MATERI INTI 1
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 1
MI 1
2 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
MATERI INTI 1
PENGELOLAAN TERINTEGRASI UPAYA PENANGGULANGAN
MI 1
GIZI BURUK PADA BALITA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Upaya penanggulangan gizi buruk pada balita harus dilakukan secara komprehensif
dan integratif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dengan
melibatkan lintas program, sektor, dan keluarga/masyarakat. Oleh karena itu, modul
ini disusun untuk membekali peserta agar dapat melakukan pengelolaan dengan baik
yang meliputi perencanaan dan pengorganisasian dengan melibatkan semua
komponen terkait.
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 1
V. LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut merupakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
MI 1
Langkah 1:
Pengkondisian peserta (5 menit)
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
3. Fasilitator menyampaikan atau melakukan apersepsi kepada peserta sebelum
penyampaian materi.
Langkah 2:
Penyampaian Pokok Bahasan 1: Perencanaan Terintegrasi Upaya
Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita (20 menit)
1. Fasilitator menyampaikan pengelolaan gizi buruk terintegrasi dan prinsip
perencanaan upaya penanggulangan gizi buruk pada balita.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau melakukan
klarifikasi jika ada yang belum jelas.
3. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi penguatan
positif bagi peserta yang bertanya.
4. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan.
Langkah 3:
Penyampaian Pokok Bahasan 2: Pengorganisasian Terintegrasi Upaya
Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita (40 menit)
1. Fasilitator menyampaikan pengorganisasian gizi buruk pada balita, koordinasi
peran dan fungsi pihak terkait dalam penanggulangan gizi buruk pada balita,
mobilisasi masyarakat serta pemantauan dan evaluasi.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
melakukan klarifikasi jika ada yang belum jelas.
3. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi penguatan
positif bagi peserta yang bertanya.
4. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan.
Langkah 4:
Penyampaian Pokok Bahasan 3: Pengelolaan Terintegrasi Upaya
Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita sesuai kewenangan (20 menit)
1. Fasilitator menyampaikan tentang pengelolaan terintegrasi upaya penanggulangan
gizi buruk pada balita.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau melakukan
klarifikasi jika ada yang belum jelas.
3. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi penguatan
positif bagi peserta yang bertanya.
4. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan.
Langkah 5:
Rangkuman (5 menit)
Fasilitator merangkum proses pembelajaran dengan melibatkan peserta.
2 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
VI. URAIAN MATERI
1. Pokok Bahasan 1: Perencanaan Terintegrasi Upaya Penanggulangan Gizi
MI 1
Buruk pada Balita
a. Pengelolaan gizi buruk terintegrasi
Tata laksana balita dengan gizi buruk telah diterapkan sejak lama melalui rawat
inap di rumah sakit atau Puskesmas rawat inap. Saat ini telah dikembangkan
tata laksana gizi buruk dengan pendekatan rawat jalan. Keuntungan
pendekatan rawat jalan antara lain balita tetap di rumah dengan keluarga,
orang tua atau pengasuh yang dapat mengerjakan tugas-tugas lainnya selain
merawat balitanya yang gizi buruk sehingga mengurangi beban rawat inap di
fasilitas pelayanan kesehatan dan mengurangi risiko infeksi silang
(nosokomial), melalui upaya sebagai berikut:
1) Pencegahan yang dapat dilakukan oleh semua pihak termasuk keluarga
dan masyarakat sehingga mereka harus memahami faktor penyebabnya
serta mampu mencegah terjadinya gizi buruk. Hal-hal penting yang perlu
diketahui antara lain:
a) kebutuhan zat gizi ibu hamil, menyusui dan balita;
b) pengetahuan ibu atau pengasuh tentang pola pemberian makan pada
bayi dan anak balita yang tepat;
c) ketersediaan, akses dan daya beli terhadap makanan lokal bergizi;
d) akses pelayanan kesehatan untuk mencegah dan menangani penyakit;
e) ketersediaan dan pemanfaatan air bersih, jamban keluarga dan
kebersihan lingkungan.
2) Tata laksana balita gizi buruk sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP).
3) Advokasi dan peningkatan kolaborasi secara sistematis dan menyeluruh
dengan program dan sektor terkait.
4) Adanya pedoman/ protokol penanggulangan gizi buruk dan sumber
daya yang dibutuhkan.
5) Menjadikan penanggulangan gizi kurang/ buruk pada balita sebagai
upaya prioritas wilayah yang harus segera diatasi dengan langkah-
langkah peningkatan deteksi dini kasus, meningkatkan cakupan
penanganan kasus dengan pelayanan yang berkualitas.
6) Pemantapan fungsi Posyandu dan penggerakan masyarakat secara
intensif untuk pemantauan pertumbuhan balita, deteksi dini gizi kurang/
buruk, serta penggerakan dalam upaya ketahanan pangan keluarga dan
masyarakat.
7) Pemantapan sistem informasi dalam upaya menangani masalah gizi.
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 3
Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) mempunyai empat komponen yaitu:
MI 1
4 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
MI 1
Gambar 1.1 Hubungan antar-komponen Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi
Sumber: UNICEF. Prevention and treatment of severe acute malnutrition in East Asia and the Pacific. Report of a
Regional Consultation. UNICEF-EAPRO, 2015
Evaluasi Pembelajaran:
1. Sebutkan empat komponen Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi.
2. Sebutkan empat prinsip Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi.
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 5
dibutuhkan juga ketersediaan tim asuhan gizi yang kompeten dan terlatih sehingga
mampu memberikan layanan penanganan gizi buruk yang berkualitas serta
MI 1
b. Koordinasi peran dan fungsi pihak terkait dalam penanggulangan gizi buruk pada
balita
Penyebab terjadinya gizi buruk sangat kompleks dan multifaktor. Oleh karena itu,
koordinasi multisektor merupakan salah satu kunci keberhasilan penanganan gizi
buruk terintegrasi. Koordinasi dan kerjasama dengan berbagai program dan
sektor/ pihak terkait perlu diupayakan seluas mungkin di setiap tingkatan
pemerintahan. Kegiatan lintas sektor yang terintegrasi dengan gizi akan memiliki
daya ungkit yang berarti terhadap penyelesaian penyebab tidak langsung masalah
gizi buruk, seperti masalah ketahanan pangan tingkat rumah tangga, pendidikan,
akses terhadap pelayanan kesehatan, jaminan sosial, dan akses terhadap sanitasi
dan air bersih.
Peran serta aktif keluarga dan masyarakat ikut menentukan keberhasilan upaya
penanggulangan gizi buruk pada balita. Peran mereka dalam pencegahan,
penemuan dini kasus dan pendampingan balita selama dan setelah menjalani
terapi perlu dimantapkan secara terus-menerus. Kegiatan ini dilaksanakan secara
terintegrasi dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi
masalah gizi pada balita.
c. Mobilisasi masyarakat
Mobilisasi masyarakat dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat pada
berbagai kegiatan terkait gizi buruk, seperti pencegahan, deteksi dini serta
pendampingan balita gizi buruk. Mobilisasi masyarakat dapat membangun
kepedulian dan peran serta masyarakat yang nantinya akan berdampak pada
penurunan angka balita gizi buruk.
6 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
Sehingga dapat meningkatkan cakupan layanan PGBT, menurunkan jumlah anak
yang absen dan drop out, tindak lanjut pada balita dengan kemajuan yang lambat,
MI 1
memungkinkan deteksi dini dan meningkatkan jumlah kasus gizi buruk yang
sembuh.
2) Tahap pelaksanaan
a) Kegiatan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
b) Penemuan dini kasus secara aktif
c) Tindak lanjut dan kunjungan rumah
d) Pemantauan dan evaluasi
Konsultasi
masyarakat Pengembangan Pelatihan
Kajian dan pesan dan mobilisasi
Masyarakat penyusunan media KIE masyarakat
strategi
Kajian masyarakat
Tujuan kajian masyarakat adalah mengidentifikasi potensi hambatan dan
dukungan terhadap akses dan pemanfaatan layanan kesehatan.
Dua pertanyaan utama dalam kajian masyarakat:
• Faktor-faktor yang menimbulkan kebutuhan layanan PGBT di masyarakat
(demand).
• Bagaimana cara pengorganisasian mobilisasi masyarakat sehingga dapat
menimbulkan atau meningkatkan kebutuhan layanan PGBT secara efektif
(supply).
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 7
Kajian masyarakat ini dapat dilakukan dengan:
• Konsultasi bersama pemuka masyarakat (tingkat kabupaten, kecamatan, dan
MI 1
desa)
• Tinjauan data sekunder
• Pengambilan data primer, seperti wawancara mendalam, FGD, dan observasi
8 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
Pesan-pesan kunci, meliputi:
1) Pemahaman tentang gizi buruk dan dampak terhadap balita, keluarga dan
MI 1
masyarakat
2) Informasi tentang ketersediaan layanan balita gizi buruk
3) Perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang tepat
4) Kepatuhan terapi hingga balita sembuh
Sesuai dengan strategi mobilisasi yang telah disusun maka upaya-upaya yang
dilakukan, meliputi:
1) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kekurangan
gizi, penyebab dan akibatnya, agar mereka termotivasi untuk berperan serta
dalam upaya penanggulangannya.
2) Pengarahan tokoh masyarakat, kader, pengasuh dan anggota masyarakat
lainnya untuk bekerjasama dengan bidan/ perawat/ petugas gizi di desa,
menjadikan masalah gizi sebagai isu strategis, yang harus diatasi bersama
untuk menjaga kualitas generasi penerus.
3) Peningkatan kemampuan keluarga/ masyarakat dalam pencegahan,
penemuan dini kasus dan mencari pertolongan pelayanan, pendampingan
pada rawat jalan dan proses rehabilitasi, serta pemantauan
berkesinambungan agar kekurangan gizi tidak terulang.
4) Peningkatan penemuan dini, rujukan dan pendampingan kasus balita gizi
buruk serta berkontribusi dalam keberhasilan penanggulangan masalah gizi.
Upaya penggerakan peran serta aktif masyarakat dapat dilakukan melalui forum
pertemuan formal/ informal yang sudah ada di tingkat kabupaten, kecamatan,
desa (misalnya forum Musyawarah Masyarakat Desa/ MMD), atau dusun. Wadah
lain yang bisa digunakan antara lain melalui jalur kegiatan keagamaan dan
kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Peserta undangan di setiap tingkat
administrasi mempunyai peran khusus dalam mendukung upaya penanggulangan
kekurangan gizi pada balita. Pertemuan ini dapat dilakukan secara rutin untuk
meningkatkan pemahaman dan kemampuan, memantau kemajuan, hambatan,
membahas tantangan, mencari solusi dan menggerakkan sumber daya serta
memperbaharui komitmen.
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 9
akan lebih mudah diatasi secara efektif. Cakupan penanganan kasus gizi buruk
pada balita harus mencapai 100% dan kualitas pelayanan diupayakan mencapai
MI 1
minimal 80% dari standar layanan yang telah ditetapkan, meliputi penimbangan
berat badan, pengukuran LiLA, panjang/tinggi badan, dan tata laksana kasus.
Pemantauan efektivitas penanganan kasus (menjadi normal, gagal atau
meninggal) dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki pelaksanaan dan
perencanaan keseluruhan upaya.
Melalui sistem ini entry data dan feedback secara berjenjang dapat dilakukan
dalam waktu yang bersamaan sehingga lebih efisien. Informasi yang
dihasilkan juga dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan kajian atau
lokakarya mini dan sebagai dasar bagi pengambil keputusan.
10 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
2) Indikator Keberhasilan
Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil
MI 1
dengan target melalui indikator yang telah disepakati. Indikator yang
digunakan untuk penilaian yaitu:
Tabel 1.1 Indikator Layanan Rawat Jalan untuk Balita Gizi Buruk
Tabel 1.2 Indikator Layanan Rawat Inap untuk Balita Gizi Buruk
b) Cakupan layanan rawat jalan dan rawat inap meliputi variabel sebagai
berikut:
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 11
Tabel 1.4 Cakupan Layanan Rawat Inap
Variabel Definisi Operasioal
MI 1
Jumlah bayi (0-6 bulan) kasus gizi Seluruh bayi usia 0 - 6 bulan dengan tanda klinis gizi buruk
buruk yang ada (pitting edema bilateral) dan atau indeks BB/PB dengan Z-
Score < -3 SD.
Jumlah balita (6-59 bulan) kasus Seluruh balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk
gizi buruk yang ada (pitting edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan Z-
Score < -3 SD atau LiLA, < 11,5 cm atau BB < 4 kg.
Jumlah bayi (0-6 bulan) kasus gizi Bayi usia 0 - 6 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
buruk mendapat layanan rawat edema bilateral) dan atau indeks BB/PB dengan Z-Score < -3
inap SD mendapat layanan rawat inap
Jumlah balita (6-59 bulan) kasus Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
gizi buruk mendapat layanan rawat edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan Z-Score
inap < -3 SD atau LiLA < 11,5 cm atau BB < 4 kg mendapat layanan
rawat inap
Jumlah bayi kasus gizi buruk Bayi usia 0-6 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat inap yang sembuh edema bilateral) dan atau indeks BB/PB dengan Z-Score < -3
SD mendapat layanan rawat inap menunjukkan perbaikan ke
arah peningkatan status gizi berdasarkan indeks BB/PB dari Z-
Score < -3 SD menjadi ≥ -2 SD dan tidak ada tanda klinis gizi
buruk
Jumlah balita kasus gizi buruk Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat inap yang sembuh edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan Z-Score
< -3 SD atau LiLA < 11,5 cm atau BB < 4 kg mendapat layanan
rawat inap menunjukkan perbaikan ke arah peningkatan status
gizi berdasarkan indeks BB/TB dari Z-Score < -3 SD menjadi
≥ -2 SD dan tidak ada tanda klinis gizi buruk atau LiLA ≥ 11,5
cm
Jumlah bayi kasus gizi buruk Bayi usia 0-6 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat inap yang meninggal edema bilateral) dan atau indeks BB/PB dengan Z-Score < -3
SD mendapat layanan rawat inap dan meninggal
Jumlah balita kasus gizi buruk Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat inap yang meninggal edema bilateral) dan atau indeks BB/TB dengan Z-Score < -3
SD atau LiLA < 11,5 cm atau BB < 4 kg mendapat layanan
rawat inap dan meninggal
CATATAN
12 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
c) Kualitas layanan rawat jalan dan rawat inap meliputi indikator:
indikator kualitas rawat jalan dan rawat inap dapat dilihat pada tabel
MI 1
dibawah ini.
3) Supervisi fasilitatif
Supervisi fasilitatif merupakan bagian dari manajemen mutu dengan
pendekatan proses, yaitu dengan mempelajari kinerja petugas/ pelaksana
layanan kesehatan/ gizi di tempat tugasnya. Supervisi fasilitatif dilakukan
dengan pendekatan yang bersahabat, tidak menyalahkan dan tidak
menggurui. Aspek yang diamati mencakup aspek manajerial dan aspek teknis
layanan dalam upaya penanggulangan gizi buruk.
Supervisi fasilitatif dilakukan oleh penyelia dari tingkat yang lebih atas,
misalnya dari dinas kesehatan kabupaten/ kota ke Puskesmas di wilayahnya.
Supervisi fasilitatif dilakukan secara teratur untuk memantau kemajuan dan
mengidentifikasi kemungkinan adanya kendala dalam upaya penanggulangan
gizi buruk pada balita, sekaligus memperbaiki praktik yang kurang tepat di
lokasi kunjungan. Penyelia bertanggungjawab untuk memastikan layanan
penanganan gizi buruk berjalan lancar dan diberikan dengan kualitas yang
baik dan juga merupakan mentor yang mendukung tenaga kesehatan serta
kader dengan menyediakan dukungan teknis berdasarkan kebutuhan.
Evaluasi Pembelajaran:
1. Jelaskan mengenai mobilisasi masyarakat pada upaya penanggulangan gizi buruk
pada balita.
2. Jelaskan indikator layanan rawat jalan dan rawat inap pada balita gizi buruk.
Hasil kajian tersebut menjadi dasar untuk perencanaan kebutuhan logistik, kebutuhan
sumber daya, dan juga strategi pengorganisasian upaya penanggulangan gizi buruk
pada balita.
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 13
Kajian besaran masalah gizi buruk dapat dilakukan dengan:
a. Tinjauan data sekunder, seperti data RISKESDAS atau data e-PPGBM.
MI 1
b. Survei gizi.
Dalam perencanaan, selain dibutuhkan kajian besaran masalah, diperlukan juga
penghitungan beban kasus dalam setahun, yang akan digunakan untuk penghitungan
kebutuhan logistik dan sumber daya lainnya.
Bila tidak memungkinkan untuk menghitung jumlah balita gizi buruk secara riil, maka
dapat menghitung estimasi jumlah balita gizi buruk untuk satu tahun.
Jumlah balita gizi buruk di suatu wilayah dapat dihitung dengan formula:
Jumlah balita gizi buruk = Jumlah balita x Prevalensi balita gizi buruk
Contoh:
Jumlah balita Kabupaten Aceh Tengah = 23.305 (berdasarkan Kabupaten Dalam
Angka 2018).
Prevalensi gizi buruk Provinsi Aceh = 5% (berdasarkan RISKESDAS 2018).
Prevalensi gizi buruk di Kabupaten Aceh Tengah 4,8%.
Catatan: Jika prevalensi gizi buruk di tingkat kabupaten tidak diketahui maka
perhitungan prevalensi balita gizi buruk untuk Provinsi Aceh digunakan sebagai
referensi untuk prevalensi balita gizi buruk Kabupaten Aceh Tengah.
Untuk menghitung jumlah beban kasus balita gizi buruk perlu juga memperhitungkan
kasus-kasus yang tidak tertangani dengan baik atau kasus relaps. Untuk perhitungan
beban kasus setahun ini digunakan rumus:
Angka 2,6 adalah faktor koreksi untuk kasus baru (insiden) dalam satu periode
waktu.
Contoh:
Jumlah beban kasus balita gizi buruk setahun di Kabupaten Aceh Tengah adalah
1.119 x 2,6 = 3.109 kasus
Dalam perencanaan, perlu ditetapkan juga berapa cakupan balita gizi buruk yang
akan ditangani dalam satu periode waktu (misalnya dalam satu tahun). Contoh,
Kabupaten Aceh Tengah menetapkan cakupan balita gizi buruk yang ditangani di
tahun 2019 adalah 60%, maka beban kasus balita gizi buruk tahun 2019 adalah
3.109 x 0,6 = 1.865 kasus balita gizi buruk. Jumlah beban kasus ini yang digunakan
untuk perencanaan logistik.
Dari balita gizi buruk yang ada, tidak semua membutuhkan layanan rawat inap. Dari
total balita gizi buruk, hanya sekitar 10-15% yang membutuhkan layanan rawat inap,
14 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
sedangkan 85-90% dapat dirawat di layanan rawat jalan. Di awal pelaksanaan
layanan balita gizi buruk dimana layanan rawat jalan dan penemuan dini kasus belum
MI 1
berjalan secara optimal, maka mungkin jumlah balita yang akan ditangani di layanan
rawat inap akan lebih tinggi. Namun sejalan waktu, bila layanan rawat jalan yang
disertai dengan penemuan dini kasus, maka jumlah balita yang perlu ditangani di
layanan rawat inap akan berkurang.
Perencanaan logistik dan sumber daya lain dihitung berdasarkan jumlah balita gizi
buruk yang ada di suatu wilayah dalam setahun yang membutuhkan layanan rawat
inap dan layanan rawat jalan.
Evaluasi Pembelajaran:
Peserta melaksanakan penugasan berupa latihan kasus. Pelaksanaan latihan kasus
mengacu pada lampiran 1.1.
VII. RANGKUMAN
Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi mempunyai empat komponen, yaitu; 1)
Penggerakan peran serta aktif masyarakat agar berperan aktif dalam upaya
pencegahan, penanganan, pemantauan dan rehabilitasi kasus gizi kurang/ buruk; 2)
Layanan rawat jalan balita (6 - 59 bulan) dengan gizi buruk tanpa komplikasi: dilakukan
di fasilitas kesehatan primer (Puskesmas/ Pustu terpilih, klinik praktik dokter) yang
memiliki tenaga kesehatan yang mampu memberikan layanan gizi kurang/ buruk dan
memiliki perlengkapan yang diperlukan; 3) Layanan rawat inap untuk semua bayi
berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk (dengan/ tanpa komplikasi) dan balita 6 -
59 bulan dengan komplikasi: rawat inap dapat dilakukan di rumah sakit atau
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 15
Puskesmas rawat inap untuk terapi fase stabilisasi dan; 4) Tata laksana kasus gizi
kurang: balita diberi makanan tambahan.
MI 1
Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang penting disetiap langkah kegiatan
agar terdokumentasi dengan bak dan dapat menjadi dasar dalam penyusunan
perencanaan periode berikutnya.
VIII. REFERENSI
1. FHI 360/FANTA. 2018. Training Guide for Community-Based Management of
Acute Malnutrition (CMAM).
2. Mark Myatt on behalf of the CMAM Forum. 2012. How do we estimate case load
for SAM and/ or MAM children 6-59 months in a given time period? CMAM Forum.
3. Sphere Association. The Sphere Handbook: Humanitarian Charter and Minimum.
4. Standards in Humanitarian Response, fourth edition, Geneva, Switzerland, 2018.
5. World Health Organization. 2008. Training Course on Child Growth Assessment.
Geneva.
16 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
IX. LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Lembar Penugasan
MI 1
Penugasan Pokok Bahasan 3 (Pengelolaan Terintegrasi Upaya Penanggulangan Gizi
Buruk pada Balita sesuai Kewenangan)
Tujuan : memberikan pengalaman belajar kepada peserta untuk melakukan
pengelolaan upaya penanggulangan gizi buruk pada balita meliputi
perencanaan, pengorganisasian serta pemantauan dan evaluasi
Metode : Diskusi Kelompok
Waktu : 90 menit (2 JPL)
Langkah penugasan:
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok kecil (beranggotakan 4-5 orang)
atau berdasarkan wilayah kerja (Puskesmas) (5 menit)
2. Fasilitator mengingatkan peserta untuk mempelajari kembali materi Pengelolaan
Upaya Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita pada modul (10 menit)
3. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan diskusi kelompok dan Peserta
menuliskan hasil diskusi dalam bahan paparan (power point) (30 menit)
4. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara panel (25
menit)
5. Fasilitator memandu diskusi hasil penugasan kemudian mengomentari dan
memberikan masukan serta merangkum hasil penugasan (20 menit)
Alat Bantu:
ATK
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 17
Lampiran 1.2
INSTRUMEN PELAPORAN KASUS BALITA GIZI BURUK
MI 1
I. IDENTITAS BALITA
Masuk Puskesmas
BB : …………… kg
PB atau TB : …………… cm
BB/PB atau BB/TB : …………… SD (Z-Score)
LiLA : ………….. cm
Pitting edema bilateral : Ada (derajat +1, +2, +3)/ Tidak
Penyakit : Ada/ Tidak
penyerta/penyulit
Keluar Puskesmas
BB : …………… kg
PB atau TB : …………….cm
BB/PB atau BB/TB : …………….SD (Z-Score)
LiLA : …………….cm
Pitting edema bilateral : Ada (derajat +1, +2, +3)/ Tidak
Komplikasi medis : Ada/ Tidak
Penyakit : Ada/ Tidak
penyerta/ penyulit
18 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
MI 1
Cacat/ kelainan bawaan : Ya/ Tidak, sebutkan: …………………………………….......
Riwayat imunisasi : Lengkap/ Tidak, sebutkan:……………………………………
Pernah dirawat dengan : Ya/ Tidak
kasus gizi buruk
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 19
IV. Penyakit Penyerta/ Penyulit Ya Tidak
MI 1
20 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
7. Dilakukan monitoring penyakit penyerta/ penyulit
MI 1
8. Diberikan konseling gizi kepada orang tua/ pengasuh pasien oleh
tenaga kesehatan
9. Dilakukan stimulasi tumbuh kembang
VI. Hasil Pengobatan dan Rujukan Kasus Ya Tidak
A. Usia 0-6 bulan
1. Sembuh
2. Meninggal
3. Drop out
Jika Ya, sebutkan alasannya …………………………………….
4. Dirujuk ke rumah sakit
B. Usia 6-59 bulan
1. Sembuh
2. Meninggal
3. Drop out
Jika Ya, sebutkan alasannya ………………………………………
4. Dirujuk ke:
a. Layanan rawat inap pada Puskesmas yang sama
b. Fasyankes lainnya (Puskesmas, klinik)
c. Rumah sakit
5. Jika dirujuk ke fasyankes lain atau rumah sakit, apakah ada rujukan
kembali ke Puskesmas pengirim
VII. Pembiayaan Ya Tidak
1. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2. Ada pembiayaan khusus untuk perawatan balita gizi buruk
Jika ya, sebutkan sumber dananya
3. Pembiayaan mandiri
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 21
Lampiran 1.3
INSTRUMEN PELAPORAN KASUS BALITA GIZI BURUK
MI 1
I. IDENTITAS BALITA
Masuk Puskesmas
BB : …………… kg
PB atau TB : …………… cm
BB/PB atau BB/TB : …………… SD (Z-Score)
LiLA : ………….. cm
Pitting edema bilateral : Ada (derajat +1, +2, +3)/ Tidak
Komplikasi medis : Ada/ Tidak
Penyakit penyerta/ : Ada/ Tidak
penyulit
Keluar Puskesmas
BB : …………….kg
PB atau TB : …………….cm
BB/PB atau BB/TB : …………….SD (Z-Score)
LiLA : …………….cm
Pitting edema bilateral : Ada (derajat +1, +2, +3)/ Tidak
Komplikasi medis : Ada/ Tidak
Penyakit penyerta/ : Ada/ Tidak
penyulit
Lahir cukup bulan : Ya/ Tidak, ……………………minggu
Anak ke : ………………dari ………….. saudara
22 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
MI 1
Cacat/ kelainan bawaan : Ya/ Tidak, sebutkan: …………………………………….......
