Anda di halaman 1dari 13

Accelerat ing t he world's research.

KEBIASAAN SARAPAN PAGI


BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA
DI SMA NEGERI 8 MUARO JAMBI
ummi kalsum

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

BIMKMI VOLUME 7 NOMOR 2 2019


BIMKMI Berkala Ilmiah

DILLA NURSARI-FKIK
Nurul Khoiri

Indonesian Journal of Human Nut rit ion


Yeni Paramat a
Volume 18, Nomor 1, Hal.09-19 ISSN:0852-8349
Januari Juni 2016

KEBIASAAN SARAPAN PAGI BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA
DI SMA NEGERI 8 MUARO JAMBI

Ummi Kalsum & Raden Halim


Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Jl. Letjend Soeprapto No. 33 Telanaipura Kota Jambi
email : ummi2103@gmail.com

ABSTRAK

Prevalensi anemia masih tinggi pada remaja, namun remaja sering tidak menjadi prioritas
program kesehatan. Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh, menurunnya kebugaran
sehingga menghambat prestasi dan produktivitas remaja. Tujuan penelitian adalah
mengetahui prevalensi anemia pada siswa SMA 8 Kabupaten Muaro Jambi dan faktor-
faktor yang berkaitan. Desain penelitian cross sectional. Variabel penelitian adalah
pengetahuan, pola makan (konsumsi penghambat/peningkat serapan zat besi, kebiasaan
sarapan, frekuensi makan, konsumsi sumber protein, pantangan dan diet), serta sosial
ekonomi orang tua (pekerjaan ayah dan tingkat pendidikan ayah/ibu) dan anemia (kadar
Hb < 12 gr/dl). Penelitian dilaksanakan di SMA 8 Kabupaten Muaro Jambi pada bulan
Februari s.d. November 2015, dengan jumlah sampel 180 siswa-siswi kelas 10. Hasil
penelitian menunjukkan kejadian anemia 46,7%, dimana 66,7 % putri dan 23,8% putra.
Karakteristik responden: ayah bekerja informal (88,3%), ibu berpendidikan rendah
(100%), ayah berpendidikan rendah (64,4%) dan ibu tidak bekerja (82,8%). Tingkat
pengetahuan rendah (90%), kebiasaan tidak sarapan (60%), 65% frekuensi makan remaja
>= 3 kali/hari, kebiasaan tidak konsumsi penghambat zat besi (72,2%), kebiasaan
konsumsi vitamin C (72,2%), kebiasaan konsumsi makanan protein hewani dan nabati
(70%), tidak pantang makan (73,9%) dan tidak diet (87,2%). Hasil analisis chi-square,
ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kejadian anemia (P-value = 0,03; OR=
2,05; 95% CI = 1,11-3,78).Variabel-variabel yang tidak berhubungan dengan anemia
adalah pekerjaan dan tingkat pendidikan ayah, status bekerja ibu, tingkat pengetahuan,
konsumsi makanan penghambat dan peningkat penyerapan Fe, sumber makanan
berprotein, pantangan makan dan diet. Diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi
pada remaja untuk meningkatkan pengetahuan remaja agar terhindar dari anemia.

Kata Kunci : Anemia, remaja, Hb, sarapan

PENDAHULUAN merah berada di bawah normal. Sel darah


merah mengandung hemoglobin yang
Masa remaja merupakan tahapan kritis mengangkut oksigen dari paru-paru dan
kehidupan, sehingga periode itu dika- mengantar ke seluruh tubuh. Remaja
tegorikan rawan dan mempunyai risiko adalah salah satu kelompok rentan anemia
kesehatan tinggi. Salah satu masalah gizi karena mengalami pertumbuhan sangat
utama yang juga banyak dialami oleh pesat disertai kegiatan-kegiatan jasmani
remaja adalah Anemia. Anemia adalah dan olahraga juga pada kondisi
keadaan dimana jumlah sel darah merah puncaknya.
atau kadar hemoglobin dalam sel darah

09
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Anemia pada remaja masih menjadi salah satunya adalah kebiasaan sarapan
masalah kesehatan masyarakat karena pagi serta konsumsi makanan bergizi yang
prevalensinya lebih dari 20%. Beberapa membantu penyerapan zat gizi seperti
hasil studi menemukan prevalensi anemia buah, sayur dan lauk-pauk sumber protein.
tinggi pada remaja, diantaranya Permaesih Sarapan adalah kegiatan makan pada pagi
& Herman, Briawan, Isati, Kemenkes RI hari yang dilakukan sebelum beraktivitas
berturut-turut adalah 25,5%, 35%, 75% yang mencakup zat tenaga, zat
dan 26,4%. Pemenuhan gizi dalam pembangun dan zat pengatur. Untuk
makanan sehari-hari adalah salah satu remaja yang masih bersekolah, sarapan
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan merupakan sumber energi untuk kegiatan
dan perkembangan remaja. Anemia gizi aktivitas dan belajar di sekolah. Sarapan
besi mengakibatkan menurunnya pagi merupakan kegiatan yang paling
kesehatan reproduksi remaja, menghambat penting dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan motorik, mental dan energi dan zat gizi dalam sehari, namun
kecerdasan, prestasi belajar dan tingkat masih banyak remaja yang melewatkan
kebugaran yang menurun serta tidak kebiasaan ini, sehingga berdampak pada
tercapainya tinggi badan optimal. berkurangnya zat besi dalam darah yang
Anemia defisiensi besi disebabkan mengakibatkan anemia. Anemia
karena kehilangan darah secara kronis, mempunyai dampak terhadap masalah
asupan zat besi yang tidak cukup, kesehatan dan kualitas hidup remaja.
penyerapan tidak adekuat dan Kurangnya pengetahuan tentang anemia,
peningkatan kebutuhan zat besi untuk pola makan yang mempengaruhi asupan
pembentukan sel darah merah yang lazim gizi besi, sosial ekonomi yang rendah
berlangsung diantaranya pada masa diperkirakan berkonstribusi besar terhadap
pubertas dan karena aktifitas yang masalah anemia. Penelitian ini bertujuan
meningkat, diet yang salah, pola makan untuk mengetahui prevalensi anemia dan
yang tidak teratur dan mengalami faktor-faktor yang berhubungan dengan
menstruasi dimana besi hilang bersama kejadian anemia pada remaja di SMA
darah menstruasi. Beberapa penelitian Negeri 8 Muaro Jambi.
mengemukakan bahwa faktor
pengetahuan tentang anemia dan tingkat METODE PENELITIAN
asupan zat gizi (energi, protein, zat besi)
mempengaruhi tingkat kejadian anemia Penelitian ini menggunakan desain
pada remaja. Penelitian Handayani (2010) cross sectional. Dilaksanakan pada bulan
menunjukkan ada hubungan antara September 2015 di salah satu SMA Negeri
pengetahuan, asupan gizi, asupan sumber di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi
protein hewani dan sayuran berwarna Jambi. Sampel adalah siswa-siswi kelas
hijau, dan diet dengan anemia remaja. 10 yang berumur antara 14 – 18 tahun
Penelitian Rahmawati (2011) di SMA 2 dengan jumlah sebanyak 180 orang.
Kota Bandar Lampung menunjukkan ada Penarikan sampel dilakukan dengan
hubungan antara umur, konsumsi energi, metode total sampling, dengan kriteria
protein, vitamin C, zat besi, kebiasaan meliputi bersedia berpartisipasi, telah
minum teh, kebiasaan sarapan, status gizi, haid, hadir ke sekolah pada saat
dan pendidikan ibu dengan anemia penelitian, tidak sedang haid pada waktu
remaja. Pola konsumsi makanan penelitian, tidak dalam keadaan sakit.
merupakan faktor langsung terhadap Penelitian ini menggunakan data primer,
asupan zat gizi, dimana remaja sering status anemia diukur dengan
tidak mengetahuinya. Pola konsum si menggunakan alat ukur portable Nessco
remaja yang perlu mendapat perhatian dan faktor-faktor risiko terjadinya anemia

18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi

seperti, karakteristik sosialekonomi Data diolah dengan menggunakan


keluarga, karakteristik individu, tingkat program komputer pengolah data statistik
pengetahuan dan pola konsumsi makanan dan MS. Excell. Analisis data dilakukan
dengan metode wawancara dan data dengan analisis univariat untuk
sekunder berupa jumlah siswa dan profil mengetahui distribusi frekuensi dan
sekolah. Variabel independen meliputi analisis bivariat dengan uji chi-square.
pekerjaan ayah (terbagi menjadi formal untuk mengetahui hubungan atau
jika bekerja sebagai PNS/ABRI/Polri, perbedaan yang signifikan antara variabel
informal dan tidak bekerja); tingkat dependen (anemia remaja dengan kriteria
pendidikan ayah terbagi menjadi kategori kadar hb < 12 gr/dl) dan variabel
tinggi bila tamat SMA dan Perguruan independen yaitu pola makan sehari-hari
Tinggi sedangkan rendah bila lebih rendah yang meliputi frekuensi makan, kebiasaan
dari tamat SMP; status bekerja ibu terdiri sarapan pagi, kebiasaaan diet, kebiasaan
dari bekerja dan tidak; tingkat mengkonsumsi makanan penghambat dan
pengetahuan tentang anemia yang dibagi peningkat absorbsi zat besi (fe),
menjadi tinggi bila menjawab benar >= pengetahuan remaja tentang anemia,
75% dan rendah bila menjawab benar < status pekerjaan ayah, pendidikan ayah
75%; pola makan yang meliputi kebiasaan dan status bekerja ibu. Tingkat
sarapan terbagi ya bila setiap hari dan kepercayaan yang digunakan yaitu
tidak bila kadang-kadang atau tidak 95% (α = 0,05).
pernah sarapan; frekuensi makan terbagi
menjadi kurang bila < 3 kali sehari dan HASIL DAN PEMBAHASAN
baik jika >= 3 kali sehari; ada tidaknya
pantangan makanan tertentu; melakukan Subyek penelitian adalah siswa kelas
diet tertentu atau tidak; kebiasaan 10 SMAN 8 Muaro Jambi dengan rentang
mengkonsumsi makanan penghambat usia 14-19 tahun, rata-rata berumur 15,21
penyerapan fe terbagi menjadi ya atau tahun. Hasil pengukuran kadar Hb
tidak; kebiasaan mengkonsumsi makanan mendapati rata-rata kadar Hb 12,1 gr/dl
peningkat penyerapan fe dibagi menjadi dengan rentang 7,7 – 16,5 gr/dl.
ya atau tidak serta kebiasaan Sedangkan frekuensi makan rata-rata 2,68
mengkonsumsi makanan sumber protein dengan median 3 kali/hari, rentang
hewani dan nabati terbagi menjadi ya atau minimal-maksimal antara 1-6 kali
tidak. sehari (Tabel 1).

