terdapat hubungan yang berkaitan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya.
Pembelajaran terjadi dalam ketaerkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan, perilaku, dan
faktor-faktor pribadi.
c) Ketiga, ialah bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal
yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga komponen (unsur)
yaitu :
a) Perilaku model (contoh).
b) Pengaruh perilaku model.
c) Proses internal belajar.
Jadi individu melakukan proses pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model
(perilaku yang akan ditiru), kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru
sehingga menjadi perilakunya sendiri. Proses peniruan model ini akan dipengaruhi oleh faktor

31 | P a g e
kualitas model itu sendiri dan kualitas individu. Model-model yang akan ditiru ditentukan
oleh tiga faktor, yaitu :
a) Faktor pertama, ialah ciri-ciri model, yaitu model yang memiliki ciri-ciri yang
bersesuaian dengan individu akan lebih mungkin ditiru dibanding dengan model yang
kurang bersesuaian.
b) Faktor keadua, ialah nilai prestise daripada model, model yang mempunyai nilai prestise
tinggi akan lebih mungkin ditiru dibandingkan dengan model yang mempunyai nilai
prestise rendah.
c) Faktor ketiga, ialah peringakat ganjaran instrinsik, artinya kualitas rasa kepuasan yang
diperoleh dengan meniru suatu model. Artinya aktivitas itu sendiri memberikan kepuasan
bagi individu yang melakukan peniruan. Individu yang mempunyai kurang rasa percaya
diri akan banyak melakukan peniruan.
Dalam kaitannya dengan pengajaran didalam kelas, guru hendaknya merupakan tokoh
perilaku bagi siswa-siswanya. Proses kognitif siswa hendaknya mendapat perhatian dari guru,
kemudian lingkungan hendaknya memberikan dukungan bagi proses pembelajaran, dan guru
membantu siswa dalam mengembangkan perilaku pengajaran. Guru hendaknya
mempehatikan karakteristik siswa terutama berkenaan dengan perbedaan individual,
kesediaan , motivasi, dan proses kognitifnya. Proses pembelajaran hendaknya tidak terpisah
dari lingkungan sosial, artinya apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran dan pengajaran
hendaknya memiliki keterkaitan dan padanan dengan kehisupan sosial nyata.
Dalam mengembangkan proses pengajaran yang efektif, teori ini menyarankan strategi
sebagai berikut :
a) Mengidentifkasi model-model perilaku yang akan digunakan di kelas
b) Mengembangkan perilaku yang memberikan nilai-nilai secara fungsional dan memilih
perilaku-perilaku model
c) Mengembangkan urutan atau peringakat proses pengajaran
d) Menerapkan aktifitas pembelajaran siswa dengan membentuk proses kognitif dan
mototrik.

32 | P a g e
33 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai