346-Article Text-695-2-10-20190829
346-Article Text-695-2-10-20190829
ABSTRAK
Hemodialisa akan mempengaruhi keadaan psikologis pasien. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa akan cenderung menurun sebagai dampak tindakan hemodialisa.
Self efficacy diterapkan sebagai upaya pasien dalam menjalani pengobatan untuk meningkatkan
kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan self efficacy dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 44 orang. Hasil uji analisa menggunakan kendall tau didapatkan nilai p value 0,003.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan self efficacy dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Kata kunci: Hemodialisa, self efficacy, kualitas hidup
ABSTRACT
Hemodialysis affects the patient’s psychological state. The quality of life of patients with chronic renal
failure who undergo hemodialisa therapy will tend to decrease as a result of hemodialysis action. Self
efficacy is applied as the patient’s efforts in undergoing treatment to improve the quality of life. This
study aims to analyze the relationship of self efficacy with the quality of life of patients with chronic renal
failure who undergo hemodialysis therapy. This type of research is quantitative with Cross Sectional
design. Sampling technique purposive sampling with the number of samples of 44 people. The result of
analysis test using kendall tau got p value 0,003. The conclusion of this research is there is a relationship
of self efficacy with quality of life of chronic renal failure patient who underwent hemodialysis therapy.
Keywords: Hemodialysis, self efficacy, quality of life
1
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019
Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia Self efficacy efektif untuk meningkatkan
saat ini terbilang tinggi, mencapai 300.000 orang kepatuhan terhadap pengobatan pasien
tetapi belum semua pasien dapat tertangani oleh penyakit ginjal kronik. Salah satu faktor yang
para tenaga medis. Pengobatan bagi penderita mempengaruhi kepatuhan adalah self efficacy.
gagal ginjal kronik tahap akhir, dilakukan dengan Kepatuhan sangat penting dalam hal pengobatan
pemberian hemodialisa yang bertujuan untuk karena dapat mempengaruhi hasil pengobatan
mempertahankan kualitas hidup pasien (Brunner tersebut. Self efficacy dapat menunjang kepatuhan
& Suddarth, 2002). seseorang dalam pengobatan sehingga dapat
Dukungan manajemen diri dapat meningkatkan tingkat kesembuhan serta percaya
meningkatkan keberhasilan pengobatan gagal diri. Percaya diri yang baik dapat meningkatkan
ginjal kronik. Intervensi manajemen diri hanya kualitas hidup seseorang (Ormrod,2008).
berlangsung selama 12 bulan dan setelah itu perlu Penelitian Thomas & Castro (2014)
adanya dukungan keluarga dalam memberikan menunjukkan bahwa ada hubungan antara self
motivasi pada pasien untuk meningkatkan efficacy dengan penanganan pasien gagal ginjal
kualitas hidup dan kepercayaan diri ( Walker & kronik dengan p value <0,1. Self efficacy sangat
Polaschek, 2013). berpengaruh terhadap parameterpsikologis
Shdaifat & Manaf (2012), mengemukan yang penting dalam mengembangkan strategi
bahwa dari 72 pasien yang menjalani terapi intervensi pada pasien gagal ginjal kronik.
hemodialisa hampir 50% lebih mengalami Variansi efikasi yang timbul sangat berpengaruh
kualitas hidup yang rendah. Kualitas hidup yang terhadap kesuksesan dan optimalnya pengobatan
rendah pada pasien gagal ginjal dikarenakan pada pasien gagal ginjal kronik ( Thomas &
angka kejadian rasa nyeri, penurunan fungsi Castro, 2014).
fisik serta emosi yang tidak stabil sehingga Penelitian Mersal & Aly (2014),
mengganggu fungsi persepsi kognitif ( Shdaifat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
& Manaf, 2012). aspek pada pasien gagal ginjal kronik seperti
Penelitian Van et al (2012), menunjukkan kualitas hidup, pengetahuan dan self efficacy
bahwa terdapat hubungan antara dukungan sebelum dan setelah program pendidikan
sosial dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kesehatan. Self efficacy sangat berpengaruh
kronik dengan nilai p value<0,5. Dukungan terhadap meningkatkan kualitas hidup pasien
sosial berpengaruh terhadap kondisi kesehatan gagal ginjal kronik disertai adanya program
pasien dan mengurangi waktu jadwal terapi pendidikan kesehatan yang diberikan sehingga
hemodialisa yang sebelumnya 3 kali seminggu meningkatkan pengetahuan pasien.
bisa menjadi 2 kali seminggu. Dukungan sosial Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
dapat meningkatkan motivasi pasien gagal ginjal RSUD Sukoharjo didapatkan data jumlah pasien
kronik untuk tetap semangat dalam menjalani yang menjalani hemodialisa pada bulan Maret-
hemodialisa serta pola hidup sehat secara April 2017 didapatkan data sebanyak 76 pasien.