Riwayat imunisasi : Lengkap/ Tidak, sebutkan: …………………………………
Pernah dirawat dengan : Ya/ Tidak
kasus gizi buruk
1. BB/PB < - 3 SD
2. Ada edema
3. Terlalu lemah untuk menyusu
4. BB tidak naik
5. Terdapat komplikasi medis
B. Usia 6-59 bulan
Dengan satu atau lebih tanda berikut:
1. Edema pada seluruh tubuh (edema derajat +3)
2. BB/PB atau BB/TB < - 3 SD
3. LiLA < 11,5 cm
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 23
Dengan salah satu atau lebih tanda-tanda komplikasi medis berikut:
MI 1
1. Anoreksia
2. Dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare)
3. Letargi atau penurunan kesadaran
4. Demam tinggi (Suhu > 38,5°C)
5. Pneumonia berat (sulit bernapas atau bernapas cepat)
6. Anemia berat (Hb < 6 g/dL)
III. Riwayat Gizi Ya Tidak
1. Saat baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Mendapat ASI Eksklusif
3. Mendapat ASI
4. Mendapat susu formula
5. Mendapat MP-ASI
VI. Penyakit Penyerta/ Penyulit Ya Tidak
Apakah menderita penyakit berikut:
1. Diare/ diare persisten
2. ISPA/ Pneumonia
3. TBC
4. Kecacingan
5. Defisiensi vitamin A/ Xeroftalmia
6. Malaria
7. Anemia
8. Penyakit yang lain, bila ada, sebutkan…………..
Jika menderita penyakit diatas, apakah mendapat pengobatan sesuai
dengan penyakit tersebut?
V. Penanganan yang diberikan Ya Tidak
A. Usia 0-6 bulan
1. Diberikan Formula 75
2. Diberikan Formula 100 yang diencerkan
3. Diberikan ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition)
4. Mendapat kapsul vitamin A
Jika ya, diberikan kapsul biru (1 kapsul)
Jika ya, diberikan kapsul biru (1/2 kapsul)
5. Dilakukan monitoring berat badan setiap pagi
6. Dilakukan monitoring asupan makan
24 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
7. Dilakukan monitoring penyakit penyerta/ penyulit
MI 1
8. Diberikan konseling gizi kepada orang tua/ pengasuh pasien oleh
tenaga kesehatan
9. Dilakukan stimulasi tumbuh kembang
B. Usia 6-59 bulan
1. Diberikan Formula 75
2. Diberikan Formula 100
3. Diberikan ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition)
4. Mendapat kapsul vitamin A
Jika ya, diberikan kapsul biru
Jika ya, diberikan kapsul merah
5. Dilakukan monitoring berat badan setiap pagi
6. Dilakukan monitoring asupan makan
7. Dilakukan monitoring penyakit penyerta/ penyulit
8. Diberikan konseling gizi kepada orang tua/ pengasuh pasien oleh
tenaga kesehatan
9. Dilakukan stimulasi tumbuh kembang
VI. Hasil Pengobatan dan Rujukan Kasus Ya Tidak
A. Usia 0-6 bulan
1. Sembuh
2. Meninggal
3. Drop out
Jika Ya, sebutkan alasannya …………………………………….
4. Dirujuk ke rumah sakit
Jika Ya, apakah ada rujukan kembali ke Puskesmas pengirim
5. Dirujuk (pindah) ke rawat jalan
B. Usia 6-59 bulan
1. Sembuh
2. Meninggal
3. Drop out
Jika Ya, sebutkan alasannya ………………………………………
4. Dirujuk ke:
a. Layanan rawat jalan pada Puskesmas yang sama
b. Fasyankes lainnya (Puskesmas, klnik)
c. Rumah sakit
Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 25
5. Jika dirujuk ke fasyankes lain atau rumah sakit, apakah ada
MI 1
26 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita