Anda di halaman 1dari 154

MASALAH-MASALAH YANG SECARA INTENS DIALAMI

OLEH SISWA-SISWI KELAS VII SMP SANTA MARIA BANJARMASIN


TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN SUATU USULAN TOPIK -TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik an (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh
Nama : Maria Sri Hastuti
NIM : 031114037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

i
ii
iii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Kongregasi Suster-suster Fransisikus Dina (SFD)


yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan diri

Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu

Bapak-Ibu, kakak-kakak, dan adik-adikku


yang telah, sedang dan akan selalu mengasihiku

SMP Santa Maria Banjarmasin

iv
MOTTO

Saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan


apabila kamu jatuh dalam berbagai percobaan, sebab kamu tahu,
bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,
supaya kamu menjadi sempurna dan utuh
dan tak kekurangan suatu pun
(Yak. 1: 2-4 ).

v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Oktober 2007

Penulis

Maria Sri Hastuti

vi
ABSTRAK
MASALAH-MASALAH YANG SECARA INTENS DIALAMI
OLEH SISWA-SISWI KELAS VII SMP SANTA MARIA BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN SUATU USULAN
TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

M ARIA SRI HASTUTI


2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan masalah- masalah yang


secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin
tahun ajaran 2007/2008. Hasil penelitian ini dijadikan dasar atau titik tolak untuk
membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-siswi kelas
VII sekolah tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria
Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 128 siswa. Instrumen yang
digunakan adalah “Kuesioner Masalah- masalah yang Dialami oleh Siswa SMP.”
Item- item dalam kuesioner berjumlah 121 item.
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah membuat tabulasi skor dari
masing- masing item, menghitung skor total dari masing- masing item, dan
menentukan masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII
SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan kriteria
Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe I yaitu M + 0,75 S.
Masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP
Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 berjumlah 22 item, antara lain:
merasa gugup sewaktu berbicara di muka umum (item 30), mudah tersinggung dan
sakit hati (item 59), khawatir memperoleh nilai rendah dalam ulangan/ujian atau PR
(item 91), dan mengalami masalah karena kurang mampu mengelola (menggunakan)
uang dengan baik (item 111).
Berdasarkan hasil penelitian, disusunlah suatu usulan topik -topik bimbingan
klasikal yang sesuai bagi siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin.

vii
ABSTRACT

THE PROBLEMS INTENSELY FACED B Y THE SEVEN


GRADE STUDENS OF SANTA MARIA BANJARMASIN JUNIOR
HIGH SCHOOL IN ACADEMIC YEAR OF 2007/2008 AND
THE CLASSICAL GUIDANCE TOPICS PROPOSAL

M ARIA SRI HASTUTI


2007

This research was aimed at descriping the problems intensely faced by the
seven grade students of Santa Maria Banjarmasin Junior High School (JHS)
during the academic year of 2007/2008. The result of this research was used as the
reference in develop ing the suitable classical topics guidance proposal for the
seven grade students of the school.
This research was descriptive in nature by using a survey method. The
population of the research covered the entire seven grade students of Santa Maria
Banjarmasin Junior High School (JHS) during the academic year of 2007/2008
with consisted of 128 students. The researchs instrument was a “Questionnaire
asking for the problems the JHS students dealt with.” That instrument consisted of
121 items.
The techniques of data processing were the score tabulation for each item,
calculation the total score, and determination of the intensely faced problems by
seven grade students of Santa Maria Banjarmasin Junior High School (JHS) during
the academic year of 2007/2008 based on the criteria of the Norm’s Reference
Assessment (NRA) type I, i.e: M + 0,75
The problems that intensely faced by the seven grade students of Santa
Maria Banjarmasin Junior High School (JHS) during the academic year of
2007/2008 were 22 items, such as: being nervous while speaking before public (30
item), easily offended and hurt (59), being worry for lower point for exams or
homework (91), less capability for managing money (111).
Based on the results of the research, a suitable classical guidance topics
proposal for the seven grade students of Santa Maria Banjarmasin Junior High
School (JHS) can be well arranged.

viii
KATA PENGANTAR

Syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Mahabaik karena kasih-Nya

yang besar, telah mendampingi, membimbing, dan menerangi hati, budi, dan pikiran

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak, yang

dengan kesetiaan, kesabaran, dan penuh kasih mendukung penulis melalui doa,

pemberian motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik.

Untuk itu semua, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tulus dan

dalam, khusus nya kepada:

1. Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., pembimbing utama yang dengan penuh

kesungguhan dan kesabaran telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan,

dan ide-ide yang baik demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A. dan Ibu Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si.,

penguji II dan III yang berkenan mendampingi dan membimbing penulis dalam

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma.

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan bekal yang berharga kepada penulis selama

menjalani studi.

ix
5. Suster Pimpinan Kongregasi SFD beserta Dewan, dan para suster SFD yang

telah memberikan kepercayaan dan kesempatan serta dukungan yang besar

kepada penulis untuk mengembangkan diri melalui studi.

6. Ibu Bertha Iberahim, Kepala Sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin, yang

telah memberikan ijin kepada penulis dan membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

7. Para guru wali kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin yang dengan penuh

pengertian memberikan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam

mengumpulkan data.

8. Siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin yang telah dengan rela

memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk me mbantu penulis sehingga

penulis memperoleh data penelitan.

9. Kepala sekolah SMP Budi Mulia Minggir, yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk melakukan uji coba alat penelitian.

10. Siswa- siswi kelas VII SMP Budi Mulia Minggir, yang telah merelakan

waktu, tenaga, pikirannya dalam rangka uji coba penelitian.

11. Saudari-saudariku komunitas SFD “Fonte Colombo” dan novisiat “Santo

Yosef” (Sr. Rosalia, Sr. Gratiana, Sr. Renata, Sr. Sesilia, Sr. Bonaventura,

Sr. Theresita) yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan membantu penulis

dalam menyusun skripsi ini.

12. Rm. Martosudjito Pr, Rm. Sigit SVD, Rm. Sugiarto SCJ, Rm. Agus Pr, yang

mendukung dan mendoakan penulis dalam menyusun skripsi ini.

x
13. Teman-teman mahasiswa angkatan 2003/2004 Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma, yang turut mendukung penulis dalam

studi dan atas kerjasama yang baik selama menjalani masa studi.

14. Sahabat-sahabatku yang baik (Br. Philipus BM, Br. Siprianus OFM,

Fr. Frans HHK, Br. Yulius CSA, Sr. Eme PBHK, Ema, Gugun, Putri, Heny,

Ida, Hayu, Yesi, Vera, Tutus, Bertus) yang memberikan dukungan dan

perhatian khusus kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang dengan

caranya masing- masing ikut mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

Semoga Tuhan yang penuh kasih membalas budi baik mereka semua dengan

berkat yang melimpah. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya yang menaruh perhatian pada

bidang bimbingan dan konseling.

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................vi
ABSTRAK ................................................................................................................vii
ABSTRACT..............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................x
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Perumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................4
E. Definisi Operasional.............................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Remaja ...............................................................................7
B. Ciri-ciri Remaja Awal..........................................................................8
C. Tugas Perkembangan Remaja Awal ...................................................15
D. Kebutuhan Remaja Awal.....................................................................19
E. Masalah- masalah Remaja SMP ...........................................................23
F. Bimbingan K lasikal di SMP ................................................................29
G. Pihak yang Berperan dalam Membantu Perkembangan Remaja .........38

xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.....................................................................................41
B. Populasi Penelitian...............................................................................41
C. Instrumen Penelitian............................................................................43
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................49
E. Teknik Analisis Data............................................................................52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Masalah- masalah yang secara Intens Dialami oleh Siswa-siswi


Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran
2007/2008 ...........................................................................................54

B. Pembaha san.........................................................................................57
BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BAGI
SISWA - SISWI KELAS VII SMP SANTA MARIA
BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2007/2008
A. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal bagi Siswa -siswi
Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin
Tahun Ajaran 2007/2008 ..................................................................95
B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) ...................................100
BAB VI PENUTUP
A Ringkasan.........................................................................................110
B. Kesimpulan.......................................................................................112
C. Saran ................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................115
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Table 1 : Komposisi Kuesioner Masalah-masalah Siswa


Table 2 : Data Penelitian Masalah- masalah yang secara
Intens Dialami oleh Siswa-siswi Kelas VII SMP Santa Maria
Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008.
Table 3 : Masalah-masalah yang secara Intens Dialami oleh Siswa-siswi
Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran
2007/2008.
Tabel 4 : Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal bagi Siswa-siswi Kelas
VII
SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008.

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Masalah- masalah Siswa

Lampiaran 2 : Data Penelitian Masalah- masalah yang secara Intens Dia lami oleh

Siswa-siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran

2007/2008.

Lampiran 3 : Surat Ijin Uji Coba Penelitian dari Universitas Sanata Dharma

Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma

Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian dari SMP Santa Maria Banjarmasin

xv
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat

dewasa ini mempengar uhi kehidupan setiap orang. Pengaruhnya tampak

dalam perubahan yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan

setiap orang, dalam segala aspeknya, seperti aspek fisiknya, aspek

psikisnya, aspek sosialnya, aspek religiusnya, dan sebagainya.

Perubahan tersebut juga dialami oleh para remaja. Remaja berada

dalam masa transisi atau masa peralihan, yaitu beralih dari masa kanak-kanak

menuju ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-

macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan antara yang satu dengan

yang lain (Panuju dan Umami, 1999: 116). Karena perubahan-perubahan

yang dialami remaja, remaja mengalami berbagai kesulitan yang kadang-

kadang sulit mereka atasi sendiri.

Pada saat mengalami masalahnya, remaja membutuhkan orang lain

yang dapat memahami dan membantu dirinya. Dalam hal inilah sangat penting

paranan orang tua, teman-teman, dan para guru di sekolah. Orang tua

1
hendaknya bersikap dan bertindak bijaksana dalam mendampingi para remaja,

memberikan perhatian yang cukup kepada mereka, sehingga mereka tidak

merasa ditelantarkan atau diabaikan orang tuanya. Teman-teman sebaya atau

kelompok yang dimasuki sangat berpengar uh bagi para remaja. Penerimaan

teman-teman sebaya membuat remaja diakui keberadaannya. Para guru di

sekolah, termasuk konselor sekolah berperanan besar dalam membantu siswa

untuk menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.

Winkel (1997: 68) mengatakan bahwa tujuan pelayanan bimbingan di

sekolah adalah agar orang yang dilayani menjadi mampu mengatur

kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar

membebek pendapat orang lain, mengusahakan perkembangan dirinya sendiri

seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya

sendiri, menggunakan kebebasan secara dewasa, berani mengambil keputusan,

dan menggunakan semua potensi yang dimilikinya serta menyelesaikan semua

tugas yang dihadapi dalam kehidupannya secara memuaskan. Tujuan ini sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang Undang

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3

yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdikbud, 2003).

2
Sekolah bukan hanya sekedar memberikan pelajaran kepada siswa,

tetapi juga membimbing dan membantu para siswa dalam mengatasi masalah-

masalah yang dihadapinya. Agar dapat memberikan bimbingan yang tepat,

para pendidik perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang diri siswa dan

masalah-masalah yang dihadapi. Sebagai tenaga profesional, pembimbing

diharapkan dapat membantu siswa untuk menemukan cara yang paling baik

dan tepat dalam mengatasi masalahnya. Untuk melaksanakan tugas tersebut,

guru pembimbing perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi

kebutuhan atau masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa. Dengan

demikian pembimb ing dapat menyusun suatu program bimbingan yang tepat

yang sesuai dengan kebutuhan para siswa. Program bimbingan yang

dimaksudkan di sini adalah rangkaian topik yang direncanakan untuk bahan

bimbingan secara klasikal.

Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui masalah- masalah yang

dihadapi oleh siswa-siswi kelas Vll Sekolah Menengah Pertama (SMP) Santa

Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. Penulis melakukan penelitian pada

kelas tersebut dengan pertimbangan bahwa siswa-siswi tersebut merupakan

remaja awal yang tentunya banyak mengalami masalah-masalah dalam

perkembangan dirinya. Melalui penelitian ini pula, penulis dapat mengungkap

masalah-masalah yang dialami oleh para siswa. Berdasarkan masalah- masalah

tersebut, penulis akan memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang

sesuai dengan masalah siswa.

3
B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masalah- masalah apakah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi

kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008?

2. Topik-topik bimbingan klasikal yang manakah yang sesuai untuk siswa-

siswi kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan masalah-masalah yang secara intens dialami oleh

siswa-siswi kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran

2007/2008.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-

siswi kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Kepala Sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin.

Melalui hasil penelitian ini Kepala Sekolah memperoleh informasi

mengenai masalah- masalah yang dialami oleh siswa-siswi kelas Vll.

Dengan mengetahui hasil penelitian ini Kepala Sekola h dapat semakin

menyadari pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

4
2. Guru-guru SMP Santa Maria Banjarmasin

Guru-guru memperoleh informasi mengenai masalah-masalah yang

dialami oleh siswa-siswi kelas Vll. Dengan mengetahui masalah-masalah

siswa, para guru diharapkan mendukung perencanaan dan pelaksanaan

program bimbingan.

3. Siswa-siswi SMP Santa Maria Banjarmasin

Siswa- siswi dapat menerima pelayanan bimbingan klasikal yang sesuai

dengan kebutuhan dan masalah yang dialaminya.

4. Peneliti

Penelitian ini membekali peneliti untuk mengungkap masalah-masalah

siswa sebagai dasar penyusunan program bimbingan seperti bimbingan

klasikal.

E. Batasan Istilah

Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang perlu untuk memperjelas

pemahaman tentang penelitian ini.

1. Masalah yang intens adalah masalah-masalah yang sangat

dirasakan/dialami oleh siswa.

2. Siswa-siswi adalah peserta didik yang dijadikan subyek penelitian yaitu

kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008.

3. SMP Santa Maria Banjarmasin adalah tempat atau lokasi penelitian.

5
SMP ini merupakan salah satu sekolah swasta Katolik yang dikelola

oleh Yayasan Santa Maria, dan beralamat di jalan Rantauan Timur I/21

Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

4. Topik bimbingan klasikal adalah pokok bahasan tertentu yang

direncanakan akan diberikan kepada siswa secara kelompok dengan

tujuan untuk membantu siswa mengatasi masalah yang terkait. Pokok

bahasan yang dimaksudkan sesuai dengan masalah-masalah yang secara

intens dialami oleh siswa-siswi kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin

tahun ajaran 2007/2008, seperti yang terungkap dalam penelitian ini.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan pengertian ramaja, ciri-ciri remaja awal, tugas

perkembangan remaja awal, kebutuhan remaja awal, masalah- masalah remaja SMP,

bimbingan klasikal di SMP, dan pihak-pihak yang berperan dalam membantu

perkembangan remaja.

A. Pengertian Remaja

Remaja adalah individu yang berada pada tahap peralihan dari anak-anak

menjadi orang dewasa. Masa remaja merupakan perpanjangan dari masa

kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Mulyono, 1984: 16). Pada tahap

ini remaja memasuki masa yang cukup sulit, karena pada masa ini remaja

mengalami banyak perubahan dalam dirinya, baik secara fisik maupun psikis.

Pada masa ini individu tidak disebut anak kecil lagi, tetapi juga belum dapat

dikatakan sebagai orang dewasa. Dengan kata lain pada masa ini kepribadian

remaja belum terbentuk secara stabil dan matang.

Hurlock (Panuju & Umami, 1999: 4), berpendapat bahwa rentangan

hidup manusia dibagi dalam 11 bagian, yaitu : prenatal: dari konsepsi sampai

lahir; masa neonatus: dari lahir sampai usia dua minggu; masa bayi: akhir

minggu kedua sampai akhir tahun kedua; masa kanak-kanak awal 2 - 6 tahun;

masa kanak -kanak akhir 6 -10/11 tahun; masa pubertas 10/11 – 13/14 tahun;

7
masa remaja awal 13/14 -17 tahun; remaja akhir 17-21 tahun; dewasa awal 21

- 40 tahun; setengah baya 40 - 60 tahun; tua 60 tahun ke atas.

Berdasarkan rentangan usia di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

siswa SMP berada pada rentangan usia antara 12 - 17 tahun. Siswa SMP

termasuk remaja awal.

B. Ciri-ciri Perkembangan Remaja Awal

Kata “ciri” dalam kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995: 169)

berarti tanda-tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lain,

sedangkan kata perkembangan menunjuk pada serangkaian perubahan

progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.

Pertumbuhan dan perkembangan remaja terjadi dengan pesat. Ciri-ciri

perkembangan remaja penting untuk dibahas atau diketahui oleh remaja dan

oleh orang dewasa yang berhubungan dengannya.

Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga

seringkali mencoba-coba, menghayal, dan merasa gelisah serta berani

melakukan pertentangan-pertentangan jika mereka merasa disepelekan (Ali

dan Asrori, 2004: 18). Remaja sangat memerlukan keteladanan, konsistensi

serta sikap yang empatik dari orang dewasa. Seringkali remaja melakukan

perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena mereka menyaksikan

banyak orang dewasa melakukan tindakan-tindakan yang tidak konsisten.

8
Masalah yang dialami oleh remaja bisa sejalan dengan pertumbuhan

dan perkembangannya. Menurut Mappiare (1999: 101), remaja awal

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja awal

Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat.

Pertumbuhan fisik ini berhubungan dengan pertumbuhan badan dan

kematangan seksual. Pertumbuhan fisik ramaja meliputi tinggi badan,

berat badan, dan perkembangan ciri kelamin primer dan ciri kelamin

sekunder.

Ciri-ciri kelamin primer pria antara lain: pertumbuhan testis,

bertambah panjangnya penis, semakin membesarnya pembuluh mani

dan kelenjar prostat, dan terjadinya mimpi basah. Ciri-ciri kelamin

primer wanita, antara lain: tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium

(indung telur) secara cepat, terjadinya menstruasi atau haid.

Ciri-ciri kelamin sekunder pria, antara lain: tubuh, dada, lengan,

paha, dan kaki tumbuh kuat, suara berubah (suara menjadi lebih besar

dan pecah), tumbuh rambut atau bulu-bulu di daerah alat kelamin, betis,

dan dada. Ciri-ciri kelamin sekunder wanita, antara lain: mulai tampak

bentuk kewanitaannya (pinggul membesar dan membulat), payudara dan

anggota badan menjadi lebih montok, tumbuh rambut di daerah

kemaluan, ketiak, lengan, dan kaki, suara menjadi lebih merdu

(melankolis). Perubahan fisik pada remaja sering tidak seimbang,

9
sehingga mereka merasa canggung dan kaku dalam pergaulan (Hurlock,

1996: 189; Mappiare, 1982: 29; Yusuf, 2002: 194). Kesadaran akan

adanya perubahan fisik, menyebabkan remaja tidak tahu pasti tentang

status sosialnya. Ia menuntut orang dewasa tidak memperlakukan

mereka seperti anak-anak, sementara mereka sendiri belum mampu

untuk mandiri dan masih memerlukan bantuan dari orang dewasa.

2. Perkembangan kemampuan berpikir remaja awal

Jean Piaget (Mappiare, 1982: 55) merumuskan teori tentang

perkembangan kemampuan berpikir anak. Ada empat periode

perkembangan berpikir anak yaitu periode sensori motorik (0-2 tahun),

periode pra-operasional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11

tahun), dan periode operasional formal (11-14 tahun). Remaja awal

berada pada periode operasional formal. Ciri-ciri berpikir pada periode

ini antara lain : adanya kesanggupan berpikir secara abstrak. Remaja

awal mulai dapat menilai benar dan salah pendapat-pendapat orang tua

dan orang dewasa lainnya. Remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau

menyerah begitu saja terhadap perintah atau peraturan-peraturan yang

ada. Mereka mulai bertanya tentang alasan-alasan tertentu dan juga mulai

ragu-ragu terhadap banyak hal termasuk Tuhan. Pikiran remaja sering

dipengaruhi oleh ide-ide kritis, yang seringkali berlawanan dengan

pandangan orangtua atau para guru di sekolah, sehingga dapat timbul

konflik dengan mereka. Kemampuan untuk berpikir abstrak menjadikan

10
remaja sering merasa tidak puas dengan diri sendiri dan cenderung

menyalahkan kejadian yang dihadapi. Pengaruh dari kuatnya perasaan

“ego sentris” menyebabkan remaja sering tidak mempertimbangkan

perasaan orang lain, membantah terang-terangan pendapat orang lain

yang dipikirnya tidak masuk akal.

3. Perkembangan emosi remaja awal

Pertumbuhan fisik dan organ-organ seksual pada masa remaja

mempengaruhi perkembangan emosi remaja. Emosi remaja seringkali

sangat kuat, sangat irasional, cenderung “meledak” misalnya mudah

marah, dan mudah terangsang. Seringkali remaja belum mampu untuk

mengendalikannya (Hurlock, 1996: 213).

Banyak faktor yang mempengaruhi kematangan emosi remaja,

antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan teman

sebaya. Lingkungan keluarga yang mampu menciptakan hubungan yang

baik antar anggota keluarga, misalnya adanya saling percaya, saling

mengharga i, dan penuh tanggungjawab, dapat membantu remaja untuk

mencapai kematangan emosionalnya. Suasana sekolah yang mendukung,

hubungan antara guru dan siswa yang hangat dan akrab, akan membantu

perkembangan emosional remaja. Penerimaan yang hangat dan

penghargaan yang diterima dari teman sebaya juga mempengaruhi emosi

remaja. Remaja mencapai kematangan emosional apabila mereka tidak

meledakkan emosinya di hadapan orang lain, tetapi menunggu saat yang

11
tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih diterima

oleh orang lain (Harlock, 1996: 213). Remaja yang tidak mampu

mengendalikan emosinya akan mengalami masalah dalam kehidupan.

Mereka dapat terjerumus dalam pengaruh-pengaruh yang kurang baik

dari lingkungan sekitarnya.

4. Perkembangan minat remaja awal

Beberapa minat yang penting dan menonjol pada remaja awal

adalah sebagai berikut:

a. Minat terhadap rekreasi

Bagi remaja awal berolahraga merupakan kegiatan rekreatif.

Mereka juga meminati cerita-cerita film, buku-buku cerita yang

menarik (novel dan komik), mendengarkan sandiwara radio,

menonton film, dan lain- lain. Apa yang dilihat dan didengarnya

seringkali dihubung-hubungkan dengan dirinya sendiri (Mappiare,

1982: 64).

b. Minat terhadap agama

Pada remaja awal minat agama dapat dikatakan melemah.

Ajaran-ajaran atau dogma-dogma agama mulai dipersoalkan secara

kritis, dan tidak diterima begitu saja. Para remaja mulai

mempertanyakan soal kebenaran, pahala dan surga, dosa, dan

neraka, dan meragukan doa. Hal ini mengakibatkan minat remaja

terhadap agama melemah, dan mereka sering meninggalkan

12
kegiatan-kegiatan keagamaan (Mappiare, 1982: 65).

c. Minat terhadap sekolah dan jabatan.

Minat terhadap sekolah atau jabatan para remaja awal sering

berubah-ubah. Ini terjadi karena minat remaja sangat dipengaruhi

oleh minat orang tua dan kelompoknya. Setelah memasuki remaja

akhir, minat pada sekolah atau jabatan/pekerjaan dapat lebih jelas.

Para rema ja dapat menentukan dan mengarahkan minatnya pada

pendidikan dan jabatan (Mappiare, 1982: 65).

5. Perkembangan sosial remaja awal.

Minat remaja terhadap kehidupan sosial muncul karena beberapa

alasan, antara lain: (1) Remaja menyadari bahwa penerimaan sosial

(terutama kelompoknya) sangat dipengaruhi oleh kesan keseluruhan

yang dinampakkan oleh si remaja itu kepada sekitarnya, (2) Adanya

kesadaran para remaja bahwa lingkungan sosial menilai dirinya dengan

melihat miliknya, sekolahnya, keuangannya, benda-benda lain yang

dimilikinya, dan teman-teman sepergaulannya. Apa yang ada pada diri

remaja dapat mengangkat atau memerosotkan pandangan orang lain

terhadap dirinya, terutama pandangan dari teman-teman sebayanya.

Pada masa ini, remaja awal mulai menyesuaikan diri dengan

keadaan sosial dan orang dewasa di luar keluarga dan sekolah. Mereka

juga menjalin hubungan yang baik di luar rumah bersama dengan teman-

teman sebaya sebagai kelompok. Remaja mulai menyadari sifat-sifat

13
yang baik dan yang buruk dalam dirinya dan membandingkan sifat-sifat

itu dengan sifat teman-temannya. Mereka akan berusaha untuk

memperbaiki kekurangan yang ada padanya dengan harapan untuk

meningkatkan dukungan sosial. Banyak remaja menggunakan standar

kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian yang

“ideal” untuk menilai kepribadian mereka sendiri (Hurlock, 1996: 224).

Remaja ingin diterima oleh temen-teman kelompoknya. Mereka akan

merasa sedih bila dikucilkan dan dihindari oleh teman-temannya.

Pengaruh teman sebaya sangat besar bagi remaja bahkan lebih besar dari

orang tua, misalnya dalam perilaku dan penampilan. Hal ini yang sering

menimbulkan konflik antara remaja dan orang dewasa.

6. Perkembangan moral remaja awal

Perkembangan moral remaja dipengaruhi juga oleh tempat

mereka tinggal. Pada masa ini remaja perlu mempelajari apa yang

diharapkan oleh kelompok dari dirinya dan mampu berperilaku sesuai

dengan harapan masyarakat, tanpa harus selalu dibimbing, diawasi,

didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami sewaktu masih

anak-anak. Remaja memiliki kecenderungan untuk membentuk prinsip

moral yang otonom, yang berlaku untuk dirinya sendiri, walaupun

seringkali tidak sesuai dengan prinsip kelompok dan lingkungan

sekitarnya. Hal ini sering menyebabkan konflik dengan orang tua dan

orang dewasa lainnya. Remaja harus mampu mengendalikan perilakunya

14
sendiri, dan tidak selalu bergantung pada orang tua dan para guru

(Hurlock, 1996: 225).

C. Tugas Perkembangan Remaja Awal

Menurut Havighurst (Prayitno, 1999: 161) tugas perkembangan adalah

suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang.

Tugas perkembangan muncul karena adanya kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi, kematangan fisik, tekanan-tekanan sosial dari masyarakat, nilai- nilai

yang ingin diperjuangkan dalam hidup, dan aspirasi-aspirasi yang muncul dari

dalam diri sendiri. Apabila tugas perkembangan pada periode tertentu dapat

diselesaikan, akan timbul rasa bahagia dan individu akan lebih mudah untuk

melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya. Sebaliknya apabila gagal,

dapat timbul rasa tidak bahagia dan penolakan dari masyarakat, serta

terhambat dapat dalam melaksanakan tugas perkembangan berikutnya.

Orang dewasa dan remaja perlu mengetahui dan memahami tugas

perkembanganya. Dengan mengetahui tugas perkembangan remaja, orang

dewasa dapat mengetahui hal- hal apa yang harus diajarkan kepada anak-anak

atau hal-hal apa yang perlu ditanamkan dalam diri anak-anak sesuai dengan

yang diharapkan oleh masyarakat. Sedangkan bagi para remaja, mereka dapat

mengetahui apa yang diharapkan oleh masyarakat pada masa remajanya, dapat

termotivasi untuk melakukan apa yang diharapkan oleh masyarakatnya, dan

dapat mengetahui apa yang akan dihadapi atau tindakan apa yang diharapkan

15
pada tingkat berikutnya (Hurlock, 1996: 91).

Winkel (1997: 163) menyebutkan tugas perkembangan remaja SMP

sebagai berikut: Menerima perannya sebagai pria dan wanita yang sedang

berkembang, memperjuangkan taraf kebebasan yang wajar dari orang tua dan

orang dewasa lain, menambah bekal pengetahuan dan pemahaman sebagai

dasar untuk pendidikan lebih lanjut, mengembangkan kata hati berdasarkan

penghayatan nilai-nilai kehidupan.

Sedangkan menurut Havighurst (Panuju & Umami, 1999: 23;

Mappiare, 1984: 99; Prayitno, 1999: 162) tugas perkembangan remaja

adalah sebagai berikut:

1. Mancapai hubungan sosial yang matang dengan teman-teman sebayanya.

Remaja berkewajiban meningkatkan kemampuannya untuk menjalin

hubungan yang baik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis.

2. Dapat menjalankan peranan sosial menurut jenis kelamin masing- masing.

Ini berarti remaja sebagai pria atau wanita perlu berlatih menjalankan

perannya sesuai de ngan ketentuan yang ada pada masyarakat.

3. Menerima kenyataan jasmaniah dan menggunakannya seefektif mungkin.

Remaja perlu menerima perubahan fisik yang terjadi sebagai sesuatu yang

wajar bagi perkembangannya.

4. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lain.

Remaja belajar untuk hidup mandiri, tidak selalu tergantung kepada

16
orang tuanya atau orang dewasa lain.

5. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan ekonomis.

Remaja perlu belajar untuk mampu berpenghasilan sendiri dan mengatur

keuangannya sendiri.

6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk memasuki suatu pekerjaan/

jabatan.

Remaja mulai mempersiapkan diri untuk memilih suatu pekerjaan/

jabatan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

7. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pernikahan dan kehidupan

berkeluarga.

Remaja mulai memikirkan pasangan hidupnya dan mengembangkan

sikap dan keterampilan-keterampilan yang perlu untuk kehidupan

berkeluarga.

8. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep

intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang

terpuji.

Remaja perlu sadar bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu

dimiliki pengetahuan yang cukup tentang ekonomi, hukum, lembaga-

lembaga kemasyarakat dan sebagainya.

9. Mengembangkan hasrat dan mencapai kemampuan bertingkah laku yang

dapat dipertimbangkan secara sosial. Remaja diharapkan mampu

berperan sebagai orang dewasa dan dapat bertanggung jawab atas apa

17
yang dilakukannya.

10. Menguasai seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman.

Remaja perlu menemukan dan mengembangkan nilai- nilai hidup sebagai

pedomannya dalam bertingkahlaku dan sebagai pandangan hidup.

Sedangkan Nurihson dan Sudianto (2005: 2) menyebutkan

tugas-tugas perkembangan peserta didik SMP sebagai berikut:

1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis

terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri

untuk mencapai kehidupan yang sehat.

3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam

peranannya sebagai pria dan wanita.

4. Memantapkan nilai-nilai dan cara bertingkah laku yang dapat

diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

5. Mengenal kemampuan, bakat, minat, arah kecenderungan karir,

dan apresiasi seni.

6. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan

kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran

dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan

masyarakat.

18
7. Mengenal gambaran diri dan mengembangkan sikap untuk hidup

mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.

8. Mengenal sistem etika dan nilai- nilai bagi pedoman hidup sebagai

pribadi, anggota masyarakat, dan umat manusia.

Guru pembimbing/konselor sekolah perlu mengetahui dan

memahami tugas perkembangan remaja. Dengan mengetahui dan

memahami tugas perkembangan tersebut, guru pembimbing/konselor

dapat menemukan masalah- masalah yang dialami oleh remaja, antara

lain masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan fisik/jasmani,

hubungan dengan orang tua, pergaulan dengan teman sebaya, nilai- nilai

kehidupan, pendidikan, dan lain- lain. Permas alahan yang ditemukan

tersebut dapat dijadikan salah satu sumber acuan dalam menentukan dan

menyusun topik-topik bimbingan klasikal yang relevan bagi anak didik.

D. Kebutuhan Remaja Awal

Situmorang (2002: 4) mengatakan bahwa kebutuhan merupakan dasar

timbulnya tingkah laku individu. Setiap individu, tak terkecuali remaja,

bertingkah laku karena terdorong untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila

kebutuhan dasar remaja dapat terpenuhi, remaja akan merasa bahagia.

Sebaliknya, apabila kebutuhan dasar tidak terpenuhi, remaja dapat merasa

tidak bahagia.

19
Remaja mengalami banyak perubahan dalam dirinya baik secara fisik

maupun psikis, dan merasakan berbagai kebutuhan. Apabila kebutuhannya

tidak terpenuhi, mereka mengalami masalah. Remaja sangat membutuhkan

bantuan dari orang tua dan orang dewasa lain untuk membantu mengatasi

masalahnya. Berikut ini disajikan beberapa pandangan mengenai kebutuhan

siswa SMP.

Menurut Maslow (Schultz, 1991: 91-93) kebutuhan manusia, termasuk

remaja tersusun dalam hirarki tertentu, yaitu:

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk

kelangsungan hidup manusia, misalnya makan, tidur, seks, dan lain-

lain.

2. Kebutuhan akan rasa aman

Kebutuhan akan rasa aman mendorong individu untuk selalu berusaha

mencari rezeki dan meningkatkan nilai- nilai kehidupan. Kebutuhan akan

rasa aman meliputi kebutuhan akan jaminan untuk masa depan (misalnya

gaji, asuransi, tabungan bank, dll.), stabilitas (misalnya pekerjaan,

tempat tinggal, dll.), perlindungan, ketertiban, kebebasan dari rasa

ketakutan dan kecemasan.

3. Kebutuhan akan memiliki dan cinta

Kebutuhan akan memiliki dan cinta dapat terpuaskan apabila individu

20
mampu membangun hubungan yang akrab dan penuh pengertian

dengan orang lain, dapat saling memberi dan menerima cinta sehingga

merasa puas dan tidak mengalami kesepian dalam hidup.

4. Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan dapat berasal dari diri sendiri dan orang

lain. Penghargaan terhadap diri sendiri dapat membuat individu merasa

yakin dan aman dengan diri sendiri. Salah satu usaha yang dapat

dilakukan untuk menghargai diri sendiri adalah dengan menyadari dan

menerima kelebihan dan kekurangan dalam diri sendiri. Individu yang

mampu menerima kekurangan dan kelebihanya tidak akan mengalami

tekanan atau goncangan berat dalam hidup. Penghargaan dari orang lain

dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian setiap individu.

Penghargaan dari orang lain itu dapat berdasarkan reputasi,

kekaguman, status, popularitas, dan lain- lain.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

Kebutuan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis untuk

menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuan diri.

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi manusia.

Selain Maslow, Goble (1999: 77) menambahkan tingkat kebutuhan

manusia, yaitu:

6. Kebutuhan akan hasrat untuk tahu dan memahami

Maslow (Goble, 1987: 78) berkeyakinan bahwa salah satu ciri mental

21
yang sehat adalah adanya rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu dapat

disebut pencarian makna, yaitu adanya hasrat untuk memahami,

mengatur, menganalisis, menemukan makna , dan membangun suatu

sistem nilai.

7. Kebutuhan estetik

Kebutuhan estetik merupakan kebutuhan akan keindahan. Maslow

(Goble, 1987: 79) mengatakan bahwa kebutuhan estetik berhubungan

dengan gambaran diri seseorang, misalnya: orang yang terbiasa

dengan pola hidup bersih, akan merasa jijik apabila berada di tempat

yang kotor/jorok.

Winkel (1997: 163) menyebutkan kebutuhan remaja SMP pada

rentangan umur lebih kurang 12-15 tahun, terutama yang bersifat psikologis,

sebagai berikut: mendapat kasih sayang, menerima pengakuan terhadap

dorongan untuk semakin mandiri, memperoleh prestasi di berbagai bidang

yang dihargai oleh orang dewasa dan teman sebaya, merasa aman dengan

perubahan dala m kejasmaniannya sendiri.

Menurut Garrison (Mappiare. 1984: 152-153) ada 7 kebutuhan khas

remaja yaitu: Kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan keikutsertaan

dan diterima dalam kelompok, kebutuhan untuk berdiri sendiri, kebutuhan

untuk berprestasi, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, kebutuhan

untuk dihargai, dan kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh.

22
Guru pembimbing atau konselor sekolah perlu mengetahui dan

memahami kebutuhan para ramaja. Dengan mengetahui dan memahami

masalah- masalah yang muncul berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

remaja, antara lain masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

fisik/jasmani, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua,

pergaulan dengan teman sebaya, dan lain- lain. Permasala han yang muncul

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan remaja dapat memberikan inspirasi

penting bagi guru pembimbing/konselor sekolah dalam penyusuanan topik-

topik bimbingan klasikal yang sesuai dengan kebutuhan anak didik.

E. Masalah-Masalah Remaja SMP

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdibud, 1988: 562)

masalah dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan atau

dipecahkan. Masalah remaja adalah segala kesulitan/tantangan yang dialami

oleh remaja karena adanya tugas perkembangan yang belum terselesaikan,

atau adanya dorongan dan kebutuhan yang belum terpenuhi, atau adanya

tujuan yang belum tercapai.

Remaja dalam berusaha untuk memenuhi kebutuhan, seringkali

mengalami aneka kesulitan dan tantangan yang menimbulkan tuntutan untuk

menyesuaikan diri. Tuntutan penyesuaian diri tersebut biasanya disertai

ketegangan batin. Semakin berat tuntutan penyesuaian diri, semakin tinggi

pula ketegangan yang dialami. Ketegangan yang dialami oleh remaja dapat

23
menimbulkan masalah dalam kehidupannya.

Panuju & Umami (1999: 142) menyebutkan secara garis besar masalah-

masalah yang dihadapi oleh remaja dalam enam bidang masalah, yaitu: (1)

Masalah yang menyangkut jasmani, (2) Masalah yang berhubungan dengan

orang tua, (3) Masalah agama, (4) Masalah hari depan, (5) Masalah sosial,

(6) Masalah akhlak.

Sementara itu Winkel (1997: 807) mengelompokkan bidang masalah

siswa menjadi delapan bidang permasalahan, yaitu: (1) Hubungan sosial,

(2) Kesehatan/pertumbuhan jasmani, (3) Kepribadian yang menyangkut sifat

dan sikap, (4) Pengisian waktu luang, (5) Kehidupan keluarga/tempat

tinggal, (6) studi/belajar, (7) Masa depan, (8) Moral/agama.

Rita Noviana (2000) dalam penelitiannya mengungkap masalah yang

dialami oleh siswa kelas 1 SLTP Santo Aloysius Turi Sleman, sebagai

berikut:

1. Masalah pribadi, antara lain: sukar membedakan hal yang baik dan

buruk, takut berdosa karena melanggar aturan agama, dan sering merasa

lelah atau tidak sehat.

2. Masalah sos ial, antara lain: kurang pandai memimpin, sering

membantah apa yang dikatakan orang lain, dan merasa tidak senang

karena dipersalahkan oleh orang lain.

3. Masalah akademik, antara lain: cemas akan tinggal kelas, cemas tidak

akan lulus atau tamat dari sekolah ini, dan suka melakukan kegiatan

24
tertentu sewaktu pelajaran berlangsung.

