Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH WAKTU DAN SUHU TERHADAP PROSES

PENGERINGAN BAWANG MERAH


MENGGUNAKAN TRAY DRYER

Rintis Manfaati1,*, Hibah Baskoro1, Muhammad Muhlis Rifai1


1
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung
Jln. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung 40012
*E-mail: rintismanfaati@gmail.com

ABSTRAK

Peningkatan produksi bawang merah akan membuat stok melimpah dan harga bawang merah
akan turun. Produk olahan bawang merah bertujuan untuk memperpanjang daya simpan dan
meningkatkan nilai tambah. Salah satu metoda pengolahan dan pengawetan makanan adalah
melalui pengeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu dan waktu
pengeringan optimum serta laju pengeringan bawang merah menggunakan Tray dryer. Pada
penelitian ini suhu pengeringan divariasikan pada range 50 -70oC, waktu pengeringan pada
range 4-8 jam dan laju udara pengeringan 2,0 m/s . Analisis yang dilakukan terhadap produk
adalah nilai kadar air menggunakan metode Gravimetri, kadar abu menggunakan metode
pengabuan langsung/kering, dan kadar protein menggunakan metode Kjehdahl. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa suhu optimum pengeringan bawang merah menggunakan Tray dryer
adalah 70˚C dan waktu optimum pengeringan adalah 7 jam. Produk pengeringan memiliki nilai
kadar air sebesar 4%, kadar abu 3,95%, dan kadar protein 2,3%.

Kata kunci: Bawang merah, pengeringan, suhu, tray dryer, waktu

ABSTRACT

An increase in onion production will create an abundant stock and price reduction. Onion
products are processed to extend its shelf life and increase added value. One method of
processing and preserving food is through drying. The purpose of this study was to determine
the optimum temperature and drying time and the drying rate of red onion using Tray dryer. In
this study the drying temperature was varied in the range of 50 -70oC, the drying time was in the
range of 4-8 hours and the drying air rate was 2.0 m/s. Analysis of the product is the value of
water content using the Gravimetry method, ash content using the direct ashes method, and
protein content using the Kjehdahl method. The results showed that the optimum temperature of
red onion drying using Tray dryer was 70˚C and the optimum drying time was 7 hours. The
drying product has a moisture content of 4%, ash content of 3.95%, and protein content of 2.3%.

Keywords: Red onion, drying, temperature, tray dryer, time

PENDAHULUAN 1.229.184 ton (Badan Pusat Statistik


(BPS), 2017). Produk olahan bawang
Bawang merah (Allium
merah yang bertujuan untuk
ascalonicum L.) merupakan salah satu
memperpanjang daya simpan,
komoditas pertanian yang penting.
meningkatkan nilai tambah, dan
Produksi bawang merah di Indonesia
menganekaragamkan produk adalah
pada tahun 2016 adalah sebesar
bawang goreng, tepung bawang merah,
1.446.860 ton meningkat 17,71%
dibanding tahun 2015 sebesar kerupuk bawang merah dan pasta
bawang merah.

43
44 Jurnal Fluida Volume 12, No. 2, November 2019, Hlm. 43 - 49

Salah satu metoda pengolahan dan abu 2,67%; lemak 0,56%; protein
pengawetan makanan adalah 15,12%; dan karbohidrat 71,18%
pengeringan. Proses pengeringan Setiap bahan padat yang
merupakan salah satu penanganan bahan dikeringkan memiliki karakteristik
pangan untuk meningkatkan mutu dan pengeringan yang berbeda-beda.
memperpanjang masa simpan bahan Karakteristik ini dapat direpresentasikan
pangan. Pada penelitian ini metode tray dengan kurva laju pengeringan. Kurva
drying dipilih karena memiliki kelebihan tersebut dapat menunjukkan kadar air
untuk proses pengeringan, yaitu dalam bahan (bawang merah), laju
penggunaan udara panas yang pengeringan, dan waktu pengeringan
diharapkan membuat proses sehingga dapat mengetahui keefektifan
pengeringannya menjadi lebih cepat dan waktu proses untuk memperoleh produk
efektif. yang sesuai. Proses pengeringan
Menurut Rostiati dkk (2013) memiliki beberapa variabel yang dapat
bawang merah varietas lokal palu yang mempengaruhi kualitas produk yang
di goreng memiliki rentang kadar air dihasilkan contohnya adalah suhu dan
sekitar 1,40%-1,78% bergantung dengan waktu. Semakin tinggi suhu
lokasi penanaman. Dalam penelitian pengeringan, maka semakin cepat laju
Astuti (2008), dilakukan penelitian pengeringan yang terjadi dan dapat
pengeringan bawang merah yang diiris merusak produk karena lapisan
tipis membujur dengan ketebalan 2-3 luarnya terlalu cepat kering sedangkan
mm dan diletakkan dalam wadah bagian dalamnya masih basah.
alumunium foil dengan berat masing- Menurut McCabe (2002),
masing 50g dengan tekanan atmosferik Pengeringan (drying) artinya
serta perlakuan suhu pada temperatur mengurangi sejumlah air atau cairan dari
50°C, 60°C, 70°C didapatkan hasil bahan padat, sehingga sisa air atau cairan
bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, dalam bahan padat tersebut mempunyai
makin rendah kadar air karena pori-pori kandungan yang rendah dan dapat
bahan lebih terbuka serta kepadatan diterima. Pengeringan biasanya
udara lebih longgar sehinga merupakan langkah terakhir dalam
memudahkan air menguap dari bahan. serangkaian atau operasi, dan produk
Pengeringan bawang merah iris dari pengering siap untuk pengemasan
menggunakan tunnel dehydrator dengan akhir. Bahan yang dikeringkan dapat
suhu pengering 40°C, 50°C, 60°C dan berupa serpihan, butiran, kristal, bubuk,
bobot sampel 300g, 400g, 500g serta laju atau lembaran yang mungkin memiliki
alir udara pengering sebesar 0,0933 sifat yang sangat berbeda.
m3/detik dilakukan pada kadar air awal Proses pengeringan melibatkan dua
bawang merah ± 80% dapat proses perpindahan yaitu proses
menghasilkan kadar air dibawah 10% perpindahan panas dan proses
selama kurang dari 10 jam (Ummah, N perpindahan massa. Proses
dkk., 2016). Menurut penelitian yang perpindahan panas terjadi dari udara
dilakukan Balai Besar Penelitian dan pengering ke bahan yang akan
Pengembangan Pasca Panen Pertanian dikeringkan, sedangkan perpindahan
(2018), bawang merah iris yang di massa terjadi dalam dua tahap. Tahap
keringkan menggunakan alat tunnel pertama terjadi pada kandungan air yang
dryer dengan suhu 50°C dan waktu 10 terdapat didalam bahan ke permukaan
jam memiliki kadar air 10,45%; kadar bahan (proses difusi) selanjutnya tahap
kedua terjadi pada proses peguapan air
Rintis Manfaati, Pengaruh Waktu dan Suhu terhadap Proses Pengeringan 45
Bawang Merah menggunakan Tray Dryer

dari permukaan bahan ke udara menjadi


uap air.
Proses pengeringan dapat
diklasifikasikan menjadi pengeringan
secara batch dimana bahan dimasukkan
ke alat pengering dan dikeringkan dalam
satu periode waktu, dan pengeringan
secara kontinyu dimana bahan secara
kontinyu dimasukkan ke dalam alat Gambar 1. Bagian-bagian dalam Tray dryer
pengeringan dan bahan kering
dikeluarkan secara kontinyu Udara panas yang mengalir ini
(Geankoplis, 1993). kondisinya belum jenuh dan kemudian
Proses pengeringan juga dapat ketika bersinggungan dengan padatan
dibedakan berdasarkan media maka udara melepaskan sebagian
pemanasnya yaitu pengeringan adiabatik panasnya sehingga terjadi proses
dimana media pemanas berkontak penguapan air dari bahan yang akan
langsung dengan bahan yang menyebabkan udara mencapai kondisi
dikeringkan, pengeringan non adiabatik jenuh. Jumlah air yang teruapkan dapat
dimana media pemanas tida berkontak ditentukan dengan cara menghitung
langsung dengan bahan yang selisih massa padatan sebelum
dikeringkan, dan pengeringan kombinasi pengeringan dengan setelah
yang menggabungkan antara adiabatik pengeringan.
dan non adiabatik. Kandungan air kesetimbangan
Salah satu alat pengeringan yang untuk setiap bahan berbeda bergantung
sering digunakan adalah tray dryer. Alat pada jenis bahan dan kelembaban relatif
ini terdiri atas beberapa komponen udara pengering. Data
utama yaitu nampan (tray), pemanas kesetimbangan biasanya diberikan
(heater), timbangan, dan blower. Proses sebagai hubungan antara kelembaban
pengeringan menggunakan tray dryer relatif udara dan zat cair yang
termasuk ke dalam jenis pengeringan terkandung dalam bahan padat (massa
langsung, dimana media pengering zat cair per massa padatan kering).
(udara panas) berkontak langsung Menurut McCabe (2002), Bila
dengan bahan yang akan dikeringkan. suatu padatan basah dikontakkan dengan
Bahan yang akan dikeringkan udara yang memiliki kelembaban yang
menggunakan tray dryer harus lebih rendah dibanding padatan basah,
berbentuk lembaran yang dihamparkan maka padatan tersebut akan melepaskan
di atas tray. Proses pengeringan dimulai sebagian dari kebasahannya dan
saat pemanas menyala dan panas yang mengering sampai seimbang dengan
dihasilkan mengalir melaui udara udara. Bila udara lebih lembab
melintasi permukaan padatan dengan dibanding padatan basah maka padatan
bantuan blower. akan menyerap kebasahan dari udara
hingga mencapai kesetimbangan.
Kandungan air bebas merupakan selisih
antara kandungan air total dalam bahan
padat dengan kandungan air
kesetimbangan.
46 Jurnal Fluida Volume 12, No. 2, November 2019, Hlm. 43 - 49

Penelitian ini akan menentukan dilakukan dengan mengoksidasikan


suhu dan waktu optimum pengeringan semua zat organik pada suhu yang tinggi
dan laju pengeringan bawang merah sekitar 550oC selama 2-8 jam bergantung
menggunakan Tray dryer. Hasil bahan yang diabukan.
penelitian ini digunakan untuk Pengabuan dianggap selesai
mendapatkan produk bawah merah apabila diperoleh sisa pengabuan
kering yang memiliki kualitas terbaik berwarna putih abu-abu dan memiliki
sesuai dengan kebutuhan pasar. berat konstan.

METODE Analisis Kadar Protein


Metode analisis kadar protein
Sebelum proses pengeringan,
menggunakan metode Kjehdahl. Kadar
dilakukan pre-treatment bahan berupa
protein yang ditentukan menggunakan
pengupasan dan pengirisan bawang
cara kjehdahl disebut sebagai protein
merah jenis Bima dengan ketebalan ±1-2
kasar (crude protein) karena terikut
mm lalau bawang merah yang telah
senyawa N bukan protein. Prinsip kerja
diiris disusun dengan luas permukaan
metode Kjeldahl adalah protein dan
pengeringan 20x20 mm dalam tray
komponen organik dalam sampel
berlubang. Laju alir udara pengering =
didestruksi dengan menggunakan asam
2,0 m/s. Pengambilan data berupa berat
sulfat dan katalis. Hasil destruksi
bawang merah dilakukan setiap 10
dinetralkan dengan menggunakan larutan
menit, sedangkan yang divariasikan
alkali. Selanjutnya ion- ion borat yang
adalah waktu dan temperatur
terbentuk dititrasi dengan larutan HCl.
pengeringan yaitu pada range 50- 70oC
dan 4-8 jam
Alat yang digunakan adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
Tray dryer merk Electronica Veneta Pada penelitian ini bawang merah
yang dilengkapi pemanas berdaya 2,7 disimpan dalam tampah bambu pada
kW, tray, termometer bola basah dan suhu ruang dengan keadaan terbuka.
bola kering, cawan pijar, stop-watch, Bawang merah sebagai bahan awal tidak
oven, furnace, tang penjepit, neraca bisa di jadikan sebagai variabel tetap
analitik, desikator, perajang bawang karena hanya mempunyai masa simpan
merah (slicer), dan wadah kedap udara. selama ±2 minggu, maka varietas
bawang merah yang dipakai tidak bisa
Analisis Kadar Air dipastikan seragam karena dibeli pada
Metode analisis kadar air waktu yang berbeda, sehingga variabel
menggunakan metode gravimetri. tetap yang bisa dipertahankan adalah
Analisis kadar air dilakukan dengan ketebalan irisan bawang merah.
menguapkan air yang terdapat dalam
bahan menggunakan oven dengan suhu Suhu Optimum Pengeringan
105oC selama 3 jam sehingga seluruh air Penentuan suhu optimum pada
yang terdapat dalam bahan menguap proses pengeringan bawang merah ini
yang ditandai dengan penyusutan berat bertujuan untuk mengetahui pada suhu
bahan sampai tidak berubah lagi. berapa bawang merah memiliki nilai
kadar air paling rendah (<10%) dengan
Analisis Kadar Abu waktu yang ditetapkan selama 6 jam.
Metode analisis kadar abu Kadar air merupakan salah satu sifat
menggunakan metode pengabuan kimia dari bahan yang menunjukkan
langsung/kering. Analisis kadar abu banyaknya air yang terkandung di dalam
Rintis Manfaati, Pengaruh Waktu dan Suhu terhadap Proses Pengeringan 47
Bawang Merah menggunakan Tray Dryer

