Anda di halaman 1dari 28

MI 1

MATERI INTI 1

PENGELOLAAN TERINTEGRASI UPAYA


PENANGGULANGAN GIZI BURUK
PADA BALITA

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 1
MI 1

2 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
MATERI INTI 1
PENGELOLAAN TERINTEGRASI UPAYA PENANGGULANGAN

MI 1
GIZI BURUK PADA BALITA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Upaya penanggulangan gizi buruk pada balita harus dilakukan secara komprehensif
dan integratif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dengan
melibatkan lintas program, sektor, dan keluarga/masyarakat. Oleh karena itu, modul
ini disusun untuk membekali peserta agar dapat melakukan pengelolaan dengan baik
yang meliputi perencanaan dan pengorganisasian dengan melibatkan semua
komponen terkait.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pengelolaan terintegrasi
upaya penanggulangan gizi buruk pada balita sesuai kewenangan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan perencanaan terintegrasi upaya penanggulangan gizi buruk pada
balita.
2. Menjelaskan pengorganisasian terintegrasi upaya penanggulangan anak gizi
buruk.
3. Melakukan pengelolaan terintegrasi upaya penanggulangan gizi buruk pada
balita sesuai kewenangan.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


Modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
1. Perencanaan terintegrasi upaya penanggulangan gizi buruk pada balita
a. Pengelolaan gizi buruk terintegrasi
b. Prinsip perencanaan upaya penanggulangan gizi buruk pada balita
2. Pengorganisasian terintegrasi upaya penanggulangan gizi buruk pada balita
a. Pengorganisasian gizi buruk pada balita
b. Koordinasi peran dan fungsi pihak terkait dalam penanggulangan gizi buruk pada
balita
c. Mobilisasi masyarakat
d. Pemantauan dan evaluasi
3. Pengelolaan terintegrasi upaya penanggulangan gizi buruk pada balita sesuai
kewenangan

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Materi Pengelolaan Upaya Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita
2. Bahan Tayang Digital
3. Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita, Kemenkes, 2019

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 1
V. LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut merupakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
MI 1

Langkah 1:
Pengkondisian peserta (5 menit)
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
3. Fasilitator menyampaikan atau melakukan apersepsi kepada peserta sebelum
penyampaian materi.

Langkah 2:
Penyampaian Pokok Bahasan 1: Perencanaan Terintegrasi Upaya
Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita (20 menit)
1. Fasilitator menyampaikan pengelolaan gizi buruk terintegrasi dan prinsip
perencanaan upaya penanggulangan gizi buruk pada balita.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau melakukan
klarifikasi jika ada yang belum jelas.
3. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi penguatan
positif bagi peserta yang bertanya.
4. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan.

Langkah 3:
Penyampaian Pokok Bahasan 2: Pengorganisasian Terintegrasi Upaya
Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita (40 menit)
1. Fasilitator menyampaikan pengorganisasian gizi buruk pada balita, koordinasi
peran dan fungsi pihak terkait dalam penanggulangan gizi buruk pada balita,
mobilisasi masyarakat serta pemantauan dan evaluasi.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
melakukan klarifikasi jika ada yang belum jelas.
3. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi penguatan
positif bagi peserta yang bertanya.
4. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan.

Langkah 4:
Penyampaian Pokok Bahasan 3: Pengelolaan Terintegrasi Upaya
Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita sesuai kewenangan (20 menit)
1. Fasilitator menyampaikan tentang pengelolaan terintegrasi upaya penanggulangan
gizi buruk pada balita.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau melakukan
klarifikasi jika ada yang belum jelas.
3. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi penguatan
positif bagi peserta yang bertanya.
4. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan.

Langkah 5:
Rangkuman (5 menit)
Fasilitator merangkum proses pembelajaran dengan melibatkan peserta.

2 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
VI. URAIAN MATERI
1. Pokok Bahasan 1: Perencanaan Terintegrasi Upaya Penanggulangan Gizi

MI 1
Buruk pada Balita
a. Pengelolaan gizi buruk terintegrasi
Tata laksana balita dengan gizi buruk telah diterapkan sejak lama melalui rawat
inap di rumah sakit atau Puskesmas rawat inap. Saat ini telah dikembangkan
tata laksana gizi buruk dengan pendekatan rawat jalan. Keuntungan
pendekatan rawat jalan antara lain balita tetap di rumah dengan keluarga,
orang tua atau pengasuh yang dapat mengerjakan tugas-tugas lainnya selain
merawat balitanya yang gizi buruk sehingga mengurangi beban rawat inap di
fasilitas pelayanan kesehatan dan mengurangi risiko infeksi silang
(nosokomial), melalui upaya sebagai berikut:
1) Pencegahan yang dapat dilakukan oleh semua pihak termasuk keluarga
dan masyarakat sehingga mereka harus memahami faktor penyebabnya
serta mampu mencegah terjadinya gizi buruk. Hal-hal penting yang perlu
diketahui antara lain:
a) kebutuhan zat gizi ibu hamil, menyusui dan balita;

b) pengetahuan ibu atau pengasuh tentang pola pemberian makan pada
bayi dan anak balita yang tepat;

c) ketersediaan, akses dan daya beli terhadap makanan lokal bergizi;
d) akses pelayanan kesehatan untuk mencegah dan menangani penyakit;
e) ketersediaan dan pemanfaatan air bersih, jamban keluarga dan
kebersihan lingkungan. 

2) Tata laksana balita gizi buruk sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP).
3) Advokasi dan peningkatan kolaborasi secara sistematis dan menyeluruh
dengan program dan sektor terkait.
4) Adanya pedoman/ protokol penanggulangan gizi buruk dan sumber
daya yang dibutuhkan.
5) Menjadikan penanggulangan gizi kurang/ buruk pada balita sebagai
upaya prioritas wilayah yang harus segera diatasi dengan langkah-
langkah peningkatan deteksi dini kasus, meningkatkan cakupan
penanganan kasus dengan pelayanan yang berkualitas.
6) Pemantapan fungsi Posyandu dan penggerakan masyarakat secara
intensif untuk pemantauan pertumbuhan balita, deteksi dini gizi kurang/
buruk, serta penggerakan dalam upaya ketahanan pangan keluarga dan
masyarakat.
7) Pemantapan sistem informasi dalam upaya menangani masalah gizi.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 3
Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) mempunyai empat komponen yaitu:
MI 1

1) Penggerakan peran serta aktif masyarakat


Masyarakat didukung agar berperan aktif dalam upaya pencegahan,
penanganan, pemantauan dan rehabilitasi kasus gizi kurang/ buruk, diawali
dengan meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat, kader dan keluarga,
terkait dalam:
a) masalah gizi dan bahayanya bagi balita;

b) peran mereka dalam deteksi dini masalah gizi pada balita, yaitu dengan
melakukan penapisan balita dan mendampingi proses penanganan kasus
sampai pulih;

c) memanfaatkan layanan gizi yang tersedia; 

d) mendampingi balita pada fase rehabilitasi agar kejadian gizi kurang/ buruk
tidak terulang. 

2) Layanan rawat jalan balita (6 - 59 bulan) dengan gizi buruk tanpa komplikasi
dilakukan di fasilitas kesehatan primer (Puskesmas/Pustu terpilih, klinik praktik
dokter) yang memiliki tenaga kesehatan yang mampu memberikan layanan gizi
kurang/ buruk dan memiliki perlengkapan yang diperlukan. Layanan rawat jalan
dilakukan seminggu sekali untuk:
a) penilaian status gizi dan pemantauan peningkatan berat badan. Jika pasien
mendapat 
nutrisi 200 kkal/kgBB/hari maka diharapkan akan terjadi kenaikan
berat badan 5 g/kgBB/hari;
b) pemeriksaan kesehatan dan terapi;
c) pemberian terapi gizi antara lain F100 dan RUTF;
d) pemberian informasi/ konseling tentang pemberian makan bayi dan anak
sesuai dengan umur, stimulasi tumbuh kembang, pola hidup bersih dan sehat,
pemanfaatan air bersih dan jamban keluarga serta pencegahan penyakit;
e) pemberian pelayanan imunisasi, obat cacing dan vitamin A. 

3) Layanan rawat inap untuk semua bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi
buruk (dengan/ tanpa komplikasi) dan balita 6-59 bulan dengan komplikasi, dan
balita di atas 6 bulan dengan berat badan < 4 kg: rawat inap dapat dilakukan di
rumah sakit atau Puskesmas rawat inap.
4) Layanan balita gizi kurang: balita diberi makanan tambahan (PMT) melalui
Puskesmas, dan ibu/ pengasuh menerima:
a) konseling tentang pemberian makanan balita berdasarkan umur;
b) pelayanan kesehatan balita, termasuk imunisasi dasar lengkap;
c) pemberian vitamin A dan obat cacing; 

d) edukasi tentang higiene sanitasi; termasuk pemanfaatan air bersih dan
jamban
keluarga; 

e) pemantauan pertumbuhan secara rutin dan stimulasi perkembangan/
SDIDTK. 


Komponen-komponen tersebut saling menunjang dan terkait dengan pelayanan


kesehatan lainnya.

4 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
MI 1
Gambar 1.1 Hubungan antar-komponen Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi
Sumber: UNICEF. Prevention and treatment of severe acute malnutrition in East Asia and the Pacific. Report of a
Regional Consultation. UNICEF-EAPRO, 2015

Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi memiliki empat prinsip utama, yaitu:


1) Meningkatkan akses dan cakupan maksimum untuk layanan balita gizi buruk,
dengan mendekatkan layanan balita gizi buruk ke masyarakat seperti
memperbanyak titik layanan rawat jalan balita gizi buruk, seperti di Puskesmas,
Pustu dan Polindes sehingga mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan.
2) Meningkatkan penemuan kasus secara dini, diantaranya melalui keterlibatan aktif
masyarakat untuk penemuan dini dan rujukan kasus, serta tata laksana yang
tepat.
3) Tata laksana yang tepat bagi balita gizi buruk.
4) Perawatan sampai balita sembuh.

b. Prinsip perencanaan upaya penanggulangan gizi buruk pada balita.


Prinsip perencanaan yang dilakukan dalam upaya penanggulangan gizi buruk
pada balita harus mempertimbangkan beberapa faktor penting seperti kebijakan
terkait pencegahan dan penanganan gizi buruk, hasil analisis situasi yang
menggambarkan besaran masalah, situasi wilayah, karakteristik sasaran dan
potensi yang dimiliki untuk mendukung keberhasilan program. Keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan juga bisa menjadi faktor yang dapat mendukung
keberhasilan program karena dapat meningkatkan kepatuhan dalam menjalani
intervensi serta adanya rasa kepemilikan terhadap program.

Evaluasi Pembelajaran:
1. Sebutkan empat komponen Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi.
2. Sebutkan empat prinsip Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi.

2. Pokok Bahasan 2: Pengorganisasian Terintegrasi Upaya Penanggulangan Gizi


Buruk pada Balita
a. Pengorganisasian gizi buruk pada balita
Pengorganisasian yang baik dan sinergis merupakan faktor yang dapat
mendukung keberhasilan pelaksanaan Pengolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT).
Untuk itu diperlukan dukungan administrasi yang kuat, termasuk perencanaan,
anggaran yang cukup serta sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu,

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 5
dibutuhkan juga ketersediaan tim asuhan gizi yang kompeten dan terlatih sehingga
mampu memberikan layanan penanganan gizi buruk yang berkualitas serta
MI 1

pengintegrasian PGBT dengan program lain, seperti Manajemen Terpadu Balita


Sakit (MTBS), Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan, Imunisasi dan
program lainnya.

b. Koordinasi peran dan fungsi pihak terkait dalam penanggulangan gizi buruk pada
balita
Penyebab terjadinya gizi buruk sangat kompleks dan multifaktor. Oleh karena itu,
koordinasi multisektor merupakan salah satu kunci keberhasilan penanganan gizi
buruk terintegrasi. Koordinasi dan kerjasama dengan berbagai program dan
sektor/ pihak terkait perlu diupayakan seluas mungkin di setiap tingkatan
pemerintahan. Kegiatan lintas sektor yang terintegrasi dengan gizi akan memiliki
daya ungkit yang berarti terhadap penyelesaian penyebab tidak langsung masalah
gizi buruk, seperti masalah ketahanan pangan tingkat rumah tangga, pendidikan,
akses terhadap pelayanan kesehatan, jaminan sosial, dan akses terhadap sanitasi
dan air bersih.

Peran serta aktif keluarga dan masyarakat ikut menentukan keberhasilan upaya
penanggulangan gizi buruk pada balita. Peran mereka dalam pencegahan,
penemuan dini kasus dan pendampingan balita selama dan setelah menjalani
terapi perlu dimantapkan secara terus-menerus. Kegiatan ini dilaksanakan secara
terintegrasi dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi
masalah gizi pada balita.

c. Mobilisasi masyarakat
Mobilisasi masyarakat dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat pada
berbagai kegiatan terkait gizi buruk, seperti pencegahan, deteksi dini serta
pendampingan balita gizi buruk. Mobilisasi masyarakat dapat membangun
kepedulian dan peran serta masyarakat yang nantinya akan berdampak pada
penurunan angka balita gizi buruk.

Mobilisasi masyarakat merupakan proses berkelanjutan yang meliputi kegiatan:


1) Kajian masyarakat
2) Konsultasi dengan masyarakat dan penyusunan strategi mobilisasi masyarakat
3) Pengembangan serta diseminasi pesan dan media
4) Pelatihan mobilisasi masyarakat
5) Penemuan dini kasus, rujukan, kunjungan rumah dan tindak lanjut
6) Mengaitkan kegiatan mobilisasi masyarakat dengan pelayanan, program dan
inisiatif berbasis masyarakat lainnya.

Tujuan dari mobilisasi masyarakat:


1) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang kekurangan gizi akut dan pelayanan
yang ada.
2) Melakukan tindak lanjut untuk kasus-kasus berisiko dan bermasalah.
3) Melibatkan masyarakat dalam mencari solusi terkait hambatan akses
pelayanan kesehatan.

6 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
Sehingga dapat meningkatkan cakupan layanan PGBT, menurunkan jumlah anak
yang absen dan drop out, tindak lanjut pada balita dengan kemajuan yang lambat,

MI 1
memungkinkan deteksi dini dan meningkatkan jumlah kasus gizi buruk yang
sembuh.

Langkah-langkah mobilisasi masyarakat


1) Tahap perencanaan
a) Kajian masyarakat
b) Konsultasi dengan masyarakat dan penyusunan strategi mobilisasi
masyarakat
c) Pengembangan dan diseminasi pesan dan media
d) Pelatihan mobilisasi masyarakat

2) Tahap pelaksanaan
a) Kegiatan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
b) Penemuan dini kasus secara aktif
c) Tindak lanjut dan kunjungan rumah
d) Pemantauan dan evaluasi

Konsultasi
masyarakat Pengembangan Pelatihan
Kajian dan pesan dan mobilisasi
Masyarakat penyusunan media KIE masyarakat
strategi

Tindak Penemuan Kegiatan


Pemantauan
lanjut dan dini kasus dan peningkatan
dan
kunjungan rujukan pengetahuan
Evaluasi
rumah masyarakat masyarakat

Integrasi dengan layanan, program dan inisiatif berbasis masyarakat lainnya


Gambar 1.2 Langkah-langkah Mobilisasi Masyarakat

Kajian masyarakat
Tujuan kajian masyarakat adalah mengidentifikasi potensi hambatan dan
dukungan terhadap akses dan pemanfaatan layanan kesehatan.
Dua pertanyaan utama dalam kajian masyarakat:
• Faktor-faktor yang menimbulkan kebutuhan layanan PGBT di masyarakat
(demand).
• Bagaimana cara pengorganisasian mobilisasi masyarakat sehingga dapat
menimbulkan atau meningkatkan kebutuhan layanan PGBT secara efektif
(supply).

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 7
Kajian masyarakat ini dapat dilakukan dengan:
• Konsultasi bersama pemuka masyarakat (tingkat kabupaten, kecamatan, dan
MI 1

desa)
• Tinjauan data sekunder
• Pengambilan data primer, seperti wawancara mendalam, FGD, dan observasi

Dari kajian masyarakat dapat memahami hal-hal, seperti:


1) Kebutuhan (demand):
a) Karakter masyarakat, termasuk etnik, sosial, budaya, agama
b) Pengetahuan, pemahaman dan persepsi tentang kekurangan gizi dan
faktor-faktor penyebabnya
c) Perilaku pencarian pelayanan kesehatan
d) Hambatan dan dukungan

2) Penyedia layanan (supply)


a) Siapa saja yang perlu dilibatkan dalam mobilisasi masyarakat, termasuk
tokoh-tokoh yang berpengaruh
b) Layanan kesehatan apa saja yang tersedia
c) Layanan atau program berbasis masyarakat apa saja yang tersedia
d) Bagaimana dan lewat mana cara diseminasi pesan-pesan dan media KIE

Strategi mobilisasi masyarakat disusun berdasarkan hasil kajian dan dilakukan


bersama dengan para pemangku kepentingan, yang meliputi:
1) Strategi peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran
2) Strategi penemuan dini dan rujukan
Penemuan dini kasus secara aktif, rujukan, tindak lanjut dan kunjungan rumah
dengan melibatkan masyarakat. Penemuan dini kasus secara aktif dapat
dilakukan oleh anggota masyarakat (seperti kader, guru PAUD, ibu
dasawisma) yang telah dilatih dengan menggunakan LiLA, menilai edema dan
tanda kurang gizi akut yang terlihat. Anggota masyarakat yang terlatih bisa
secara aktif melakukan skrining anak usia 0 - 59 bulan dari rumah ke rumah
secara periodik. Juga mengunjungi anak yang tidak datang ke Posyandu. Jika
menemukan bayi usia 0 - 6 bulan yang terlihat kurus atau mengalami
kesulitan menyusui maka perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
3) Strategi tindak lanjut dan kunjungan rumah
Anggota masyarakat yang terlatih juga dilibatkan secara aktif dalam
memantau balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan gizi buruk di
layanan rawat jalan, serta melakukan kunjungan rumah untuk kasus-kasus
yang berisiko atau bermasalah.

Pengembangan dan diseminasi pesan dan media:


1) Penyusunan rencana rinci tentang siapa dan bagaimana cara melakukan
sensitisasi dan desiminasi pesan-pesan berdasarkan informasi yang didapat
saat kajian masyarakat.
2) Konsultasikan rencana tersebut dengan pemangku kepentingan kunci untuk
menilai apakah strategi tersebut sesuai dengan konteks masyarakat.

8 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
Pesan-pesan kunci, meliputi:
1) Pemahaman tentang gizi buruk dan dampak terhadap balita, keluarga dan

MI 1
masyarakat
2) Informasi tentang ketersediaan layanan balita gizi buruk
3) Perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang tepat
4) Kepatuhan terapi hingga balita sembuh

Pelatihan mobilisasi masyarakat.


Pelatihan mobilisasi masyarakat perlu diberikan kepada semua anggota
masyarakat yang akan terlibat aktif dalam kegiatan tersebut, seperti kader, ibu
dasawisma, atau guru PAUD.

Materi pelatihan mobilisasi masyarakat, meliputi:


1) Tujuan PGBT
2) Jenis-jenis masalah gizi dan penyebabnya
3) Identifikasi, klasifikasi dan tata laksana balita gizi buruk
4) Cara deteksi dini dengan identifikasi hambatan pertumbuhan, pengukuran
LiLA dan penilaian edema bilateral
5) Cara rujukan, tindak lanjut dan kunjungan rumah

Sesuai dengan strategi mobilisasi yang telah disusun maka upaya-upaya yang
dilakukan, meliputi:
1) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kekurangan
gizi, penyebab dan akibatnya, agar mereka termotivasi untuk berperan serta
dalam upaya penanggulangannya. 


2) Pengarahan tokoh masyarakat, kader, pengasuh dan anggota masyarakat
lainnya untuk bekerjasama dengan bidan/ perawat/ petugas gizi di desa,
menjadikan masalah gizi sebagai isu strategis, yang harus diatasi bersama
untuk menjaga kualitas generasi penerus. 

3) Peningkatan kemampuan keluarga/ masyarakat dalam pencegahan,
penemuan dini kasus dan mencari pertolongan pelayanan, pendampingan
pada rawat jalan dan proses rehabilitasi, serta pemantauan
berkesinambungan agar kekurangan gizi tidak terulang.
4) Peningkatan penemuan dini, rujukan dan pendampingan kasus balita gizi
buruk serta berkontribusi dalam keberhasilan penanggulangan masalah gizi. 


Upaya penggerakan peran serta aktif masyarakat dapat dilakukan melalui forum
pertemuan formal/ informal yang sudah ada di tingkat kabupaten, kecamatan,
desa (misalnya forum Musyawarah Masyarakat Desa/ MMD), atau dusun. Wadah
lain yang bisa digunakan antara lain melalui jalur kegiatan keagamaan dan
kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Peserta undangan di setiap tingkat
administrasi mempunyai peran khusus dalam mendukung upaya penanggulangan
kekurangan gizi pada balita. Pertemuan ini dapat dilakukan secara rutin untuk
meningkatkan pemahaman dan kemampuan, memantau kemajuan, hambatan,
membahas tantangan, mencari solusi dan menggerakkan sumber daya serta
memperbaharui komitmen.

d. Pemantauan dan evaluasi


Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian penting dalam penanggulangan gizi
buruk. Dengan adanya informasi yang akurat, maka masalah spesifik yang timbul

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 9
akan lebih mudah diatasi secara efektif. Cakupan penanganan kasus gizi buruk
pada balita harus mencapai 100% dan kualitas pelayanan diupayakan mencapai
MI 1

minimal 80% dari standar layanan yang telah ditetapkan, meliputi penimbangan
berat badan, pengukuran LiLA, panjang/tinggi badan, dan tata laksana kasus.
Pemantauan efektivitas penanganan kasus (menjadi normal, gagal atau
meninggal) dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki pelaksanaan dan
perencanaan keseluruhan upaya.

1) Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pengukuran antropometri (BB, PB atau TB, LiLA dan LiKa) dalam
kegiatan rutin Posyandu di-plotting dan dicatat pada KMS atau Buku KIA, juga
ke dalam Formulir Sistem Informasi Posyandu (SIP). Dalam kolom catatan
selain merekapitulasi jumlah sasaran dan balita yang ditimbang, sangat
penting untuk mencatat balita yang teridentifikasi memiliki tanda-tanda gizi
buruk (terlihat sangat kurus dan/ atau edema bilateral). Pencatatan tersebut
kemudian di-entry ke dalam elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi
Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Sistem akan menghitung secara otomatis
status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Apabila
ditemukan balita bermasalah gizi, baik gizi kurang/ buruk, stunting atau kurus,
maka akan masuk ke dalam alert (lonceng).

Tenaga kesehatan dengan kader melakukan konfirmasi ulang pada balita


yang ditemukan bermasalah gizi tersebut dan memberikan tindakan segera.
Tindakan intervensi yang diberikan pada balita dicatat ke dalam kolom catatan
pada aplikasi e-PPGBM untuk memudahkan monitoring dan evaluasi tata
laksana pada setiap kasus, seperti peningkatan berat badan dan Z-Score.

Melalui sistem ini entry data dan feedback secara berjenjang dapat dilakukan
dalam waktu yang bersamaan sehingga lebih efisien. Informasi yang
dihasilkan juga dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan kajian atau
lokakarya mini dan sebagai dasar bagi pengambil keputusan.

Pertemuan kajian atau lokakarya mini


Di tingkat kecamatan, kepala Puskesmas dan staf terkait, bersama dengan
camat dan kepala desa bertemu setiap tiga bulan untuk membahas kemajuan
upaya penanggulangan balita gizi buruk. Tujuannya adalah membahas semua
tantangan dan mencari alternatif untuk mengatasinya. Pertemuan ini dapat
dilakukan sebagai bagian dari pertemuan lokakarya mini rutin. Pertemuan
mencakup kajian tentang:
a) Jumlah kematian, drop out dan tidak sembuh serta pemetaan desa lokasi
untuk 
memahami penyebab dasar dan menemukan solusi untuk
mengatasinya. 

b) Proses rujukan dari masyarakat ke layanan rawat jalan dan rujukan dari
layanan 
rawat jalan ke rawat inap, untuk memastikan proses yang efektif
dan efisien. 

c) Koordinasi antara masyarakat dan layanan rawat jalan. 


10 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
2) Indikator Keberhasilan
Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil

MI 1
dengan target melalui indikator yang telah disepakati. Indikator yang
digunakan untuk penilaian yaitu:

a) Layanan rawat jalan dan rawat inap

Tabel 1.1 Indikator Layanan Rawat Jalan untuk Balita Gizi Buruk

Indikator Definisi Operasional Perhitungan


Persentase Puskesmas Puskesmas yang memberikan layanan Jumlah Puskesmas yang
yang memberikan rawat jalan balita gizi buruk dengan memberikan layanan rawat
layanan rawat jalan untuk tenaga kesehatan (tim asuhan gizi jalan untuk balita gizi buruk
balita gizi buruk terdiri dari dokter, bidan/ perawat dan dengan tenaga kesehatan
ahli gizi) yang kompeten dalam tata yang kompeten dalam tata
laksana gizi buruk laksana gizi buruk dibagi
jumlah seluruh Puskesmas
yang ada dikali 100%

Tabel 1.2 Indikator Layanan Rawat Inap untuk Balita Gizi Buruk

Indikator Definisi Operasional Perhitungan


Persentase Puskesmas yang memberikan layanan Jumlah Puskesmas yang
Puskesmas rawat inap balita gizi buruk dengan memberikan layanan rawat inap
memberikan tenaga kesehatan (tim asuhan gizi terdiri dengan tenaga kesehatan yang
layanan rawat inap dari dokter, bidan/ perawat dan ahli gizi) kompeten dalam tata laksana gizi
untuk balita gizi yang kompeten dalam tata laksana gizi buruk dibagi jumlah seluruh
buruk buruk Puskesmas yang ada dikali 100%

b) Cakupan layanan rawat jalan dan rawat inap meliputi variabel sebagai
berikut:

Tabel 1.3 Cakupan Layanan Rawat Jalan


Variabel Definisi Operasioal
Jumlah balita kasus gizi buruk yang Seluruh balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk
ada (pitting edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan
Z-Score < -3 SD dan atau LiLA < 11,5 cm.
Jumlah balita kasus gizi buruk Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
mendapat layanan rawat jalan edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan Z-Score
< -3 SD dan atau LiLA < 11,5 cm mendapat layanan rawat
jalan.
Jumlah balita kasus gizi buruk Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat jalan yang sembuh edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan Z-Score
< -3 SD dan atau LiLA < 11,5 cm mendapat layanan rawat
jalan menunjukkan perbaikan kearah peningkatan status gizi
berdasarkan indeks BB/PB-TB dari Z-Score < -3 SD menjadi
≥ -2 SD dan tidak ada tanda klinis gizi buruk dan atau
LiLA ≥ 11,5 cm.
Jumlah balita kasus gizi buruk Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk dan atau
layanan rawat jalan yang indeks BB/PB-TB dengan Z-Score < -3 SD dan atau LiLA
meninggal < 11,5 cm mendapat layanan rawat jalan dan meninggal.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 11
Tabel 1.4 Cakupan Layanan Rawat Inap
Variabel Definisi Operasioal
MI 1

Jumlah bayi (0-6 bulan) kasus gizi Seluruh bayi usia 0 - 6 bulan dengan tanda klinis gizi buruk
buruk yang ada (pitting edema bilateral) dan atau indeks BB/PB dengan Z-
Score < -3 SD.
Jumlah balita (6-59 bulan) kasus Seluruh balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk
gizi buruk yang ada (pitting edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan Z-
Score < -3 SD atau LiLA, < 11,5 cm atau BB < 4 kg.
Jumlah bayi (0-6 bulan) kasus gizi Bayi usia 0 - 6 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
buruk mendapat layanan rawat edema bilateral) dan atau indeks BB/PB dengan Z-Score < -3
inap SD mendapat layanan rawat inap

Jumlah balita (6-59 bulan) kasus Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
gizi buruk mendapat layanan rawat edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan Z-Score
inap < -3 SD atau LiLA < 11,5 cm atau BB < 4 kg mendapat layanan
rawat inap
Jumlah bayi kasus gizi buruk Bayi usia 0-6 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat inap yang sembuh edema bilateral) dan atau indeks BB/PB dengan Z-Score < -3
SD mendapat layanan rawat inap menunjukkan perbaikan ke
arah peningkatan status gizi berdasarkan indeks BB/PB dari Z-
Score < -3 SD menjadi ≥ -2 SD dan tidak ada tanda klinis gizi
buruk
Jumlah balita kasus gizi buruk Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat inap yang sembuh edema bilateral) dan atau indeks BB/PB-TB dengan Z-Score
< -3 SD atau LiLA < 11,5 cm atau BB < 4 kg mendapat layanan
rawat inap menunjukkan perbaikan ke arah peningkatan status
gizi berdasarkan indeks BB/TB dari Z-Score < -3 SD menjadi
≥ -2 SD dan tidak ada tanda klinis gizi buruk atau LiLA ≥ 11,5
cm
Jumlah bayi kasus gizi buruk Bayi usia 0-6 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat inap yang meninggal edema bilateral) dan atau indeks BB/PB dengan Z-Score < -3
SD mendapat layanan rawat inap dan meninggal
Jumlah balita kasus gizi buruk Balita usia 6-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
layanan rawat inap yang meninggal edema bilateral) dan atau indeks BB/TB dengan Z-Score < -3
SD atau LiLA < 11,5 cm atau BB < 4 kg mendapat layanan
rawat inap dan meninggal

CATATAN

Kasus balita gizi buruk yang dihitung atau dilaporkan adalah:


1. Kasus Baru, yaitu kasus gizi buruk yang pertama kali ditemukan dan belum
pernah tercatat di pelayanan kesehatan
2. Kasus Relaps, yaitu kasus gizi buruk yang terjadi kembali setelah sembuh
dalam periode waktu 3 bulan sejak selesai tata laksana gizi buruk

12 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
c) Kualitas layanan rawat jalan dan rawat inap meliputi indikator:
indikator kualitas rawat jalan dan rawat inap dapat dilihat pada tabel

MI 1
dibawah ini.

Tabel 1.5 Indikator Layanan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Indikator Definisi Operasional Perhitungan


Persentase balita Balita gizi buruk yang mendapat layanan Jumlah balita gizi buruk yang
gizi buruk yang rawat jalan maupun rawat inap dengan mendapat perawatan dan
sembuh standar tata laksana gizi buruk di dinyatakan sembuh dibagi jumlah
Puskesmas dan dinyatakan sembuh seluruh balita gizi buruk dikali 100%.
Persentase balita Balita gizi buruk yang mendapat layanan Jumlah balita gizi buruk yang
gizi buruk yang rawat jalan maupun rawat inap dengan mendapat perawatan dan
meninggal standar tata laksana gizi buruk di meninggal dibagi jumlah seluruh
Puskesmas dan meninggal balita gizi buruk dikali 100%.

3) Supervisi fasilitatif
Supervisi fasilitatif merupakan bagian dari manajemen mutu dengan
pendekatan proses, yaitu dengan mempelajari kinerja petugas/ pelaksana
layanan kesehatan/ gizi di tempat tugasnya. Supervisi fasilitatif dilakukan
dengan pendekatan yang bersahabat, tidak menyalahkan dan tidak
menggurui. Aspek yang diamati mencakup aspek manajerial dan aspek teknis
layanan dalam upaya penanggulangan gizi buruk.

Supervisi fasilitatif dilakukan oleh penyelia dari tingkat yang lebih atas,
misalnya dari dinas kesehatan kabupaten/ kota ke Puskesmas di wilayahnya.
Supervisi fasilitatif dilakukan secara teratur untuk memantau kemajuan dan
mengidentifikasi kemungkinan adanya kendala dalam upaya penanggulangan
gizi buruk pada balita, sekaligus memperbaiki praktik yang kurang tepat di
lokasi kunjungan. Penyelia bertanggungjawab untuk memastikan layanan
penanganan gizi buruk berjalan lancar dan diberikan dengan kualitas yang
baik dan juga merupakan mentor yang mendukung tenaga kesehatan serta
kader dengan menyediakan dukungan teknis berdasarkan kebutuhan.

Evaluasi Pembelajaran:
1. Jelaskan mengenai mobilisasi masyarakat pada upaya penanggulangan gizi buruk
pada balita.
2. Jelaskan indikator layanan rawat jalan dan rawat inap pada balita gizi buruk.

3. Pokok Bahasan 3: Pengelolaan Terintegrasi Upaya Penanggulangan Gizi Buruk


pada Balita sesuai Kewenangan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam setiap perencanaan suatu
upaya dimulai dengan melakukan pengkajian, termasuk kajian besaran masalah,
karakteristik sasaran, potensi sumber daya dan pihak-pihak yang terkait.

Hasil kajian tersebut menjadi dasar untuk perencanaan kebutuhan logistik, kebutuhan
sumber daya, dan juga strategi pengorganisasian upaya penanggulangan gizi buruk
pada balita.

Kajian besaran masalah


Kajian besaran masalah perlu dilakukan baik di tingkat layanan kesehatan
(Puskesmas) dan tingkat manajerial (Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kementerian Kesehatan).

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 13
Kajian besaran masalah gizi buruk dapat dilakukan dengan:
a. Tinjauan data sekunder, seperti data RISKESDAS atau data e-PPGBM.
MI 1

b. Survei gizi.
Dalam perencanaan, selain dibutuhkan kajian besaran masalah, diperlukan juga
penghitungan beban kasus dalam setahun, yang akan digunakan untuk penghitungan
kebutuhan logistik dan sumber daya lainnya.

Bila tidak memungkinkan untuk menghitung jumlah balita gizi buruk secara riil, maka
dapat menghitung estimasi jumlah balita gizi buruk untuk satu tahun.

Jumlah balita gizi buruk di suatu wilayah dapat dihitung dengan formula:

Jumlah balita gizi buruk = Jumlah balita x Prevalensi balita gizi buruk

Contoh:
Jumlah balita Kabupaten Aceh Tengah = 23.305 (berdasarkan Kabupaten Dalam
Angka 2018).
Prevalensi gizi buruk Provinsi Aceh = 5% (berdasarkan RISKESDAS 2018).
Prevalensi gizi buruk di Kabupaten Aceh Tengah 4,8%.

Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Aceh Tengah


= 23.305 x 4,8% = 1.119 balita

Catatan: Jika prevalensi gizi buruk di tingkat kabupaten tidak diketahui maka
perhitungan prevalensi balita gizi buruk untuk Provinsi Aceh digunakan sebagai
referensi untuk prevalensi balita gizi buruk Kabupaten Aceh Tengah.

Untuk menghitung jumlah beban kasus balita gizi buruk perlu juga memperhitungkan
kasus-kasus yang tidak tertangani dengan baik atau kasus relaps. Untuk perhitungan
beban kasus setahun ini digunakan rumus:

Jumlah beban kasus setahun = jumlah balita gizi buruk x 2,6


atau
Jumlah beban kasus setahun = jumlah balita x prevalensi balita gizi buruk x 2,6

Angka 2,6 adalah faktor koreksi untuk kasus baru (insiden) dalam satu periode
waktu.

Contoh:
Jumlah beban kasus balita gizi buruk setahun di Kabupaten Aceh Tengah adalah
1.119 x 2,6 = 3.109 kasus

Dalam perencanaan, perlu ditetapkan juga berapa cakupan balita gizi buruk yang
akan ditangani dalam satu periode waktu (misalnya dalam satu tahun). Contoh,
Kabupaten Aceh Tengah menetapkan cakupan balita gizi buruk yang ditangani di
tahun 2019 adalah 60%, maka beban kasus balita gizi buruk tahun 2019 adalah
3.109 x 0,6 = 1.865 kasus balita gizi buruk. Jumlah beban kasus ini yang digunakan
untuk perencanaan logistik.

Dari balita gizi buruk yang ada, tidak semua membutuhkan layanan rawat inap. Dari
total balita gizi buruk, hanya sekitar 10-15% yang membutuhkan layanan rawat inap,

14 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
sedangkan 85-90% dapat dirawat di layanan rawat jalan. Di awal pelaksanaan
layanan balita gizi buruk dimana layanan rawat jalan dan penemuan dini kasus belum

MI 1
berjalan secara optimal, maka mungkin jumlah balita yang akan ditangani di layanan
rawat inap akan lebih tinggi. Namun sejalan waktu, bila layanan rawat jalan yang
disertai dengan penemuan dini kasus, maka jumlah balita yang perlu ditangani di
layanan rawat inap akan berkurang.

Perencanaan Kebutuhan Logistik dan sumber daya lain


Salah satu bagian perencanaan adalah melakukan perencanaan kebutuhan logistik
dan sumber daya lain terkait upaya penanggulangan gizi buruk pada balita, termasuk:
a) Alat-alat:
1) Alat antropometri (alat timbang berat badan, alat ukur panjang badan, pita LiLA)
sesuai dengan standar.
2) Home economic set untuk pembuatan formula untuk anak gizi buruk
(timbangan makanan, gelas ukur, sendok, piring, dll).
3) Alat medis (termometer, stetoskop, otoskop, dll).
b) Bahan-bahan:
1) Bahan untuk membuat formula terapi gizi F75 dan F100 (susu, gula, minyak
sayur).
2) Mineral mix
c) RUTF
d) Obat-obatan, oralit dan vaksin dasar
e) Tabel Z-Score berat badan terhadap tinggi (atau panjang) badan (WHO 2006).
f) Materi dan alat bantu untuk kegiatan edukasi dan promosi
g) Formulir pencatatan dan pelaporan
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, perlu dilakukan juga perencanaan yang
menyangkut kebutuhan sumber daya sesuai dengan hasil kajian, termasuk:
• Sumber daya manusia, seperti dokter, ahli gizi, perawat, tenaga kesehatan lain,
dan juru masak.
• Sumber daya finansial yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan seperti
pengadaan alat, bahan dan obat-obatan, pelatihan-pelatihan, kunjungan rumah,
kegiatan mobilisasi masyarakat, pembuatan materi edukasi dan promosi dll.

Perencanaan logistik dan sumber daya lain dihitung berdasarkan jumlah balita gizi
buruk yang ada di suatu wilayah dalam setahun yang membutuhkan layanan rawat
inap dan layanan rawat jalan.

Evaluasi Pembelajaran:
Peserta melaksanakan penugasan berupa latihan kasus. Pelaksanaan latihan kasus
mengacu pada lampiran 1.1.

VII. RANGKUMAN
Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi mempunyai empat komponen, yaitu; 1)
Penggerakan peran serta aktif masyarakat agar berperan aktif dalam upaya
pencegahan, penanganan, pemantauan dan rehabilitasi kasus gizi kurang/ buruk; 2)
Layanan rawat jalan balita (6 - 59 bulan) dengan gizi buruk tanpa komplikasi: dilakukan
di fasilitas kesehatan primer (Puskesmas/ Pustu terpilih, klinik praktik dokter) yang
memiliki tenaga kesehatan yang mampu memberikan layanan gizi kurang/ buruk dan
memiliki perlengkapan yang diperlukan; 3) Layanan rawat inap untuk semua bayi
berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk (dengan/ tanpa komplikasi) dan balita 6 -
59 bulan dengan komplikasi: rawat inap dapat dilakukan di rumah sakit atau

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 15
Puskesmas rawat inap untuk terapi fase stabilisasi dan; 4) Tata laksana kasus gizi
kurang: balita diberi makanan tambahan.
MI 1

Perencanaan dimulai dengan melakukan pengkajian terhadap kebijakan terkait,


besaran masalah, situasi wilayah, karakteristik sasaran dan potensi sumber daya,
pihak-pihak yang terlibat serta melibatkan peran aktif masyarakat. Pengorganisasian
upaya penanggulangan gizi buruk pada balita di berbagai tingkat pada umumnya
mencakup dua jalur, yaitu jalur manajerial dan jalur fasilitas kesehatan sebagai
pemberi layanan kesehatan.

Mobilisasi masyarakat meliputi berbagai kegiatan yang membantu penanggungjawab


program gizi untuk membangun hubungan dengan masyarakat dan membangun rasa
kepemilikan dan pemanfaatan program gizi oleh masyarakat.

Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang penting disetiap langkah kegiatan
agar terdokumentasi dengan bak dan dapat menjadi dasar dalam penyusunan
perencanaan periode berikutnya.

VIII. REFERENSI
1. FHI 360/FANTA. 2018. Training Guide for Community-Based Management of
Acute Malnutrition (CMAM).
2. Mark Myatt on behalf of the CMAM Forum. 2012. How do we estimate case load
for SAM and/ or MAM children 6-59 months in a given time period? CMAM Forum.
3. Sphere Association. The Sphere Handbook: Humanitarian Charter and Minimum.
4. Standards in Humanitarian Response, fourth edition, Geneva, Switzerland, 2018.
5. World Health Organization. 2008. Training Course on Child Growth Assessment.
Geneva.

16 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
IX. LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Lembar Penugasan

MI 1
Penugasan Pokok Bahasan 3 (Pengelolaan Terintegrasi Upaya Penanggulangan Gizi
Buruk pada Balita sesuai Kewenangan)
Tujuan : memberikan pengalaman belajar kepada peserta untuk melakukan
pengelolaan upaya penanggulangan gizi buruk pada balita meliputi
perencanaan, pengorganisasian serta pemantauan dan evaluasi
Metode : Diskusi Kelompok
Waktu : 90 menit (2 JPL)

Langkah penugasan:
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok kecil (beranggotakan 4-5 orang)
atau berdasarkan wilayah kerja (Puskesmas) (5 menit)
2. Fasilitator mengingatkan peserta untuk mempelajari kembali materi Pengelolaan
Upaya Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita pada modul (10 menit)
3. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan diskusi kelompok dan Peserta
menuliskan hasil diskusi dalam bahan paparan (power point) (30 menit)
4. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara panel (25
menit)
5. Fasilitator memandu diskusi hasil penugasan kemudian mengomentari dan
memberikan masukan serta merangkum hasil penugasan (20 menit)

Tugas yang harus dikerjakan kelompok, menjawab pertanyaan di bawah ini:


1. Bagaimana peserta mengidentifikasi jumlah atau persentase kasus wasting
menggunakan data melalui data rutin, aplikasi e-PPGBM berdasarkan wilayah dan
data survei sebagai pembanding.
2. Bagaimana peserta membuat rencana (logistik, tenaga, dan fasilitas yang
dibutuhkan dan sumber pembiayaan) dalam upaya penanggulangan gizi buruk pada
balita.
3. Bagaimana peserta mengidentifikasi penyebab gizi buruk dan merencanakan
koordinasi peran dan fungsi lintas program, sektor dan anggota masyarakat dalam
upaya penanggulangan gizi buruk.
4. Bagaimana peserta mengidentifikasi dan merencanakan kegiatan di masyarakat
dalam rangka mobilisasi masyarakat.
5. Bagaimana peserta mengidentifikasi jenis-jenis media informasi untuk promosi yang
sesuai dengan konteks wilayah masing-masing.

Alat Bantu:
ATK

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 17
Lampiran 1.2
INSTRUMEN PELAPORAN KASUS BALITA GIZI BURUK
MI 1

RAWAT JALAN DI PUSKESMAS

Puskesmas : …………................ Tanggal : ……...........................


Kecamatan : ...............................
Kab/Kota : …………................ Petugas : ……………………….
Propinsi : ……………………..

I. IDENTITAS BALITA

Nama anak : ………………….………..


NIK : ……………………………
Tanggal lahir/ umur : ………………….../ …… tahun …bulan
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
BB saat lahir : …………… gram
PB saat lahir : …………… cm

Masuk Puskesmas
BB : …………… kg
PB atau TB : …………… cm
BB/PB atau BB/TB : …………… SD (Z-Score)
LiLA : ………….. cm
Pitting edema bilateral : Ada (derajat +1, +2, +3)/ Tidak
Penyakit : Ada/ Tidak
penyerta/penyulit

Keluar Puskesmas
BB : …………… kg
PB atau TB : …………….cm
BB/PB atau BB/TB : …………….SD (Z-Score)
LiLA : …………….cm
Pitting edema bilateral : Ada (derajat +1, +2, +3)/ Tidak
Komplikasi medis : Ada/ Tidak
Penyakit : Ada/ Tidak
penyerta/ penyulit

Lahir cukup bulan : Ya/ Tidak, ……………………minggu


Anak ke : ……………dari ……………saudara

18 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
MI 1
Cacat/ kelainan bawaan : Ya/ Tidak, sebutkan: …………………………………….......
Riwayat imunisasi : Lengkap/ Tidak, sebutkan:……………………………………
Pernah dirawat dengan : Ya/ Tidak
kasus gizi buruk

Nama Bapak : ……………………


Nama Ibu : ……………………
Alamat : …………………………………………………………………
Desa/ Kelurahan : ..................
Kecamatan : .................
Kabupaten/Kota : .................
No Hp/ Telp : ……………………
Pekerjaan orang-tua : Ayah : ……………
Ibu : ……………

Pindahan dari rawat inap : Ya/ Tidak


Diagnosis : Gizi Buruk dengan ………………
(bila ada sebutkan penyakit penyerta/
penyulitnya)
Tgl masuk rawat jalan : ………….
Tgl keluar rawat jalan : ………….
Lama perawatan : ..…….hari
Drop out : Ya/ Tidak
II. Penapisan Kasus Ya Tidak
Usia 6-59 bulan
Dengan salah satu atau lebih tanda berikut:
1. Edema bilateral minimal pada kedua punggung kaki/ tangan dan atau
tungkai (edema derajat +1 atau +2)
2. BB/PB atau BB/TB < - 3 SD
3. LiLA < 11,5 cm
Tanpa komplikasi medis
III. Riwayat Gizi Ya Tidak
1. Saat baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Mendapat ASI Eksklusif
3. Masih mendapat ASI
4. Mendapat susu formula
5. Mendapat MP ASI

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 19
IV. Penyakit Penyerta/ Penyulit Ya Tidak
MI 1

Apakah menderita penyakit berikut:


1. Diare/ diare persisten
2. ISPA/ Pneumonia
3. TBC
4. Kecacingan
5. Defisiensi vitamin A/ Xeroftalmia
6. Malaria
7. Anemia
8. Penyakit yang lain, bila ada, sebutkan…………..
Jika menderita penyakit diatas, apakah mendapat pengobatan sesuai dengan
penyakit tersebut?
V. Penanganan yang diberikan Ya Tidak
A. Usia 0-6 bulan (pindahan dari rawat inap ke rawat jalan)
1. Diberikan Formula 100 yang diencerkan
2. Diberikan ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition)
3. Mendapat kapsul vitamin A
Jika ya, diberikan kapsul biru (1 kapsul)
Jika ya, diberikan kapsul biru (1/2 kapsul)
4. Dilakukan monitoring berat badan setiap minggu
5. Dilakukan monitoring asupan makan
6. Dilakukan monitoring penyakit penyerta/ penyulit
7. Diberikan konseling gizi kepada orang tua/ pengasuh pasien oleh
tenaga kesehatan
8. Dilakukan stimulasi tumbuh kembang
B. Usia 6-59 bulan
1. Diberikan Formula 100
2. Diberikan Ready to Use Therapeutic Food (RUTF)
3. Diberikan ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition)
Jika tidak, apakah diberikan Tablet Zinc?
4. Mendapat kapsul vitamin A
Jika ya, diberikan kapsul biru
Jika ya, diberikan kapsul merah
5. Dilakukan monitoring berat badan setiap minggu
6. Dilakukan monitoring asupan makan

20 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
7. Dilakukan monitoring penyakit penyerta/ penyulit

MI 1
8. Diberikan konseling gizi kepada orang tua/ pengasuh pasien oleh
tenaga kesehatan
9. Dilakukan stimulasi tumbuh kembang
VI. Hasil Pengobatan dan Rujukan Kasus Ya Tidak
A. Usia 0-6 bulan
1. Sembuh
2. Meninggal
3. Drop out
Jika Ya, sebutkan alasannya …………………………………….
4. Dirujuk ke rumah sakit
B. Usia 6-59 bulan
1. Sembuh
2. Meninggal
3. Drop out
Jika Ya, sebutkan alasannya ………………………………………
4. Dirujuk ke:
a. Layanan rawat inap pada Puskesmas yang sama
b. Fasyankes lainnya (Puskesmas, klinik)
c. Rumah sakit
5. Jika dirujuk ke fasyankes lain atau rumah sakit, apakah ada rujukan
kembali ke Puskesmas pengirim
VII. Pembiayaan Ya Tidak
1. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2. Ada pembiayaan khusus untuk perawatan balita gizi buruk
Jika ya, sebutkan sumber dananya
3. Pembiayaan mandiri

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 21
Lampiran 1.3
INSTRUMEN PELAPORAN KASUS BALITA GIZI BURUK
MI 1

RAWAT INAP DI PUSKESMAS

Puskesmas : …………................ Tanggal : ……………...........................


Kecamatan : ...............................
Kab/Kota : …………................ Petugas : ………………………………..
Propinsi : ……………………..

I. IDENTITAS BALITA

Nama anak : ………………….………..


NIK : ……………………………
Tanggal lahir/ umur : ………………….../ …… tahun …bulan
Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan
BB saat lahir : …………… gram
PB saat lahir : …………… cm

Masuk Puskesmas
BB : …………… kg
PB atau TB : …………… cm
BB/PB atau BB/TB : …………… SD (Z-Score)
LiLA : ………….. cm
Pitting edema bilateral : Ada (derajat +1, +2, +3)/ Tidak
Komplikasi medis : Ada/ Tidak
Penyakit penyerta/ : Ada/ Tidak
penyulit

Keluar Puskesmas
BB : …………….kg
PB atau TB : …………….cm
BB/PB atau BB/TB : …………….SD (Z-Score)
LiLA : …………….cm
Pitting edema bilateral : Ada (derajat +1, +2, +3)/ Tidak
Komplikasi medis : Ada/ Tidak
Penyakit penyerta/ : Ada/ Tidak
penyulit
Lahir cukup bulan : Ya/ Tidak, ……………………minggu
Anak ke : ………………dari ………….. saudara

22 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
MI 1
Cacat/ kelainan bawaan : Ya/ Tidak, sebutkan: …………………………………….......
Riwayat imunisasi : Lengkap/ Tidak, sebutkan: …………………………………
Pernah dirawat dengan : Ya/ Tidak
kasus gizi buruk

Nama Bapak : ……………………


Nama Ibu : ……………………
Alamat : …………………………………………………………………
Desa/ Kelurahan : ..................
Kecamatan : .................
Kabupaten/ Kota : .................
No Hp/ Telp : ……………………
Pekerjaan orang-tua : Ayah : ……………
Ibu : ……………

Diagnosis : Gizi Buruk dengan ………………


(bila ada sebutkan komplikasi medis
dan/ atau penyakit penyerta/
penyulitnya)
Tgl masuk rawat inap : ………….
Tgl keluar rawat inap : ………….
Lama perawatan : ..…….hari (by system)
Pulang paksa : Ya/ Tidak
II. Penapisan Kasus Ya Tidak
A. Usia 0-6 bulan, dengan satu atau lebih tanda berikut:

1. BB/PB < - 3 SD
2. Ada edema
3. Terlalu lemah untuk menyusu
4. BB tidak naik
5. Terdapat komplikasi medis
B. Usia 6-59 bulan
Dengan satu atau lebih tanda berikut:
1. Edema pada seluruh tubuh (edema derajat +3)
2. BB/PB atau BB/TB < - 3 SD
3. LiLA < 11,5 cm

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 23
Dengan salah satu atau lebih tanda-tanda komplikasi medis berikut:
MI 1

1. Anoreksia
2. Dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare)
3. Letargi atau penurunan kesadaran
4. Demam tinggi (Suhu > 38,5°C)
5. Pneumonia berat (sulit bernapas atau bernapas cepat)
6. Anemia berat (Hb < 6 g/dL)
III. Riwayat Gizi Ya Tidak
1. Saat baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Mendapat ASI Eksklusif
3. Mendapat ASI
4. Mendapat susu formula
5. Mendapat MP-ASI
VI. Penyakit Penyerta/ Penyulit Ya Tidak
Apakah menderita penyakit berikut:
1. Diare/ diare persisten
2. ISPA/ Pneumonia
3. TBC
4. Kecacingan
5. Defisiensi vitamin A/ Xeroftalmia
6. Malaria
7. Anemia
8. Penyakit yang lain, bila ada, sebutkan…………..
Jika menderita penyakit diatas, apakah mendapat pengobatan sesuai
dengan penyakit tersebut?
V. Penanganan yang diberikan Ya Tidak
A. Usia 0-6 bulan
1. Diberikan Formula 75
2. Diberikan Formula 100 yang diencerkan
3. Diberikan ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition)
4. Mendapat kapsul vitamin A
Jika ya, diberikan kapsul biru (1 kapsul)
Jika ya, diberikan kapsul biru (1/2 kapsul)
5. Dilakukan monitoring berat badan setiap pagi
6. Dilakukan monitoring asupan makan

24 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
7. Dilakukan monitoring penyakit penyerta/ penyulit

MI 1
8. Diberikan konseling gizi kepada orang tua/ pengasuh pasien oleh
tenaga kesehatan
9. Dilakukan stimulasi tumbuh kembang
B. Usia 6-59 bulan
1. Diberikan Formula 75
2. Diberikan Formula 100
3. Diberikan ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition)
4. Mendapat kapsul vitamin A
Jika ya, diberikan kapsul biru
Jika ya, diberikan kapsul merah
5. Dilakukan monitoring berat badan setiap pagi
6. Dilakukan monitoring asupan makan
7. Dilakukan monitoring penyakit penyerta/ penyulit
8. Diberikan konseling gizi kepada orang tua/ pengasuh pasien oleh
tenaga kesehatan
9. Dilakukan stimulasi tumbuh kembang
VI. Hasil Pengobatan dan Rujukan Kasus Ya Tidak
A. Usia 0-6 bulan
1. Sembuh
2. Meninggal
3. Drop out
Jika Ya, sebutkan alasannya …………………………………….
4. Dirujuk ke rumah sakit
Jika Ya, apakah ada rujukan kembali ke Puskesmas pengirim
5. Dirujuk (pindah) ke rawat jalan
B. Usia 6-59 bulan
1. Sembuh
2. Meninggal
3. Drop out
Jika Ya, sebutkan alasannya ………………………………………
4. Dirujuk ke:
a. Layanan rawat jalan pada Puskesmas yang sama
b. Fasyankes lainnya (Puskesmas, klnik)
c. Rumah sakit

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita 25
5. Jika dirujuk ke fasyankes lain atau rumah sakit, apakah ada
MI 1

rujukan kembali ke Puskesmas pengirim


VII. Pembiayaan Ya Tidak
1. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2. Ada pembiayaan khusus untuk perawatan balita gizi buruk
Jika Ya, sebutkan sumber dananya
3. Pembiayaan mandiri

26 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita

Anda mungkin juga menyukai