Tabel 1. Simpulan Data Menurut Umur, Kadar Hb dan Frekuensi Makan


No. Variabel Min-Maksimal SD Mean 95%CI Median
1 Umur 14 – 19 0,72 15,21 15,1- 15,3 15,0
2 Kadar Hb 7,7 - 16,5 1,87 12,1 11,8-12,4 12,1
Frekuensi
3 Makan 1,0 - 6,0 0,71 2,68 2,58- 2,79 3,0

Pekerjaan ayah kebanyakan pada sektor rendah dimana 82,8% ibu tidak bekerja,
informal (88,3%), dengan tingkat hal ini karena lokasi penelitian berada di
pendidikan ayah 64,4% masih rendah. dearah perdesaan yang terletak di
Tingkat pendidikan ibu semuanya masih seberang kota Jambi (Tabel 2).

19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Sosiodemografi Siswa SMAN 8 Muaro Jambi 2015


No. Variabel Kategori N %
1. Pekerjaan Ayah Formal 12 6,7
Informal 159 88,3
Tidak Bekerja 9 5,0
2. Tingkat Pendidikan Ayah Tinggi 64 35,6
Rendah 116 64,4
3. Pekerjaan Ibu Tidak 149 82,8
Ya 31 17,2

Proporsi anemia gizi besi pada remaja tidak mengkonsumsi makanan


SMA Negeri 8 Muaro Jambi sebesar penghambat penyerapan zat besi sebesar
46,7%. Berbeda proporsinya pada 72,2% lebih besar dari yang
remaja putri dan putra yaitu berturut- mengkonsumsinya, mempunyai
turut 66,7% dan 23,8%. Dimana proporsi kebiasaan konsumsi sumber makanan
remaja perempuan 53,3% dari peningkat serapan zat besi sebesar 70%
responden. Tingkat pengetahuan tentang lebih besar dari yang tidak konsumsi,
anemia remaja kebanyakan masih rendah mempunyai kebiasaan konsumsi
mencapai 90%. Remaja mempunyai makanan sumber protein baik hewani
kebiasaan tidak sarapan lebih besar atau nabati sebesar 72,2%, tidak punya
(60%) dibandingkan mereka yang pantangan makanan tertentu sebesar
sarapan, frekuensi makan 65% remaja 73,9% dan tidak melakukan diet tertentu
>= 3 kali/hari, mempunyai kebiasaan sebesar 87,2% (Tabel. 3).
Tabel 3. Distribusi Anemia dan Faktor Determinan Siswa SMAN 8 Ma. Jambi, 2015
No. Variabel Kategori N %
1. Status Anemia Tidak Anemia 96 53,3
Anemia 84 46,7
2. Jenis Kelamin Laki-laki 84 46,7
Perempuan 96 53,3
3. Tingkat Pengetahuan Tinggi 18 10,0
Rendah 162 90,0
4. Kebiasaan Sarapan Ya 72 40,0
Tidak/kadang 108 60,0
5. Frekuensi Makan Berat >= 3 kali/hari 117 65,0
< 3 kali/hari 63 35,0
6. Pantangan Makan Tidak 133 73,9
Ya 47 26,1
7. Diet Tidak 157 87,2
Ya 23 12,8
8. Konsumsi Mkn Penghambat serapan Fe Tidak 130 72,2
Ya 50 27,8
9. Konsumsi Mkn Peningkat serapan Fe Tidak 54 30,0
Ya 126 70,0
10. Konsumsi Makanan Sumber Protein Tidak 50 27,8
Ya 130 72,2

18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi

Dari hasil analisis bivariate terlihat terkena anemia (OR = 6,4) kali
bahwa remaja dengan ayah yang bekerja dibandingkan remaja laki-laki, dan hal
informal dan tidak bekerja mempunyai ini terbukti signifikan secara statistik.
kecenderungan yang lebih besar untuk Ditemukan pula hubungan yang
terkena anemia dibandingkan dengan signifikan antara kebiasaan sarapan pagi
remaja dengan ayah yang bekerja pada dengan kejadian anemia gizi besi pada
sektor formal berturut-turut nilai OR= remaja. Remaja yang tidak punya
1,25 dan 1,12 namun secara statistik kebiasaan sarapan pagi sebelum
belum terbukti bermakna.Demikian pula beraktivitas berpeluang dua kali lebih
remaja dengan ayah berpendidikan besar untuk terkena anemia dibanding
rendah mempunyai kecenderungan yang punya kebiasaan sarapan pagi (P-
berpeluan lebih besar untuk anemia value = 0,03). Variabel-variabel pola
dibandingkan remaja dengan ayah yang konsumsi makanan meliputi konsumsi
berpendidikan tinggi namun juga belu makanan penghambat (teh/kopi/
signifikan (P-value = 0,09). Remaja cappucino) dan konsumsi makanan
dengan ibu yang bekerja mempunyai peningkat penyerapan Fe (sayur dan
kecenderungan terproteksi terhadap buah tinggi vitamin C), konsumsi
anemia (OR= 0,79) dibandingkan remaja makanan sumber protein (hewani dan
dengan ibu yang tidak bekerja. nabati), ada tidaknya pantangan makan
Ditemukan perbedaan yang signifikan dan diet serta tingkat pengetahuan
kejadian anemia menurut jenis kelamin tentang anemia tidak berhubungan
remaja. Remaja perempuan mempunyai dengan kejadian anemia remaja
peluang yang jauh lebih besar untuk (Tabel 4).

Tabel 4. Hubungan Faktor Sosiodemografi, Pola Makan dan Pengetahuan Dengan


Kejadian Anemia pada Siswa Kelas 10 SMA Negeri 8 Kab. Muaro Jambi
Tahun 2015 (n=180)

Status Anemia
95% confidence
Variabel Tidak Ya Odds Ratio Nilai P
interval
n % n %
Pekerjaan ayah
Formal 7 58,3 5 41,7 1 Rujukan
Informal 84 52,8 75 47,2 1,25 0,38-4,11 0,713
Tidak Bekerja 5 55,6 4 44,4 1,12 0,20-6,41 0,899
Pendidikan Ayah
Tinggi 40 62,5 24 37,5 1 Rujukan 0,094
Rendah 56 48,3 60 51,7 1,79 0,96-3,33
Pekerjaan ibu
Tidak 78 52,3 71 47,7 1 Rujukan 0,702
Ya 18 58,1 13 41,9 0,79 0,36-1,74
Jenis Kelamin
Laki-laki 64 76,2 20 23,8 1 Rujukan 0,0001*
Perempuan 32 33,3 64 66,7 6,4 3,32-12,35

19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Sarapan
Ya 46 63,9 26 36,1 1 Rujukan 0,030*
Tidak/kadang 50 46,3 58 53,7 2,05 1,11-3,78
Tingkat
pengetahuan
Tinggi 10 55,6 8 44,4 1 Rujukan 1,000
Rendah 86 53,1 76 46,9 1,10 0,42-2,94
Frekuensi makanan
>= 3 kali/hr 64 54,7 53 45,3 1 Rujukan 0,730
< 3 kali/hr 32 50,8 31 49,2 1,17 0,63-2,16
Pantang Makanan
Tidak 72 54,1 61 45,9 1 Rujukan 0,847
Ya 24 51,1 23 48,9 1,13 0,58-2,20
Diet
Tidak 85 54,1 72 45,9 1 Rujukan 0,732
Ya 11 47,8 12 52,2 1,29 0,54-3,09
Mkn penghambat
Tidak 65 50 65 50 1 Rujukan 0,201
Ya 31 62 19 38 0,61 0,32-1,19
Mkn peningkat
Tidak 33 61,1 21 38,9 1 Rujukan 0,228
Ya 63 50 63 50 1,57 0,82-3,01
Mkn Sumber
Protein
Tidak 29 58 21 42 1 Rujukan 0,541
Ya 67 51,5 63 48,5 1,30 0,67-2,51
*signifikan (Nilai P < 0,05)

Anemia terjadi dimana jumlah Isati (2013) pada siswi SMPN 22 Kota
eritrosit (sel darah merah) atau kadar Hb Jambi yaitu 78,7%. Hasil studi ini juga
dalam darah kurang dari normal. jauh lebih rendah dibandingkan
Penyebabnya dapat bermacam-macam penelitian Royani (2011)11 di SMU
seperti perdarahan hebat, kurangnya Negeri 3 Payakumbuh yang menemukan
kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan kejadian anemia 72,6%. Namun bila
asam folat, kekurangan Vitamin B12, dibandingkan dengan hasil Riskesdas
kecacingan, Leukemia, penyakit kronis 2013, prevalensi anemia pada studi ini
dan sebagainya. Beberapa penelitian relatif lebih tinggi. Perbedaan hasil ini
menemukan prevalensi anemia tinggi dapat dikarenakan perbedaan metode
pada remaja antara lain Isati (2013), dan alat yang digunakan.
Permaesih dan Herman (2005) dan Rata-rata kadar hemoglobin pada siswa
Leginem (2002)10 yaitu masing-masing SMA Negeri 8 Muaro Jambi adalah 12,1
mendapatkan 41%, 25,5% dan 88%. gr/dl. Rata-rata kadar Hb ini sama
Hasil penelitian ini menemukan dengan nilai normal untuk kelompok
46,7% remaja menderita anemia, jauh orang menurut umur dan jenis kelamin
lebih rendah dengan yang ditemukan

18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi

dimana kadar Hb normal >= 12 gr%. pagi. Juga senada dengan penelitian
Rata-rata kadar Hb dari hasil penelitian Wijiastuti di Tsanawiyah Cipondoh,
ini lebih rendah dari hasil Riskesdas yang menemukan hubungan yang
2007 dimana rata-rata nilai kadar bermakna antara sarapan pagi dengan
hemoglobin anak-anak umur <= 14 kejadian anemia pada remaja putri. Hal
tahun di Provinsi Jambi adalah 12,75 ini didukung oleh pernyataan Roizen,
gr/dl; rata-rata pada perempuan dewasa dimana remaja jangan melewatkan
adalah 13,33 gr/dl dan pada laki-laki sarapan karena sarapan mempercepat
dewasa 15,25 gr/dl. metabolisme dan mempersiapkan remaja
Temuan utama pada hasil studi ini menjalani hari dengan baik.
adalah perbedaan risiko kejadian anemia Hasil studi ini berbeda dengan hasil
menurut jenis kelamin, dimana remaja penelitian Isati di Jambi dan penelitian
perempuan lebih berisiko untuk terkena Yosephin, juga penelitian di SMPN 133
anemia dibandingkan remaja laki-laki. Pulau Pramuka oleh Aditian16 yang
Hasil studi ini sejalan dengan penelitian menemukan tidak ada hubungan antara
Permaesih dan Herman. Remaja kebiasaan sarapan di rumah atau di
perempuan membutuhkan zat besi lebih sekolah dengan status anemia.
tinggi dibandingkan laki-laki karena Sebaiknya remaja melakukan sarapan
adanya risiko kehilangan zat besi saat pagi dengan makanan yang mengandung
menstruasi setiap bulan. Disamping itu gizi lengkap terutama karbohidrat, lemak
remaja perempuan mempunyai body dan protein sepertiga porsi makan siang
image lebih tinggi dibandingkan laki- terdiri dari nasi dan lauk pauk atau roti
laki. Perempuan berusaha menjaga dengan isi selai atau daging. Remaja di
tubuhnya agar tetap langsing, sehingga SMAN 8 Muaro Jambi masih banyak
sering menjaga pola makannya dengan yang tidak melakukan sarapan yaitu
mengurangi porsi makan, frekuensi mencapai 60%. Data tersebut
makan atau melakukan diet tertentu menunjukkan bahwa remaja masih
secara keliru yang mengakibatkan banyak tidak melakukan sarapan
kebutuhan gizinya tidak terpenuhi. dirumah dengan makanan bergizi
Temuan utama lainnya adalah ada sebelum berangkat ke sekolah dan hanya
perbedaan yang signifikan kejadian makan atau minuman jajanan di sekolah
anemia menurut kebiasaan sarapan pagi berupa cemilan atau makanan lainnya.
remaja. Remaja yang tidak memiliki Remaja yang memiliki aktivitas fisik
kebiasaan sarapan mempunyai risiko dua yang banyak membutuhkan kalori,
kali lebih besar untuk terkena anemia protein, dan mikronutrien baik secara
dibandingkan yang melakukan sarapan kualitatif maupun kuantitatif makanan
pagi. yang dikonsumsi saat sarapan
Hasil penelitian ini sejalan dengan mengandung sumber zat tenaga, zat
penelitian Permaesih dan Herman yang pembangun, dan zat pengatur dalam
menemukan ada hubungan yang jumlah seimbang serta mengandung
signifikan antara kebiasaan sarapan pagi sepertiga kecukupan gizi dalam sehari
dengan kejadian anemia pada remaja di dan remaja sangat membutuhkan nutrisi
Indonesia (P-value = 0,0057), dimana di pagi hari sebelum melakukan
besar risiko relatif adalah 1,6 kali. Hal aktivitas1. Hal ini dibuktikan oleh hasil
ini berarti bahwa remaja yang tidak studi ini, bahwa ada hubungan antara
melakukan sarapan pagi mempunyai sarapan dengan kejadian anemia remaja.
risiko untuk terkena anemia hampir dua Sarapan sangat penting karena
kali lebih besar dibandingkan remaja berfungsi untuk menjaga kondisi tubuh
yang mempunyai kebiasaan sarapan dan meningkatkan konsentrasi belajar.

19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Sarapan juga berfungsi sebagai sumber Orang yang tergolong dalam


tenaga untuk melakukan kegiatan1. kelompok kelas sosial yang lebih tinggi
Sehingga sarapan pagi sangat dianjurkan dan dengan pendidikan yang lebih tinggi
dilakukan oleh remaja sebelum cenderung mempunyai pola makan yang
berangkat ke sekolah karena akan lebih sehat. Pendapatan dan jumlah uang
mengurangi konsumsi makanan jajanan yang akan dibelanjakan untuk membeli
yang kandungan zat gizinya rendah. Juga makanan juga merupakan faktor penting
sarapan pagi sebelum beraktivitas dapat dalam pemilihan makanan. Hal ini
memberikan tenaga yang cukup pada sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial
remaja dalam melakukan aktivitasnya ekonomi seseorang. Tingkat sosial
yang padat dan membutuhkan energi ekonomi keluarga sangat ditentukan oleh
yang tinggi. jenis pekerjaan ayah, tingkat pendidikan
Pada studi ini tidak ditemukan ayah serta status bekerja ibu.
hubungan yang signifikan antara sosial Bekerja pada sektor informal adalah
ekonomi keluarga dengan kejadian tenaga kerja yang bekerja pada segala
anemia pada remaja. Meskipun jika jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan
diamati proporsi kejadian anemia negara dan atas usaha tersebut tidak
menurut jenis pekerjaan ayah, tingkat dikenakan pajak atau segala jenis
pendidikan ayah serta status pekerjaan pekerjaan yang tidak menghasilkan
ibu terdapat perbedaan, namun pendapatan yang tetap, tempat pekerjaan
perbedaan tersebut belum cukup tidak terdapat keamanan kerja (job
signifikan. Hasil studi ini mendukung security), tempat bekerja tidak ada
teori dimana bila ayah berpendidikan status permanen atas pekerjaan tersebut
rendah maka mempunyai kecenderungan dan unit usaha atau lembaga tidak
untuk mempunyai pekerjaan dengan berbadan hukum. Lokasi penelitian ini
pendapatan yang tidak tetap. Remaja berada di pinggir jalan besar yang dekat
yang mempunyai ayah yang bekerja dengan sungai Batanghari. Tempat
pada sektor informal cenderung berisiko tinggal responden kebanyakan masih
lebih tinggi untuk terkena anemia wilayah perdesaan yang posisinya
dibandingkan remaja yang mempunyai terletak di daerah seberang Kota Jambi.
ayahyang bekerja sebagai PNS/ABRI/ Mayoritas pekerjaan dari ayah responden
Polri (sektor formal) yang adalah bekerja di sektor informal seperti
pendapatannya relatif tetap dan dapat swasta, wiraswasta, ojek, bertani/buruh
diperhitungkan setiap bulan. Pengaruh yang mempunyai pendapatan tidak tetap.
kemiskinan dengan kemampuan Pekerjaan kepala keluarga dengan
membeli makanan telah diketahui secara pendapatan yang tidak tetap akan
luas. Faktor yang paling besar mempengaruhi kestabilan daya beli
peranannya terhadap status gizi pangan yang cukup dan konsumsi gizi
(kejadian anemia) adalah tingkat sosial seimbang pada anggota keluarga
ekonomi. Sosial ekonomi sangat erat khususnya remaja yang sedang
kaitannya dengan konsumsi makanan mangalami masa pertumbuhan cepat
keluarga atau individu. Keadaan (growth spurt). Kebanyakan status
finansial berpengaruh terhadap makanan bekerja ibu remaja pada studi ini tidak
yang disediakan. Keluarga dari kalangan bekerja karena kebanyakan
ekonomi tinggi lebih mampu berpendidikan rendah. Hasil studi ini
menyediakan makanan beraneka ragam mengindikasikan bahwa ibu yang
dan memenuhi kebutuhan gizi bekerja, yang mempunyai sumber
dibandingkan keluarga dari kalangan pendapatan tambahan serta mempunyai
ekonomi rendah. akses informasi kesehatan dan gizi

18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi

karena bekerja di luar rumah mempunyai Pada penelitian ini menggunakan titik
risiko yang lebih kecil untuk mempunyai potong >= 75% untuk remaja dengan
remaja yang anemia. pengetahuan baik, dimana hanya 10%
Temuan lain pada studi ini belum saja remaja yang mempunyai tingkat
membuktikan adanya hubungan yang pengetahuan yang baik tentang anemia.
signifikan antara tingkat pengetahuan Meskipun demikian terlihat adanya
remaja dengan kejadian anemia. kecenderungan perbedaan proporsi
Pengetahuan dihasilkan dari menurut tingkat pengetahuan remaja
penginderaan yaitu pendengaran dan terhadap kejadian anemia. Remaja yang
penglihatan terhadap obyek tertentu mempunyai tingkat pengetahuan yang
berasal dari berbagai sumber informasi rendah sedikit lebih banyak yang terkena
mass media, media elektonik, buku anemia dibandingkan yang memiliki
petunjuk, petugas kesehatan, kerabat tingkat pengetahuan tinggi. Namun
dekat dan berbagai sumber lainnya. secara statistik tidak ada hubungan yang
Remaja akan mengadopsi perilaku signifikan.
setelah mereka tahu apa arti dan manfaat Hasil penelitian ini senada dengan
perilaku bagi diri dan keluarganya. yang ditemukan oleh Isati di Jambi dan
Indikator yang digunakan untuk Nurhayati di Depok juga Aditian di
mengetahui tingkat pengetahuan remaja Pulau Pramuka. Namun berbeda dengan
terhadap anemia diantaranya pengertian hasil studi Handayani di SMAN Kijang
anemia, penyebab anemia, cara Kecamatan Bintan dan Tenri Yamin di
pencegahan, dan gejala atau tanda-tanda SMA Selayar menyatakan bahwa
penyakit. Menurut Notoatmodjo, terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang pemeliharaan pengetahuan dengan kejadian anemia.
kesehatan yaitu mengetahui jenis-jenis Variabel-variabel lain yang secara
makanan, manfaat makanan, penyakit langsung berhubungan dengan anemia
berbahaya, olah raga dan istirahat yang adalah pola konsumsi makan yang
cukup. Pengetahuan tentang kesehatan meliputi frekuensi makan, ada tidaknya
terutama mengenai gizi akan pantangan makan, kebiasaan diet
memberikan pengaruh terhadap perilaku tertentu, konsumsi teh/kopi/cappucino
kebiasaan makan.Walaupun pengetahuan (makanan penghambat penyerapan zat
merupakan bagian dari kawasan perilaku besi), konsumsi vitamin C baik
namun tidak akan menjamin bahwa bersumber dari buah-buahan maupun
seorang dengan pengetahuan cukup sayuran, dan konsumsi makanan sumber
memiliki perilaku yang sama. Sebagian protein (baik hewani maupun nabati).
besar remaja pernah mendengar tentang Dimana pada hasil studi ini belum
anemia (76,1%), namun tingkat terbukti berhubungan signifikan secara
pengetahuan remaja tentang anemia statistik.
cenderung masih kurang baik khususnya Ketidakbermaknaan hasil ini berkaitan
tentang dosis tablet tambah darah dengan perbedaan metode dan alat ukur
semuanya menjawab tidak tahu dan tidak yang dipakai, perbedaan karakteristik
pernah mengkonsumsi. Begitu juga responden, jumlah sampel yang
dengan pengetahuan tentang kadar kemungkinan berdampak pada variasi
hemoglobin, hanya 2,8% remaja yang chance dan lokasi penelitian yang
mengetahui kadar hemoglobin normal berkaitan dengan adat dan budaya yang
pada remaja, demikian pula tentang berbeda. Penelitian ini dilakukan secara
kondisi anemia, gejala dan penyebabnya, simultan dari pagi hingga siang hari di
kebanyakan remaja belum sekolahnya, dimana setiap responden
mengetahuinya. saat diukur Hb-nya kemungkinan

19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

mengalami peristiwa yang berbeda saat akan mendapati kadar Hb yang rendah
pengukuran. Siswa yang kebetulan walaupun sebenarnya mempunyai
diukur hbnya saat pagi hari dan belum kebiasaan pola konsumsi makanan yang
mengkonsumsi apapun kemungkinan
baik sehari-harinya, demikian pula (skrining) anemia pada remaja melalui
sebaliknya. Hal ini dapat menimbulkan kegiatan kesehatan remaja oleh petugas
hasil yang berbeda. Bias akibat temporal kesehatan di tingkat Puskesmas serta
ambighuity ini merupakan salah satu revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah
keterbatasan pada penelitian cross- (UKS) perlu dilakukan secara berkala
sectional ini. Bias akibat alat dan tenaga sebagai upaya penurunan prevalensi
pengukur sudah coba diantisipasi dengan anemia pada remaja.
menggunakan alat yang sama, petugas
pengukur adalah tenaga analis kesehatan UCAPAN TERIMA KASIH
serta pelatihan tersruktur baik kepada
petugas pengukur maupun enumerator Peneliti mengucapkan terima kasih
yang melakukan wawancara. atas bantuan dan kerjasama yang baik
dari pihak sekolah SMA Negeri 8
KESIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Muaro Jambi, Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesimpulan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan serta
Proporsi anemia gizi besi pada remaja Lembaga Penelitian dan Pengabdian
masih tinggi. Remaja perempuan Masyarakat Universitas Jambi sebagai
mempunyai risiko yang jauh lebih besar penyandang dana kegiatan ini,
untuk terkena anemia dibandingkan laki- khususnya pada Prof. Adriani dan
laki. Kebiasaan Sarapan pagi merupakan seluruh pihak yang terlibat.
faktor yang menentukan untuk remaja
mendapatkan asupan yang baik sebagai DAFTAR PUSTAKA
bekal aktivitas sehari-hari sehingga
terhindar dari anemia. Variabel-variabel Adriani, M & Wirjatmadi, B. 2012.
yang belum terbukti berhubungan Peranan Gizi Dalam Siklus
dengan kejadian anemia remaja adalah Kehidupan. Jakarta : Kencana
faktor sosial ekonomi orang tua (jenis Prenada Media Group.
pekerjaan dan tingkat pendidikan ayah Permaesih, D & Herman, S. 2005.
serta status bekerja ibu), tingkat Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan remaja, frekuensi makan, Anemia pada remaja. Buletin
konsumsi makanan penghambat dan Penelitian Kesehatan. Vol. 33. No.
peningkat absorpsi zat besi, konsumsi 4, 2005 : 162-171.
sumber makanan berprotein, pantangan Briawan, D. 2002. Anemia Masalah Gizi
makan dan diet. Pada Remaja Wanita. Jakarta :
Saran EGC.
Pemerintah perlu memprioritaskan Isati. 2013. Faktor-faktor yang
penanganan masalah kesehatan pada Berhubungan dengan Kejadian
remaja, salah satunya adalah anemia Anemia Remaja Putri di SMP
defisiensi besi pada remaja dengan Negeri 22 Kota Jambi. Fakultas
pemberian komunikasi, informasi dan Kesehatan Masyarakat Universitas
edukasi kesehatan dan gizi khususnya Indonesia. Depok. Skripsi.
tentang pola makan gizi seimbang dan Kementerian Kesehatan RI. 2014. Badan
pentingnya sarapan serta suplementasi Penelitian dan Pengembangan
tablet tambah darah. Penjaringan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi

(Riskesdas) 2013. Laporan Negeri Cipondoh-Tangerang


Nasional 2013. Jakarta: Badan Tahun 2005. Skripsi. Depok :
Penelitian dan Pengembangan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kesehatan. UI.
Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Roizen, Michael F., Mehmet., & Rome,
kehidupan : buku ajar ilmu gizi. Ellen. 2012. Menjadi Remaja
Edisi 2. Jakarta: EGC. Sehat. Panduan Anak Muda dan
Handayani, N. 2010. Faktor-faktor yang Orang Tua untuk Kesehatan Usia
Berhubungan dengan Kejadian Puber. Jakarta. Mizan Media
Anemia pada Remaja Putri di Utama (MMU).
SMAN Kijang Kecamatan Bintan Yosephin, B. 2006. Pengaruh
Kabupaten Bintan. Skripsi. Depok Suplementasi Tablet Besi 2 Kali
: FKM-UI. Seminggu Selama 12 Minggu dan
Rahmawati. 2011. Analisis faktor Faktor-Faktor yang Berhubungan
penyebab anemia gizi besi pada dengan Status Anemia Siswa di 6
remaja putri di SMAN 2 Kota SD Jakarta Utara. Thesis. Depok :
Bandar Lampung tahun 2011. FKM-UI.
Skripsi. Depok FKM-UI. Aditian. 2009. Faktor-Faktor yang
Sartika, RAD. 2012. Penerapan Mempengaruhi Kejadian Anemia
Komunikasi, Informasi dan Gizi Remaja Putri di SMP 133
Edukasi Gizi terhadap Perilaku Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.
Sarapan Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Depok : FKM-UI.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Almatsier, S. 2004. Prinsip-prinsip Dasar
Nasional, Vol. 7, nomor 2, Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
September 2012, hal. 76-82. Pustaka Utama.
Leginem. 2002. Faktor-faktor yang Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
berhubungan dengan status anemi Perilaku Kesehatan. Jakarta :
pada mahasiswi Akademi Bidan di Rineka Cipta.
Kota Banda Aceh 2002. Thesis. Nurhayati, S. 2005.Faktor-Faktor yang
Depok : FKM-UI. berhubungan dengan Kejadian
Royani. 2011. Faktor-Faktor yang Anemia Gizi pada Remaja Putri di
Berhubungan dengan Kajadian Wilayah Kerja Safe Motherhooh
Anemia pada Remaja Putri di Partnership and Family Approach
SMU Negeri Payakumbuh. (SMPFA) di Propinsi Jawa Tengah
Skripsi. Depok : FKM-UI. dan Jawa Timur tahun 2004.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Badan Skripsi. Depok : Fakultas
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat.
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Yamin. 2012. Hubungan Pengetahuan,
(Riskesdas) 2007. Laporan Asupan Gizi, dan Faktor lain yang
Provinsi Jambi. Jakarta : Badan Berhubungan dengan Kejadian
Penelitian dan Pengembangan Anemia pada Remaja Putri di
Kesehatan. SMA Kabupaten Kepulauan
Wijiastuti, H. 2006. Faktor-Faktor yang Selayar. Skripsi. Depok : FKM-UI.
Berhubungan dengan Anemia pada
Remaja Putri di Tsanawiyah

19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

18

Anda mungkin juga menyukai