4. Masalah karier, antara lain: belum mengetahui bidang-bidang pekerjaan

yang cocok, cemas kalau menjadi pengangguran.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Endah Lelanawati (2004)

untuk mengungkap masalah yang intens dialami para siswa kelas I dan II

SLTP Temanggung tahun pelajaran 2003-2004, ditemukan 6 bidang

masalah sebagai berikut:

1. Masalah pendidikan dan pelajaran, antara lain: meragukan kegunaan

sekolah yang dimasuki sekarang, sekar menyesuaikan diri dengan

keadaan dan peraturan sekolah, dan tidak menyukai guru tertentu.

2. Masalah keadaan dan hubungan dalam keluarga, antara lain: mengalami

masalah karena keadaan dan hubungan delam keluarga, mengeluhkan

keadaan keuangan keluarga, dan khawatir tidak mampu memenuhi

tuntutan atau harapan orang tua.

3. Masalah jasmani dan kesehatan, antara lain: sering pusing dan mudah

sakit, keadaan kesehatan yang kurang baik, dan sering merasa lelah.

4. Masalah diri pribadi, antara lain: sering mimpi buruk, sering melamun

atau berkhayal, dan sering merasa sedih.

5. Masalah agama, antara lain: masalah anggota keluarga yang tidak

seagama, sering berkata dusta atau bohong, dan sering ditegur karena

melakukan kesalahan.

25
6. Masalah hubungan sosial, antara lain: kurang memperhatikan

kepentingan orang lain, tidak lancar dalam mengadakan pembicaraan

dengan orang lain, dan kurang mengetahui cara-cara bergaul.

Yasinta br. Ginting (2005) dalam laporan penelitiannya tentang masalah

yang secara intens dialami siswa kelas I SMP Santa Maria Kabanjahe tahun

pelajaran 2004/2005 menuliskan sepuluh bidang masalah siswa, sebagai

berikut:

1. Masalah fisik dan kesehatan, antara lain: sering merasa pusing, merasa

ukuran tubuh kurang ideal, dan mengalami gangguan pencernaan.

2. Masalah seksualitas, antara lain: kurang mengetahui cara menjaga alat

reproduksi, kurang memahami menstruasi pada wanita, dan kurang

memahami mimpi basah pada pria.

3. Masalah pergaulan, antara lain: merasa tidak disenangi

oleh teman-teman, kurang mengetahui cara-cara bergaul, dan kurang

mengetahui cara menarik perhatian orang lain.

4. Masalah kebebasan emosional, antara lain: orang tua membatasi dalam

pergaulan, orang tua menentukan apa yang harus dilakukan, orang tua

terlalu pilih kasih.

5. Masalah keuangan, antara lain: dianggap terlalu boros olah orang tua,

uang jajan dan kebutuhan pribadi dibatasi, dan merasa kurang dipercaya

oleh orang tua dalam membelanjakan ua ng.

26
6. Masalah hidup bermasyarakat, antara lain: aturan-aturan di masyarakat

yang membuat tidak bebas, kurang memahami aturan-aturan di

masyarakat, kurang mengikuti adat- istiadat.

7. Masalah nilai- nilai agama dan moral, antara lain: kurang mampu melihat

kebaikan Tuhan, kurang mengetahui hal- hal yang perlu dilakukan untuk

membantu orang lain, dan sulit untuk melakukan perbuatan baik.

8. Masalah pernikahan dan hidup berkeluarga, antara lain: belum

mengetahui model keluarga yang baik, belum mengetahui peranan

suami dan istri.

9. Masalah prestasi belajar, antara lain: kecewa karena nilai-nilai pelajaran

rendah, belum mengetahui cara-cara belajar yang baik, dan takut tidak

naik kelas.

10. Masalah pengakuan dan penghargaan, antara lain: sering diejek oleh

teman-teman, merasa kurang diperhatikan oleh guru- guru, merasa

kurang dihargai oleh orang tua.

Untuk menyusun topik -topik bimbingan, sepuluh bidang masalah

tersebut dikelompokkan ole h Yasinta br. Ginting menjadi empat bidang

bimbingan. Keempat bidang tersebut adalah:

1. Bidang pribadi, yang meliputi: masalah fisik dan kesehatan, masalah

seksualitas, masalah nilai-nilai agama dan moral, masalah pernikahan

dan hidup berkeluarga.

27
2. Bidang sosial, yang meliputi: masalah pergaulan, masalah kebebasan

emosional, masalah keuangan, masalah hidup bermasyarakat, masalah

pengakuan dan penghargaan.

3. Bidang akademik, yang meliputi: masalah prestasi belajar pada

umumnya.

4. Bidang karier, yang meliputi: variasi prestasi belajar yang terkait

dengan mata pelajaran.

Dalam penelitian ini, kuesioner ma salah siswa disusun berdasarkan

Alat Ungkap Masalah Seri Umum Format 3 (AUM U-3) untuk SLTP yang

disusun oleh Prayitno, dkk. (tanpa tahun). AUM merupakan terjemahan atau

adaptasi dari Mooney Problem Check List (MPCL, revisi 1950) yang

dikembangkan oleh Roos L. Mooney. Ada tiga bentuk (format) MPCL, yaitu

bentuk SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. MPCL memuat 330 buah item

yang dikelompokkan dalam 11 bidang , yaitu: (1) Perkembangan jasmani dan

kesehatan, (2) Keuangan, lingkungan, dan pekerjaan, (3) Kegiatan sosial dan

rekreasi, (4) Seks, pacaran, dan perkawinan, (5) Hubungan sosial-kejiwaan,

(6) Hubungan pribadi- kejiwaan, (7)Moral dan agama, (8) Rumah dan keluarga,

(9) Masa depan pekerjaan dan pendidikan, (10) Penyesuaian terhadap tugas-

tugas sekolah, (11) K urikulum dan pengajaran.

Dengan memperhatikan format dan kandungan isi MPCL dan

pengalaman pemakaian terjemahan/adaptasinya selama ini, serta didorong oleh

keinginan untuk menyusun sendiri instrumen sejenis MPCL yang lebih sesuai

28
dengan kondisi tanah air, Prayitno, dkk. menyusun Alat Ungkap Masalah

(AUM) dengan harapan dapat dipergunakan dalam pelayanan bimbingan dan

konseling di Indonesia. AUM sebagai alat ungkap masalah bukanlah alat

pengukur, melainkan sebagai instrumen yang cukup sederhana dan mudah

untuk mengkomunikasikan berbagai masalah yang dialami oleh

klien/binimbing kepada orang yang akan membantunya, seperti guru

pembimbing atau konselor sekolah.

Dengan memperhatikan ruang lingkup dan kondisi siswa SMP pada

umumnya, AUM Seri Umum Format 3 (AUM U-3) memuat 170 item yang

dikelompokkan menjadi 9 bidang, yaitu: (1) Jasmani dan kesehatan, (2) Diri

pribadi, (3) Hubungan sosial, (4) Ekonomi dan keuangan, (5) Karir dan

pekerjaan, (6) Pendidikan dan pelajaran, (7) Agama, nilai dan moral, (8)

Keadaan dan hubungan dalam keluarga, (9) Waktu senggang.

F. Bimbingan Klasikal di SMP

Bimbingan dan konseling adalah salah satu komponen penting dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling menjadi

tempat yang aman bagi setiap siswa yang datang untuk membuka diri tanpa

was-was akan privacy-nya. Bimbingan dan konseling menjadi tempat dimana

setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus

setiap kebanggaan diri diteguhkan (Suparno, 2002: 64).

Dalam buku Dasar Standardisasi Profesi Konseling (Depdiknas, 2004:

29
59-76) terdapat sembilan jenis layanan bimbingan dan konseling, yaitu:

layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran,

layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan

kelompok/klasikal, layanan konseling mediasi, dan layanan konsultasi.

Dalam penelitian ini, peneliti secara khusus memberikan perhatian pada

layanan klasikal.

1. Pengertian layanan bimbingan klasikal

Pengertian layanan bimbingan klasikal menurut Pedoman Khusus

Bimbingan dan Konseling (Depdiknas 2003: 26) adalah sebagai berikut:

Layanan bimbingan klasikal merupakan layanan yang


memungkinkan sejumlah siswa secara bersama -sama melalui
dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok
bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan
penge mbangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan
keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.

2. Tujuan bimbingan klasikal

Pelayanan bimbingan klasikal diberikan kepada lebih dari satu

orang dalam waktu yang bersamaan. Tujuan bimbingan klasikal

adalah untuk mendampingi siswa dalam mengenal diri, lingkungan,

dan mengembangkan karir (Prayitno, dkk., 2002: 5). Untuk mencapai

tujuan tersebut, layanan bimbingan klasikal diarahkan pada

terpenuhinya setiap tugas perkembangan remaja dalam bidang pribadi,

sosial, belajar, dan karir melalui penyusunan topik-topik bimbingan.

Topik-topik bimbingan klasikal berisi pokok bahasan dari setiap aspek

30
perkembangan siswa SMP.

3. Manfaat bimbingan klasikal

Bimbingan klasikal penting diberikan di sekolah, karena

bermanfaat baik bagi tenaga bimbingan maupun para siswa. Manfaat

bimbingan klasikal bagi tenaga bimbingan antara lain: tenaga bimbingan

mendapat kesempatan untuk berkontak dengan siswa sekaligus sehingga

dia dapat dikenal, dapat lebih menghemat waktu dan tenaga.

Sedangkan manfaat bimbingan klasikal bagi siswa antara lain:

siswa dapat menjadi sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga

mereka dapat memutuskan untuk berwawancara pribadi dengan

konselor, siswa menjadi lebih rela menerima dirinya sendiri, karena

menyadari bahwa teman-temannya juga mengalami masalah yang sama

dengan dirinya, siswa lebih berani mengungkapkan pendangannya

sendiri dalam kelompok dengan konselor, mendapat kesempatan untuk

berdiskusi dengan anggota kelompok, siswa bersedia menerima

pendapat atau tanggapan dari teman-temannya, siswa terbantu untuk

mengatasi masalahnya yang dirasa sulit untuk dibicarakan dengan

konselor (Winkel, 1997: 520).

4. Bidang-bidang dan topik-topik bimbingan klasikal

Ada empat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi,

bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.

31
a. Bimbingan pribadi

Bimbingan pribadi diberikan kepada siswa untuk

menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga

menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu

mengoptimalkan potensi yang dimiliki (Hibana, 2003: 39).

Tujuan bimbingan pribadi adalah membantu peserta didik

menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi

misalnya pemahaman diri, penyesuaian diri, dan sejenisnya.

Bimbingan pribadi mengarah pada pencapaian pribadi yang

matang (dewasa) dengan memperhatikan keunikan dan bidang-

bidang permasalahan yang dialami siswa (Nurihson dan

Sudianto, 2005: 12).

Materi pokok bimbingan pribadi antara lain: (1)

Pemantapan sikap dan kepribadian yang agamis ya ng senantiasa

mendekatkan diri kepada yang khaliq melalui peningkatan

kualitas iman dan takwa, (2) Pemahaman tentang kemampuan

dan potensi diri serta pengembangannya secara optimal, (3)

Pemahaman tentang bakat dan minat ya ng dimiliki serta

penyalurannya, (4) Pemahaman tentang kelebihan-kelebihan

yang dimiliki serta bagaimana mengembangkannya, (5)

Pemahaman tentang kekurangan-kekurangan yang dimilik i serta

bagaimana mengatasinya, (6) Kemampuan mengambil keputusan

32
serta mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah

diambil, (7) Perencanaan dan pelaksanaan hidup sehat, kreatif,

dan produktif.

b. Bimbingan sosial

Bimbingan sosial diberikan kepada siswa untuk mengenal

lingkungannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik dan

menjadi pribadi yang bertanggungjawab (Hibana, 2003: 41).

Tujuan bimbingan sosial adalah untuk membantu peserta didik

menghadapi dan memecahkan masalah- masalah sosial misalnya

pergaulan, penyelesa ian konflik, dan sebagainya. Bimbingan

sosial merupakan upaya untuk membantu mengembangkan

keterampilan-keterampilan sosial peserta didik.

Materi pokok bimbingan sosial antara lain: (1) Pengembangan

kemampuan komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, (2)

Pengembangan kemampuan menerima dan menyampaikan

pendapat, (3) Pengembangan kemampuan bersosialisasi, baik

di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat, (4) Pengembangan

kemampuan menjalin hubungan secara harmonis dengan teman

sebaya, (5) Pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta

upaya pelaksanaannya secara konsisten dan bertanggungjawab,

(6) Pemahaman tentang hubungan antar lawan jenis dan akibat

yang ditimbulkannya, (7) Pemahaman tentang hidup berkeluarga.

33
c. Bimbingan belajar

Bimbingan belajar diberikan kepada siswa untuk dapat

membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan

rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan (Hibana, 2003: 41-42).

Tujuan bimbingan belajar adalah untuk membantu peserta

didik menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar

serta dapat mengembangkan cara belajar yang efisien sehingga

mencapai hasil yang optimal, misalnya pengenalan kurikulum,

cara belajar, dan perencanaan pendidikan lanjutan ke jenjang

yang lebih tinggi.

Materi pokok bimbingan belajar antara lain: (1) Pemantapan

sikap dan kebiasaan belajar secara efektif, (2) Pengembangan

kemampuan membaca dan menulis (meringkas) secara tepat,

(3) Pemahaman tentang pemanfaatan hasil teknologi (komputer,

internet, dll.) bagi pengembangan ilmu pengetahuan, (4)

Pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya bagi

pengembangan pengetahuan, (5) Pemahaman tentang

perpustakaan, (6) Orientasi belajar di perguruan tinggi.

d. Bimbingan karir

Bimbingan karir diberika n kepada siswa untuk dapat

merencanakan dan mengembangkan masa depannya, baik yang

34
berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir (Hibana,

2003: 42-43).

Tujuan bimbingan karir adalah untuk membantu peserta didik

agar memperoleh pemahaman diri, lingkungan dan dunia kerja,

agar mengarahkan dirinya ke suatu bidang pekerjaan yang sesuai

dengan dirinya dan selaras dengan kebutuhan masyarakat,

misalnya pemahaman terhadap jenis-jenis pekerjaan di

masyarakat, pemahaman terhadap bakat, minat, dan

kemamp uannya serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan

karir yang sesuai dengan dirinya.

Materi pokok bimbingan karir antara lain: (1) Pemahaman

tentang bakat, minat, dan kemampuan diri berkaitan dengan

karier yang akan dikembangkan, (2) Pemahaman tentang

berbagai macam profesi sebagai alternatif pengembangan karir,

(3) Pemahaman dan pengembangan kemampuan wirausaha, (4)

Pemahaman tentang berbagai macam jurusan di bidang

pendidikan, (5) Penge mbangan kemampuan berkompetensi, (6)

Pemahaman tentang strategi memilih sekolah tinggi dan

menentukan jurusan, (7) Pengembangan kemampuan manajemen

dan kepemimpinan.

Menurut Winkel (1997: 535-536) dalam menentukan isi,

materi, dan aneka topik -topik bimbingan klasikal, guru

35
pembimbing/konselor sekolah perlu mengetahui hal- hal sebagai

berikut:

a. Konselor perlu mengetahui dan memahami berbagai ilmu sosial,

seperti ilmu sosiologi, ilmu antropologi, ilmu ekonomi, dan

ilmu psikologi dengan berbagai cabangnya. Dalam hal ini dibahas

tentang ciri-ciri perkembangan remaja dan kebutuhan remaja.

Ketiga hal tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan

yang lain. Tugas perkembangan remaja mengacu pada ciri-ciri

perkembangan remaja, dan isi tugas perkembangan remaja

menjadi suatu kebutuhan yang seharusnya dipenuhi.

b. Hasil refleksi konselor sendiri dan tokoh-tokoh masyarakat

terhadap keadaan masyarakat di berbagai kehidupan, termasuk

pendidikan di sekolah. Melalui refleksi tersebut, konselor dapat

mengetahui sejumlah gejala yang tampak dalam diri para remaja,

baik dari segi positif maupun segi negatif, sebagai akibat dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat

pesat. Gejala- gejala yang terjadi dalam diri remaja dapat

digunakan sebagai masukan yang baik untuk menyusun topik-

topik bimbingan klasikal.

c. Perumusan tujuan nasional dan perumusan tujuan institusional.

Peyusunan topik-topik bimbingan klasikal hendaknya selaras

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

36
d. Aneka daftar masalah yang dihadapi oleh para ahli di bidang

pendidikan dan psikologi. Masalah yang ditemukan merupakan

proses pemikiran terhadap kebutuhan para remaja. Masalah yang

terjadi dipandang sebagai segi negatif dari suatu kebutuhan.

Dengan kata lain, kebutuhan yang tidak terpenuhi akan

menimbulkan masalah tersendiri bagi para remaja. Masalah-

masalah yang terjadi dalam diri remaja tersebut dapat dijadikan

sumber galian/bahan acuan bagi guru pembimbing/konselor

untuk menyusun topik -topik bimbingan klasikal yang relevan

dengan kebutuhan anak didik.

e. Usul dan masukan dari siswa. Guru pemb imbing/konselor dapat

memperoleh sejumlah masukan dari siswa melalui pemasangan

kotak masalah. Usulan atau masukan dari siswa tersebut akan

mempermudah guru pembimbing/konselor dalam menyusun

topik-topik bimbingan klasikal yang relevan denga n kebutuhan

anak didik.

f. Hasil penelitian konselor atau peneliti lain melalui penyebaran

Daftar Cek Masalah di tingkatan kelas tertentu. Penyusunan

alat penelitian perlu membahas ciri-ciri perkembangan remaja,

tugas-tugas perkembangan remaja, dan kebutuhan-kebutuhan

remaja. Hasil dari penyebaran alat penelitian tersebut dijadikan

masukan penting bagi pembimbing/konselor dalam menyusun

37
topik-topik bimbingan klasikal yang relevan dengan kebutuhan

anak didik.

g. Pengalaman konselor sekolah selama sejumlah tahun.

Pembimbing/konselor yang sudah melaksanakan tugasnya

selama beberapa tahun akan lebih mudah dalam menyusun

topik-topik bimbingan klasikal yang relevan dengan kebutuhan

anak didik.

Penyusunan topik -topik bimbingan klasikal digunakan untuk

merencanakan program bimbingan klasikal yang sesuai dengan

kebutuhan anak didik. Untuk melaksanakan program bimbingan

klasikal yang sudah direncanakan, pembimbing/konselor dapat

menyusun Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB). Satuan Pelayanan

Bimbingan (SPB) dapat disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) antara lain meliputi: topik bimbingan,

bidang bimbingan, kompetensi dasar, indikator, materi pelayanan,

metode dan kegiatan bimbingan, sumber, evaluasi, tindak lanjut.

G. Pihak-pihak yang Berperan dalam Membantu Perkembangan Remaja

Pihak-pihak yang berperan dalam membantu perkembangan remaja :

1. Keluarga

Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama

dikenal oleh anak, dan karena itu disebut primary community

38
(lingkungan pendidikan utama). Dalam keluarga orang tua menjadi

pendidik yang pertama. Menurut Driyarkara (Wens Tan Lain, 1989: 33)

dalam keluarga orang tua bertanggungjawab memelihara, merawat,

melindungi anak, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang.

Tujuan tindakan dan sikap orang tua dalam menerima anak,

mencintai anak, mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan

bersama, adalah agar anak memiliki nilai –nilai hidup jasmani, nilai

keindahan, nilai kebenaran, nilai moral, dan nilai keagamaan dan

bertindak sesuai dengan nilai- nilai tersebut.

Lingkungan keluarga yang baik dan harmonis secara potensial

dapat membentuk pribadi remaja menjadi lebih bertanggungjawab.

Sebaliknya apabila usaha pendidikan dalam keluarga gagal, maka anak

akan cenderung melakukan tindakan kenakalan dalam masyarakat dan

menjurus pada tindakan kejahatan/kriminal (Mulyono, 1984: 26).

2. Sekolah

Menurut Wens Tanlain (1989: 33-44) lingkungan sekolah

merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua setelah keluarga.

Sekolah merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan

kepribadian anak didik sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya.

Para pendidik (guru bidang studi dan guru pembimbing) di sekolah

berperan dalam perkembangan anak didik. Peranan guru bidang studi

adalah mendorong dan mengarahkan anak didik untuk belajar

39
mengembangkan kreatifitas dan keterampilannya melalui bidang studi

tertentu, sehingga anak didik berkembang secara optimal.

Guru pembimbing (konselor sekolah) dapat membantu siswa

dalam mengatasi masalahnya dan membantu membuat pilihan-pilihan

secara bertanggungjawab. Bantuan yang diberikan dapat dilakukan

melalui pelayanan bimbingan individual dan kelompok, pelayanan

konseling individual dan kelompok, dapat juga dilakukan secara tidak

langsung, misalnya dengan menggunakan terapi pustaka, papan

bimbingan, folder bimbingan, dan sebagainya.

3. Kelompok teman sebaya

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja

mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan

kepribadiannya. Kelompok teman sebaya memberikan kesempatan

belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengontrol

tingkahlaku sendiri, mengembangkan keterampilan dan minat yang

relevan dengan usianya, dan merupakan tempat berbagi perasaan

(Yusuf, 2002: 59).

Kelompok teman sebaya yang memberikan suasana kehangatan

dan penerimaan dapat membantu para remaja untuk memperoleh

pemahaman tentang dirinya, memahami masalah dan tujuan yang ingin

dicapai. Dengan adanya penerimaan teman sebaya remaja merasa

dihargai, dan dapat merasa optimis dalam menghadapi masa depannya.

40
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan jenis penelitian, populasi penelitian,

instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskr iptif dengan metode survei.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran atau

uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap

objek yang diteliti (Kountur, 2003: 53).

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan masalah- masalah

yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria

Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. Hasil penelitian akan dijadikan dasar

atau tolak ukur untuk membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMP Santa

Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. SMP Santa Maria Banjarmasin

beralamat di Jl. Rantauan Timur l/21 Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan alasan sebagai

berikut:

41
1. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah Katolik yang dikelola oleh

Yayasan Santa Maria milik kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina

(SFD) di pulau Kalimantan. Peneliti adalah anggota kongregasi SFD,

sehingga peneliti mudah mendapatkan izin penelitian.

2. Pimpinan mengusulkan untuk mengadakan penelitian di sekolah ini karena

sekolah ini belum malaksanakan kegiatan bimbingan klasikal dan belum

pernah digunakan untuk penelitian.

3. Hasil penelitian ini akan lebih mudah ditindaklanjuti.

Penyebaran kuisioner dilakukan terhadap seluruh siswa-siswi kelas VII

yang berjumlah 128 siswa. Peneliti tidak mengambil sample, karena

semua anggota dapat dijangkau. Dengan demikian akurasi data lebih

terjamin dibandingkan dengan populasi sample. Kalas VII digunakan

sebagai subyek penelitian dengan beberapa alasan, antara lain: kelas

tersebut tidak disibukkan oleh kegiatan-kegiatan untuk persiapan ujian,

hasil penelitian dapat ditindaklanjuti di kelas berikutnya. Siswa – siswi

kelas VIII dan IX tidak dijadikan subyek penelitian. Siswa-siswi kelas VIII

sebentar lagi akan naik ke kelas IX dan tentu banyak disibukkan dengan

kegiatan-kegiatan persiapan ujian, sehingga hanya sedikit waktu untuk

melaksanakan program bimbingan. Sedangkan siswa kelas IX mulai sibuk

mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah, ujian nasional, dan

ujian masuk Sekolah Menenga h Atas (SMA), setelah lulus mereka akan

meninggalkan sekolah.

42
C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan “Kuesioner Masalah-

masalah yang Dialami oleh siswa SMP” sebagai alat pengumpul data.

Kuesioner ini merupakan kuesioner final yang digunakan oleh Lelanawati

(2004) dalam skripsinya yang berjudul: “Bidang masalah yang intens

dialami para siswa kelas 1dan II SLTP Kanisius Temanggung tahun pelajaran

2003-2004 dan implikasinya bagi program bimbingan klasikal.” Penyusunan

kuesioner ini didasarkan pada Alat Ungkap Masalah Seri Umum Format 3

(AUM U-3) yang disusun oleh Prayitno, dkk. (tanpa tahun).

Peneliti memodifikasi alat yang digunakan oleh Lelanawati. Bagian

yang dimodifikasi adalah petunjuk pengerjaan dan alternatif jawaban. Dalam

kuesionernya, Lelanawati menggunakan pertanyaan “Merupakan masalah

bagimu?” alternatif jawabannya “Ya” dan “Tidak” Jawaban “Ya” kemudian

diperluas menjadi 3 alternatif yaitu agak mengganggu (AM), mengganggu

(M), dan sangat mengga nggu (SM). Peneliti memodifikasi petunjuk

pengerjaan agar siswa-siswi lebih mudah memahami dan mengerjakan item-

item kuesioner.

Pernyataan yang dikemukakan adalah “Seberapa kuat Anda

merasakan/mengalami hal yang dimaksudkan dengan masing- masing

pernyataan berikut?” Dan alternatif jawabannya adalah TM (tidak

merasakan/mengalami), KM (kurang merasakan/mengalami), M (merasakan/

mengalami), SM (sangat merasakan/mengalami).

43
Masalah yang akan diungkap dalam kuesioner ini terdiri dari sembilan

bidang masalah sesuai dengan AUM U-3, yaitu: masalah jasmani dan

kesehatan, masalah diri pribadi, masalah ekonomi dan keuangan, masalah

karir dan pekerjaan, masalah pendidikan dan pelajaran, masalah agama,

nilai dan moral, masalah keadaan dan hubungan dalam keluarga, dan

masalah waktu senggang. Jumlah dan nomor item disajikan pada tabel 1.

Kuesioner ini dibuat secara anonim, dengan maksud agar kerahasiaan

jawaban responden terlindungi. Responden diharapkan lebih terbuka dan

jujur da lam menjawab sesuai dengan yang dialaminya. Kuesioner siswa

terdapat pada lampiran I.

44
Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner Masalah Siswa

No Bidang Masalah Juml. Nomor-nomor Item


Item pada Kuesioner
1. Jasmani dan kesehatan (JDK) 16 001-005 031-036
011-015
2. Diri pribadi (DPI) 13 026-030 098-105
3. Hubungan sosial (HSO) 13 047-051 059-066
4. Ekonomi dan keuangan (EDK) 8 111-118
5. Karir dan pekerjaan (KDP) 5 077-081
6. Pendidikan dan pelajaran (PDP) 28 006-010 067-071
016-020 090-097
037-041
7. Agama, nilai, dan moral (ANM) 12 042-046 052-058
8. Keadaan dan hubungan dalam 23 021-025 082-089
keluarga (KHK) 072-076 106-110
9. Waktu senggang (WSG) 3 119-121
Jumlah 121

Alternatif jawaban dan skor yang disediakan terhadap pernyataan-

pernyataan kuesioner adalah:

Skor 1: apabila siswa tidak merasakan/mengalami (TM).

Skor 2: apabila siswa kurang merasakan/mengalami (KM).

Skor 3: apabila siswa merasakan/mengalami (M)

Skor 4: apabila siswa sangat merasakan/ mengalami (SM).

45
Dua hal penting yang harus dipenuhi untuk memperoleh suatu alat ukur yang

akurat adalah dengan menggunakan validitas dan reliabilitas alat ukur.

1. Validitas instrumen

Validitas adalah seberapa jauh alat ukur mengukur hal atau subjek yang

ingin diukur (Hasan, 2002: 27). Validitas suatu alat ukur adalah derajat

ketepatan dan ketelitian alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut

menjalankan fungsi ukur secara tepat, atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Djaali, 2000: 70). Jenis

validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi

adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat

ukur mencerminkan hal- hal yang mau diukur atau diteskan (Masidjo, 1995:

243).

Prosedur ini ditempuh untuk mengetahui validitas instrument adalah

dengan cara mengkorelasikan skor-skor item terhadap skor total instrumen.

Teknik statistik yang digunakan adalah teknik korelasi Product-Moment

Pearson (Masidjo, 1995: 210), dengan rumus sebagai berikut:

N ? XY ? ?? X ??? Y ?
rxy ?
?N? X 2
??
? ?? X ? N ? Y 2 ? ?? Y ?
2 2
?

46
Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi validitas item

X : Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y: Skor total aspek-aspek yang diuji validitasnya

N: Jumlah responden

Kesahihan item kuesioner ditentukan kriteria Azwar dan

Friedenberg (Barus, 1999) yang mengatakan bahwa skala psikologi

sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan

demikian item yang korelasinya = 0,30 dinyatakan gugur, sedangkan

item yang korelasinya ? 0,30 dianggap sahih .

Peneliti menggunakan kuesioner final Lelanawati (2004) yang

sudah diuji validitasnya, sehingga semua item dapat digunakan dalam

penelitian. Peneliti hanya mengadakan revisi terhadap beberapa item

untuk mempermudah siswa dalam memahami dan mengisi kuesioner.

2. Reliabilitas instrumen

Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan

sebuah instrume n (Hasan, 2002: 77). Tujuan uji reliabilitas adalah untuk

mengetahui sejauh mana pengukuran variabel dapat memberikan hasil

relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali pada subjek yang sama.

Pengukuran tingkat reliabilitas instrumen ditempuh dengan

metode belah dua (split-half method). Langkah yang ditempuh sebagai

berikut:

47
a. Memberi kode X pada skor belahan pertama dan Y untuk skor

belahan kedua.

b. Mencari korelasi antara skor-skor pertama/gasal (X) dengan skor-

skor belahan kedua/genap (Y).

c. Untuk memperoleh koefisiensi reliabilitas seluruh tes digunakan

formulasi Spearman Brown dengan rumus:

rtt = ? x rgg

I + r gg

Keterangan:

rtt : Koefisien reliabilitas

r gg : Koefisien korelasi item-item ganjil dan genap

Untuk menentukan taraf keterandalan kuesioner/instrumen,

Kaplan dan Saccuzza (Barus, 1999) menegaskan bahwa koefisien

reliabilitas yang besarnya antara 0,70 – 0,80 dianggap baik untuk

digunakan. Untuk mempertegas status tingkat reliabilitas kuesioner

digunakan kriteria Guilford (Barus, 1999) yang menetapkan koefisien ?

0,90 - 1,00 reliabilitasnya sangat tinggi.

48
D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa usaha sebagai

persiapan sebelum pengisian kuesioner, yaitu:

a. Menghubungi Kepala Sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin untuk

membicarakan rencana penelitian dan mohon bantuan untuk

mengadakan penelitian.

b. Menentukan kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian.

c. Mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing. Kuesioner

ini juga dikonsultasikan kepada kepala sekolah SMP Budi Mulia

Minggir- Sleman dan kepala sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin

(mantan).

d. Melakukan uji coba kuesioner.

Peneliti menghubungi Kepala Sekolah SMP Katolik Budi

Mulia Minggir, Sleman, Yogyakarta, untuk membicarakan rencana

uji coba penelitian sekaligus minta izin untuk pelaksanaannya.

Subjek uji coba kuesioner adalah siswa kelas VII sebanyak 30

orang. Uji coba penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana

petunjuk dan maksud pernyataan dapat dipahami oleh siswa,

sehingga alat pengumpulan data benar-benar mengungkap masalah

yang mau diungkap.

49
Uji coba kuesioner dilaksanakan pada hari Senin, 21 Mei

2007. Pelaksanaan uji coba diawasi oleh peneliti sendiri. Sebelum

mengisi kuesioner, peneliti memberikan petunjuk tentang beberapa

hal yang perlu diperhatikan oleh siswa sehubungan dengan pengisian

kuesioner tersebut. Pelaksanaan uji coba berjalan dengan tenang

dan tertib. Para siswa cukup semangat dalam mengerjakan

kuesioner tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti selama

mendampingi siswa dalam mengerjakan kuesioner, para siswa dapat

memahami petunjuk dan maksud pernyataan yang tersedia, sehingga

tidak ada pertanyaan-pertanyaan yang spesifik berkaitan dengan hal

tesebut. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan beberapa

pernyataan yang mempunyai makna hampir sama antara item yang

satu dengan item yang lain. Dari hasil uji coba tersebut, peneliti

bersama dengan dosen pembimbing mengadakan revisi terhadap

beberapa pernyataan yang meragukan bagi siswa. Hasil revisi

tersebut digunakan oleh peneliti sebagai kuesioner dalam penelitian.

Dengan demikian jumlah item kuesioner tidak mengalami perubahan

yaitu 121 item.

50
2. Tahap pelaksanaan penelitian ( pengisian kuesioner)

Pengisian kuesioner dilaksanakan di SMP Santa Maria Banjarmasin

pada hari Sabtu, 26 Mei 2007. Langkah-langkah yang ditempuh dalam

penyebaran dan pengisian kuesioner ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan tentang maksud pengisian kuesioner

penelitian.

b. Membagikan lembar kuesioner dan petunjuk pengisiannya.

c. Menjelaskan secara singkat petunjuk pengisian kuesioner. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal- hal

yang kurang dipahami/belum jelas.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengisi kuesioner

sesuai dengan pe tunjuk.

Pengisian kuesioner tidak diawasi oleh peneliti sendiri, tetapi

oleh guru wali kelas masing- masing. Menurut laporan dari Kepala

Sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin, bahwa selama pengisian

kuesioner para siswa didampingi oleh wali kelas masing- masing.

Kegiatan berlangsung dengan lancar, tertib, dan aman. Para siswa

mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Para siswa dapat memahami

petunjuk dan pernyataan yang tersedia dalam kuesioner tersebut.

51
E. Teknik Analisis Data

Langkah- langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data

adalah sebagai berikut:

1. Menghitung atau menentukan skor dari setiap alternatif jawaban yang

telah diberikan oleh responden.

2. Menghitung jumlah skor dari masing- masing responden dan membuat

tabulasi data.

3. Menentukan masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa

berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe 1, yaitu :

M + 0,75 S

?X
M ?
n

n? X 2 ? ?? X ?
1
S?
2

Keterangan:

M : Mean

? X : Jumlah skor total item

N : Jumlah item kuesioner penelitian

S : Standard deviasi/ deviation

52
4. Mengelompokkan masalah- masalah yang secara intens dialami oleh
siswa kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008
sesuai dengan empat bidang ma salah, yaitu: bidang pribadi, bidang
sosial, bidang belajar/akademik, bidang karir.
5. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyusun usulan topik -topik

bimbingan kelompok/klasikal sesuai dengan masalah yang dialami siswa.

53
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang berupa daftar masalah- masalah

yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin

tahun ajaran 2007/2008 dan pembahasannya.

A. Masalah-masalah yang secara Intens Dialami oleh Siswa -siswi Kelas VII

SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008

Bagian ini memuat hasil pengolahan data penelitian. Hasil pengolahan

data ini merupakan jawaban atas masalah pertama dalam penelitian ini, yaitu:

Masalah- masalah apakah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas

VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 ?

Masalah-masalah yang secara intens dialami adalah masalah-masalah

seperti yang dimaksudkan dalam item- item instrumen yang memperoleh skor

minimal M+0,75 S. Berdasarkan hasil penghitungan data penelitian

diperoleh: Mean (M)= 234, Standard deviasi (S) = 75.

M + 0,75 S = 234 + 0,75 x 75 = 290

Jadi masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa adalah

masalah yang memperoleh skor minimal 290. Data penelitian selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran 2).

Sembilan bidang masalah yang diungkap dalam instrumen penelitian

54
dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu: 1) Bidang pribadi, yang meliputi

masalah jasmani dan kesehatan, masalah diri pribadi, dan masalah agama,

nilai dan moral. 2) Bidang sosial, yang meliputi masalah hubungan sosial,

masalah keadaan dan hubungan dalam keluarga. 3) Bidang belajar/akademik,

meliputi masalah pendidikan dan pelajaran. 4) Bidang karir, yang meliputi

masalah ekonomi dan keuangan, masalah karir dan pekerjaan, dan masalah

waktu senggang. Masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa

disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3

Masalah-M asalah yang secara Intens Dialami oleh


Siswa-siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin
Tahun Ajaran 2007/2008

N0 No.Item Masalah-masalah siswa Skor


A. Bidang Pribadi

1. 103 Rendah diri atau kurang PD 343


2. 101 Mudah marah 337
3. 30 Merasa gugup sewaktu berbicara di muka umum 334
4. 45 Terlanjur berbicara atau melakukan sesuatu yang 303
tidak baik kepada orang tua atau orang lain
5. 53 Sering ditegur karena melakukan kesalahan 297
6. 54 Kurang taat dalam menjalankan ibadah agama 296
7. 43 Cenderung berbuat tidak jujur 290

55
8. 55 Tidak melaksanakan apa yang menjadi tanggung 290
jawab sendiri
B. Bidang Sosial

9. 59 Mudah tersinggung atau sakit hati 332


10. 74 Khawatir tidak mampu memenuhi tuntutan atau 328
harapan orang tua
11. 47 Kurang memperhatikan kepentingan orang lain 297
12. 50 Kurang mampu berkerja sama dengan teman sekelas 289
C. Bidang Belajar/Akademik

13. 91 Khawatir memperoleh nilai rendah dalam 429


ulangan/ujian atau PR
14. 90 Cemas sewaktu menghadapi ujian 402
15. 7 Merasa cemas kalau-kalau tinggal kelas 386
16. 37 Kurang berminat terhadap pelajaran tertentu 352
17. 92 Kesulitan dalam mengingat materi pelajaran 338
18. 40 Tidak tahu bagaimana cara belajar yang tepat 298
19. 19 Kurang tekun/teliti dalam mengerjakan PR 293
D. Bidang Karir

20. 111 Mengalami masalah karena kurang mampu 321


mengelola (menggunakan) uang dengan baik
21. 79 Kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang 309
lapangan pekerjaan
22 121 Kurang mampu menggunakan waktu senggang 307
(waktu luang) dengan baik.

56
B. Pembahasan

Bagian ini memuat pembahasan terhadap masalah- masalah yang

secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria

Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. Masalah ini dikelompokkan dalam

empat bidang masalah, yaitu: bidang pribadi, bidang sosial, bidang

belajar/akademik, dan bidang karir.

1. Bidang pribadi

a. Merasa gugup sewaktu berbicara di muka umum (item 30 skor

334)

Berbicara di muka umum merupakan kegiatan yang pada

dasarnya dilakukan dalam rangka berkomunikasi (Sukadi, 1995:

5). Berbicara di muka umum berbeda dengan bila kita berbicara

berduaan dengan teman. Banyak siswa mengalami masalah dalam

hal ini.

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain: kurang memahami diri, merasa takut untuk berhadapan

dengan banyak orang, kurang percaya diri, kurang terbiasa tampil

di muka umum, kurang mendapat kesempatan untuk

mengemukakan ide- ide baik di rumah maupun di sekolah,

mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan sewaktu tampil

di muka umum.

57
Masalah tersebut antara lain dapat mengakibatkan para siswa

rendah diri/kurang percaya diri dan cenderung menghindar apabila

diminta untuk tampil. Hal ini akan menghambat siswa untuk

mengembangkan potensi, bakat, kemampuannya.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan pelayanan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

pemahaman diri, konsep diri, dan percaya diri. Dengan

bimbingan tersebut, diharapkan siswa memiliki keyakinan akan

kekuatan dan kelebihannya dan dapat mengembangkannya secara

baik.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: berusaha untuk

lebih memahami kelebihan dan kelemahannya, me ngembangkan

konsep diri yang positif, banyak berlatih, ikut aktif dalam

kegiatan kelompok, misalnya: OSIS, pramuka, kegiatan, dll..

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: melibatkan siswa dalam menentukan keputusan penting

keluarga, menerima ide-ide yang disampaikan dan tidak langsung

menolak atau mencelanya, memberikan respon terhadap apa yang

58
dilakukan anak-anaknya, misalnya memuji bila memang pantas

dipuji, menegur bila anak melakukan kesalahan.

b. Cenderung berbuat tidak jujur (item 43 skor 290)

Kejujuran adalah sikap dan perilaku tidak berbohong, tidak

bersikap curang, berkata apa adanya, berani mengakui kesalahan

dan rela berkorban demi kebenaran ( Indah, 2003: 80). Bila

dalam diri siswa berkembang sikap jujur, siswa akan lebih

terbantu dalam mengembangkan potensinya. Hilangnya sikap

jujur dapat merupakan bencana dalam kehidupan bersamanya.

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain: kurang menyadari kelebihan dan kekurangannya, kurang

bersyukur atas apa yang diterima atau dialami dalam hidup,

adanya suatu keinginan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi,

adanya suatu ketakutan dalam dirinya.

Masalah tersebut antara lain dapat mengakibatkan para siswa

tidak bekembang sebagaimana mestinya, suka menipu, dan takut

menerima kritik atau memberikan kritik kepada orang lain,

kurang mampu mengahargai diri sendiri, orang lain dan alam

sekitar.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

59
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang relevan untuk membantu

siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya, mensyukuri apa

yang diterima atau dialami dalam hidup, menyadari bahwa tidak

semua keinginan atau kebutuhan harus dipenuhi, menekankan

betapa pentingnya sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: berusaha untuk

bersikap jujur terhadap dirinya sendiri, menerima diri apa adanya,

tidak berkata bohong dan berkata apa adanya, menyadari bahwa

tidak semua keinginan dapat dipenuhi, menghargai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha- usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain:menerima kelebihan dan kekurangan anak-anak, memberikan

kepercayaan dan tanggungjawab pada tugas-tugas tertentu,

memberikan dukungan terhadap apa yang dapat dilakukan oleh

anaknya.

c. Terlanjur berbicara atau melakukan sesuatu yang tidak baik

kepada orang tua atau orang lain. (item 45 skor 303)

Setiap orang adalah pribadi yang bernilai. O leh sebab itu kita

60
perlu menghormati orang lain. Untuk dapat menghormati orang

lain, setiap orang perlu menghormati dirinya sendiri (Suparno,

2002 : 30). Dengan kesadaran tersebut, para siswa akan semakin

mampu berhati-hati dalam berbicara atau bertindak. Apa yang

akan dikatakan atau dilakukannya hendaknya dipertimbangkan

terlebih dahulu dengan sungguh-sungguh, sehingga tidak

merugikan orang lain.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

siswa kurang sabar dalam menghadapi hal-hal tertentu, merasa

tersinggung karena perkataan atau perbuatan orang lain terhadap

dirinya, kurang mampu mengendalikan diri.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan para siswa

mengalami gangguan dalam perkembangan kepribadiannya,

kesulitan dalam pergaulan dengan orang lain, dan tidak disukai

oleh temannya.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan kesabaran

dalam menghadapi hal-hal tertentu dan pengendalian diri. Dengan

bimbingan yang relevan diharapkan siswa lebih berhati- hati dan

penuh pertimbangan dalam berbicara atau bertindak terhadap

61
orang lain. Dapat juga diberikan konseling kepada siswa yang

mempunyai masalah serius dalam hal ini, dan perlu ditumbuhkan

kesadaran akan pentingnya menghargai orang lain.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: lebih menghargai

orang lain sebagaimana dirinya ingin dihargai oleh orang lain,

lebih sabar dalam menghadapi persoalan yang dialami, tidak

mudah tersinggung atau sakit hati, mempertimbangkan segala

sesuatu sebelum berbicara atau melakukan sesuatu pada orang

lain.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: menanamkan sikap saling menghargai dan menghormati

terhadap anggota keluarga dan orang lain, memberikan contoh

yang baik dalam perkataan dan perbuatan, memberikan respons

yang tepat terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan anak-

anaknya sehingga mereka merasa diterima dan dihargai.

d. Sering ditegur karena melakukan kesalahan (item 53 skor 297)

Teguran biasanya diberikan kepada orang yang melakukan

kesalahan dengan harapan agar yang bersangkutan tidak

melakukan kesalahan yang sama lagi. Namun teguran yang

62
diberikan secara berlebihan dapat membuat orang tidak dapat

berkembang sebagaimana mestinya.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

karena kurang sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu

sehingga hasilnya kurang baik, tidak disiplin dalam kerja,

sembarangan atau ceroboh dalam melakukan tugasnya.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa merasa

minder atau kurang percaya diri, malas berusaha dan tidak

memiliki daya juang untuk meraih cita-cita, menganggap teguran

itu sebagai suatu ancaman yang sangat menakutkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

tanggungjawab dan kesungguhan hati. Dengan bimbingan ini

diharapkan siswa semakin bertanggungjawab dan bersungguh-

sungguh dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tidak

melakukan kesalahan yang sama.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: melaksanakan

tugasnya dengan sungguh-sungguh, penuh pertimbangan dalam

melakukan sesuatu, menerima teguran sebagai peringatan dan

63
ajakan untuk maju dan bersikap lebih hati- hati.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: memberikan umpan balik secara konstruktif yang membantu

anak-anak untuk maju.

e. Kurang taat dalam menjalankan ibadah agama (item 54 skor 296)

Beribadah merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan

oleh setiap pemeluk agama. Beribadah menjadi salah satu

ungkapan syukur atas kebaikan Tuhan yang kita terima. Sebagai

makhluk ciptaan Tuhan, kita tergantung kepada-Nya, kita juga

perlu menghormati ciptaan Tuhan yang lain, yaitu sesama kita

dan seluruh alam semesta (Suparno, 2004 : 9 ).

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain: siswa kurang memahami arti beribadah, tidak tahu cara

melakukan ibadah, kurang memiliki pengetahuan tentang agama

yang dianut, tidak biasa melakukan ibadah.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa kurang

tenang dalam hidup, mudah terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh

negatif dari lingkungan, hidup tidak teratur, tidak berkonsentrasi

dalam belajar dan prestasi belajarnya menurun.

64
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

tanggungjawab sebagai makhluk ciptaan Tuhan, mengadakan

week end, rekoleksi atau retret yang membantu siswa untuk

menyadari bahwa kita masing-masing mempunyai tanggungjawab

terhadap hidup kita sendiri. Dengan bimbingan ini diharapkan

siswa semakin menyadari betapa penting dan bermanfaat

menjalankan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: semakin taat

dalam melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya,

mengikuti rekoleksi, retret yang diselenggarakan, membaca buku-

buku tentang ajaran agama yang dianutnya.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: menanamkan nilai-nilai keagamaan, memberikan teladan

beribadah, menyadarkan anak akan pentingnya beribadah.

65
f. Tidak melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawab sendiri

(item 55 skor 290 )

Tanggungjawab berarti keberanian, kesiapan, dan keteguhan

hati untuk menerima konsekuensi-konsekuensi atau putusan-

putusan dan tindakan yang dipilih (Suparno, 2003: 114).

Seseorang dikatakan bertanggungjawab apabila dirinya dengan

sadar mengambil suatu keputusan, menjalani keputusan tersebut

dan berani menghadapi atau menerima segala konsekuensinya.

Sebaliknya orang yang tidak bertanggungjawab adalah orang yang

tidak konsisten denga n apa yang telah diputuskannya sendiri.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

malas dan tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh, takut

menghadapi resiko dan takut gagal, meremehkan atau

menganggap tidak penting hal-hal atau apa saja yang ditugaskan.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan para siswa

mengalami kesulitan dalam banyak hal, misalnya dalam belajar:

mereka tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan

baik sehingga prestasi belajar rendah; dalam hubungan dengan

orang lain: mereka tidak mendapat kepercayaan dari orang lain.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

66
memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

tanggungjawab dan disiplin diri. Dengan bimbingan ini

diharapkan siswa semakin menyadari betapa pentingnya memiliki

sikap tanggungjawab dan disiplin diri dalam hidup sehari- hari.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: melaksanakan

apa yang menjadi tanggungjawabnya sendiri, siap menghadapi

segala kemungkinan akibat dari keputusannya, rajin berusaha dan

pantang menyerah.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: memberikan kepercayaan pada anak untuk melaksanakan

tugas tertentu, memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk

membuat suatu keputuan dan me laksanakan keputusan yang

bersangkutan.

g. Mudah marah (101 skor 337)

Manusia diberi naluri untuk mempertahankan diri melawan

segala yang merugikan diri sendiri atau kelompoknya dan untuk

mencapai segala sesuatu yang dianggapnya baik

(Mangunhardjana, 1981: 36). Tidak mampu mengendalikan

perasaan marah merupakan salah satu sifat buruk yang dapat

67
merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain: siswa belum tahu bagaimana mengelola emosi, sering d iejek

atau diperlakukan tidak adil oleh orang tua atau orang lain,

adanya kebutuhan yang belum tercapai atau belum dipenuhi.

Mudah marah antara lain dapat mengakibatkan siswa

mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain, sulit untuk

konsentrasi dalam belajar atau melakukan tugas lain, sehingga

tidak dapat melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawabnya

dengan baik.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan cara-cara

mengelola emosi: mengenali emosi yang muncul, menemukan

sebab-sebabnya dan upaya untuk mengatasinya. Diharapkan

setelah mener ima bimbingan, siswa semakin mampu

mengungkapkan emosinya dengan tepat, tidak ceroboh dalam

melakukan sesuatu aga r tidak merugikan diri sendiri dan orang

lain.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: berusaha untuk

68
mengendalikan diri dan memahami sumber masalah, berusaha

untuk menilai secara kritis hal-hal yang dialami sebelum bereaksi.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: menghargai dan menerima serta memperlakukan anak-

anaknya secara adil dan bijaksana, memberikan contoh

mengungkapkan amarah secara konstruktif.

h. Rendah diri atau kurang PD (item 103 skor 343)

Rendah diri atau kurang percaya diri merupakan sikap yang

mengganggap diri rendah atau kurang berharga bagi dan selalu

menganggap bahwa orang lain lebih baik dari dirinya. Orang yang

dihinggapi rasa minder tidak bahagia, menganggap hidup ini

berat dan tidak simpatik (Mangunhardjana, 1981: 29).

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain: (1) Keadaan fisik, misalnya: cacat tubuh, kegemukan, dan

gigi tidak rapi, (2) Keadaan mental, misalnya: daya tangkap

rendah, bakat yang sedikit, (3) Keadaan sosial, misalnya:

perlakuan orang tua yang kurang baik dan selalu memojokkan,

selalu disalahkan oleh guru atau orang lain.

Masalah tersebut antara lain dapat mengakibatkan siswa

mengalami hambatan dalam perkembangan dirinya, kesulitan

69
dalam menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan,

pesimis dalam hidup, mengalami kegagalan dalam banyak hal.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

pemahaman diri, konsep diri, dan percaya diri. Dengan bimbingan

tersebut diharapkan siswa semakin mampu memahami dirinya,

dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Pembimbing hendaknya

menyediakan diri untuk memberikan konseling kepada siswa

yang mengalami masalah ini secara serius .

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: memahami dan

menerima dirinya dengan tenang baik kelemahan maupun

kelebihannya, mengembangkan konsep diri yang positif,

menemukan sebab-sebabnya minder dan mengambil langkah

untuk mengatasinya.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: memberikan cinta yang tulus kepada anak-anaknya,

memberikan kepercayaan dan tanggungjawab tentang tugas atau

hal- hal penting dalam keluarga, memberikan kesempatan kepada

70
anak-anak untuk ikut berpendapat dalam pengambilan keputusan,

menunjukkan segi-segi positif anaknya.

2. Bidang sosial

a. Kurang memperhatikan kepentingan orang lain (item 47 skor 297)

Manusia adalah makhluk sosial dan berbudaya. Mereka dapat

hidup bahagia bila bersama dengan orang lain, bekerjasama

dengan orang lain dan berdamai dengan orang la in. Dalam hidup

bersama, kita tidak boleh menjadi orang yang egois dan

mementingkan diri sendiri. Kita perlu memperhatikan kebutuhan

dan kepentingan orang lain. Satu sama lain harus saling memberi

dan menerima serta saling membangun (Suparno, 2002 : 25).

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

kurangnya kepekaan, memiliki sifat egois yang tinggi, kurang

memiliki kesadaran sebagai makhluk sosial yang suatu saat juga

membutuhkan bantuan orang lain.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan para siswa

mengalami kesulitan dalam hubungan sosial. Mereka akan

dijauhi oleh orang lain dan tidak dilibatkan dalam kegiatan-

kegiatan bersama, mengalami kesulitan dalam meminta bantuan

orang lain.

71
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

pentingnya sikap saling menghormati dan saling membantu dalam

hidup bersama. Dengan informasi ini diharapkan para siswa

memiliki sikap peduli akan sesamanya.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: belajar untuk

mengembangkan sikap peka terhadap kebutuhan orang lain, rela

membantu orang lain yang memerlukan bantuan/pertolongannya.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: menanamkan sikap peduli pada orang lain, memberikan

contoh dalam hal mempedulikan orang lain.

b. Kurang mampu berkerjasama dengan teman sekelas (item 50 skor

289)

Kerjasama merupakan usaha secara bersama-sama antara dua

orang atau lebih untuk melakukan sesuatu demi untuk mencapai

tujuan bersama. Hal- hal yang perlu dilakukan untuk membangun

kerjasama adalah adanya sikap saling menghargai dan menerima,

72
sikap tidak mau menang sendiri, rela mendengarkan pendapat

orang lain.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

kurang menyadari pentingnya kerjasama, adanya kecenderungan

yang kuat untuk bekerja sendiri, adanya rasa minder/kurang

percaya diri.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa mengalami

kesulitan dalam bergaul dengan teman-temannya, mementingkan

dirinya sendiri, bersaing secara tidak sehat dengan teman

sekelas, mengalami kesulitan dalam mengatasi masalahnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

kerjasama. Dengan bimbingan tersebut diharapkan para siswa

semakin menyadari pentingnya kerjasama dengan orang lain dan

mengetahui hal- hal yang perlu diperhatikan supaya dapat

bekerjasama dengan orang lain.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: belajar untuk

membangun relasi yang baik dengan orang lain, menghargai

pendapat orang lain, mau memberikan ide- ide untuk kepentingan

73
bersama.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: melibatkan anaknya pada acara-acara keluarga, dalam

memutuskan sesuatu dan mela ksanakan keputusan yang

bersangkutan.

c. Mudah tersinggung atau sakit hati (item 59 skor 332)

Mudah tesinggung atau sakit hati dapat menjadi penghalang

dalam berkomunikasi/berhubungan dengan orang lain. Hal ini

dapat membuat orang lain tidak nyaman bila berteman dengan

yang bersangkutan.

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain: apa yang diterima tidak sesuai dengan apa yang diinginkan,

kurang menghargai dan menerima orang lain apa adanya, kurang

mawas diri, berkeinginan untuk menjadi yang pertama, kurang

sabar terhadap diri sendiri sehingga juga tidak sabar terhadap

orang lain.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa mengalami

kesulitan dalam mengatasi masalahnya sendiri, terhambat dalam

pergaulan dengan teman-temannya atau tidak mempunyai teman

untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman.

74
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

pengelolaan emosi atau pengendalian diri. Diharapkan setelah

mendapatkan bimbingan, siswa lebih mampu mengendalikan diri

dan mengelola emosinya.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: mengembangkan

sikap sabar terhadap dirinya sendiri dan orang lain, berusaha

untuk berpikir positif tentang diri sendiri, orang lain atau

peristiwa yang dialaminya.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak,

menghargai dan menghormati pendapat anak-anaknya.

d. Khawatir tidak mampu memenuhi tuntutan atau harapan orang

tua (item 74 skor 328)

Setiap orang tua menginginkan yang terbaik dari anak-

anaknya. Harapan orang tua dapat membantu anak maju

selangkah untuk menjadi lebih baik. Namun tidak semua harapan

75
dari orang tua bisa dipenuhi, karena masing- masing anak

memiliki keterbatasan-keterbatasan.

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain: harapan orang tua terlalu tinggi sehingga anak merasa tidak

sanggup untuk memenuhinya, kemampuan anak terbatas atau

kurang, anak merasa takut dihukum atau dimarahi apabila tidak

berhasil/mengalami kegagalan.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa merasa

kurang tenang dalam hidup dan kurang dapat berkonsentrasi

dalam belajarnya. Apabila anak selalu dihantui oleh rasa

khawatir, anak menjadi takut pada orang tua dan dapat

melakukan hal-hal yang tidak baik, misalnya curang atau tidak

jujur, menyontek sewaktu ulangan, dan berbohong dengan

teman-teman.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

pemahaman diri, misalnya menemukan bakat-bakat yang dimiliki,

kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Diharapkan dengan

menerima bimbingan ini siswa semakin memahami keadaan

dirinya, semakin realistis, dan tidak terlalu khawatir dengan

76
tuntutan orang tua.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: berusaha

semaksimal mungkin dalam melakukan tugasnya, tidak terlalu

khawatir dengan tuntutan dari orang tua atau orang lain, percaya

diri dan tidak mudah menyerah, menganggap kegagalan sebagai

batu loncatan untuk maju, dan mengembangkan sik ap optimis.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: menerima anak-anak apa adanya, tidak menuntut terlalu

tinggi di luar kemampuan anak-anak, memberikan kesempatan

kepada anak-anak untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan

bakat dan minatnya, tidak menyalahkan apabila anak mengalami

kegagalan/melakukan kesalahan dan memberikan dukungan untuk

terus berjuang.

3. Bidang belajar/akademik

a. Merasa cemas kalau-kalau tinggal kelas (item 7 skor 386)

Tinggal kelas merupakan pengalaman yang tidak

menyenangkan bagi para siswa. Oleh karena itu para siswa

berusaha sungguh-sungguh untuk berhasil dalam ulangan/ujian

agar mereka memperoleh nilai yang baik dan tidak tinggal kelas.

77
Masalah ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: cara

belajar yang kurang tepat, tidak mempunyai catatan yang lengkap

tentang pelajaran yang diterimanya, tidak berkonsenrtasi saat guru

menjelaskan pelajaran di kelas sehingga pengetahuannya sangat

kurang, sering tidak mengerjakan PR atau tugas lain dari guru.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa merasa

tidak tenang dalam belajar, tidak bersemangat mengikuti

pelajaran, kurang tekun dalam berjuang dan malas belajar,

prestasi belajar menurun dan dapat terjadi tidak naik kelas.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan cara-cara

belajar yang tepat dan usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk

mencapai hasil yang baik, disiplin dalam menggunakan waktu

belajar, dan perlunya jadwal kegiatan. Dengan bimbingan ini

diharapkan siswa semakin tekun belajar dan tidak mudah merasa

lelah, tidak malas, dan tidak mudah menyerah.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: rajin belajar, rajin

membuat catatan dan ringkasan setiap materi pelajaran,

memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru, menanyakan hal- hal

78
yang kurang jelas pada guru, membaca buku-buku yang berkaitan

dengan pelajaran, membuat jadwal belajar dan menepatinya.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: memberikan motivasi kepada anak-anak sehingga mereka

lebih berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh dalam belajar,

memahami keterbatasan anaknya dan tidak memberikan target nilai

terlalu tinggi yang tak terjangkau oleh anak, dan memberikan

fasilitas atau sarana-sarana yang mendukung belajar siswa.

b. Kurang tekun/teliti dalam mengerjakan PR (item19 skor 293)

Mengerjakan PR atau tugas-tugas lain yang diberikan oleh

guru merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa. PR

atau tugas-tugas lain merupakan salah satu cara untuk melatih

siswa bertanggungjawab.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

PR terlalu banyak, pertanyaan yang diberikan terlalu sulit, siswa

malas dan bosan, tidak menyukai mata pelajaran atau guru

tertentu.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa

ketinggalan dalam pelajaran-pelajaran dan materi pelajaran

tertentu, prestasi belajar menurun dan kemungkinan tidak naik

79
kelas.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan ketekunan,

tanggungjawab, disiplin diri dan kesungguhan hati. Dengan

bimbingan ini diharapkan para siswa semakin menyadari

tanggungjawabnya sebagai siswa, dan belajar dengan tekun

sehingga dapat berhasil dengan baik.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: menyadari

tugasnya sebagai siswa, rajin belajar dan tekun berlatih,

menanyakan hal- hal yang kurang dimengerti kepada teman, orang

tua atau guru di sekolah, meningkatkan minat baca buku.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: memantau belajar anak-anaknya, menanyakan tugas-tugas

sekolah yang harus dikerjakannya, dan membantu apabila anak

mengalami kesulitan.

c. Kurang berminat terhadap pelajaran tertentu (item 37 skor 352)

Semua mata pelajaran yang diberikan di sekolah itu penting.

80
Oleh karena itu para siswa diharapkan dapat mengikuti setiap

pelajaran dengan baik. Tetapi bisa terjadi bahwa ada siswa yang

kurang berminat terhadap pelajaran tertentu.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

siswa tidak melihat manfaat pelajaran yang bersangkutan, siswa

tidak menyukai guru mata pelajaran tertentu, pelajaran yang

bersangkutan sulit dan tidak menarik sehingga siswa malas untuk

mengikutinya.

Masalah tersebut antara lain dapat mengakibatkan siswa

kurang berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, siswa akan

ketinggalan dalam pelajaran yang bersangkutan, dan nilai yang

diperoleh akan kurang memuaskan.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan minat

belajar, cara belajar yang baik, dan mengatasi perasaan malas.

Diharapkan setelah mengikuti bimbingan, siswa semakin

menyadari bahwa semua mata pelajaran penting dan perlu

dipelajari.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: belajar dengan

81
sungguh-sungguh, menyadari bahwa semua pelajaran itu penting,

menggunakan cara-cara belajar yang tepat, menanyakan pada

teman, guru atau orang tua apabila mengalami kesulitan dengan

mata pelajaran tertentu.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: membantu siswa untuk membangkitkan minat belajar,

menyadarkan anak-anak bahwa semua mata pelajaran penting.

d. Tidak tahu bagaimana cara belajar yang tepat ( item 40 skor 298)

Belajar dengan tepat berarti dapat memahami apa yang

dipelajarinya dengan baik, mampu menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang telah dipelajarinya.

Banyak siswa mengalami masalah dalam hal cara belajar.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain

kurang informasi dari guru tentang cara-cara belajar yang tepat,

siswa malas atau tidak mau menerapkan cara belajar yang telah

diterimanya.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa

mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, tidak

dapat menjawab soal-soal ulangan/ujian dan PR, hasil belajar

kurang memuaskan, dan kemungkinan besar siswa tidak naik kelas.

82
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan cara-cara

belajar yang tepat. Diharapkan setelah mendapat bimbingan,

siswa akan memperoleh prestasi belajar yang baik dan naik kelas.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: menerapkan cara-

cara belajar yang sesuai bagi dirinya, sehingga akan lebih mudah

dalam memahami materi pelajaran yang bersangkutan, tidak putus

asa dalam berusaha, menanyakan hal- hal yang kurang dimengerti

kepada guru, orang tua, atau teman.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: berusaha semaksimal mungkin untuk membantu siswa dalam

belajar, memantau belajar anak-anaknya, dan memberikan

masukan yang baik demi perkembangan belajar anaknya.

e. Cemas sewaktu menghadapi ujian (item 90 skor 402)

Kecemasan adalah salah satu hambatan untuk meraih sukses.

Berhasil-tidaknya orang mengatasi rasa cemas tergantung dari

kesediaan orang yang bersangkutan untuk menjadi pribadi yang

83
kuat, untuk menempa daya tahan dan untuk memperkuat daya

juang menghadapi kesukaran hidup (Mangunhardjana, 1981: 8).

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

siswa tidak tenang dan kurang siap untuk menghadapi ujian,

kurang memahami materi pelajaran yang diujikan, tidak

mempunyai catatan atau ringkasan dari pelajaran yang

bersangkutan, kurang tekun dalam belajar dan mengatasi kesulitan

belajarnya.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa tidak

tenang dan tidak berkonsentrasi pada tugasnya, hasil belajar

kurang memuaskan, bisa terjadi anak tidak naik kelas/tidak lulus.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang relevan untuk mengatasi

rasa cemas dan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Diharapkan

setelah mendapat bimbingan para siswa mengetahui cara mengatasi

rasa cemasnya dan lebih siap dalam menghadapi ujian.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: mencari dan

menemukan sebab-sebab kekhawatirannya dan berusaha untuk

mengatasinya, meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya dapat

84
mengikuti ujian dengan baik, belajar dengan cara yang tepat

sehingga dapat mema hami pelajaran yang bersangkutan dengan

baik.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: memberikan semangat dan dukungan kepada anaknya dan

menyakinkan anaknya bahwa apabila dia belajar dengan sungguh-

sungguh, dia akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

e. Khawatir memperoleh nilai rendah dalam ulangan/ujian atau PR

( item 91 skor 429)

Kekhawatiran/kecemasan adalah salah satu hambatan untuk

meraih sukses. Berhasil-tidaknya orang mengatasi rasa cemas

tergantung dari usaha orang yang bersangkutan untuk menjadi

pribadi yang kuat, memiliki daya tahan dan memperkuat daya

juang menghadapi kesukaran hidup (Mangunhardjana, 198: 8).

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

siswa kurang siap untuk menghadapi ujian, kurang memahami

materi pelajaran yang diujikan, tidak mempunyai catatan atau

ringkasan dari pelajaran yang bersangkutan, kurang tekun dalam

belajar dan dalam mengatasi kesulitan belajarnya.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa tidak

85
tenang dan kehilangan konsentrasi sehinga tidak dapat

mengerjakan soal ujian dengan baik, hasil ujian kurang

memuaskan, kemungkinan besar mereka tidak naik kelas/tidak

lulus.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang relevan untuk meningkatkan

kemandirian dan kepercayaan diri, disipilin diri, dan mengikuti

cara belajar yang tepat. Diharapkan setelah mendapat bimbingan,

siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan memperoleh nilai

yang memuaskan.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: mencari dan

menemukan sebab-sebab kekhawatirannya dan berusaha untuk

mengatasinya, belajar dengan cara yang tepat sehingga dapat

memahami pelajaran yang bersangkutan dengan baik.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: memberikan semangat dan dukungan kepada anaknya dan

menyakinkan anaknya bahwa apabila dia belajar dengan sungguh-

sungguh, dia akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

86
g. Kesulitan dalam mengingat materi pelajaran (item 92 skor 338)

Salah satu hal yang penting bagi siswa adalah mengingat

pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk dapat mengingat

pelajaran dengan baik, siswa perlu memperhatikan semua

penjelasan yang disampaikan oleh guru di kelas. Banyak siswa

mengalami masalah dalam hal ini.

Masalah ini disebabkan oleh bebarapa hal, antara lain: cara

belajar yang kurang tepat, kurang konsentrasi ketika mengikuti

pelajaran di kelas, tidak mempunyai catatan atau ringkasan materi

pelajaran, kurang bersemangat atau malas berusaha, tidak

memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan prestasi belajar

kurang memuaskan, siswa kurang memiliki pengetahuan yang

luas, minder de ngan teman-temannya dalam bidang akademik,

hasil belajar kurang memuaskan.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang relevan untuk mengikuti

cara-cara belajar yang tepat dan cara-cara mengingat materi

pelajaran. Diharapkan setelah mendapat bimbingan, siswa mampu

87
mengatasi masalah belajarnya, memperoleh prestasi belajar yang

baik dan naik kelas.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: melatih cara-cara

belajar yang efektif dan efisien, tekun dalam belajar, rajin

membuat catatan atau ringkasan materi pelajaran, menanyakan

kepada guru atau orang lain yang mampu membantu untuk

mengatasi masalahnya.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: berusaha semaksimal mungkin untuk membantu anak dalam

belajar, memantau waktu dan cara belajarnya anak, memberikan

masukan/nasihat yang baik demi perkembangan belajar anaknya.

4. Bidang karir

a. Kurang memiliki pengetahuan yang luas tent ang lapangan

pekerjaan (item 79 skor 309)

Setiap orang butuh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Bekerja sesuai dengan kemampuan dan kemauan

merupakan harapan semua orang. Untuk itu perlu informasi yang

luas tentang lapangan pekerjaan yang ada. Kekurangan informasi

tentan lapangan pekerjaan dapat menimbulkan masalah tersendiri

88
bagi siswa. Masalah ini juga berkaitan dengan salah satu tugas

perkembangan remaja, yaitu memilih dan mempersiapkan diri

untuk suatu pekerjaan atau jabatan.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

siswa kur ang mendapatkan informasi dari guru atau orang tua,

kurang membaca buku-buku, kurang mengikuti berita-berita

yang berkaitan dengan lapanan pekerjaan.

Masalah tersebut antara lain dapat mengakibatkan siswa

mengalami kebingungan dalam memilih suatu pekerjaan yang

sesuai dengan bakat dan kemampuannya, siswa tidak melihat

hubungan antara pelajaran yang diterima dengan bidang pekerjaan

yang diinginkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang relevan dengan bidang

pekerjaan, menyelenggarakan hari karir dan menghadirkan

beberapa tokoh dari berbagai macam jenis pekerjaan,

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

wawancara dengan beberapa tokoh dari berbagai macam jenis

pekerjaan. Diharapkan dengan memperoleh bimbingan dari guru

para siswa semakin luas dalam pengetahuan dan pemahamannya

89
tentang lapangan pekerjaan.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: rajin mengikuti

bimbingan guru, mencari informasi tentang lapangan pekerjaan

membaca buku-buku dan berita-berita, melakukan wawancara

kepada orang-orang atau tokoh dari berbagai macam pekerjaan.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: membantu siswa dengan memberikan informasi tentang

pekerjaan dan syarat-syarat yang dapat dilakukan untuk

mencapainya, mengarahkan anak-anak untuk melakukan suatu

kegiatan/pekerjaan yang sesuai bakat dan minat anak-anaknya.

b. Mengalami masalah karena kurang mampu mengelola

(menggunakan) uang dengan baik (item 111 skor 321)

Pengaruh iklan pada produk-produk tertentu mempengaruhi

pola hidup para siswa. Orang-orang jaman sekarang, termasuk

siswa mudah terpengaruh dengan iklan yang sedemikian menarik.

Seringkali mereka membeli barang-barang yang sebenarnya

kurang bermanfaat bagi dirinya hanya karena tertarik oleh iklan

yang bagus. Dalam hal ini diperlukan pengendalian diri dan

usaha untuk hidup hemat. Hidup hemat berarti mampu mengelola

90
(menggunakan) uang dengan baik sesuai dengan kebutuhan.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

siswa kurang memahami manfaat hidup hemat, terpengaruh oleh

iklan yang menarik, gengsi dengan teman-temannya, dan kurang

menyadari manfaat menabung.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa kurang

mampu untuk mengendalikan diri, sehingga mudah terpengaruh

oleh hal- hal yang menarik tetapi kurang bermanfaat, membeli

barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan tetapi hanya

demi kesenangan. Kecenderungan untuk hidup boros dapat

menjadi penghalang untuk mencapai sukses di masa mendatang.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

pengendalian diri, prioritas utama dalam hidup, dan penggunaan

uang. Diharapkan dengan menerima bimbingan, siswa semakin

mampu menentukan prioritas barang-barang yang sesuai dengan

kebutuhan, mampu mengelola uang dengan baik dan

membiasakan diri untuk menabung.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: berusaha untuk

91
mengendalikan diri dalam membelanjakan uang, tidak

terpengaruh oleh iklan yang menarik, menentukan prioritas

kebutuhan, dan menabung untuk persiapan masa depan.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: tidak memberikan uang kepada anak secara berlebihan,

memenuhi kebutuhan anak-anak sesuai dengan kemampuan

ekonomi keluarga, memberi tanggungjawab kepada siswa untuk

menggunakan uang dan mencatat penggunaannya.

c. Kurang mampu menggunakan waktu senggang (waktu luang)

dengan baik.(item 121 skor 307 )

Banyak orang kurang mampu menggunakan waktu luang

untuk melakukan hal- hal yang bermanfaat sehingga waktu yang

ada terbuang dengan sia-sia. Waktu luang merupakan

kesempatan untuk mengembangkan diri, mengembangkan

kehidupan sosial dengan teman-teman. Kesempatan ini dapat diisi

dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna.

Masalah ini dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain:

kurang mengetahui kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mengisi

waktu, malas untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, tidak

memiliki fasilitas untuk me lakukan kegiatan-kegiatan yang

92
diminati.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan para siswa tidak

memiliki keterampilan dan keahlian khusus yang sesuai dengan

bakatnya, siswa tidak kreatif, siswa dapat dengan mudah

terpengaruh atau terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang

kurang baik, misalnya narkoba, merokok, dan miras.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari

berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain:

memberikan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan

penggunaan waktu luang, kegiatan-kegiatan yang bermanfaat

untuk mengisi waktu luang. Perlu ditegaskan juga bahwa untuk

mengisi waktu luang tidak perlu kegiatan yang membutuhkan

biaya yang besar, tetapi kegiatan-kegiatan yang sederhana dan

bermanfaat. Diharapkan setelah menerima bimbingan siswa

semakin menyadari betapa pentingnya mengisi waktu luang.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: memilih kegiatan

yang sesuai dengan bakat dan minatnya, melakukan kegiatan

yang sesuai dengan dirinya, misalnya membaca buku, kerajinan

tangan, bermain sepak bola, main basket, dll..

93
Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah

siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara

lain: memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan

kepribadiannya bersama dengan teman-temannya, misalnya

dengan ikut kelompok pemuda/pemudi lingkungan.

94
BAB V

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

BAGI SISWA-SISWI KELAS VII SMP SANTA MARIA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2007/2008

Dalam bab ini disajikan usulan topik -topik bimbingan klasikal dan satu

contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB). Topik-topik bimbinan klasikal yang

diusulkan merupakan jawaban atas masalah penelitian kedua, yaitu: “Topik-topik

bimbingan klasikal yang manakah yang sesuai untuk siswa-siswi kelas Vll SMP

Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008?

A. Usulan Topik -topik Bimbingan Klasikal Bagi Siswa -siswi Kelas VII

SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008

Pada bagian ini disajikan usulan topik-topik bimbingan klasikal bagi

siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran

2007/2008. Penyusunan topik-topik ini bertujuan untuk membantu siswa-

siswi dalam mengatasi masalah yang secara intens dialaminya, sehingga

mereka semakin berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin. Usulan

topik-topik bimbingan klasikal disajikan pada tabel 4.

95
Tabel 4
Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal bagi Siswa-siswi Kelas VII SMP
Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008

Bidang Usulan Topik-topik dan Nomor


Bimbingan Materi Bimbingan Klasikal Item
1. Berbicara di muka umum
a. Perbedaan berbicara di muka umum dan
berbicara biasa
b. Hal –hal yang menghambat orang untuk 30
berbicara di muka umum
c. Hal- hal yang perlu diupayakan untuk
berani berbicara di muka umum
2. Kejujuran
a Tindakan yang menghambat kejujuran
b. Tindakan yang mendukung kejujuran
Pribadi c. Manfaat kejujuran dalam kehidupan 43
sehari- hari.
3. Pengendalian diri: mengatasi perasaan
cemas
a. Sebab-sebab timbulnya perasaan cemas 45
b. Usaha-usaha untuk mengatasi perasaan
cemas.
4. Tanggungjawab
a. Macam- macam tanggungjawab
b. Hal-hal yang menghambat orang untuk 53
bertanggungjawab 55
c. Hal- hal yang medukung orang untuk

96
bertanggungjawab
d. Manfaat tanggungjawab dalam kehidupan
sehari- hari.
5. Taat Beribadah
a. Hambatan-hambatan dalam beribadah
b. Sikap-sikap yang diperlukan dalam
menjalankan ibadah 54
c. Pentingnya beribadah dalam kehidupan
sehari- hari
6. Pengendalian diri: mengatasi marah
a. Menemukan sebab-sebab marah
b. Akibat yang timbul dari marah 101
c. Usaha-usaha untuk mengatasi marah
7. Kurang percaya diri atau minder
a. Sebab-sebab kurang percaya diri atau
minder 103
b. Akibat kurang percaya diri atau minder
c. Usaha-usaha untuk mengatasi kurang
percaya diri atau minder.
8. Sikap peduli pada orang lain
a. Sikap-sikap yang perlu dihindari dalam
pergaulan dengan orang lain 47
Sosial b. Sikap-sikap yang diperlukan dalam
pergaulan dengan orang lain.
c. Pentingnya sikap peduli dalam kehidupan
bersama dengan orang lain
9. Kerjasama
a. Pengertian kerjasama

97
b. Hal-hal yang menghambat dalam
bekerjasama dengan orang lain.
c. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam
kerjasama 50
d. Manfaat kerja sama dalam kehidupan
sehari-hari.
10. Perasaan mudah tersinggung atau
sakit hati
a. Sebab-sebab merasa tersinggung atau
sakit hati.
b. Akibat-akibat mudah tersinggung atau 59
sakit hati.
c. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mengatasi perasaan mudah tersinggung
atau sakit hati.
11. Pemahaman diri: kelebihan dan
kekurangan
a. Usaha untuk mengembangkan
kelebihan (segi positif) 74
b. Usaha untuk mengatasi kekurangan
c. Manfaat memahami diri sendiri
12. Cara belajar yang tepat 7
a. Tiga gaya belajar menurut modalitas 37
Belajar/kademik sensoris 40
b. Manfaat mengetahui gaya belajar 92
13. Ketekunan
a. Hal- hal yang menghambat orang untuk 19
tekun dalam melakukan kegiatan

98
b. Akibat yang diterima dari usaha yang
dilakukan dengan tekun
c. Manfaat ketekunan dalam kehidupan
sehari- hari
14. Kiat menghadapi ujian
a. Hambatan-hambatan dalam belajar 90
b. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk 91
mengatasi hambatan belajar
15. Lapangan pekerjaan
a. Macam- macam lapangan pekerjaan
b. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat 79
c. Persyaratan akademik untuk memasuki
dunia pekerjaan
16. Pengelolaan uang yang tepat
Karir a. Membedakan kebutuhan keinginan/
kesenangan 111
b. Membuat daftar prioritas kebutuhan
c. Manfaat hidup hemat
d. Manfaat menabung
17. Waktu senggang
a. Pengembangan bakat dan minatku
b. Kegiatan-kegiatan yang positif untuk 121
mengisi waktu senggang/luang
b. Manfaat mengisi waktu senggang/luang

99
B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB)
Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) ini disusun berdasarkan masalah-
masalah siswa antara lain: merasa cemas kalau-kalau tinggal kelas (7),
kurang berminat terhadap pelajaran tertentu (37), tidak tahu bagaimana cara
belajar yang baik (40), kesulitan dalam mengingat materi pelajaran (92).

Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB)

A. Topik Bimbingan : Gaya Belajar


B. Bidang Bimbingan: Pribadi, Belajar
C. Jenis Layanan : Bimbingan Kelompok/K lasikal, Pemberian
Informasi
D. Fungsi Layanan : Pemahaman
E. Kompetensi Dasar: Siswa memahami berbagai gaya belajar dan
implikasinya.
F. Indikator : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tiga macam gaya belajar berdasarkan modalitas
sensoris
2. Menjelaskan gaya belajarnya sendiri
3. Menjelaskan implikasi dari mengetahui adanya berbagai gaya
belajar.
G. Global : Mengidentifikasikan/menuliskan manfaatyang diperoleh dengan
mengikuti kegiatan yang direncanakan dan dilakukan, dan mengisi
format “Pernyataan Hasil Belajar”
H. Sasaran Pelayanan Bimbingan: Siswa kelas VII SMP Santa Maria
I. Materi Pelayanan:
1. Tiga macam gaya belajar berdasarkan modalitas sensoris
2, Gaya belajar peserta.

100
3. Implikasi dari mengetahui adanya berbagai gaya belajar.
Rincian materi disajikan dalam “Handout”
J. Metode, Kegiatan dan Langkah- langkah
1. Metode Bimbingan : Ceramah singkat, tanya jawab, diskusi,
instrumentasi.
2. Kegiatan dan Langkah- langkah/prosedur:
Intrakurikuler Kokurikuler

* Peserta diminta mengisi “Daftar Cek Modalitas * Peserta mengecek


Sensoris” dan angket “Cara Belajar yang kesesuaian hasil
Paling Efektif”sesuai dengan petunjuknya. pengisian
* Pembimbing menjelaskan cara mengolah dan instrumen bagi
menafsirkan hasil pengisian kedua instrumen dirinya dan
yang digunakan. meningkatkan
* Pembimbing membagikan dan menjelaskan semua modalitas
handout” modalitas Sensoris/Belajar. sensorisnya.
* Peserta diminta mendiskusikan :”Apa implikasi
dari adanya berbagai gaya belajar?”
* Pembimbing memberikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan dan memberikan
balikan.
* Pembimbing mengadakan evaluasi.

K. Tempat Penyelenggaraan: Ruang kelas VII


L. Waktu : ….. Desember 2007, 2 JP (90 menit)
M. Penyelenggara Pelayanan (Fasilitator): Sr. Gaudentia, SFD.
N. Pihak-pihak yang Disertakan dalam Penyelenggaraan Pelayanan dan
Peranannya masing- masing : -
O. Alat : Dua instrumen dan Cara Penilaian,
Handout, LKS
P. Evaluasi Spesifik
1. Jelaskan tiga macam gaya belajar berdasarkan modalitas
sensoris!

101
2. Jelaskan gaya belajarmu sendiri!
3. Jelaskan implikasi dari mengetahui adanya berbagai gaya
belajar!
Q. Global : Identifikasikan/tuliskan manfaat (perubahan yang terjadi)
yang Anda peroleh dengan mengikuti kegiatan yang
direncanakan dan dilakukan, dan isilah format “Pernyataan
Hasil Belajar”
R. Rencana Tindak Lanjut:
1. Peserta diminta mengecek kesesuaian hasil pengisian instrumen
bagi dirinya dan meningkatkan semua modalitas sensorisnya.
2. Peserta diminta memberikan balikan mengenai kesesuaian
pengisian instrumen dengan gaya belajarnya.

Banjarmasin, …. Desember 2007


Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Pembimbing

……………………… Sr. Gaudentia SFD

102
Handout
GAYA BELAJAR SISWA

A. Macam-macam gaya belajar.


Setiap orang pasti mempunyai gaya belajar sendiri. Ada beberapa gaya
belajar. Jika siswa mengetahui gaya belajarnya sendiri, maka hasil belajar
siswa akan meningkat/menjadi lebih baik. Para guru dan orang tua dapat
membantu membimbing siswa dalam proses belajar. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk membimbing anak dalam belajar adalah memb antu
mereka untuk mengenali gaya belajarnya. Ada tiga gaya belajar, yaitu:
1. Visual:
Ciri-ciri gaya belajar visual, antara lain:
* Harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk
mengerti/memahami materi pelajaran.
* Cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas.
Mereka berpikir dengan menggunakan gambar- gambar, belajar lebih
cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram,
buku pelajaran bergambar, dan video.
* Lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Strategi yang dapat dilakukan untuk mempermudah proses belajar visual:
a. Menggunakan materi visual seperti, gambar- gambar, diagram dan peta.
b .Menggunakan warna untuk menandai hal- hal penting.
c. Membaca buku-buku berilustrasi.
d. Menggunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
e. Mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam
gambar.
2. Auditoris (auditif) :
Ciri-ciri gaya belajar auditoris/auditif antara lain:
* Dapat belajar lebih cepat dengan berdiskusi dan mendengarkan apa yang

103
dikatakan guru.
* Dapat memahami/mencerna makna dari informasi yang disampaikan
melalui radio, rekaman suara, pembicaraan orang lain, dan sebagainya.
* Informasi tertulis terkadang mempunyai makna sedikit bagi anak
auditoris.
* Biasanya dapat menghafal lebih cepat, membaca teks dengan keras, dan
mendengarkan kaset.
Strategi yang dapat dilakukan untuk mempermudah proses belajar auditoris:
a. Ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga.
b .Membaca materi pelajaran dengan keras.
c. Menggunakan musik untuk mengajar anak.
d. Mendiskusikan ide- ide dengan anak secara verbal.
e. Merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan mendengarkannya
kembali (misalnya: sebelum tidur).
3. Taktil/Kinestetik:
Ciri-ciri gaya belajar taktil/kinestetik antara laian:
* Dapat belajar melalui gerakan-gerakan, sentuhan-sentuhan, dan tindakan-
tindakan.
* Biasanya sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginannya untuk
beraktivitas dan bereksplorasi sangatlah kuat.
Strategi yang dapat dilakukan untuk memper mudah proses belajar
taktil/kinestetik adalah sebagai berikut:
a. Mengatur waktu belajar atau membuat jadwal belajar yang sesuai.
b. Belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
c. Dapat Mengunyah permen karet pada saat belajar.
d. Menggunakan warna terang untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan.
e. Belajar sambil mendengarkan musik .

104
B. Manfaat yang diperoleh dengan mengikuti kegiatan, antara lain:
1. Siswa semakin menyadari adanya berbagaibagai kebiasaan belajar.
2. Dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih efektif.

C. Implikasi mengetahui macam-macam gaya belajar, antara lain:


1. Siswa perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan prestsi belajarnya.
2. Siswa perlu menghargai gaya belajar temannya yang boleh jadi ber beda
dengan gaya belajarnya.

Sumber (Daftar Pustaka):


1. http://www.duniaguru. com/index.php?
2. Sinurat. (tanpa tahun). Handout Mata Kuliah Bimbingan Kelompok.
Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

105
KUESIONER SISWA
Daftar Cek Modalitas Sensoris

A. Petunjuk:
Berikut ini disajikan kalimat yang belum lengkap, masing- masing dengan tiga
alternatif pilihan untuk melengkapinya. Berilah skor yang dianggap paling sesuai
dengan kebiasaan Anda: Skor 3 untuk pilihan pertama, skor 2 untuk pilihan
ke kedua, dan skor 1 untuk pilihan ketiga.

1. Apabila ingin mempelajari sesuatu yang baru, saya biasanya:


A. ( ) Ingin ada orang yang menjelaskannya kepada saya.
B. ( ) Ingin membacanya dalam buku atau majalah.
C ( ) Ingin mencobanya, membuat catatan, membuat model mengenai
hal- hal yang bersangkutan.
2. Dalam menghadiri pesta, saya umumnya suka:
A ( ) Mendengarkan dan berbicara dengan orang-orang di sekitar saya.
B ( ) Melihat penampilan dan menyaksikan orang-orang.
C.( ) Berperan serta dalam kegiatan tertentu, seperti berdansa, menari, bermain.
3. Kalau saya berperanan dalam pagelaran musik, kemungkinan besar saya
akan:
A. ( ) Mengubah musiknya, bernya nyi, atau memainkan instumen.
B. ( ) Mendesain kostum, menghias panggung, atau mengurusi penerangan.
C. ( ) Membuat kostum, mengatur perlengkapan, atau berakting.
3. Apabila saya marah, reaksi pertama saya adalah
A. ( ) Mendamprat orang, tertawa, melucu, atau membicarakannya dengan
seseorang.
B. ( ) Menyalahkan diri saya atau orang lain, melamun mengenai cara
membalas dendam, atau memendamnya dalam hati.

106
C. ( ) Mengepalkan tinju atau menegangkan otot, melampiaskan kemarahan
pada sesuatu yang lain, memukul atau melemparkan barang-barang.
4. Kejadian yang membahagiakan yang ingin saya nikmati adalah
A. ( ) Mendengarkan tepuk tangan yang gemuruh atas pembicaraan atau
pertunjukan saya.
B. ( ) Memotret gambar yang paling berharga dari kejadian yang
menggemparkan yang diberitakan secara luas dalam surat kabar.
C. ( ) Menjadi terkenal/tenar karena terbaik dalam aktivitas fisik tertentu
seperti berdansa, berakting, berolah raga tertentu seperti berselancar.
6. Saya lebih senang kalau pembicara/guru
A. ( ) Menggunakan metode ceramah dan diskusi.
B. ( ) Menulis di papan tulis, menggunakan media visual, memberikan bacaan.
C. ( ) Memeberkan tugas membuat poster, model, memberikan latihan, atau
membuat peserta melakukan kegiatan-kegiatan tertentu di kelas.

B. Cara penilaian kuisioner


Jumlahkan masing- masing untuk kelompok A(auditif), kelompok B (visual),
kelompok C (kinestetik)! Angka tertinggi menunjukkan ga ya belajar Anda.
Jumlah A ……………..
Jumlah B……………..
Jumlah C ……………..

107
GAYA BELAJAR YANG PALING EFEKTIF
Tanggal …………………………

A. Petunjuk :
Perhatikan, nomor item tidak urut, dan sudah dikelompokkan!
Lingkarilah Y apabila maksud pernyataan sesuai untuk Anda, dan T apabila
maksud pernyataan tidak sesuai untuk Anda!

A B C
2. Y T 3. Y T 1. Y T

9. Y T 4. Y T 15. Y T

10. Y T 5. Y T 17. Y T

12. Y T 6. Y T 18. Y T

13. Y T 7. Y T 19. Y T

14. Y T 8. Y T 21d Y T

16. Y T 11. Y T 21e Y T

19. Y T 12. Y T 21g Y T

21a Y T 20. Y T 21f Y T

21c Y T 21b Y T 22 Y T

Jumlah: …….. Jumlah: ……… Jumlah: ………

B. Cara penilaian
Setelah selesai mengisi angket tersebut, kemudian jumlahkanlah huruf Y
yang Anda lingkari untuk masing- masing kelompok (A= Visual, B= Auditif,
C= Kinestik). Jumlah Y yang tertinggi yang dilingkari untuk kelompok
tertentu menunjukkan kecenderungan/kekuatan Anda dalam belajar.

108
LEMBAR KERJA SISWA

Nama : ..……………………………………
Hari, tanggal: ……………………………..

A. Kerjakan sesuai dengan pengalaman Anda dalam mengikuti kegiatan


bimbingan!
1. Jelaskan tiga macam gaya belajar berdasarkan modalitas sensoris
2. Jelaskan gaya belajarmu sendiri!
3. Jelaskan implikasi dari adanya berbagai gaya belajar !

B. Kerjakanlah sesuai dengan petunjuknya!


1. Berilah tanda centang (V) di depan alternatif jawaban yang paling sesuai
untuk anda!
a. Seberapa banyak manfaat “kegiatan yang Anda ikuti tadi” bagi diri
Anda sendiri?
….. Sangat bermanfaat ….. Bermanfaat …..Kurang bermanfaat
b. Apakah kegiatan seperti yang Anda ikuti tadi sebaiknya diberikan juga
kepada siswa yang lain?
…………Ya ………….Tidak
2. Rumuskanlah “Pernyataan Hasil Belajar” Anda dengan melengkapi
kalimat seperti berikut ini:
Setelah mengikuti mengikuti kegiatan tadi, saya ingin..............................
…………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………

SELAMAT MENGEJAKAN

109
BAB VI
PENUTUP

Bab ini memuat ringkasan, kesimpulan, dan saran-saran.

A. Ringkasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan masalah-masalah

yang secara intens dialami oleh siswa kelas VII SMP Santa Maria

Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. Hasil penelitian ini digunakan sebagai

dasar untuk menyusun suatu usulan topik -topik bimbingan klasikal yang

sesuai bagi siswa-siswi kelas VII pada sekolah tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria

Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 128 siswa. Ins trumen

yang digunakan adalah “Kuesioner Masalah Siswa SMP.” Kuesioner

tersebut disusun berdasarkan Alat Ungkap Masalah Seri Umum Format 3

(AUM U-3) untuk SLTP yang disusun oleh Prayitno, dkk. (tanpa tahun).

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah membuat tabulasi

skor item- item kuesioner masalah siswa dan menghitung skor total dari item-

item yang bersangkutan. Peneliti menggunakan kriteria Penilaian Acuan

Norma (PAN) tipe I, yaitu M + 0,75 S. Berdasarkan pengolahan data

tersebut diperoleh skor minimal 290. Ini digunakan sebagai dasar untuk

110
menentukan masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa.

Masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas

VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 berjumlah 22

item. Masalah-masalah tersebut dikelompokkan dalam empat bidang

masalah, yaitu:

1. Bidang pribadi, terdiri dari 8 masalah yaitu: merasa gugup sewaktu

berbicara di muka umum (30), cenderung berbuat tidak jujur (43),

terlanjur berbicara atau melakukan sesuatu yang tidak baik kepada

orang tua atau orang lain (45), sering ditegur karena melakukan

kesalahan (53), kurang taat dalam menjalankan ibadah agama (54),

tidak melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab sendiri

(55), mudah marah (101), rendah diri atau kurang PD (103).

2. Bidang sosial, terdiri dari 4 masalah yaitu: kurang memperhatikan

kepentingan orang lain (47), kurang mampu bekerjasama dengan

teman sekelas (50), mudah tersinggung atau sakit hati (59),

khawatir tidak mampu memenuhi tuntutan atau harapan orang

tua (74).

3. Bidang bela jar/akademik, terdiri dari 7 masalah yaitu:

merasacemas kalau-kalau tinggal kelas (7), kurang teliti dalam

mengerjakan PR (19), kurang berminat terhadap pelajaran

tertentu (37), tidak tahu bagaimana cara belajar yang tepat (40),

cemas sewaktu menghadapi ujian (90), khawatir memperoleh

111
nilai rendah dalam ulangan/ujian atau PR (91), kesulitan dalam

mengingat materi pelajaran (92).

4. Bidang karir, terdiri dari 3 masalah yaitu: kurang memiliki

pengetahuan yang luas tentang lapangan pekerjaan (79),

mengalami masalah karena kurang mampu mengelola

(menggunakan) uang dengan baik (111), kurang mampu

menggunakan waktu senggang (waktu luang) dengan baik (121).

Masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas

VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 dijadikan acuan

oleh penulis untuk menyusun topik -topik bimbingan klasikal.

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Ada berbagai masalah yang seca ra intens dialami oleh siswa-siswi

kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008.

2. Pihak sekolah perlu menyelenggarakan kegiatan bimbingan

sebagai salah satu upaya membantu siswa dalam mengatasi

masalahnya, agar para siswa dapat berkembang secara optimal.

3. Topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan oleh peneliti adalah

berdasarkan masalah- masalah yang dialami siswa. Topik-topik

tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru pembimbing/

112
konselor yang akan bertugas di sekolah tersebut untuk

melaksanakan kegiatan bimbingan klasikal, sehingga siswa akan

terbantu dalam mengatasi masalahnya.

C. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, peneliti mengusulkan

beberapa hal, sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Pelayanan bimbingan di sekolah sangat diperlukan untuk

membantu siswa berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin

termasuk mengatasi kesulitan yang dialaminya. Mengingat

pentingnya kegiatan tersebut, kepala sekolah hendaknya

merencanakan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dengan

menyiapkan tenaga pembimbing, sarana dan prasarana yang

diperlukan, dan mengalokasikan waktu kegiatan secara teratur dan

terjadwal.

2. Guru-guru SMP Santa Maria Banjarmasin

Para guru hendaknya mendukung rencana penyelenggaraan

kegiatan bimbingan di sekolah sebagai upaya untuk membantu siswa

berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin.

113
3. Guru pembimbing yang akan bertugas di SMP Santa Maria

Banjarmasin

Guru pembimbing/konselor sekolah yang akan bertugas di SMP

Santa Maria Banjarmasin hendaknya mempelajari hasil penelitian ini

dan berusaha menyajikan topik-topik bimbingan klasikal yang

diusulkan dalam skripsi ini.

4. Para siswa-siswi SMP Santa Maria Banjarmasin

Para siswa-siswi SMP Santa Maria Banjarmasin hendaknya

mengikuti kegiatan bimbingan yang diselenggarakan sekolah dengan

sungguh-sungguh demi perkembangan kepribadian dan studinya.

114
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. dan Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 1990. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Barus, Gendon. 1999. Kontribusi Pola Pengasuhan Orang Tua dan Kemandirian
Terhadap Pencapaian Status Identitas Vokasional pada Remaja Akhir
(tesis). Bandung: Universitas Padjadjaran.

Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Tim Penyusun


Kamus.

Depdikbud. 1988. Bimbingan Karir Sekolah menengah Tingkat Pertama (SMP).


Jakarta : Depdikdud.

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta:


Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Jakarta: Depdiknas.

Djaali, Pudji Muljono, Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.


Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Ginting, Br. Yasinta. 2005. Masalah-masalah yang secara Intens Dialami oleh
Siswa-siswi Kelas I SMP Santa Maria Kabanjahe T.P. 2004/2005 dan
Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal. (Skripsi)
Yogyakarta: USD.

Goble, F. 1987. Mazhab ke-3: Psikologi Humanistik Abraham Maslow.


Yogyakarta: Kanisius.

Hasan, I. 2002. Pokok -pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Hibana, S. 2003. Bimbingan & Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY Press.

Hurlock, B. Elisabeth. 1996. Psikologi Perkembangan (terjemahan). Jakarta :


Erlangga.

115
Indah Ivona. 2003. Pendidikan Budi Pekerti untuk SD. Kanisius: Yogyakarta.

Kountur, R. 2003. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:
Penerbit PPM.

Konferensi Guru Indonesia (2007). http://www. duniaguru.com/index. Php?


Friday, 26 December 2006.

Lelanawati, Y.E. 2004. Bidang Masalah yang Intens Dialami para Siswa Kelas 1
dan II SLTP Kanisius Tamanggung Tahun Pelajaran 2003-2004 dan
Implikasinya bagi Program Bimbingan Klasikal. (Skripsi) Yogyakarta:
USD.

Mangunhardjana, A.M. 1981. Mengatasi Hambatan Kepribadian. Yogyakarta:


Kanisius.

Mappiare Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.


Masidjo, Ig. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta : Kanisius.

Mulyono, Y. Bambang. 1984. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan


Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius.

Nurihson dan Sudianto. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP


Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia.

Noviana, R. 2000. Survei Permasalahan yang Dialami oleh Siswa Kelas I dan II
SLTP Santo Aloysius Turi Sleman Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap
Materi Bimbingan Klasikal. (Skripsi) Yogyakarta: USD.

Panuju Panut & Umami Ida. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana.

Prayitno , H. & Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.


Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno, et. al. (tanpa tahun). Alat Ungkap Masalah Seri Umum Format 3 (AUM
U-3) untuk SLTP.

Prayitno. 2002. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi


di Sekolah Menengah Umum/Kejuruan dan Sederajat. Jakarta: Depdiknas.

116
Schultz Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat
Yogyakarta: Kanisius.

Sinurat, R.H.Dj. ( Tanpa tahun). Reader: Handout Praktikum BK. Yogyakarta:


Tidak Diterbitkan.

Situmorang, K. 2002. Deskripsi Masalah-masalah yang Secara Intens Dialami


oleh Siswa SMU Assisi Pematang Siantar Tahun Ajaran 2001/2002 dan
Implikasinya pada Usulan Program Bimbingan. (Skripsi) Yogyakarta:
USD.

Sukadi, G. 1993. Public Speaking : bagi Pemula. Jakarta : PT Grasindo.

Suparno Paul, et. al. 2002. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi.


Yogyakarta: Kanisius.

Suparno Paul. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah: Suatu Tinjauan


Umum. Yogyakarta: Kanisius.

Suparno Paul. 2003. Pendidikan Budi Pekerti untuk SMU/SMK . Yogyakarta:


Kanisius.

Suparno Paul. 2004. Pendidikan Budi Pekerti untuk SMP. Yogyakarta: Kanisius.

Tanlain Wens, et. al. 1989. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta :


Gramedia.

Yusuf, H. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

117
118
KUESIONER MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI
OLEH SISWA SMP

Pengantar:
Para siswa yang terkasih, pada kesempatan ini kami mohon kesediaan Anda
membantu kami dalam penelitian ini dengan jalan menjawab kuesioner ini. Adapun
maksud dan tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengetahui pendapat Anda
mengenai masalah-masalah yang Anda alami dan rasakan. Hasil penelitian ini akan
digunakan untuk merencanakan hal- hal yang dapat dilakukan untuk membantu Anda
dalam mengatasi masalah tersebut.

Kuesioner ini bersifat rahasia, Anda tidak perlu mencantumkan nama.


Mengingat pentingnya pendapat Anda, maka diharapkan Anda menjawab kuesioner
ini dengan jujur sesuai dengan apa yang Anda rasakan dan alami.
Kami sangat menghargai kejujuran dan kesungguhan Anda dalam
menuliskan jawaban kuesioner ini. Atas bantuan Anda, kami mengucapkan banyak
terima kasih.

Tanggal Pengisian : ………………………………………………………………..


Petunjuk:
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan dalan kuesioner ini!
2. Jawablah pernyataan-pernyataan sesuai dengan apa yang Anda alami dan
rasakan, dengan cara memberikan tanda cek (? ) pada kolom alternatif jawaban
yang sesuai bagimu! Alternatif jawaban adalah sebagai berikut:

TM: bila Anda “Tidak Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.


KM: bila Anda “Kurang Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
M : bila Anda “Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
SM: bila Anda “Sangat Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

Selamat Mengerjakan

119
TM: bila Anda “Tidak Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
KM: bila Anda “Kurang Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
M : bila Anda “Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

SM: bila Anda “Sangat Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

Seberapa kuat Anda merasakan/mengalami hal yang Alternatif jawaban


No dimaksudkan dengan masing- masing pernyataan berikut ?
TM KM M SM
1. Badan saya tidak sesuai dengan keinginan saya
2. Sering pusing dan mudah sakit
3. Berat badan kurang seimbang
4. Badan terlalu pendek, atau terlalu tinggi
5 Mengalami gangguan karena cacat anggota badan
6. Suasana sekolah tidak menyena ngkan
7. Merasa cemas kalau-kalau tinggal kelas
8. Masuk sekolah karena terpaksa saja
9. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) yang
diberikan guru
10. Tidak mengerti pelajaran yang diterangkan guru
11. Keadaan kesehatan hidung kurang baik
12. Menderita penyakit yang mengganggu/menghambat saya
dalam belajar
13. Pendengaran saya kurang baik
14. Keadaan kerongkongan terganggu, misalnya serak
15 Gagap dalam berbicara
16 Tidak pandai membuat catatan pelajaran
17 Sering tidak masuk sekolah
18 Kurang dapat memusatkan perhatian/kurang konsentrasi
dalam mengikuti pelajaran
19 Kurang tekun/teliti dalam mengerjakan PR
20 Tidak senang karena nilai hasil ulangan atau PR tidak

120
segera diberita hukan
21 Bermasalah karena kedua orang tua hidup
berpisah/bercerai atau akan kawin lagi
22 Mengalami masalah karena ayah/ibu kandung telah
meninggal
23 Cemas karena kesehatan anggota keluarga terganggu

121
TM: bila Anda “Tidak Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
KM: bila Anda “Kurang Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
M : bila Anda “Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

SM: bila Anda “Sangat Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

Seberapa kuat Anda merasakan/mengalami hal yang Alternatif jawaban


No dimaksudkan dengan masing- masing pernyataan berikut ?
TM KM M SM
24 Mengalami masalah karena keadaan rumah kurang
menyenangkan

25 Mengalami masalah karena orang tua bekerja terlalu berat


26. Sering mimpi buruk
27. Sering melamun atau berkhayaal
28. Sering merasa sedih
29. Kurang bersungguh-sungguh dalam menghadapi sesuatu
30. Mudah gugup sewaktu mau berbicara di muka umum
31. Telinga sering sakit
32. Sering merasa lelah atau tidak sehat
33. Sering sakit perut
34. Pernyakit yang pernah saya derita sering datang kembali
(kambuh)
35. Susah tidur
36. Khawatir kalau-kalau ketularan penyakit yang diderita
orang lain
37 Kurang berminant terhadap pelajaran tertentu
38 Hasil belajar atau nilai-nilai kurang memuaskan
39 Tidak senang mengikuti belajar kelompok
40 Tidak tahu bagaimana cara belajar yang tepat
41 Kekurangan waktu untuk belajar

122
42. Mengalami masalah karena dalam keluarga ada yang tidak
seagama
43. Cenderung berbuat tidak jujur
44. Mudah berkata dusta atau berbohong
45. Terlanjur berbicara, atau melakukan sesuatu yang tidak
baik kepada orang tua atau orang lain

TM: bila Anda “Tidak Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.


KM: bila Anda “Kurang Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
M : bila Anda “Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

SM: bila Anda “Sangat Merasakan/Mengalami” masalah tersebut

Seberapa kuat Anda merasakan/mengalami hal yang Alternatif jawaban


No dimaksudkan dengan masing- masing pernyataan berikut ?
TM KM M SM
46. Sukar membedakan yang dianggap baik atau buruk
47. Kurang memperhatikan kepentingan orang lain
48. Hubungan dalam berteman tidak tahan lama (rapuh)
49. Kawan-kawan tidak boleh datang ke rumah
50. Kurang mampu bekerjasama dengan teman sekelas
51. Kerang dapar menerima/menghargai pendapat orang lain
52. Mengalami masalah karena takut berdosa melanggar
aturan agama.
53. Sering ditegur karena melakukan kesalahan
54. Kurang taat dalam mengerjakan ibadah agama
55. Tidak melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab

123
sendiri
56. Terlanjur berolok-olok yang menyebabkan orang lain
tidak senang
57. Menga lami masalah karena memiliki kebiasaan yang
berbeda dengan orang lain
58. Bertindak tanpa memikirkan akibatnya terlebih dahulu
dengan matang
59. Mudah tersinggung atau sakit hati
60. Lambat menjalin persahabatan
61. Sulit bergaul
62. Mengalami masalah karena orang lain menganggap
sombong
63. Mengalami masalah karena ingin mendapat perhatian dari
teman pria/wanita
64. Kurang terbuka terhadap orang lain
65. Tidak menyukai seseorang

124
TM: bila Anda “Tidak Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
KM: bila Anda “Kurang Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
M : bila Anda “Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

SM: bila Anda “Sangat Merasakan/Mengalami” masalah tersebut

Seberapa kuat Anda merasakan/mengalami hal yang Alternatif jawaban


No dimaksudkan dengan masing- masing pernyataan berikut ?
TM K M SM
M
66. Menjadi salah tingkah karena diperhatikan orang lain
67 Kurang dekat dan takut dengan guru
68 Tidak memiliki buku-buku yang diperlukan/dibutuhkan
69 Guru-guru banyak menggunakan istilah yang tidak dapat
dimengerti
70 Kurang mengetahui cara membaca yang tepat
71 Kesulitan dalam memahami isi buku pelajaran
72. Keluarga mengeluh tentang keadaan keuangan
73. Menga lami masalah karena menjadi anak tunggal, atau
anak sulung/bungsu, atau satu-satunya anak laki-
laki/perempuan
74. Khawatir tidak mampu memenuhi tuntutan atau harapan
orang tua
75. Mengalami masalah karena tidak tinggal bersama orang
tua
76 Mengkhawatirkan keadaan orang tua yang bertempat
tinggal jauh.
77. Cemas akan dipaksa bekerja untuk memperoleh
penghasilan (uang)
78. Belum mengetahui bidang pekerjaan yang cocok
79. Kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang lapangan
pekerjaan

125
80. Mengalami kesulitan karena bekerja sambil sekolah
81. Cemas kalau-kalau menjadi penganggur
82 Mengalami kesulitan dengan bapak atau ibu tiri
83. Diperlakukan tidak adil oleh orang tua
84. Khawatir akan terjadi pertikaian atau percekcokan dalam
keluarga

126
TM: bila Anda “Tidak Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
KM: bila Anda “Kurang Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
M : bila Anda “Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

SM: bila Anda “Sangat M erasakan/Mengalami” masalah tersebut

Seberapa kuat Anda merasakan/mengalami hal yang Alternatif jawaban


No dimaksudkan dengan masing- masing pernyataan berikut ?
TM KM M SM
85. Hubungan dengan orang tua kurang akrab atau kurang
menyenangkan
86. Kurang mendapat perhatian dari orang tua
87. Hubungan dengan kakak/adik atau dengan anggota
keluarga lainnya kurang baik
88 Mengalami masalah karena di rumah orang tua tinggal
orang atau anggota keluarga lain
89. Mengalami masalah karena tidak sependapat dengan
orang tua atau anggota keluarga lain tentang suatu yang
direncanakan
90 Takut menghadapi ujian/ulangan
91 Khawatir memperoleh nilai rendah dalam ulangan/ujian
atau PR
92 Kesulitan dalam mengingat materi pelajaran
93 Buku-buku di sekolah kurang memadai
94 Guru kurang memperhatikan kebutuhan siswa
95. Guru menyenangi siswa-siswa tertentu saja
96. Khawatir tidak tersedia biaya untuk melanjutkan sekolah
setamat sekolah ini
97. Ragu-ragu apakah akan meneruskan sekolah atau harus
keluar untuk bekerja
98. Penakut, pemalu atau mudah menjadi bingung
99. Dianggap keras kepala oleh orang lain
100 Takut mencoba sesuatu yang baru

127
.
101 Mudah marah
102 Takut ditinggal sendiri
.
103 Rendah diri atau kurang percaya diri
.
104 Kurang terbuka terhadap orang lain
.
105 Sering membesar-besarkan sesuatu yang sebenarnya tidak
. perlu
106 Takut dipaksa tinggal di asrama/kos-kosan
.

128
TM : bila Anda “Tidak Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
KM : bila Anda “Kurang Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.
M : bila Anda “Merasakan/Mengalami” masalah tersebut.

SM : bila Anda “Sangat Merasakan/Mengalami” masalah tersebut

Seberapa kuat Anda merasakan/mengalami hal yang Alternatif jawaban


No dimaksudkan dengan masing- masing pernyataan berikut
TM KM M SM
?

107. Mengalami masalah karena rindu dan ingin bertemu


dengan orang tua atau anggota keluarga lainnya
108. Tidak betah dan ingin meninggalkan rumah
109. Orang tua kurang percaya atau curiga
110. Membayangkan dan berpikir-pikir seandainya menjadi
anak dari keluarga lain
111. Mengalami masalah karena kurang mampu berhemat
atau kurang mampu mengelola (menggunakan) uang
dengan baik
112. Mengalami masalah karena uang saku pas-pasan atau
kurang
113. Mengalami masalah karena kekurangan beaya sekolah
114. Berhutang yang cukup memberatkan (banyak)
115. Mengalami masalah karena ingin mengatur keuangan
sendiri
116. Mengalami masalah karena membanding-bandingkan
keadaan keuangan sendiri dengan keadaan keuangan
orang lain
117. Kemampuan keuangan sangat tidak mencukupi
118. Mengalami masalah karena dianggap pelit oleh orang
lain
119. Kekurangan biaya atau perlengkapan untuk

129
memanfaatkan waktu sengang
120. Tidak mempunyai kawan akrab untuk bersama-sama
mengisi waktu senggang
121. Kurang mampu menggunakan waktu senggang (waktu
luang) dengan baik

130
Tabel 2

Data Penelitian Masalah-masalah yang


secara intens Dialami oleh Siswa -siswi Kelas VII
SMP Santa Maria Banjarmasin
Tahun Ajaran 2007/2008

(Responden 120 Siswa)

Nomor FREKUENSI SKOR


Item TM (1) KM (2) M (3) SM (4) N (X) X2
1. 43 41 34 10 128 267 71289
2. 51 44 18 15 128 253 64009
3. 44 48 7 29 128 277 76729
4. 59 40 22 7 128 233 54289
5. 75 50 3 0 128 184 33856
6. 40 46 25 17 128 275 75625
7. 19 16 37 56 128 386 148996
8. 62 54 8 4 128 210 44100
9. 57 44 18 9 128 235 55225
10. 35 51 32 10 128 273 74529
11. 47 47 22 12 128 255 65025
12. 67 43 13 5 128 212 44944
13. 62 61 5 0 128 199 39601
14. 58 44 21 5 128 229 52441
15. 58 50 17 3 128 221 48841
16. 57 48 16 7 128 229 52441
17. 38 42 32 16 128 282 79524
18. 34 41 49 4 128 279 77841
19. 32 34 55 7 128 293 85849
20. 34 61 11 22 128 277 76729
21. 62 46 8 11 128 223 49729

131
22. 72 46 4 6 128 200 40000
23. 56 40 23 9 128 241 58081
24. 56 32 18 22 128 262 68644
25. 58 29 18 23 128 262 68644
26. 51 49 24 4 128 237 56169
27. 44 34 27 23 128 285 81225
28. 40 59 20 9 128 254 64516
29. 41 43 20 24 128 283 80089
30. 23 27 55 23 128 334 111556
31. 73 47 8 0 128 191 36481

Nomor FREKUENSI SKOR


Item N (X) X2
TM (1) KM (2) M (3) SM (4)
32. 36 50 31 11 128 273 74529
33. 40 43 20 25 128 286 81796
34. 46 50 23 9 128 251 63001
35. 44 38 31 15 128 273 74529
36. 46 48 23 11 128 255 65025
37. 21 22 53 32 128 352 123904
38. 36 44 30 18 128 286 81796
39. 65 46 13 4 128 212 44944
40. 37 33 37 21 128 298 88804
41. 53 29 29 17 128 266 70756
42. 93 17 13 5 128 186 34596
43. 26 55 34 13 128 290 84100
44. 66 40 17 5 128 217 47089
45. 17 59 40 12 128 303 91809
46. 46 47 27 8 128 253 64009
47. 30 40 45 13 128 297 88209
48. 79 29 17 3 128 200 40000
49. 94 19 10 5 128 182 33124

132
50. 26 56 33 13 128 289 83100
51. 51 55 20 2 128 229 51441
52. 33 52 27 16 128 282 79524
53. 20 60 35 13 128 297 88209
54. 24 54 36 14 128 296 87616
55. 23 58 37 10 128 290 84100
56. 33 49 33 13 128 282 79542
57. 43 52 23 10 128 256 65536
58. 35 50 27 16 128 280 78400
59. 25 28 49 26 128 332 110224
60. 63 41 20 4 128 221 48841
61. 81 26 9 12 128 208 43264
62. 54 46 20 8 128 238 56644
63. 73 35 14 6 128 209 43681
64. 42 45 28 13 128 268 71824
65. 44 34 44 6 128 268 71824
66. 53 51 19 5 128 232 53824
67. 59 41 20 8 128 233 54289
68. 81 34 8 5 128 193 37249
69. 43 47 27 11 128 262 68644
70 80 29 13 6 128 201 40401

Nomor FREKUENSI SKOR


Item TM (1) KM (2) M (3) SM (4) N (X) X2
71. 43 37 25 23 128 284 80656
72. 70 30 18 10 128 224 50176
73. 81 23 16 8 128 207 42849
74. 23 31 41 27 128 328 107584
75. 96 15 11 6 128 183 33489
76. 82 15 15 16 128 221 48841
77. 94 18 10 6 128 184 33856
78. 56 37 30 5 128 240 57600

133
79. 44 43 25 26 128 309 95481
80. 100 17 7 4 128 171 29241
81. 53 28 24 23 128 273 74529
82. 102 18 4 4 128 166 27556
83. 87 39 2 0 128 171 29241
84. 69 34 19 6 128 218 47524
85. 83 28 11 6 128 196 38416
86. 86 25 9 8 128 195 38025
87. 94 20 13 1 128 177 31329
88. 94 22 7 5 128 179 32041
89. 94 43 17 4 128 217 47089
90. 2 25 54 47 128 402 161604
91. 3 11 52 62 128 429 184041
92. 11 49 42 25 128 338 114224
93. 73 39 9 7 128 206 42436
94. 62 43 14 9 128 226 51076
95. 46 37 28 17 128 272 73984
96. 93 21 11 3 128 18 32400
97. 100 14 14 0 128 170 28900
98. 43 50 18 17 128 265 70225
99. 40 51 30 7 128 260 67600
100. 45 45 29 9 128 258 66564
101. 18 35 51 24 128 337 113569
102. 49 30 29 20 128 276 76176
103. 7 49 50 22 128 343 117649
104. 42 42 28 16 128 274 75076
105. 51 49 21 7 128 240 57600
106. 90 27 11 0 128 177 31329
107. 68 21 25 14 128 241 58081
108. 83 31 6 8 128 195 38025
109. 72 36 7 13 128 217 47089

134
Nomor FREKUENSI SKOR
Item TM (1) KM (2) M (3) SM (4) N (X) X2
110 76 33 11 8 128 207 42849
111. 22 48 29 29 128 321 103041
112. 71 32 15 10 128 220 48400
113. 95 25 6 2 128 171 29241
114. 102 12 9 5 128 173 29929
115. 74 31 17 6 128 211 44521
116. 89 24 15 0 128 182 33124
117. 87 25 11 5 128 190 36100
118. 49 44 16 19 128 261 68121
119. 74 32 15 7 128 211 44521
120. 82 23 15 8 128 205 42025
121. 25 50 30 23 128 307 94249

JUMLAH 29995 7757929

135
PENGHITUNGAN MEAN DAN DEVIASI STANDARD

?X
M ?
n
29995
? ? 234 ,33
128

M ? 234

n? X 2 ? ?? X ?
1
S?
2

n
128.7757929 ? ?29995 ?
1
?
2

128
1
? 993014912 ? 899700025
128
1
? 93314887
128
1
? x9660 ? 75,46
128
S ? 75

M ? 0,75S ? 234 ? 0,75x75 ? 290, 25

M ? 0,75S ? 290

136
137
138
139

Anda mungkin juga menyukai