Anda di halaman 1dari 12

Bakti Husada

Kamis, 01 Desember 2011

KTI CA SERVIKS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat untuk dapat
meningkatkan kualitas hidup, serta produktifitas tenaga kerja. Angka kesakitan dan
kematian yang tinggi pada masyarakat adalah menurunnya daya kerja fisik serta
terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung dan tidak langsung dari
masalah pola serta perilaku hidup sehat masyarakat itu sendiri.
Di Indonesia angka kematian tertinggi paling banyak dialami oleh wanita, ini di
sebabkan karena wanita sangat rentan terhadap penyakit. yaitu rentan terserang
penyakit kanker. Karena itu, kaum wanita sebaiknya mulai menerapkan gaya hidup
sehat dengan konsumsi makanan yang sehat juga (info special,akses tanggal 1
februari 2010).
dengan memiliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang system kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karoten,vitamin
A,C dan E,serta asam folat yang dapat mengurangi resiko terkena kanker dan untuk
menurungkan angka kematian ibu( info spesial, akses tanggal 1februari 2010).
Saat ini kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia. World
Health Organitation (WHO) menyatakan, pada tahun 2015, diperkirakan ada 9 juta
orang yang meninggal karena kanker dan tahun 2030 diperkirakan ada 11,4 juta
kematian karena kanker.
Menurut data Departemen Kesehatan (Depkes), kanker merupakan penyebab kematian ke–5
di Indonesia dan mengalami peningkatan secara bermakna. Ironisnya, di negara
berkembang, 80-90 persen biasanya tidak dapat disembuhkan karena penderita datang
dalam stadium yang telah lanjut.
Memang, hingga saat ini belum ada data akurat mengenai kanker di Indonesia. Namun,
diketahui dari rangkuman Pusat Patologi Indonesia, dari 10 jenis kanker paling
banyak diderita di Indonesia, kanker leher rahim (serviks) menduduki angka
tertinggi. Fakta ini membuktikan kaum wanita merupakan golongan paling berisiko
terkena kanker dibandingkan pria ( siswandi.2006)
Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini merupakan penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh infeksi virus yaitu human papiloma virus (HPV) (heffner,j.2006).
Kanker serviks ( kanker leher rahim ) memiliki tingkat keganasan mencakup 80%
dibanding dengan kanker saluran lainnya, yang lebih banyak terjadi di Negara
industri, kanker serviks merupakan kanker pembunuh nomor satu serta peringakat
pertama di dunia Dengan klasifikasi jumlah penderita sebanyak 369.500 jiwa
pertahunnya, kemudian diikuti kanker lambung yang menempati urutan kedua dan
disusul dengan kanker-kanker jenis lainnya (Yatim.2005:49)
Kanker serviks pertama kali diketahui 150 tahun yang lalu ketika ditemukan bahwa
penyakit ini jarang terjadi pada biarawati dan banyak terjadi pada wanita tuna
susila. Data epidemiologis berikutnya telah mengidentifikasi bahwa omset aktifitas
seksual pada usia remaja dan pasangan seksual multiple merupakan tanda-tanda resiko
tinggi untuk kanker serviks. Insidensi penyakit ini lebih tinggi pada wanita
berpenghasilan rendah namun pengaruh dari factor ini tidak terlepas dari pasangan
seksual multiple (Heffner,j. 2008:94)
Badan Kesehatan Dunia (BKD) atau world health organization (WHO),
sekitar 80 persen kematian itu terjadi di negara berkembang. Di dunia, sekitar
500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan sedikitnya 231.000 wanita
di seluruh dunia meninggal akibat kanker serviks (leher rahim). Dilihat dari 50%
kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang
dalam stadium lanjut ( info spesial.diakses pada tanggal 1februari 2010).
Sementara jumlah kejadian kanker serviks di Amerika itu sendiri
sebanyak 10.370 perempuan didiagnosa mengidap kanker leher rahim di mana 3.900
orang diantaranya meninggal karena kanker leher rahim dalam satu tahun. Berdasarkan
data Departemen Kesehatan (Depkes), di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher
rahim per 100.000 penduduk.Setiap tahun terjadi 200.000 kasus kanker leher
rahim( norwits, errol r. 2007:63).
Kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6 %) di
Indonesia. Di Indonesia, insidensi kejadian kanker leher rahim paling tinggi
dibandingkan jenis kanker lainnya. Setiap tahunnya terjadi 180.000 sampai 200.000
kasus baru kanker leher rahim, kata Dr. Adi Budi Harsono, Sp.OG., dari RSHS Bandung
pada seminar "Penanggulangan Kanker Alat Reproduksi Perempuan", yang digelar
Yayasan Kanker Indonesia Cabang Jabar dan BKKBN Jabar.
Data yang di peroleh dari catatan Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo yang tergabung dalam rekam medik menujukkan bahwa jumlah
penderita kanker serviks masih sangat banyak terjadi, dimana pada tahun 2008
terdapat 220 kasus dimana kasus baru atau pasien baru 98 kasus, pasien lama 122
kasus. Tahun 2009 sebanyak 172 kasus dengan pasien baru 91 kasus, pasien lama
81kasus. Hal ini memberikan indikasi bahwa penaggulangan terhadap kejadian kanker
servik di Kota Makassar masih relatif kurang yang dapat disebabkan oleh banyak
faktor diantaranya perhatian terhadap penanggulangan penyakit ini masih relatif
rendah. Sumber data: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar.
Saat ini peran pemerintah untuk menurungkan angka
kesakitan dan kematian ibu yaitu dengan memberikan bantuan berupa pemeriksaan
gratis,serta memberikan sosialisasi pada masyarakat mengenai pencegahan terhadap
kanker serviks.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penulis mengkaji
permasalahan lewat proposal penelitian sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab
penulis dalam memberikan solusi terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi guna
menanggulangi masalah klien.

B. Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan studi kasus ini adalah penulis menggunakan pendekatan
proses manajemen asuhan kebidanana pada klien dengan kanker serviks .

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata didalam menerapkan teori yang sudah
diperoleh selama pendidikan dan dapat memberikan asuhan kebidanan kepada klien
dengan kanker serviks.

2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya pengalaman nyata dalam membuat pengumpulan data dan analisa
data dasar dengan kasus kanker serviks.
b. Diperolehnya pengalaman nyata dalam perumusan diagnosa/masalah aktual dengan
kasus kanker serviks.
c. Diperolehnya pengalaman nyata dalam perumusan diagnosa/masalah potensial
dengan kasus kanker serviks.
d. Diperolehnya pengalaman nyata dalam pelaksanaan tindakan segera dan
kolaborasi dengan kasus kanker serviks.
e. Diperolehnya pengalaman nyata dalam perumusan rencana tindakan asuhan
kebidanan dengan kasus kanker serviks.
f. Diperolehnya pengalaman nyata dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan
dengan kasus kanker serviks.
g. Diperolehnya pengalam nyata dalam membuat pendokumentasian asuhan kebidanan
dengan kasus kanker serviks.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi
a. Sebagai bahan bacaan ilmiah dan kerangka konsep perbandingan untuk
pengembangan kualitas ilmu kebidanan.
b. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Diploma III kebidanan .
c. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Instansi
Diharapkan dapat menambah informasi untuk memperkuat strategi asuhan kebidanan
pada Klien dengan kasus kanker serviks.
3. Bagi penulis
Merupakan pengalaman yang berharga bagi penulis memperluas wawasan danmeningkatkan
pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada klien dengan kasus kanker serviks.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Studi kepustakaan
Bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang teoritis penelitian
, di dalamnya tersimpan bahan bacaan dan informasi yang dapat mengarahkan kita
dalam menciptakan pemahaman yang tepat tentang kasus yang dibahas.
2. Studi kasus
Melakukan studi kasus gangguan sistem reproduksi dengan masalah kanker serviks di
RSUP Dr. Wahidin sudirohusodo. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan adalah
menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kebidanan yang meliputi pengkajian
dan analisis data, menetukan diagnosa/masalah actual dan potensial,
perencanaan,pelaksanaan serta evaluasibasuhan kebidanan.
Jenis data yang dikumpulkan:
a. Data primer
Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari responden baik
subjektif maupun objektif.
Pengambilan data primer dilakukan dengan cara, yaitu :
1) Wawancara
Wawancara adalah proses Tanya jawab yang lansung antara petugas dan responden
(anamneses) yaitu mengkaji data tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keadaan/masalah responden.
2) Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap responden meliputi :
a) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secra sistematis dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi serta pemeriksaan lainnya yang berhubungan dengan
keadaan/masalah responden.
b) Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial adalah keadaan responden terhadap kondisi yang dialami,
status emosional, serta interaksi responden terhadap petugas kesehatan, keluarga
dan lingkungannya.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak lansung dari responden
tetapi melalui media cetak, elektronik, rekam medic dan catatan lain sebagai sumber
informasi yang berhubungan dengan keadaan/masalah responden.
Data sekunder yang dapat diperoleh dengan studi kasus dokumentasi yaitu dengan cara
membaca dan mempelajari staus kesehatan responden yang bersumber dari catatan
perawatan/dokumentasi hasil pemeriksaan penunjang.
F. Sistematika Penulisan
Studi kasus ini terdiri dari lima bab dan disusun dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Pembahasan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
2. Bagi Instansi Tempat Penelitian
3. Bagi Penulis
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang kanker serviks
B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB III STUDI KASUS
A. Langkah 1. Pengumpulan data dasar
B. Langkah 2. Identifikasi diagnosa/masalah aktual
C. Langkah 3. Identifikisai diagnosa/masalah potensial
D. Langkah 4. Pelaksanaan tindakan segera, kolaborasi, rujukan dan
Konsultasi
E. Langkah 5. Rencana tindakan asuhan kebidanan
F. Langkah 6. Pelaksanaan rencana tindakan asuhan kebidanan
G. Langkah 7. Evaluasi tindakan asuhan kebidanan
H. Pendokumentasian asuhan kebidanan

BAB IV PEMBAHASAN
A. Langkah 1. Pengumpulan data dasar
B. Langkah 2. Identifikasi diagnosa/masalah aktual
C. Langkah 3. Identifikisai diagnosa/masalah potensial
D. Langkah 4. Pelaksanaan tindakan segera, kolaborasi, rujukan dan Konsultasi
E. Langkah 5. Rencana tindakan asuhan kebidanan
F. Langkah 6. Pelaksanaan rencana tindakan asuhan kebidanan
G. Langkah 7. Evaluasi tindakan asuhan kebidanan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Sara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kanker Serviks


1. Pengertian
a. Kanker leher rahim (serviks) adalah kanker yang menyerang bagian ujung bawah
rahim yang menonjol ke vagina (liang senggama). kanker ini umumnya tidak tampak,
tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya (Mardiana,lina. 2009:22).
b. Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik
histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel
squamo colummar junction (Mitayani, 2009:225).
c. Kanker serviks biasanya berkembang dari lesi precursor, yaitu neoplasia
serviks intraepitel (cervical intraepithelial neoplasia, CIN). CIN bersifat
asimtomatik dan tampaknya terjadi 5-15 tahun sebelum berkembangnya karsinoma
invasif pada serviks(Linda J. Heffner,linda, 2008:94).
d.

Kanker serviks adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim,
yaitu, bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka kearah liang vagina.
Berawal dari leher rahim,apabila telah memasuki tahap lanjut kanker ini biasanya
menyebar ke organ-organ tubuh yang lain (Dr. Setiawan Dalimartha, 2009)
berdasarkan dari beberapa pengertian diatas penulis dapat simpulkan bahwa kanker
serviks adalah tumor ganas atau suatu kondisi dimana sel-sel serviks atau leher
rahim telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
2. Etiolgi
Leher rahim(serviks) terletak didalam vagina dan merupakan pintu masuk ke dalam
rahim. Para ahli menyebutkan bahwa selama masih ada leher rahim (serviks) maka
selama itu pula ada kemungkinan terkena kanker serviks,penyebab kanker serviks
juga belum diketahui secara pasti. Namun, timbulnya kanker serviks berkaitan erat
dengan hal berikut:
a. Kegiatan seksual (persetubuhan) pada umur muda .
b. Persetubuhan yang sering dengan pasangan yang multiple.
c. Infeksi serviks yang disebabkan oleh virus terutama human papilomavirus
(HPV) yang diperoleh melalui kontak seksual.
Penelitian memperlihatkan insiden kanker serviks yang tinggi pada wanita
tunasusila. Insiden kanker serviks juga tinggi pada wanita multipara. Faktor
sosioekonomi yang mempengaruhi adalah kemiskinan, perkawinan, dan persalinan pada
usia muda. Juga wanita perokok adalah resiko untuk HPV. Imunosupresi seperti wanita
dengan HIV juga beresiko tinggi terhadap kanker serviks. Faktor diet yang
mempengaruhi adalah kekurangan vitamin A dan C, dan gangguan metabolisme asam
folat.
a. Faktor risiko kanker serviks:
1) Status sosial ekonomi yang rendah.
2) Koitus pada umur muda.
3) Kehamilan pertama pada usia muda.
4) Pasangan seksual multiple.
5) Imunosupresi seperti HIV dan HPV.
6) Multiparitas.
7) Prostitusi.
b. Faktor risiko potensial kanker serviks:
1) Pemakaian talek yang berlebihan.
2) Perokok.
3) Pemakaian kontraepsi oral.
4) Kurangnya vitamin A dan C.
5) Terganggunya metabolisme asam folat.
6) Diabetes.

3. Insiden
Insiden kanker serviks, menurut perkiraan Departemen Kesehatan, 100 per 100.000
penduduk per tahun, sedangkan dari data Laboratorium Patologi Anatomi seluruh
Indonesia, frekuensi kanker serviks adalah paling tinggi diantara kanker yang ada
di Indonesia maupun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
( RSCM ). Bila dilihat penyebarannya terlihat bahwa 92,4% terakumulasi di Jawa dan
Bali.
Insiden ini meningkat sejak usia 25-34 tahun dan menunjukkan puncaknya pada
kelompok umur 35-45 tahun di RSCM dan kelompok umur 45-54 tahun untuk seluruh
Indonesia. Berdasarkan laporan Federation International Ginecologyc Obstetry (FIGO)
tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelomok umur 60-69 tahun, terlihat sama
banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-39
tahun sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49
tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun. Di RSCM
ditemukan bahwa stadium IB, IIA, dan IIB sering terdapat pada kelompok umur 35-44
tahun sedangkan stadium IIIB sering pada kelompok umur 45-54 tahun.

Tabel 2.1
Stadium kanker Serviks Secara Klinik

stadium
Kondisi Klinis Sesuai Stadium
0

Sel kanker masih di selaput lendir serviks (karsinoma insitu).


I

IA

IAI
IA2

IB
IBI
Kanker masih terbatas di dalam jaringan serviks dan belum menyebar ke badan rahim.
Karsinoma yang didiagnosa baru hanya mikroskop dan belum menunjukkan
kelainan/keluhan klinik.
Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam <3 mm serta ukuran besar
tumor <7 mm.
Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm-5 mm) dengan lebar = 4 cm.
Ukuran kanker sudah >dari IA2.
Ukuran tumor = 4 cm.
IB2
Ukuran tumor > 4cm.
II

IIA
IIB
Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai dinding rongga
panggul. Meskipun sudah menyebar ke vagina tetapi masih terbatas pada 1/3 atas
vagina.
Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus.
Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus.
III

IIIA
IIIB
Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah mengenai jaringan vagina lebih
rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah mengalami ginjal bengkak karena
bendungan air seni (hidroneprosis) dan mengalami gangguan fungsi ginjal.
Kanker sudah menginvasi dinding panggul.
Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal dan/atau
hidronephrosis.
IV

IVA

IVB
Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul. Dan secara klinik sudah terlihat
tanda-tanda invasi kanker ke selaput lendir kandung kencing dan/atau rectum.
Sel kanker menyebar pada alat/organ yang dekat dengan seviks.
Kanker sudah menyebar pada alat/organ yang jauh dari serviks.

4. Patofisiologi
Organ reproduksi wanita khususnya serviks sangat mudah dijangkau,Patogenesis
penyakit ini jelas melibatkan pajanan karsinogen pada jaringan yang rentan (zona
transformasi). Beberapa faktor pejamu juga terlibat. Sambungan skuamokolumnar
merupakan satu dari enam batas epitel yang terdapat di dalam saluran genitalia
bagian bawah.
Posisi sambungan skuamokolumnar dipengaruhi oleh perubahan hormonal dan anatomis
saat pubertas, kehamilan, dan menopause. Sebelum pubertas, sambungan skuamokolumnar
biasanya berlokasi pada ostium servikalis eksterna. Saat pubertas, perubahan pada
bentuk dan volume serviks yang diinduksi estrogen membawa sambungan skuamokolumnar
ke bagian luar ektoserviks.
Reposisi ini membuat jaringan yang sebelumnya ditemukan pada kanal endoserviks
bagian bawah menjadi terpajan pada vagina. Pajanan lingkungan vagina yang asam pada
epitel yang mensekresi musin sederhana menginduksi denaturasi kimia pada ujung vili
epitel kolumnar. Proses perbaikan yang terjadi setelahnya menghasilkan epitel
skuamosa yang matur.
Tanda pertama proses perbaikan adalah terdapatnya ‘sel cadangan yang diaktivasi di
bawah epitel kolumnar. Sel cadangan secara bertahap menjadi berlapis di bawah sel
kolumnar dan meggantikan sel tersebut, membentuk zona transformasi. Setelah
menopause. sambungan skuamokolumnar naik kembali ke posisi di dalam kanal
endoserviks.
Kanker serviks biasa menyebar melalui peredaran darah, ekstensi langsung, dan
kelenjar limfa. Kelenjar limfa bisa membesar yang kemudian menghambat sirkulasi
darah vena dan menimbulkan edema pada ekstremitas bawah. pembesaran kelenjar limfa
bisa juga menyebabkan obstruksi ureter dan/atau hidronefrosis.
Kanker bisa menyebar ke paru-paru, mediastinum, hepar, dan tulang. Kanker serviks
sifatnya asimtomatis pada tahap awal. Seiring perkembangannya, ada sedikit sekresi
berupa cairan dari vagina, dan sewaktu-waktu ada bloody spotting (perdarahan
sangat sedikit hanya menodai celana dalam) setelah persetubuhan.
Kanker yang sudah berkembang akan menimbulkan sekresi dari vagina yang kehitaman
dan bau karena kerusakan jaringan epitel. Rasa nyeri adalah tanda akhir yang
dirasakan pasien pada bagian pelvis, lumbar, dan abdomen. Tumor yang membesar bisa
menekan vesika urinaria dan rectum. Perdarahan bisa timbul apabila kanker sudah
mengadakan infiltrasi.

5. Manifestasi Klinik
a. Gejala dini
1) Sedikit sekresi dari vagina berupa air
2) Bloody spotting setelah koitus
3) Metroragia
4) Perdarahan pasca menopause
5) Polimenorea.
b. Gejala lanjut
1) Sekresi dari vagina yang kehitaman dan bau
2) Nyeri pada daerah pelvis, abdomen, lumbar, bokong
3) Berat badan menurun
4) Anoreksia
5) Anemia
6) Edema ekstremitas bawah
7) Disuria
8) Perdarahan dari rectum.
6. Pencegahan
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. dengan
melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita
kanker serviks.
berapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
a. Memiliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin
A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
b. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
c. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
d. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah
dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
e. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
f. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap
smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
g. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
h. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
i. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina
toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli.
Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
7. Penanganan
Pada umumnya. Kanker serviks berhasil diobati. Apalagi ditemukan secara dini.
a. Pemeriksaan pap smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu cara pemeriksaan sel leher rahim yang dapat
mengetahui perubahan perkembangan sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan
sel kanker sejak dini. Pemeriksaan sel leher rahim dengan cara ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 40-an. Berkat tehnik pemeriksaan ini, angka kematian
kerana kanker serviks turun sampai 75 %.
b. Terapi primer menurut stadium:
Pada tingkat Ia-I diterapi dengan biopsi konus atau histerektomi sederhana jika
tidak ditemukan hal-hal yang menunjukkan adanya resiko tinggi.
Pada tingkat Ia-2/Ib-I biasanya diterapi dengan histerektomi radikal. Prosedur ini
berbeda dari histerektomi sederhana dengan pengangkatan jaringan parametrium pada
dinding samping pelvis, reseksi arteri uterine pada bagian asalnya. Pengangkatan
sepertiga bagian atas vagina, serta reseksi setengah bagian ligamentum uterosakrum
untuk memperoleh margin negatif. Limfadenektomi panggul +/- para aortic juga
dilakukan secara rutin.
Pada tingkat Ib-2/IIa biasanya diobati dengan terapi
kemoradiasi primer: sisplatin dan radiasi sinar eksternal (teleterapi) seminggu
sekali yang diikuti dengan implant radiasi lokal ( brakiterapi). Histerektomi
radikal juga dapat dilakukan, namun sebagian besar pasien akan membutuhkan
kemoradiasi pascaoperasi bagi bentuk resiko tinggi dari penyakit ini (metastasis
nodus limfe, invasi serviks bagian dalam).
Pada tingkat IIb/IIIa/IIIb/IV diobati dengan kemoradiasi
primer karena sangat kecil kemungkinanya untuk dapat dioperasi dengan aman dalam
memperoleh margin negatif.
Kanker seviks pada tingkat IVa dan IVb diobati dengan tujuan paliatif dengan
menggunakan kemoterapi terarah.
c. Terapi paliatif.
Kombinasi sisplatin dan topoteken merupakan regimen kemoterapi paliatif yang paling
efektif. Radiasi regional mungkin efektif untuk mengurangi gejala nyeri yang
disebabkan oleh lesi di luar bidang radiasi yang sebenarnya.
Untuk menurungkan angka kejadian kanker serviks ada beberapa hal yang
perlu dilakukan sebagai tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter spesialis yang
menanggulangi masalah ginekologi dan onkologi yaitu :
a. Pencegahan primer
Salah satu upaya mencegah timbulnya kanker dengan membasmi atau menghilangkan dan
melindungi diri dari paparan dengan karsinogen dan factor yang dapat mempermudah
timbulnya kanker.
b. Pencegahan sekunder
Upaya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut akibat kanker. Upaya ini adalah deteksi
dini dan pengobatan yang adekuat pada stadium dini sehingga diperoleh kesembuhan
dengan tingkat bebas penyakit dan tingkat harapan hidup yang panjang.
c. Pencegahan tersier
Upaya mencegah timbulnya komplikasi akibat penyakit kanker. Umumnya pada tahap
pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi dan paliasi untuk meningkatkan kualitas
hidup
B. Proses Manajemen Asuhan kebidanan
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua
belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.
Manajemen asuhan kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan tindakan secara ilmiah, temuan-
temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (soepardan, 2008:23).
2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney’s
Manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan yang dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan evaluasi.
a. Langkah I. pengumpulan data dasar
Identifikasi data dasar merupakan langkah awal dari manajemen asuhan kebidanan.
Pada pengumpulan data ibu, data ini termasuk pemeriksaan fisik, indikasi ulang
pemeriksaan sekarang dan riwayat kesehatan terdahulu, pemeriksaan laboratorium
serta laporan singkat dan keterangan dari semua sumber yang menyankut atau
berhubungan dengan kondisi ibu
Data subjektif yang didapatkan setelah melakukan anamneses ibu mengeluh adanya
perdarahan pervaginam yang disertasi dengan keputihan yang berwarna, bau dan gatal,
ibu juga sering mengeluh timbulnya rasa nyeri pada bagian bawah perut, dan sering
terjadi perdarahan setelah melakukan hubungan seksual.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pada data objektif
didapatkan Pada pemeriksaan kolposkopik menunjukkan erosi epitalium, Nampak lesi :
sekresi vagina yang bau : serviks membesar,bebrbentuk seperti bunga koll, serviks
teraba keras pada saat palpasi
(Siswandi,y, 2007:26)
b. Langkah II Perumusan Diagnose Dan Masalah Aktual
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah di kumpukan. Data tersebut
kemudian di interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Baik rumusan diagnosa maupun masalah tidak dapat di artikan sebagai
diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Data subjektif dan data objektif yang didapatkan pada saat pengkajiandapat
ditegakkan diagnose aktual Pada stadium paling dini, dengan pulasan abnormal
merupakan satu-satunya cara mendeteksi kanker serviks karena gejalanya cenderung
hanya terjadi pada penyakit yang nyatanya invasive.
Perdarahan pervaginam tidak teratur terutama setelah hubungan seksual, atau
discharge vagina berwarna merah muda, terutama setelah kencing, memerlukan
pemeriksaan vagina dengan menggunakan spekulum dan pulasan serviks. Diagnosis dapat
dikonfirmasi dengan biopsy serviks atau jika dapat di buktikan kanker serviks
secara mikroskopik dengan biopsy dan kuret endoserviks (Yatim,Faisal, 2005:akses
tgl 1 februari 2010).
c. Langkah III Perumusan Diagnosa Dan Masalah Potensial
Identifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial lain dari diagnosa atau
masalah sekarang, merupakan urusan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan,
menunggu dan waspada serta persiapan untuk segala sesuatu yang dapat terjadi. Pada
langkah ini sangat vital untuk perawatan yang aman.
Masalah potensial yang bisa timbul dapat mengalami anemia karena adanya perdarahan
yang secara terus menerus terjadi. Di samping itudapat menyebabkan kematian lebih
dulu disebabbkan oleh perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun
akibat uremia oleh karena obstruksi ureter di tempat ureter masuk kedalam kandung
kemih
(sarwono, 2007:383).
d. Langkah IV Pelaksanaan Tindakan Segera Dan Kolaborasi
Langkah ini mengidentifiksi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota lain sesuai dengan
kompetensinya dan kondisi klien.
e. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Pengembangan suatu rencana tindakan yang komprehensif, ditentukan berdasarkan
langkah sebelumnya. Suatu rencana tindakan yang komprehensif tidak hanya termasuk
indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi ibu dan masalah yang berhubungan
dengan kondisi tersebut, tetapi juga pembimbing yang diberikan lebih dulu kepada
ibu. Agar efektif suatu rencana sebaiknya di setujui bersama antara bidan dan
pasien, sebab pada akhirnya pasien akan menentukan tidak atau dapatnya di
implementasikan rencana tersebut.
Upaya pencegahan yang dilakukan adalah :
1) Pencegahan primer
Salah satu upaya mencegah timbulnya kanker dengan membasmi atau menghilangkan dan
melindungi diri dari paparan dengan karsinogen dan faktoryang dapat mempermudah
timbulnya kanke.

