Anda di halaman 1dari 14

Pengertian eskatologi

Istilah Eskatologi berasal dari bahasa Yunani, eschatos yang mempunyai arti hal-hal yang
terakhir, sedangkan logos mempunyai arti ilmu atau doktrin. Sehingga jika digabungkan kata ini
mempunyai arti “doktrin tentang akhir zaman”. Apa yang dimaksud, tentu saja, merujuk pada
semua peristiwa yang terjadi sebelum, selama, dan setelah kedatangan Tuhan Yesus yang kedua.
Eskatologi adalah studi tentang segala sesuatu yang terjadi sebelum atau bahkan setelah
kedatangan Yesus yang kedua.1 Eskalotogi juga memiliki perluasan makna dalam hubungan
dengan individu. Dalam kaitan dengan individu, maka yang dibicarakan adalah hal-hal yang
berkaitan dengan kematian fisik, kekekalan, dan sesuatu yang disebut “masa antara”
(intermediate state) yaitu suatu masa antara sesudah kematian seseorang dan sebelum
kebangkitan kembali. Dalam hubungannya dengan dunia dan secara keseluruhan, eskatologi
membahas mengenai kedatangan Kristus yang kedua, kebangkitan umum, penghakiman akhir
dan kondisi akhir. Eskatologi menurut ajaran Kristen terkait dengan pemenuhan janji Allah yaitu
keselamatan yang sempurna di dalam Kristus. Harun Hadiwijono menyatakan bahwa menurut
Alkitab, keselamatan di hari-hari terakhir ini memiliki dua aspek, telah ada keselamatan pada
zaman akhir ini, tetapi di sisi lain dikatakan bahwa keselamatan masih di depan kita atau belum
ada. Intinya adalah bahwa keselamatan yang diberikan Allah kepada orang-orang beriman
bersifat “sementara” dan belum sempurna. Apa yang ada sekarang tidak sempurna. Namun apa
pun yang ada adalah jaminan bahwa segala yang sempurna akan diberikan.2

Dapat dikatakan bahwa kehidupan orang percaya tidak diarahkan pada kehidupan di dunia ini,
tetapi pada apa yang akan datang. Harapan orang percaya Kristus harus didorong ke masa depan,
yang merupakan akhir zaman; saat penuaian untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat
(Mat. 13: 39-40,49; 24: 3; 28:20). Zaman ini disebut, dalam Efesus 1:10, zaman kepenuhan
untuk menyatukan semua hal dalam Kristus sebagai kepala, baik di surga maupun di bumi.
Karena itu, dalam 1 dan 2 Tesalonika dan 1 Korintus 15 kita diberitahu oleh rasul Paulus, agar
harapan orang beriman diarahkan pada akhir zaman. Hadiwijono juga menyatakan bahwa
kehidupan manusia saat ini terhubung dengan akhir zaman. Pada harihari terakhir, kita diberikan
karakteristik keselamatan yang telah diberikan kepada kita, tetapi yang belum sepenuhnya

1
Bimo Setyo Utomo, “Menggagas Penerapan Pengajaran tentang Akhir Zaman dalam Pendidikan Agama Kristen di
Tingkat Sekolah Dasar dan Menengah Pertama,” Dunamis 1, No. 1 (2016), 74-87
2
Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 471
menjadi milik kita. Meskipun kita telah diselamatkan, tetapi kita masih harus berusaha untuk
menahannya (Flp. 3:12), berjuanglah dengan sungguhsungguh dalam pertempuran iman untuk
mencapai kehidupan kekal, yang merupakan tujuan dari panggilan kita (1 Tim. 6:12).7
Kembalinya Kristus adalah datangnya penghakiman atas yang hidup dan yang mati. Karena itu
kedatangan Kristus yang kedua kali bukanlah peristiwa yang tidak ada hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari saat ini. Segala sesuatu di dunia ini kemudian akan dibuka tutupnya,
disingkapkan kedoknya, di hadapan Allah.3 Jadi, Eskatologi adalah sebuah pemahaman teologia,
yang memaparkan mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada akhir zaman, seperti
pengangkatan, kehidupan kekal, kematian kekal, kebangkitan, penghakiman, penghukuman,
kiamat, langit baru dan bumi baru. Hal-hal tersebut akan terjadi pada masa kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali.

Eskatologi Individual berbicara mengenai peristiwa-peristiwa akhir jaman dalam arti sempit. Yaitu yang
hanya terbatas pada individu manusia itu sendiri. Kematian jasmani, kekekalan jiwa dan status antara
akan dibicarakan dalam bagian ini.

Eskatologi Umum membicarakan sejumlah rentetan peristiwa yang berhubungan dengan kedatangan
Kristus yang kedua kali dan akhir dunia ini, sebuah eskatologi yang menyangkut semua orang.
Pembicaraan disini adalah Kedatangan Kristus, kebangkitan orang mati, penghakiman terakhir, keadaan
terakhir dari orang saleh dan orang durhaka.

Dalam penjelasan konsep kematian dapat mendefenisikan kematian termasuk peristiwa yang
paling lumrah; manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibrani 9:27), tidak bisa
dibantah. untuk mengartikan kematian dibagi menjadi dua bagaian yang pertama, kematian
jasmani. Apabila tubuh terpisah dari roh, itulah yang disebut dengan kematian jasmani. Badan,
yang. diciptakan seperti badan kita, tampaknya harus mengalami kematian. Pada saat mati secara
jasmaniah maka badan atau tubuh akan mengalami kerusakan dan terjadi proses pembusukan
yang tidak terelakkan lagi.4 Secara fisik atau jasmaniah, mati berarti tidak berfungsinya lagi
organ-organ tubuh yang vital, khususnya paru-paru, jantung dan otak, yang membuat manusia itu
hidup. Dengan tidak berfungsinya organ-organ tersebut maka kehidupan dan aktivitas manusia
terhenti dan berakhir. Kematian menyebabkan keberadaan dan kehidupan manusia di dunia ini
3
H. L. Willmington, Eskatologi (Malang: Gandum Mas, 1997), 265-282
4
J.D. Douglas (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II: M-Z (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008), 35
menjadi hilang atau lenyap; berakhir dan tidak ada lagi. Tubuhnya yang sudah menjadi jazad
atau mayat akan segera membusuk, binasa, dan habis.5

kematian secara rohani ini pasti terjadi tetapi relatif bukan suatau keharusan orang bisa
mengalami kematian Rohani dan tidak, tetapi jika hal ini dialami oleh manusia dianggap sebagai
suatu pemberontakan manusia terhadap Allah. Sehingga roh dan jiwa manusia terpisah dari
Allah untuk selamanya. Maka sangat jelas bahwa kematian kedua itu di sebabkan oleh
ketidaktaatan manusia sendiri. Setiap orang yang memberontak terhadap Allah pada akhir
kehidupannya ia akan mengalami hukuman kematian, dalam arti berpisah dengan Allah untuk
selamanya.

Pandangan teologis telah lama memahami bahwa ada kaitan antara peristiwa kematian dengan
kedosaan manusia. Dasar biblis dari pemahaman tersebut dapat dilihat pada Kitab Kejadian 2:16;
3:19 dan Roma 5:12. Ketika Adam dan Hawa memberontak terhadap Allah di Taman Eden,
Allah mengutuk umat manusia dengan kematian rohani. Dalam Kejadian 2:17, Allah berfirman
kepada Adam: Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati (Kejadian 2:17). Tetapi
membaca dalam Kejadian 3 bahwa Iblis berbicara melalui ular dan memperdayakan Hawa
sehingga makan buah itu. Dan ketika Adam melihat Hawa telah makan buah itu dan masih
hidup, ia pun memakannya. Maka, sesuai dengan persyaratan kovenan yang Allah adakan
dengan Adam, Allah mengutuk mereka. Mereka tidak mati pada hari itu, setidaknya mereka
tidak mati secara jasmani, tetapi mereka menjadi rusak secara rohani. Dan kerusakan rohani
inilah esensi kematian rohani. Dalam Roma 7:14-25, Paulus menamakannya “natur dosa” kita. Ia
menjelaskan hal ini dengan mengatakan bahwa dosa ada di dalam tubuh kita dan bahkan
mengendalikan akal budi kita. Yang lebih parah lagi, kematian rohani berlaku atas semua
keturunan Adam dan Hawa yang dikandung secara alami. Perikop-perikop6 seperti Yohanes 3:5-
7, Roma 8:10, dan Kolose 2:13 mengindikasikan bahwa setiap manusia, kecuali Yesus, lahir ke

5
Sutarno, Menyongsong Kehidupan setelah Kematian (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2012), 20.
6
Perikop dalam konteks Alkitab adalah tulisan yang terdiri dari beberapa ayat yang dirangkai menjadi satu pokok
pikiran yang utuh, yang cocok untuk dibacakan di hadapan banyak orang. -Wikipedia
dunia ini dalam keadaan mati rohani. Seperti dikatakan Paulus dalam Roma 5:12-19, Adam
adalah wakil kita, dan karena itu kita semua menerima hukumannya.7

Kitab Suci memahami bahwa kematian terjadi akibat dosa. Pemahaman ini secara eksplisit
dinyatakan oleh Paulus sebagai berikut. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam
dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada
semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rm. 5:12). Maut adalah “upah dari dosa”
(Rm. 6:23). Dosa memimpin manusia kepada kematian (Rm. 6:16). Konsili Trente (1545-1563)
mengajarkan bahwa maut merupakan konsekuensi dari dosa Adam. Dosa asal umumnya
dipahami sebagai dosa yang bermula dari dosa Adam dan Hawa yang diwariskan turun temurun
kepada bangsa manusia. Akibat dosa asal membuat manusia kehilangan rahmat kekudusan,
terpisah dari Allah, mengalami derita, kematian, konkupisensi6 (Kej. 3:16), serta terbelenggu
oleh dosa dan kejahatan (Kej. 3:15-16).

Maka dari itu Alkitab jelas menunjuk kepada kematian sebagai sesuatu yang dibawa kepada
dunia manusia oleh karena dosa dan sebagai hukuman atas dosa. Setelah manusia berdosa karena
melanggar perintah Tuhan, maka manusia pada akhirnya akan kembali menjadi debu. “Dengan
berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena
dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kej.
3:19). Sehingga kematian tidak disebutkan sebagai sesuatu yang natural dalam hidup manusia,
sekadar kejatuhan dari sesuatu yang ideal, tetapi jelas sebagai sesuatu yang asing dan jahat bagi
hidup manusia; merupakan sebuah ekspresi dari kemarahan Ilahi seperti yang dinyatakan
pemazmur, “Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu, dan karena kehangatan amarah-Mu
kami terkejut. Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang
tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.” (Mzm. 90: 7,8). Kematian mengisi hati anak manusia
dengan ketakutan dan kegentaran, sebab kematian dirasakan sebagai sesuatu yang tidak alamiah.
Tentu saja semua ini tidak berarti tidak akan ada kematian dalam arti tertentu bagi ciptaan yang
lebih rendah, terlepas dari dosa, tetapi bagaimana pun juga dosa membawa ikatan belenggu yang
semula asing bagi setiap makhluk.8 Alkitab menyatakan tentang kematian sebagai hukuman,
sebagai akibat dari pelanggaran yang telah dilakukannya (Kej. 2: 16,17). Adan Hawa makan dari

7
https://indonesian.thirdmill.org/manuscripts/YourKingdomComeTheDoctrineOfEschatology.Lesson2.Manuscript.I
ndonesian.pdf Diakses pada 28 April 2021
8
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, 18.
pohon yang dilarang itu, dan mereka mati. Roh mereka, bagian mereka yang memiliki
persekutuan dengan Allah, langsung mati. Kematian rohani mereka tampak jelas dari fakta
bahwa mereka lari dari Allah ketika Allah datang kepada mereka di taman. Lebih lanjut, jiwa
yang menjadi pusat intelektual, perasaan, dan identitas, mulai mati.9

Dalam hal kematian yang sudah dijelakan sebelumnya dimana ada kematian jasmani sebagai
peristiwa terlepasnya jiwa dari badan. Dalam Katekismus 10 Gereja Katolik dikatakan bahwa
manusia diciptakan oleh Allah dalam wujud jasmani sekaligus rohani. Allah menciptakan
manusia dengan tubuh dan jiwa. Keduanya termasuk ciptaan Allah yang mengandung kebaikan.
Pemahaman ini didasarkan pada kisah penciptaan ketika Allah menciptakan langit dan bumi
serta segala isinya sebagai baik adanya (bdk. Kej. 1). Baik jiwa maupun tubuh secara biblis
dipandang baik serta layak dihormati demi kemuliaan Allah. Keterlepasan jiwa dari tubuh tidak
serta merta memandang tubuh sebagai hal yang buruk. Keduanya merupakan ciptaan luhur Allah
yang tampak dalam pribadi manusia sebagai kesatuan jiwa dan badan. Kehidupan manusia
berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Dalam perjalanan hidupnya, manusia mengalami
perubahan. Ia mengalami sakit, tua, dan mati. Peristiwa tersebut adalah kenyataan yang dialami
oleh setiap manusia. Peristiwa kematian adalah peristiwa terakhir yang mesti dihadapi oleh
manusia di dalam kehidupan. Kematian adalah puncak kehidupan manusia di dunia (bdk.
Gaudium et Spes art. 18). Ketika manusia mati, tubuh manusia hancur, tetapi jiwanya tetap
hidup.

Pemahaman teologi kristiani memandang bahwa sesudah kematian, jiwa manusia masih hidup,
dan jiwa hidup dalam keadaan terpisah dari badan (anima separata). Gereja meyakini bahwa
setelah jiwa dipisahkan dari badan, dalam kebangkitan, Allah akan memberikan kehidupan abadi
kepada badan baru yang telah diubah, dan mempersatukannya kembali dengan jiwa manusia.
Keyakinan ini dikaitkan dengan peristiwa Kristus yang telah bangkit dan hidup untuk selamanya,
demikian juga manusia yang telah mati di dalam Kristus akan bangkit pada hari kiamat. Dalam
pandangan Paulus, badan atau tubuh baru yang telah diubah setelah manusia mati bukanlah
tubuh alamiah yang hancur setelah dikuburkan, melainkan tubuh rohaniah (1Kor. 15:43-44).
9
James Montmogery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 170.
10
Katekismus (bahasa Yunani:κατηχητικός) adalah suatu ringkasan atau uraian dari doktrin yang umum digunakan
dalam pengajaran agama Kristen (katekisasi), baik untuk anak-anak maupun orang dewasa
Keadaan tubuh rohaniah berbeda dari tubuh yang ada di dunia. 11 Gagasan ini dikuatkan di bagian
lain, yakni dalam Flp. 3:20-21, “Ia akan mengubah tubuh kita yang hina menjadi serupa dengan
tubuh-Nya yang mulia”. Pandangan ini berkaitan dengan pemahaman kebangkitan badan. Paulus
mengatakan, “sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati
semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah” (1Kor. 15:51). Dalam pandangan Paulus, dapat
dikatakan bahwa kematian adalah peristiwa perubahan keadaan manusia secara rohaniah.

Dalam Perjanjian Lama istilah yang dipakai "Alam Maut" adalah "Sheul" yang disebutkan
sebanyak 65 kali. Perjanjian Baru menyebutkan sebanyak 42 kali dan kata yang dipergunakan
dalam bahasa Yunani adalah "Hades."12 Kata itu mengacu pada tempat tinggal setelah mati bagi
orang-orang tidak benar. Pada umumnya keberadaan orang-orang yang mati dalam masa
Perjanjian Lama menyatakan kata Ibrani “yarad" yang artinya turun ke tempat dunia orang mati
atau sheul.

Dalam Perjanjian Lama kita menjumpai kata sye-ul. Asal kata ini tidak terang. Ada yang
menurunkannya dari kata syal yang artinya meminta, ada juga yang mencari akarnya dalam kata
"syul", lemah, ada lagi yang mengatakan bahwa asal kata sye-ul dari sya-al yang berarti "ruang
terbuka". Memang arti

kata sye-ul tidak terang. Akan tetapi hal yang dimaksudkan dengannya dapat kita baca dalam
Perjanjian Lama. Sye-ul menurut pandangan Perjanjian Lama adalah tempat yang ada di bawah
dunia ini (UI. 32:22; Yes. 14:9). Ke sanalah perginya orang mati (Mzm. 8 9:49), di sana tidak
ada lagi suatu perbuatan (Pkh. 9: 1 0), di sana Tuhan tidak dipermuliakan (Yes. 38:18; Mzm.
6:6). Jadi sye-ul tidak hanya bagi orang yang dijatuhi hukuman saja, segala orang mengalami
atau pergi ke sye-ul. Oleh karena itu sye-ul tidak tepat kalau diter- jemahkan dengan neraka,
akan tetapi terjemahan lebih tepat ialah dengan dunia maut, alam maut, kekuasaan maut.
Meskipun demikian bagi orang yang ingin memuliakan nama Tuhan, sye- ul adalah tempat yang
menakutkan, oleh karena di sana orang terpaksa "tidak ingat lagi akan Tuhan" dan "tidak

11
Bdk. C. Groenen & Stefan Leks, Percakapan Tentang Agama Katolik (Yogyakarta: Lembaga Biblika Indonesia-
Kanisius, 1993) 148.
12
Selvester M. Tacoy, M.Div. Kamus Pintar Alkitab (Kalam Hidup Bandung, 2012). 314
memuliakan Allah" (Mzm. 6:6). Oleh karena itu para orang saleh dalam zaman Perjanjian Lama
berdoa agar dilepaskan dari Sye-ul dan dia percaya, bahwa Tuhan berkuasa untuk
menghindarkan dari alam maut (Mzm. 16:10, 49:16)

Sheol berasal dari bahasa Ibrani adalah tempat orang mati yang berada di bagian bumi yang
paling bawah. Dan penjelaskan ini dikuatkan lagi oleh Laird Harris, juga mengajarkan bahwa
sheol adalah tempat orang mati yang berada di bagian bumi yang paling bawah. Lalu dalam
sejarah Israel, Allah ingatkan mereka bahwa murka Allah memperkuat nyala api yang membakar
Sheul: Sebab api telah dinyalakan oleh murka-Ku, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia
orang mati yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan
dasar gunung-gunung. (Ulangan 32:22.) Juga pada kata Raja Daud yang menyatakan bahwa,
Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang mati (Sheul) , ya, segala bangsa yang melupakan
Allah. (Mazmur 9:17,). Dan ia berdoa untuk menghadapi orang-orang yang tidak benar dengan
memohon, Biarlah maut menyergap mereka, biarlah mereka turun hidup-hidup ke dalam dunia
orang mati (Sheul)! Sebab kejahatan ada di kediaman mereka, ya dalam batin mereka. Ayat-ayat
Alkitab di atas dapat meyakinkan kita bahwa Sheol sudah ada dan menjadi tempat siksaan di
mana orang-orang tidak benar dikurung setelah mereka mati.

Hades, kata bahasa Gerika dalam Perjanjian Baru, mengacu pada tempat yang sama dengan kata
bahasa Ibrani dalam Perjanjian Lama, Sheul. Untuk bukti hal ini, kita bandingkan Mazmur 16:10
dengan Kisah Para Rasul 2:27, berikut ini: Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang
mati (Sheol), dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. (Mazmur 16:10,).
Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati (Hades), dan tidak membiarkan
Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. (Kisah Para Rasul 2:27,). Dengan demikian, dalam
sepuluh contoh di mana kata Hades disebutkan dalam Perjanjian Baru, kata itu selalu dibicarakan
dalam arti negatif dan sering disebut sebagai tempat penyiksaan orangorang jahat yang dikurung
setelah mati (Matius 11:23; 16:18; Lukas 10:15; 16:23; Kisah Para Rasul 2:27; 2:31; Wahyu
1:18; 6:8; 20:13-14). Dari semua penjelasan ayat-ayat Alkitab ini menunjukkan bahwa
Sheol/Hades dulu dan sekarang itu sama tidak ada perbedaan yang adalah tempat bagi orang-
orang sudah meninggal setelah mereka mati, ada suatu tempat bagi mereka untuk dihuni.

Karena secara lengkap menerangkan bahwa Sheol atau hades bukan menunjuk pada sorga atau
neraka, melainkan tempat orang mati yang berada di pusat bumi. Ini di jelaskan dalam Bilangan
16:33 dan Efesus 4: 9.13 Karena sheol dalam Perjanjian Lama menjelaskan bahwa keberadaan
manusia tidak berakhir dengan kematian secara fisik atau badani, tetapi mereka yang meninggal
terus hidup di "alam bawah". Dan mereka bukan "nyawa yang punah". Tetapi hanya menunjuk
pada suatu tempat untuk jiwa dan roh memiliki sedikit substansi. Dan juga dalam penegasan-
penegasan hukum Perjanjian Baru dengan tegas membedakan antara alam maut (hades) status
perantara, dan neraka (Gehenna), yaitu tempat hukuman akhir. 14 "Oleh karena itu, istilah yang
digunkan untuk menjelaskan konsep adalah sheol dalam dunia orang mati kediaman atau yang
"hades" septungginta orang yang sudah meninggal untuk menanti kapan tibanya waktu
penghakiman. Bagi yang belum diselamatkan pada saat kematian rohnya langsung pergi ke
Sheol / Hades ini. Ruang tunggu yang setara dengan neraka "tetap tunggu untuk" penghukuman
kekal "di akhir zaman karena mereka itu belum dihakimi.

Maka keluar istilah “lahir baru” berarti diciptakan kembali atau dilahirkan kembali. Dengan kata
lain, orang-orang yang lahir baru adalah mereka yang telah dilahirkan kembali oleh pekerjaan
Roh Kudus. Dalam hal ini, roh kita dilahirkan baru atau diberi kehidupan yang baru. Ketika
Allah melahirkan kita kembali, Ia juga mengadopsi kita ke dalam keluarga-Nya. Dahulu kita
adalah musuh-Nya, kita berada di pihak Iblis dan berperang melawan Allah. Namun kini Allah
telah berdamai dengan kita melalui Yesus. Melalui kematian Yesus dosa-dosa kita telah
diampuni, dan kita diterima dalam keluarga-Nya sebagai ahli waris dari janji-janji kovenan-Nya.
Dan dia mengutarakan hal yang sama dalam Kolose 1:21, 22. Bahkan sebenarnya kita bukan
hanya anak-anak dan ahli waris dalam keluarga Allah. Karena kita dipersatukan dengan Anak-
Nya, yaitu Yesus, kita juga berbagian dalam status Yesus sebagai Anak Allah yang dikasihi-Nya.
Di beberapa suratnya, Paulus mengajar bahwa melalui iman yang menyelamatkan, yang
dilambangkan dengan baptisan, kita dipersatukan dengan Kristus. Jadi, ketika Allah memandang
kita, Ia melihat kita dalam bayang-bayang Kristus, dan Ia memperhitungkan kesempurnaan dan
kebenaran Kristus kepada kita. Dengan kata lain, Ia memperlakukan kita seolah-olah kita adalah
Yesus sendiri: ahli waris dari Abraham dan Daud, dan pemelihara sempurna kovenan dengan
Allah. Dan karena kita juga dipersatukan dengan kematian Kristus, Allah menganggap kita sudah
13
Welly Pandensolang Eskatologi Teologi Biblika (Yayasan Andi , Yogyakarta. 2004), 89
14
George Eldon Ladd Teologi Perjanjian Baru (Kalam Hidup, Bandung 2012). 256.
mati bagi dosa-dosa kita, sehingga tidak ada lagi penghukuman bagi kita — hanya ada berkat.
Kita melihat hal ini dalam ayat-ayat seperti Roma 6:3, 4 and 1 Korintus 12:12-27. Dan
perhatikanlah perkataan Paulus dalam Galatia 3:26-27.

Di samping itu, Paulus juga mengajarkan bahwa kesatuan dengan Kristus — dan rekonsiliasi
yang dihasilkan — merupakan penggenapan dari janji-janji eskatologis Allah. Ini adalah bukti
bahwa penciptaan baru akhir zaman telah dimulai. Atas dasar ini, kita bahkan bisa mengatakan
bahwa rekonsiliasi dengan Allah adalah cicipan dari upah kekal yang akan kita terima ketika
langit baru dan bumi baru datang dalam kepenuhannya. Dalam 2 Korintus 5:17. Beberapa
terjemahan menggantikan kata-kata “di sana ada ciptaan baru” dengan “ia adalah ciptaan baru”
atau “ia adalah makhluk baru.” Tetapi kata Yunaninya, kainē ktisis, lebih cocok jika
diterjemahkan “di sana ada ciptaan baru.” Dengan kata-kata ini pembaruan yang digambarkan
Paulus lebih mudah dipahami. Jadi kesatuan kita dengan Kristus membuktikan bahwa zaman
yang akan datang sudah tiba. Paulus melanjutkan dalam ayat-ayat 19-21. Di salib Kristus
menggantikan kita. Ia dianggap berdosa untuk menyelamatkan kita. Dan karena Ia melakukan
hal itu, kebenaran-Nya kini diperhitungkan kepada kita. Inilah yang menghasilkan rekonsiliasi
kita. Allah melihat kita bukan saja seolah-olah tidak bersalah karena kita telah diampuni dalam
Kristus, tapi juga sebagai anak-anak yang sangat taat — sama seperti Kristus sendiri. Sejauh ini
dalam pelajaran kita “Yang Hidup dan yang Mati”, kita telah melihat apa yang Alkitab katakan
tentang keadaan sekarang dari kehidupan manusia. Kini marilah kita membahas topik utama kita
yang kedua: keadaan transis

Milenarianisme, atau milenialisme, padanan Latin dari istilah Yunani chiliasm, adalah pandangan masa
depan yang mencari kedatangan Yesus Kristus ke bumi untuk kedua kalinya dalam bentuk tubuh untuk
memerintah secara pribadi atas kerajaan yang terlihat di seluruh dunia untuk ribuan tahun.
Milenialisme (dari milenium , bahasa Latin untuk "seribu tahun") atau chiliasm (dari padanan Yunani )
adalah keyakinan yang dikemukakan oleh beberapa denominasi agama bahwa Zaman Keemasan atau
Surga akan terjadi di Bumi sebelum penghakiman terakhir dan keadaan abadi masa depan " Dunia Yang
Akan Datang ". Agama Kristen dan Yudaisme sama-sama menghasilkan gerakan mesianis yang
menampilkan ajaran mileniali seperti gagasan bahwa kerajaan Allah duniawi sudah dekat. Maka dari itu
Ada sebagian orang yang mengkaitkan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dengan pengertian
milenium, baik sebelum maupun sesudah kedatangan itu. Kendatipun pengertian ini bukanlah bagian
integral dari teologi Reformed, bagaimanapun juga pandangan itu perhu kita bicarakan di sini, sebab di
banyak kalangan pandangan seperti itu sudah populer. Teologi Reformed tidak bisa mengabaikan
pandangan yang sudah sedemikian me- luas pada jaman sekarang ini, tetapi harus memberikan definisi
yang jelas dari pandangan yang dipegangnya dalam kaitan dengan milenium ini. Sebagian dari mereka
yang mengharapkan adanya milenium di masa datang berpendapat bahwa Tuhan akan datang sebelum
milenium dan karena itu mereka disebut sebagai orang-orang Premilenialis. Sebaliknya, mereka yang
beranggapan bahwa kedatangan yang kedua diikuti milenium disebut sebagai orang-orang
Postmilenialis. Ada juga sejumlah besar orang yang tidak percaya bahwa Alkitab mengatakan adanya
pengharapan akan milenium seperti itu, dan sudah umum jika mereka ini disebut sebagai orang-orang
Amilenialis

Pra-milenarianisme pada dasarnya sama, tetapi berfungsi untuk menarik perhatian dengan tegas pada
keyakinan bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali adalah untuk memperkenalkan milenium oleh
kekuatan ajaibnya sendiri, berbeda dengan pandangan pasca-milenial bahwa dia akan datang pada
puncak penaklukan Kristen yang mulia atas dunia melalui Injil. Yang pertama adalah reproduksi
keyakinan milenarian kuno, sedangkan yang kedua adalah upaya untuk menggabungkan harapan kuno
tentang kedatangan Kristus yang kedua kali dengan pandangan bahwa akan ada kemajuan bertahap dari
iman Kristen melalui sarana spiritual biasa. propagasi sampai seluruh dunia menjadi Kristen.
Kedatangan yang akan datang sangat penting bagi yang pertama, keterpencilannya dengan yang
terakhir. Karena yang pertama mendasarkan harapannya pada Kerajaan pada kedatangan itu sendiri,
adalah pesimis mengenai keefektifan Injil dan semua pengaruh spiritual lainnya pada keadaan manusia;
yang terakhir mengambil pandangan optimis tentang hal-hal ini dan sedikit menggunakan harapan
kedatangan sebagai rangsangan untuk tindakan atau karakter. Tren mereka berlawanan arah. Yang
pertama bertumpu pada yang supranatural, ajaib, seluruhnya dan merendahkan nilai dari pengaruh
alamiah, normal, beradab, dan moral yang bekerja di dunia; yang terakhir membalikkan penekanan dan
cenderung ke arah pandangan hidup yang rasional. Yang pertama adalah upaya yang konsisten untuk
menghidupkan kembali milenarianisme kuno dengan pandangan dunianya yang primitif; yang terakhir
adalah upaya yang tidak konsisten untuk menyatukan spiritualitas modern dengan pandangan primitif.
Bagi seorang sarjana modern, minat pada keduanya adalah historis dan bukan pribadi

Berbicara tentang kapan datangnya kristus yang kedua itu harus ditutup dahulu agar pandangan
pandangan yang sesat mengenai eskatologi yang dibagi menjadi dua :
1. Yang berinti ingin menghitung kapan kedatangan kristus kedua kalinnya harus dibendung
disini..
Dan zaman sekarang pelajaran aliran Adventis masih melanjutkan sikap berhitung ini. Untuk
menghitung kapan kedatangan kristus kedua kalinya merupakan sebuah kesalahan. Sebab dari
pelajaran sesat ini (menghitung datangnya kristus kedua kalinya) ialah ketidakpuasan dengan
pernyataan kitab suci. Maka orang menafsirkan nats nats hingga sedemikian rupa hingga muncul
angka angka dan hingga angka angka itu dapat dihitungkan. Dengan hitungan itu waktu
kedatangan kristus kedua kalinya dipastikan. Akan tetapi pernyataan Kitab Suci bukannya
untuk perhitungan. Pernyataan ini untuk isyarat agar kita selalu berjaga. Tuhan Yesus akan
datang kembali untuk menghakimi kita. Kapankah? Tidak ada seorang pun yang dapat
menjawab pertanyaan ini. Mungkin waktu kedatangan itu masih jauh, tetapi mungkin juga sudah
dekat sekali. Oleh karena itu kita selalu diper- ingatkan: "Berjaga-jagalah ...!" (seperti pencuri:
Mat. 24:34; 24:36 dll.).

2. Ingin mengerti, menyelami akan segala pernyataan kitab suci tentang hal hal yang akan
terjadi.
Banyak ajaran yang ingin menyelami pernyataan kitab suci terutama dalam hal eskatologi. Ada
beberapa ajaran yang mengatakan bahwa sorga tidak usah untuk dinanti nantikan. Sorga kerajaan
Allah sekarang. Sorga adalah kalau diri meraskan kekekalan (schleiermacher) atau kalau dalam
hidup ini bermutu kesusilaan yang tinggi (ritschl). Ada juga yang mengatakan bahwa eskatologi
hanya bermaksud untuk membuat imannya menjadi merdeka, bebas dari kekuasaan dunia.

Pernyataan kitab suci mengenai kedatangan kedua kalinya Yesus Kristus.

1. Bahwa, Yesus kristus akan datang kedua kalinya. Dalam perjanjian baru : rasul paulus ;
(1 Kor. 1:7; 15:23; Kol. 3:4; 1 Tes. 1:10; dll). Rasul rasul lain ; (Yak. 5:7; Ptr. 1:7; 2 Ptr. 3:10; 1
Yoh. 2:28; Yud. 14; Why. 1:7 dll). Dalam sabda yesus ; (Mat. 16:27; 23:39; 24:27; Yoh. 14:3;
14:28 dll). Itulah pernyataan dengan sungguh, tegas dari kitab suci. Barang siapa menyangkal
kedatngan kristus kembali, ia bertentangan dengan firman Allah.

2. Cara Tuhan Yesus Kristus akan datang kedua kalinya. Ia akan datang kembali dengan segala
kemuliaan. Tugas untuk mencapai perdamaian antara Allah dan manusia telah mencapai-Nya
dalam hidup-Nya di antara manusia dan manusia di sebelah tangan kanan Allah Bapa. Di mana
dalam Kerajaan-Nya, Ia akan menjadi kepala manusia sebagai aja di Sorga ataupun Bumi "Anak
Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya" (Mat 16:27),
"di atas awan-awan di langit, dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya" (Mat. 24:30).
3. Waktu, Yesus kristus dtang kedua kalinya. Dalam perjanjian lama [yoom yhwh] yang
berisi :
a. Hari murka Tuhan yang mendatangkan hukuman pengasingan.
b. Bangsa Israel akan bertobat dan Tuhan akan mengembalikannya dari pembuangan.
c. Yerusslem dengan Bait Allah akan dibangun kembali.
d. Sang Mesias akan datang dari keturunan Daud dan akan memegang pemerintahan yang kuat.
e. Akhir zaman kemdian akan datang (Yes. 65:17; 66:23 dst).
Dalam PB Yesus Kristus akan dating hingga mencapai perdamaian dan meresmikan Kerajaan
Allah, di mana orang-orang yang percaya menjadi warganegara dan Ia meng- umumkan otoritas
bagi orang yang tidak percaya (Mat. 10:15; dst .; Mrk. 13:32; Luk 17:22; Kis 3:21; Rm. 2: 5;
8:18; 1 Kor. 1: 7; Ef 4: 3 1; 1 Tes. 5: 2). Kapankah hari proklamasi ini akan tiba?
“Hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam”(1 Tes.5:2; Mat. 24:43), yang artinya tak
dapatlah saat kedatangan hari itu diperhitungkan, maka harus teranglah bagi kita, bahwa
pernyataan Allah tentang kedatangan Yesus kristus kedua kalinya bukan untuk memberi bahan
perhitungan melainkan untuk menekan : A. Bahwa saat itu pasti akan datang. B. Bahwa saat itu
tak diketahui manusia.

4. Gejala-gejala yang mendahului kedatangan Yesus kedua kalinya dinyatakan dalam Kitab Suci,
misalnya Matius 24: 5 dst .; 2 Tesalonika 2: 3-4; 1 Yohanes 2: 18,22; 2 Yohanes 7; Wahyu 13.
Akan tetapi pemenuhan dari nubuat-nubuat ini tak dapat kita ketahui. Mungkin ada peristiwa-
peristiwa yang mirip dengan nubuat-nubuat tersebut, itu tak dapat kita tentukan. Memang
tetaplah di sini "bahwa tiadalah perlu bagi kita waktu atau waktu, yang ditentukan oleh Bapa
sendiri menurut kuasa-Nya" (Kis. 1: 7).
5. Maksud Tuhan Yesus Kristus akan datang kedua kalinya. Maksud ini adalah: untuk mengadili
(Yoh. 5:22; Kis 10:42; 17:31; 2 Kor. 5:10; 2 Tim. 4: 1; 1 Tes. 4:16). Segala orang akan diadili,
baik yang hidup pada waktu itu, baik yang sudah meninggal, yang akan dibangkitkan untuk
diadili; baik orang yang benar, maupun orang yang fasik (Mat. 25:46). Dengan terbuka bagi
segala orang sekarang dinyatakan apakah yang akan menjadi bagian yang percaya dan orang
yang tidak percaya Yesus Kristus: yang percaya hidup kekal, yang tidak percaya tidak melihat
hidup kekal (Yoh. 3:36; Yoh. 5:24, dsb. .). Selain kepercayaan juga perbuatan akan diadili,
bahkan "tiap-tiap kata yang sia-sia" akan dituntut pada hari kiamat (Mat. 12:36; 2 Kor. 5:10;
Why. 20:12 dil.). Memang kebahagiaan yang kekal kecelakaan seragam saja, ada pahala yang
seperti nabi, ada pahala yang sama seperti orang benar (Mat. 10:41). Akan tetapi tiap orang
percaya akan merasakan kebahagiaan yang kekal. Juga ada kekal tak seragam, di sini pun ada
perbedaan-perbedaan, antara lain yang berhubungan dengan orang yang tahu atau tidak tahu
akan Injil Yesus Kristus (Mat. 11: 20-24; Luk. 10: 13-16; Ibr. 2: 2 , 3), akan tetapi tiap orang
yang tidak percaya melihat hidup kekal.
https://pdfcoffee.com/eskatologi-dalam-alkitab-pdf-free.html

https://core.ac.uk/download/pdf/229784769.pdf

https://e-journal.sttberitahidup.ac.id/index.php/jan/article/view/39/37

https://indonesian.thirdmill.org/manuscripts/YourKingdomComeTheDoctrineOfEschatology.Lesson3.Ma
nuscript.Indonesian.pdf

https://www.researchgate.net/publication/284167301_JENIS-JENIS_PANDANGAN_ESKATOLOGI

https://www.researchgate.net/publication/284167301_JENIS-
JENIS_PANDANGAN_ESKATOLOGI

https://www.hidupkatolik.com/2018/01/08/16800/eskatologi-hidup-setelah-kematian-pandangan-
gereja.php

https://www.sarapanpagi.org/kematian-vt419.html

https://indonesian.thirdmill.org/manuscripts/YourKingdomComeTheDoctrineOfEschatology.Lesson2.Ma
nuscript.Indonesian.pdf

https://stteriksontritt.ac.id/e-journal/index.php/logon/article/viewFile/17/17

https://media.neliti.com/media/publications/283386-kematian-bukan-akhir-dari-segalanya-
f505ec20.pdf

https://www.katolisitas.org/beberapa-point-penting-yang-ditetapkan-oleh-konsili-trente/

Anda mungkin juga menyukai