bahan pangan. Proses pengeringan tekanan uap air di udara, sehingga terjadi
bertujuan untuk mengurangi kadar air perpindahan uap air dari bahan ke udara.
bahan sehingga memperpanjang masa
simpan produk dan juga mempengaruhi
mutu produk. Kadar air bebas dalam
bahan mendekati nilai nol akan
menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, aktivitas enzim, dan
reaksi kimia sehingga umur simpan
bahan pangan akan lebih panjang.

Gambar 3. Kurva Pengaruh Suhu terhadap


Laju Pengeringan

Abu merupakan residu anorganik


dari hasil pembakaran atau hasil oksidasi
komponen organik bahan pangan. Kadar
abu ada hubungannya dengan kandungan
mineral suatu bahan. Penentuan kadar
Gambar 2. Kurva Pengaruh Suhu terhadap abu total dapat digunakan untuk
Kadar Air menentukan baik atau tidaknya suatu
pengolahan, mengetahui jenis bahan-
Gambar 2 menunjukan bahwa bahan yang digunakan, dan menentukan
semakin besar suhu yang digunakan parameter nilai gizi suatu bahan
dalam proses pengeringan maka semakin makanan. Kandungan abu dapat
rendah kadar air yang dihasilkan. Hal ini digunakan untuk memperkirakan
menunjukan bahwa kadar air terendah kandungan dan keaslian bahan yang
pada suhu 70oC, semakin tinggi suhu digunakan. Berdasarkan hasil penelitian
yang digunakan memberikan pengaruh yang ditunjukan pada Gambar 4, kadar
yang sangat besar terhadap kecepatan abu menunjukan nilai yang relatif sama.
perpindahan air. Semakin tinggi suhu Perbedaan nilai kadar abu dikarenakan
pengeringan maka semakin cepat pengaruh dari kondisi bahan awal
terjadi penguapan. sebelum pengeringan yang berbeda-
Laju pengeringan berdasarkan beda. Berdasarkan nilai kadar air, kadar
Gambar 3 menunjukan semakin besar abu, dan laju pengeringan maka suhu
suhu pengeringan maka semakin cepat 70°C merupakan suhu optimum pada
laju pengeringan yang terjadi. Hal proses pengeringan bawang merah
tersebut disebabkan oleh semakin menggunakan alat Tray dryer.
tingginya suhu udara pengering sehingga
semakin tinggi energi panas yang dibawa
udara sehingga semakin banyak jumlah
massa cairan yang diuapkan dari
permukaan bahan. Kenaikan suhu
pengering akan menaikkan suhu bahan
dan menyebabkan tekanan uap air di
dalam bahan lebih tinggi dibandingkan
48 Jurnal Fluida Volume 12, No. 2, November 2019, Hlm. 43 - 49

(Balai Besar Penelitian dan


Pengembangan Pasca Panen, 2018),
dimana bawang merah iris yang
dikeringkan menggunakan alat tunnel
dryer dengan suhu 50°C dan waktu 10
jam memiliki kadar air 10,45% dan
kadar abu 2,67% . Uji protein dilakukan
untuk mengetahui apakah pada proses
pengeringan dengan kondisi operasi
yang telah ditetapkan terjadi proses
denaturasi protein, proses denaturasi
protein mengindikasikan terjadinya
perubahan struktur dari minyak atsiri
Gambar 4. Kurva Pengaruh Suhu Terhadap
karena memiliki titik perubahan struktur
Kadar Abu pada suhu yang relatif sama. Pengujian
protein dilakukan pada sampel dengan
Waktu Optimum Pengeringan suhu 70°C selama 7 jam dan 65°C
Penentuan waktu optimum pada selama 6 jam dengan kadar protein
proses pengeringan bawang merah ini sebesar 2,3% dan 2,12%. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui pada suhu menunjukkan bahwa proses pengeringan
optimum pengeringan 70°C hingga 70°C tidak mempengaruhi nilai
membutuhkan waktu berapa lama untuk kadar protein bawang merah, adapun
menghasilkan produk bawang merah iris selisih nilai kadar protein tiap sampel
kering yang mempunyai nilai kadar air disebabkan oleh kondisi/varietas bawang
paling rendah. yang berbeda.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan hal-hal berikut:
a. Suhu optimum untuk pengeringan
bawang merah menggunakan alat
tray dryer adalah 70oC dengan
waktu optimum selama 7 jam yang
menghasilkan produk dengan kadar
air 4%, kadar abu 3,95%, dan kadar
protein 2,3%.
b. Kurva laju pengeringan bawang
merah yang diperoleh berbeda-beda
bergantung suhu pengeringannya
Gambar 5. Kurva Pengaruh Waktu Terhadap dan kurva pengeringan yang baik
Kadar Air Pada Suhu 70oC diperoleh pada suhu 60, 65 dan
70oC.
Produk pengeringan pada suhu
70°C dengan waktu 7 jam memiliki Penelitian ini dapat diterapkan
kadar air sebesar 4,2% dan kadar abu dengan beberapa saran agar hasil yang
3,96%, hal ini menunjukan hasil produk diperoleh lebih baik yaitu sebagai
yang lebih baik dibandingkan dengan berikut.
penelitian yang telah dilakukan oleh
Rintis Manfaati, Pengaruh Waktu dan Suhu terhadap Proses Pengeringan 49
Bawang Merah menggunakan Tray Dryer

a. Kelembaban udara harus dijaga Henderson, S. M., dan R. L. Perry. 1955.


tetap kering agar proses pengeringan Agricutural Process Engineering.
dapat berlangsung maksimal. New York; John Wiley & Sons,
b. Bawang merah yang digunakan Inc.
harus segar atau maksimal berumur Mc.Cabe, Warren L. 2002. Unit
satu minggu setelah masa Operation of Chemical
penyimpanan agar kondisi operasi Engineering (4th Edition).
yang digunakan sesuai. Singapura; McGraw Hill
International Book Co.
UCAPAN TERIMA KASIH Nugraha, S., R. S. Adiandri, dan
Yulianingsih. 2011. Pelayuan dan
Penelitian ini didanai oleh DIPA
Pengeringan Bawang Merah
Polban dengan No. Perjanjian
Menggunakan Instore Drying
Pelaksanaan Penelitian Mandiri Nomor
untuk Mempertahankan Mutu dan
438.31 /PL1.R7/LT/2019
Mengurangi Tingkat Kerusakan.
Bogor; Balai Besar Penelitian dan
DAFTAR RUJUKAN
Pengembangan Pascapanen
Alamsyah, R., G. Pohan, dan A. S. Pertanian.
Herman. 2008. Kajian Penerapan Rostiati, Alam, N., dan Muhardi. 2014.
Alat Pengering Bawang Merah di Sifat Fisik-Kimia dan
Sentra Produksi Brebes – Jawa Organoleptik Bawang Goreng
Tengah. Jurnal Riset Industri, (2). Palu Pada Berbagai Frekuensi
Astuti, S. M. 2008. Teknik Pengeringan Pemakaian Minyak Goreng.
Bawang Merah dengan Cara Jurnal Fakultas Pertanian
Perlakuan Suhu dan Tekanan Universitas Tadulako.
Vakum. Buletin Teknik Pertanian, Traub, Daren A. 2002. The Dryng
(13). Curve Part 1 (online).
Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. https://www.processheating.com/
Statistik Tanaman Sayuran dan articles/86586-the-dryng- curve-
Buah‐ buahan Semusim part-1, diakses 12 Juli 2019.
Indonesia (online). Ummah, N., A. P. Purwanto, dan A.
http://www.bps.go.id/, diakses Suryani. 2016. Penentuan
Februari 2019. Konstanta Laju Pengeringan
Balai Besar Penelitian dan Bawang Merah (Allium
Pengembangan Pasca Panen ascalonicum L.) Iris
Pertanian. 2018. (online). Menggunakan Tunel Dehydrator.
http://www.pasca panen.litbang Bogor: Institut Pertanian Bogor,
pertanian.go.id/, diakses Februari Fakultas Teknologi Pertanian.
2019. United States Departement of
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Agriculture USDA. 2012. Plant
Process and Unit Operations (3rd Database for Standar Reference
Edition). Prentice-Hall (online), https://plants.sc.egov.
International, Inc. usda.gov/java/, diakses Januari
2019.

Anda mungkin juga menyukai