2) Pencegahan sekunder
Upaya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut akibat kanker. Upaya ini adalah deteksi
dini dan pengobatan yang adekuatpada stadium dini sehingga diperoleh kesembuhan
dengan tingkat bebas penyakitdan tingkat harapan hidupyang panjang.
3) Pencegahan tersier
Upaya mencegah timbulnya komplikasi akibat penyakit kanker. Umumnya pada tahap
pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi dan paliasi untuk meningkatkan kualitas
hidup ( Budi,dr. akses tanggal 2 maret 2010)
f. Langkah VI Pelaksanaan Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
implementasi ini dapat dilkukan seluruhnya oleh bidan ataupun bekerja sama dengan
tim kesehatan lainnya.
Bidan harus bertanggung jawab terhadap tindakan langsung atau pun terhadap tindakan
konsultasi dan kolaborasi. Implementasi yang efisien akan mengurangi waktu perwatan
dan biaya perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan pada klien serta
malaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan
dan kondisi klien.
g. Langkaah VII Evaluasi Tindakan asuhan Kebidanan
Langkah akhir manajemen kebidanan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang telah
diberikan. Pada tahap evaluasi bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan
asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien, apakah telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana yang telah di identifikasikan di dalam masalah diagnosa.
3. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan
Metode empat langkah yang dinamakan SOAP ini didapatkan dari proses pemikiran
penatalaksanaan asuhan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien
dalam rekam medis klien sebagai catatan kemajuan yang bersifat sederhana, jelas,
logis, dan tertulis.
Langkah-langkah proses manajemen kebidanan di atas di dokumentasikan dalam bentuk
SOAP yaitu:
a. Proses pikir dari langkah 1 didokumentasikan dalam bentuk:
1) Subjektif (S), menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamneses. Meliputi : Biodata klien, keluhan utama, riwayat penyakit,
riwayat kehamilan, persalinan,nifas,riwayat kesehatan,riwayat menstruasi, riwayat
KB, latar belakang budaya,pengetahuan dan lingkungan keluarga sertakeadaan
psikososial.
Data subyektif meliputi:
a) Klien mengeluh perdarahan spontan dari jalan lahir.
b) Klien mengeluh sakit perut sampai ekstremitas bawah.
c) Keputihan yang disertai bau.
d) Klien mengeluh sakit saat hubuganseksual.
2) Objektif (O), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk
mendukung asuhan yang di lakukan.
b. Proses pikir dari langkah 2,3, dan 4 di dokumentasikan dalam bentuk A
(assessment). Yang menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
data subjektif dan data objektif dalam suatu identifikisai :
4) Diagnosis/masalah
Berdasarkan data subjektif dan objektif dan hasil pemeriksaan penunjang maka sudah
dapat di diagnose bahwa klien menderita kanker serviks.
5) Antisipasi diagnose/masalah potensial
Masalah yang mungkin dapat terjadi adalah anemia, akibatnya nekrotis infeksi dan
akan mengarah pada kanker serviks stadium lanjut.
6) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi
dan/atau rujukan.
Nyeri perut yang tidak hebat dan perdarahan yng tidak banyak tidak perlu penanganan
yang segera atau emergensi. Namun perlu dilakukan kolaborasi untuk pemeriksaan USG,
rontgen.
c. Proses pikir dari langkah 5 dan 6 di dokumentasikan dalam bentuk P
(planning). Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan evaluasi perencanaan
berdasarkan assessment.
1) Mengobservasi kanker serviks
2) Menganjurkan kemoterapi
3) Memberikan suhan kebidanan yang sesuai dengan diagnose/masalah yang dihadapi
klien.

Table 2.3
Pendokumentasian asuhan kebidanan
Tujuh langkah dari Helen varney
Lima langkah kompetensi inti bidan Indonesia
Empat langkah asuhan persalinan dasar (APD)
SOAP/note/progresnote
1. identifikasi
1. pengumpul-an data
1. pengumpul-an data
1. data subjektif
2. data objektif
2. identifikasi diagnosa/masalah actual
3. antisipasi diagnosa/masalah potensial
4. menilai perlunya tindakan segera/rujukan
2. identifikasi diagnosa/ masalah
2. Diagnosa
3. assessment
5. pengembangan rencana asuhan
3. membuat rencana
3. rencana dan implementasi
4. planning/rencana tindakan:
a. konsultasi/rujuk
b. penarikan diagnostic
c. pemberian pengobatan
d. pendidikan kesehatan dan konseling kesehatan.
e. Follow up kesehatan.
6. Implementasi asuhan
4.imlementasi
3. rencana dan implementasi

7. Evaluasi efektifitas asuhan


5. Evaluasi

(sumber : pusdiknakes-WHO-JHPIEGO Tahun 2003)

Ridha' Midwifery di 18.20


Berbagi

2 komentar:

Ace Maxs5 Juni 2015 21.16
terimakasih banyak udah share... :)

http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-serviks/

Balas

Morinda Independen24 Februari 2017 08.49
terimakasih artikelnya sudah membantu, salam sukses

Balas

Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya


Ridha' Midwifery
Makassar, Sulsel, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai