Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Sutisnawati

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042876339

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4110/Pengantar Ekonomi Makro

Kode/Nama UPBJJ : 20/ Bandar Lampung

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Kurva permintaan agregat adalah sebuah kurva yang menunjukkan hubungan terbalik
antara permintaan agregat dan tingkat harga. Permintaan agregat mewakili jumlah
permintaan dari empat sektor ekonomi makro: rumah tangga, bisnis, pemerintah, dan
sektor eksternal. Dalam sebuah grafik, kurva permintaan agregat adalah miring ke
bawah (slope negatif).
Hal yang menyebabkan kurva ini miring ke bawah adalah tingkat harga mewakili
berbagai harga berbagai produk dalam perekonomian.

2. Teori Kuantitas adalah teori yang dapat menjadi penyebab utama perubahan daya beli
uang. Apa yang terutama diperoleh QTM adalah bahwa efek apa pun pada harga
uang, seperti persentase deflasi, suku bunga, dll., Terutama ditentukan oleh mata uang
yang beredar.
Adapun untuk menghitung besar tingkat harga, dapat digunakan rumus :
MV = PY
P = MV/Y
P = 800/200
P=4

3. Terdapat beberapa kritikan tentang teori kuantitas Fisher, diantaranya


 Persamaan Fisher adalah disangkal abstrak dan matematis. Itu tidak menjelaskan
proses dimana M mempengaruhi P.
 Diperkirakan bahwa seluruh M digunakan untuk membeli T secara instan. Itu
tidak nyata. Tidak ada yang menghabiskan semua uang saat dia mendapatkan itu.
Keynes menunjukkan bahwa uang menuntut tujuan transaksi, tujuan pencegahan
dan juga tujuan spekulatif. Fisher tidak menjelaskan dua peran uang terakhir.
 Konsep pekerjaan penuh adalah mitos. Ada tingkat pengangguran alami di setiap
negara.
 Bahkan dengan pekerjaan penuh, suatu negara dapat meningkatkan output
nasional dengan membawa faktor-faktor yang tidak tersedia dalam perekonomian
dari luar negeri.
 Diasumsikan bahwa uang hanya digunakan untuk transaksi. Karenanya teorinya
sering disebut sebagai Teori Transaksi Tunai. Ini mengabaikan peran uang
lainnya.

4. Kebijakan fiskal didefinisikan sebagai langkah-langkah pemerintah untuk membuat


perubahan perubahan dalam sistem pajak atau dalam sistem pembelanjaannya dengan
dimaksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dituju. Terdapat 4 jenis
kebijakan fiskal, yaitu :
 Kebijakan Anggaran Pembiayaan Fungsional (Functional Finance)
Dalam hal ini pengeluaran dan penerimaan pemerintah ditentukan dengan
melihat akibat-akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional terutama guna
meningkatkan kesempatan kerja (employment). Misalnya kebijakan perpajakan.
 Kebijakan Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach)
Pada pendekatan ini pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman
senantiasa dihubungkan. Hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan
perpajakan selalu dibuat guna memperkecil ketidakstabilan ekonomi sehingga
pada suatu saat dapat terjadi defisit maupun surplus.
 Kebijakan Stabilitas Anggaran Otomatis (The Stabilizing Budget)
Dengan kebijakan stabilitas anggaran otomatis, pengeluaran pemerintah akan
ditentukan berdasarkan atas perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai
macam program dan pajak akan ditentukan sehingga menimbulkan surplus dalam
periode kesempatan kerja penuh.
 Kebijakan Anggaran Belanja Berimbang (Balanced Budget Approach)
Kebijakan anggaran belanja seimbang adalah pembelanjaan secara seimbang
dalam jangka panjang, tetapi ditempuh defisit pada masa depresi dan surplus
pada masa inflasi. Dapat pula ditempuh melalui pendekatan dengan
mempertahankan keseimbangan anggaran. Dalam masa depresi, pengeluaran
perlu ditingkatkan, diikuti pula dengan peningkatan penerimaan sehingga tidak
akan memperbesar hutang negara.

5. Tiga kondisi anggaran belanja pemerintah adalah :


 Kondisi Anggaran Berimbang
Anggaran berimbang adalah anggaran yang jumlah penerimaan (dari sektor
migas, nonmigas, dan pajak) dengan pengeluaran pemerintah sama besarnya.
Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang tahap I/PJP I (1969/1970–
1994/1995) menerapkan anggaran berimbang dinamis.

 Kondisi Anggaran Surplus


Anggaran surplus adalah anggaran dengan penerimaan negara lebih besar
daripada pengeluaran. Kebijakan ini dijalankan bila keadaan ekonomi sedang
dilanda inflasi (kenaikan harga secara terus-menerus), sehingga anggaran
harus menyesuaikan kenaikan harga barang atau jasa.

 Kondisi Anggaran Defisit


Anggaran defisit adalah anggaran dengan pengeluaran negara lebih besar
daripada penerimaan negara. Intinya, penerimaan rutin dan penerimaan
pembangunan tidak mencukupi untuk membiayai seluruh pengeluaran
pemerintah. Dengan kata lain, defisit APBN terjadi apabila pemerintah harus
meminjam dari bank sentral atau harus mencetak uang baru untuk membiayai
pembangunannya.

Anda mungkin juga menyukai