signifikan meningkatkan kualitas hidup pasien Dari pertanyaan yang ditanyakan ke responden
gagal ginjal kronik (Van et al, 2012). rata-rata menjawab responden berpasrah kepada
Penelitian Sulistyaningsih (2012) Tuhan YME, ,dan ada 3 dari 5 pasien mengatakan
menyebutkan faktor - faktor yang mempengaruhi bahwa merasa jenuh untuk terapi Hemodialisa
kepatuhan yaitu pengetahuan pasien, karena dirasa tidak kunjung sembuh.
dukungan sosial dan self efficacy. Seseorang Berdasarkan latar belakang menunjukkan
dengan peningkatan persepsi dalam aktivitas bahwa terapi hemodialisa pada pasien gagal
perawatan diri akan lebih mudah berpartisipasi ginjal kronik dapat mempengaruhi kualitas
dalam aktivitas perawatan diri sehingga akan hidup pasien sehingga perlu dilakukan penelitian
meningkatkan kepatuhan terhadap regimen tentang “hubungan self efficacy dengan kualitas
terapeutik. hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisa di RSUD Sukoharjo”.
2
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019
3
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019
tinggi dan sebagai tulang punggung keluarga baik dalam manajemen fisik, psikologis maupun
(Istanti, 2015). sosial. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Balaga efikasi terbukti mempengaruhi
c. Karakteristik responden berdasarkan keputusan individu untuk melakukan tindakan
tingkat pendidikan perawatan diri di rumah. Dikemukakan bahwa
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan self efficacy bertindak sebagai mediator antara
pendidikan perubahan dalam kualitas hidup dan fungsi
fisiologis pada pasien.
Tingkat Frekuensi Prosentase
Pengukuran self efficacy dirancang untuk
Pendidikan (%) (%)
menguji keyakinan individu untuk melaku-
SD 25 55,6
kan kegiatan yang dipilih sebagai usaha yang
SMP 11 24,4
diinginkan.Sebuah penelitian lainnya dilakukan
SMA 5 11,1 oleh Tsay menunjukkan bahwa pasien hemodi-
Sarjana 4 8,9 alisis dengan tingkat self efficacy tinggi dapat
Total 44 100 melakukan aktifitas fisik dan fungsi psikososial
Karakteristik responden berdasarkan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
pendidikan yang paling banyak adalah SD mempunyai self efficacy lebih rendah. Sedang-
sebanyak 25 orang (55,6%). Hasil penelitian kan pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh
tersebut sejalan dengan penelitian Rini (2011) Charron dan Skelly dalam Tsay menyatakan hal
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang senada bahwa self efficacy dapat mem-
responden mayoritas berpendidikan SD yaitu berikan prediksi terhadap kepatuhan seseorang
45 orang (53,6%), SMP yaitu 18 orang (21,4%), dalam melakukan perawatan dirinya sendiri. self
SMA yaitu 18 orang (21,4%), sedangkan yang efficacy yang tinggi akan berpengaruh terhadap
berpendidikan PT sebanyak 3 orang (3,6%). peningkatan kualitas hidup bagi pasien hemodi-
alisis (Tyas, 2012).
Seseorang akan memiliki tingkat keyakinan
diri lebih tinggi dalam berperilaku lebih baik Self efficacy juga berpengaruh terhadap
bila mempunyai sistem pendukung pendidikan. aktifitas fisik pasien GGK. Hal tersebut sejalan
Ketika seseorang mendapatkan pendidikan dengan partisipan ketujuh dengan self efficacy
akan menjadi sarana untuk mengembangkan yang positif yang menjelaskan bahwa dirinya
kemampuan kognitif dan pengetahuannya yang memiliki banyak aktifitas dan aktif bekerja.
menjadi dasar pembentukan keyakinan diri dalam Penelitian Kack (2010) juga melaporkan
berperilaku. Perilaku kesehatan yang mendukung bahwa aktifitas fisik pada populasi pasien
kualitas hidup sangat dipengaruhi oleh tingkat GGK dipengaruhi oleh umur, keyakinan akan
pendidikan seseorang (Bandura, 2014). kemampuannya untuk aktif secara fisik (self
efficacy), dan status nutrisi. Dengan membangun
d. Analisis Bivariat kepercayaan diri pasien terhadap kemampuannya
(self efficacy) dalam mempengaruhi hasil
Tabel 4. Hubungan self efficacy terhadap yang mereka targetkan sepertinya merupakan
kualitas hidup. jalan positif lain yang dapat mendorong self-
Analisa p value management yang sukses pada pasien dengan
Kendall tau ,003 penyakit kronis (Curtin, 2005).
Penelitian oleh John (2012) melaporkan
Hasil uji analisa menggunakan kendall tau
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara self
didapatkan nilai p value 0,003 sehingga ada
efficacy dengan kepatuhan terhadap pembatasan
hubungan self efficacy dengan kualitas hidup
cairan sehari-hari dan pembatasan diet. Sema-
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
kin tinggi self efficacy yang dilaporkan respon-
hemodialisa. Pasien hemodialisis didorong untuk
dennya, semakin tinggi kepatuhan terhadap
mampu melakukan manajemen diri yang efektif,
4
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019
pembatasan cairan dan diet yang dilaporkan re- Menurut Safarino dalam Martono
spondennya. Hal ini sejalan dengan pernyataan (2006) bahwa untuk mengatasi masalah yang
partisipan dengan self efficacy yang positif di- dirasakannya, maka laki-laki cenderung mencari
mana menunjukkan kepatuhan terhadap diet dan informasi lebih banyak agar ia lebih dapat
pembatasan cairan bahkan juga dalam minum mengenali dan kemudian mencari jalan keluar
obat. Pada dimensi lingkungan sebelum men- dari masalah. Pernyataan efikasi diri mengacu
jalani HD, sebagian besar responden berada pada pada seberapa banyak kepercayaan seseorang
tingkat kualitas hidup sedang. Responden merasa dapat melakukan tindakan yang diperlukan
bahwa keberadaannya di tempat mereka tinggal untuk mengatasi situasai tertentu. Efikasi diri
dan bekerja sudah kurang dibutuhkan, terbukti merupakan prediktor yang konsisten untuk
dari hasil penelitian ini bahwa 40% responden menilai kualitas hidup pasien PPOK baik dalam
tidak bekerja. Responden dianggap tidak mem- jangka waktu pendek maupun jangka waktu yang
punyai kemampuan untuk beraktifitas juga dalam panjang. Banyak pasien PPOK kehilangan rasa
hal berpendapat. Responden jarang dimintai kontrol atas penyakit dan kehidupan mereka yang
pendapat dan jarang dilibatkan dalam pembuatan mengarah pada efikasi diri yang rendah. Oleh
keputusan. Peneliti menilai ini ada hubungannya karena itu harapan untuk seseorang mempunyai
dengan jumlah responden laki-laki yang lebih rasa efikasi diri yang tinggi sangatlah penting
banyak, karena dalam kehidupan rumah tangga karena dapat mempengaruhi keberhasilan mereka
mereka menjadi kepala keluarga yang seharus- dalam mengelola diri mereka sendiri, dengan
nya lebih banyak terlibat dalam membuat kepu- demikian efikasi diri merupakan prediktor
tusan. Hal ini terjadi juga karena karakteristik re- dalam menentukan kualitas hidup pasien PPOK
sponden laki-laki yang membutuhkan informasi (Bentsen, 2010).
lebih banyak dan responden wanita lebih sering Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
berkonsultasi kepada tenaga medis. Ini sesuai bahwa sebagian besar responden (60,7%)
yang dijelaskan Safarino dalam Martono (2006) memiliki efikasi diri tidak baik. Hal ini sejalan
bahwa untuk mengatasi masalah yang dirasakan- dengan penelitian yang dilakukan oleh Kara
nya, maka laki-laki cenderung mencari informasi dan Asti (2014) menyebutkan 87,5% responden
lebih banyak agar ia lebih dapat mengenali dan pasien PPOK mempunyai efikasi diri rendah.
kemudian mencari jalan keluar dari masalah. Kara mengatakan banyak pasien PPOK yang
Pada dimensi lingkungan sebelum menjalani kehilangan rasa kontrol terhadap penyakit dan
HD, sebagian besar responden berada pada tingkat kehidupan mereka. Pasien PPOK dengan gejala
kualitas hidup sedang. Responden merasa bahwa batuk, produksi dahak yang meningkat, sesak
keberadaannya di tempat mereka tinggal dan dapat menurunkan kepercayaan kemampuan
bekerja sudah kurang dibutuhkan, terbukti dari mereka untuk menghindari kesulitan bernafas
hasil penelitian ini bahwa 40% responden tidak selama terlibat dalam kegiatan tertentu dengan
bekerja. Responden dianggap tidak mempunyai kemampuan yang minimal. Sebagai akibat dari
kemampuan untuk beraktifitas juga dalam efikasi diri yang rendah tersebut beberapa pasien
hal berpendapat. Responden jarang dimintai memilih menahan diri untuk tidak terlibat pada
pendapat dan jarang dilibatkan dalam pembuatan kegiatan social meskipun secara fisik mereka
keputusan. Peneliti menilai ini ada hubungannya mampu untuk melakukannya (Wigal, 2011).
dengan jumlah responden laki-laki yang lebih Efikasi diri yang rendah juga menyebabkan
banyak, karena dalam kehidupan rumah tangga pasien PPOK kehilangan kemerdekaan, pensiun
mereka menjadi kepala keluarga yang seharusnya dini, tekanan keuangan, peran yang berubah,
lebih banyak terlibat dalam membuat keputusan. gangguan dalam kehidupan keluarga, mengubah
Hal ini terjadi juga karena karakteristik responden citra diri dan mengalami gangguan penurunan
laki-laki yang membutuhkan informasi lebih harga diri (Kinsman, et al dalam Kara dan
banyak dan responden wanita lebih sering Alberto, 2006).
berkonsultasi kepada tenaga medis
5
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019
Hasil penelitian ini sesuai dengan e. Hasil penilaian kualitas hidup yang paling
penelitian yang dilakukan oleh Bentsen, banyak adalah buruk sebanyak 43 orang
Larsen, Henriksen, Rokne dan Wahl (2010), (97,8%).
menyebutkan bahwa seseorang dengan efikasi f. Hasil Hasil uji analisa menggunakan kendall
diri baik akan menunjukkan kualitas hidup tau didapatkan nilai p value 0,003 sehingga
yang positif dalam pengelolaan pasien PPOK. ada hubungan self efficacy dengan kualitas
Hal ini ditunjukkan oleh menurunnya dampak hidup pasien gagal ginjal kronik yang men-
psikososial dan meningkatnya aktifitas fisik jalani terapi hemodialisa.
dalam sebuah rehabilitasi PPOK (Bentsen, et al,
2010). Penelitian lain yang dilakukan oleh Kara
5. SARAN
dan Alberto (2006) juga menyebutkan efikasi Hasil penelitian ini dapat memotivasi
diri mempunyai hubungan yang positif dengan peneliti lain dalam melakukan penelitian terkaitan
perilaku perawatan diri yang pada akhirnya akan kondisi psikis seperti keadaan emosional pasien
meningkatkan kualitas hidup. gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Penelitian yang dilakukan oleh Lev dan DAFTAR PUSTAKA
Owen (1996) dalam Kara dan Alberto (2006)
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
terdapat hubungan positif antara efikasi diri
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
dengan kualitas hidup dan hubungan negatif
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta
antara efikasi diri dan perawatan diri yang negatif.
Peningkatan efikasi diri berhubungan dengan Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar
peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan, Keperawatan Medikal Bedah, Ed 8. Jakarta:
perilaku promosi kesehatan dan menurunkan EGC
gejala fisik dan psikologis. Ketidakmampuan Lopez, Shane J & Snyder, C.R.2004.Positive
seseorang dalam menyesuaikan diri dengan psychological Assesment :A Handbook of
penyakitnya dapat mengakibatkan hasil yang Models and Measures.Washington DC:
negatif seperti ketidakpatuhan dalam pengobatan American Psychological Assosiation
dan penurunan kualitas hidup. Efikasi diri Mersal, Fathia Ahmed & Aly, Rasmia Abd-El
memiliki peran dalam inisiasi dan pemeliharaan Sattar.2014. Effect of patient education on
perilaku kesehatan, sehingga diyakini bahwa coping, quality of life,knowledge and self
peningkatan efikasi diri pada perilaku kesehatan efficacy of kidney recipient patientsAmerican
akan mengakibatkan perbaikan kesehatan dan Journal of Nursing Science. Published online
meningkatkan perilaku serta kualitas hidup November 10, 2016
(Kara, dan Alberto, 2006).
Mistiean.P., Thirst, Interdialytic Weight Gain,
4. KESIMPULAN and Thirst-Interventions in Hemodialysis
Patients: A Literature Review Nephrology
a. Karakteristik responden berdasarkan jenis
Nursing Journal
kelamin yang paling adalah jenis kelamin
laki-laki sebanyak 23 orang (52,3%). Nofitri. (2009). Kualitas Hidup Penduduk
b. Karakteristik responden berdasarkan umur Dewasa di Jakarta . diambil tanggal 11 april
yang paling banyak adalah Lansia Akhir (46- 2016 dari http://www.lontar.ui.ac.id
55 Tahun) sebanyak 23 orang (52,3%). Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan:
c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
pendidikan yang paling banyak adalah SD Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
sebanyak 25 orang (55,6%). Ormrod, Jeane Ellis.2008. Psikologi Pendidikan
d. Hasil penilaian self efficacy berdasarkan Jilid II. Jakarta:Penerbit Erlangga
tingkat pendidikan yang paling banyak Pernefri. (2003). Konsensus Dialisis, Edisi I.
adalah cukup sebanyak 35 orang (79,5%). Jakarta: Penerbit Perhimpunan Nefrologi
Indonesia FK UI.
6
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019
-oo0oo-