2939 5897 1 SM - Sarapan With Cover Page v2
2939 5897 1 SM - Sarapan With Cover Page v2
DILLA NURSARI-FKIK
Nurul Khoiri
ABSTRAK
Prevalensi anemia masih tinggi pada remaja, namun remaja sering tidak menjadi prioritas
program kesehatan. Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh, menurunnya kebugaran
sehingga menghambat prestasi dan produktivitas remaja. Tujuan penelitian adalah
mengetahui prevalensi anemia pada siswa SMA 8 Kabupaten Muaro Jambi dan faktor-
faktor yang berkaitan. Desain penelitian cross sectional. Variabel penelitian adalah
pengetahuan, pola makan (konsumsi penghambat/peningkat serapan zat besi, kebiasaan
sarapan, frekuensi makan, konsumsi sumber protein, pantangan dan diet), serta sosial
ekonomi orang tua (pekerjaan ayah dan tingkat pendidikan ayah/ibu) dan anemia (kadar
Hb < 12 gr/dl). Penelitian dilaksanakan di SMA 8 Kabupaten Muaro Jambi pada bulan
Februari s.d. November 2015, dengan jumlah sampel 180 siswa-siswi kelas 10. Hasil
penelitian menunjukkan kejadian anemia 46,7%, dimana 66,7 % putri dan 23,8% putra.
Karakteristik responden: ayah bekerja informal (88,3%), ibu berpendidikan rendah
(100%), ayah berpendidikan rendah (64,4%) dan ibu tidak bekerja (82,8%). Tingkat
pengetahuan rendah (90%), kebiasaan tidak sarapan (60%), 65% frekuensi makan remaja
>= 3 kali/hari, kebiasaan tidak konsumsi penghambat zat besi (72,2%), kebiasaan
konsumsi vitamin C (72,2%), kebiasaan konsumsi makanan protein hewani dan nabati
(70%), tidak pantang makan (73,9%) dan tidak diet (87,2%). Hasil analisis chi-square,
ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kejadian anemia (P-value = 0,03; OR=
2,05; 95% CI = 1,11-3,78).Variabel-variabel yang tidak berhubungan dengan anemia
adalah pekerjaan dan tingkat pendidikan ayah, status bekerja ibu, tingkat pengetahuan,
konsumsi makanan penghambat dan peningkat penyerapan Fe, sumber makanan
berprotein, pantangan makan dan diet. Diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi
pada remaja untuk meningkatkan pengetahuan remaja agar terhindar dari anemia.
09
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Anemia pada remaja masih menjadi salah satunya adalah kebiasaan sarapan
masalah kesehatan masyarakat karena pagi serta konsumsi makanan bergizi yang
prevalensinya lebih dari 20%. Beberapa membantu penyerapan zat gizi seperti
hasil studi menemukan prevalensi anemia buah, sayur dan lauk-pauk sumber protein.
tinggi pada remaja, diantaranya Permaesih Sarapan adalah kegiatan makan pada pagi
& Herman, Briawan, Isati, Kemenkes RI hari yang dilakukan sebelum beraktivitas
berturut-turut adalah 25,5%, 35%, 75% yang mencakup zat tenaga, zat
dan 26,4%. Pemenuhan gizi dalam pembangun dan zat pengatur. Untuk
makanan sehari-hari adalah salah satu remaja yang masih bersekolah, sarapan
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan merupakan sumber energi untuk kegiatan
dan perkembangan remaja. Anemia gizi aktivitas dan belajar di sekolah. Sarapan
besi mengakibatkan menurunnya pagi merupakan kegiatan yang paling
kesehatan reproduksi remaja, menghambat penting dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan motorik, mental dan energi dan zat gizi dalam sehari, namun
kecerdasan, prestasi belajar dan tingkat masih banyak remaja yang melewatkan
kebugaran yang menurun serta tidak kebiasaan ini, sehingga berdampak pada
tercapainya tinggi badan optimal. berkurangnya zat besi dalam darah yang
Anemia defisiensi besi disebabkan mengakibatkan anemia. Anemia
karena kehilangan darah secara kronis, mempunyai dampak terhadap masalah
asupan zat besi yang tidak cukup, kesehatan dan kualitas hidup remaja.
penyerapan tidak adekuat dan Kurangnya pengetahuan tentang anemia,
peningkatan kebutuhan zat besi untuk pola makan yang mempengaruhi asupan
pembentukan sel darah merah yang lazim gizi besi, sosial ekonomi yang rendah
berlangsung diantaranya pada masa diperkirakan berkonstribusi besar terhadap
pubertas dan karena aktifitas yang masalah anemia. Penelitian ini bertujuan
meningkat, diet yang salah, pola makan untuk mengetahui prevalensi anemia dan
yang tidak teratur dan mengalami faktor-faktor yang berhubungan dengan
menstruasi dimana besi hilang bersama kejadian anemia pada remaja di SMA
darah menstruasi. Beberapa penelitian Negeri 8 Muaro Jambi.
mengemukakan bahwa faktor
pengetahuan tentang anemia dan tingkat METODE PENELITIAN
asupan zat gizi (energi, protein, zat besi)
mempengaruhi tingkat kejadian anemia Penelitian ini menggunakan desain
pada remaja. Penelitian Handayani (2010) cross sectional. Dilaksanakan pada bulan
menunjukkan ada hubungan antara September 2015 di salah satu SMA Negeri
pengetahuan, asupan gizi, asupan sumber di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi
protein hewani dan sayuran berwarna Jambi. Sampel adalah siswa-siswi kelas
hijau, dan diet dengan anemia remaja. 10 yang berumur antara 14 – 18 tahun
Penelitian Rahmawati (2011) di SMA 2 dengan jumlah sebanyak 180 orang.
Kota Bandar Lampung menunjukkan ada Penarikan sampel dilakukan dengan
hubungan antara umur, konsumsi energi, metode total sampling, dengan kriteria
protein, vitamin C, zat besi, kebiasaan meliputi bersedia berpartisipasi, telah
minum teh, kebiasaan sarapan, status gizi, haid, hadir ke sekolah pada saat
dan pendidikan ibu dengan anemia penelitian, tidak sedang haid pada waktu
remaja. Pola konsumsi makanan penelitian, tidak dalam keadaan sakit.
merupakan faktor langsung terhadap Penelitian ini menggunakan data primer,
asupan zat gizi, dimana remaja sering status anemia diukur dengan
tidak mengetahuinya. Pola konsum si menggunakan alat ukur portable Nessco
remaja yang perlu mendapat perhatian dan faktor-faktor risiko terjadinya anemia
18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi
Pekerjaan ayah kebanyakan pada sektor rendah dimana 82,8% ibu tidak bekerja,
informal (88,3%), dengan tingkat hal ini karena lokasi penelitian berada di
pendidikan ayah 64,4% masih rendah. dearah perdesaan yang terletak di
Tingkat pendidikan ibu semuanya masih seberang kota Jambi (Tabel 2).
19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi
Dari hasil analisis bivariate terlihat terkena anemia (OR = 6,4) kali
bahwa remaja dengan ayah yang bekerja dibandingkan remaja laki-laki, dan hal
informal dan tidak bekerja mempunyai ini terbukti signifikan secara statistik.
kecenderungan yang lebih besar untuk Ditemukan pula hubungan yang
terkena anemia dibandingkan dengan signifikan antara kebiasaan sarapan pagi
remaja dengan ayah yang bekerja pada dengan kejadian anemia gizi besi pada
sektor formal berturut-turut nilai OR= remaja. Remaja yang tidak punya
1,25 dan 1,12 namun secara statistik kebiasaan sarapan pagi sebelum
belum terbukti bermakna.Demikian pula beraktivitas berpeluang dua kali lebih
remaja dengan ayah berpendidikan besar untuk terkena anemia dibanding
rendah mempunyai kecenderungan yang punya kebiasaan sarapan pagi (P-
berpeluan lebih besar untuk anemia value = 0,03). Variabel-variabel pola
dibandingkan remaja dengan ayah yang konsumsi makanan meliputi konsumsi
berpendidikan tinggi namun juga belu makanan penghambat (teh/kopi/
signifikan (P-value = 0,09). Remaja cappucino) dan konsumsi makanan
dengan ibu yang bekerja mempunyai peningkat penyerapan Fe (sayur dan
kecenderungan terproteksi terhadap buah tinggi vitamin C), konsumsi
anemia (OR= 0,79) dibandingkan remaja makanan sumber protein (hewani dan
dengan ibu yang tidak bekerja. nabati), ada tidaknya pantangan makan
Ditemukan perbedaan yang signifikan dan diet serta tingkat pengetahuan
kejadian anemia menurut jenis kelamin tentang anemia tidak berhubungan
remaja. Remaja perempuan mempunyai dengan kejadian anemia remaja
peluang yang jauh lebih besar untuk (Tabel 4).
Status Anemia
95% confidence
Variabel Tidak Ya Odds Ratio Nilai P
interval
n % n %
Pekerjaan ayah
Formal 7 58,3 5 41,7 1 Rujukan
Informal 84 52,8 75 47,2 1,25 0,38-4,11 0,713
Tidak Bekerja 5 55,6 4 44,4 1,12 0,20-6,41 0,899
Pendidikan Ayah
Tinggi 40 62,5 24 37,5 1 Rujukan 0,094
Rendah 56 48,3 60 51,7 1,79 0,96-3,33
Pekerjaan ibu
Tidak 78 52,3 71 47,7 1 Rujukan 0,702
Ya 18 58,1 13 41,9 0,79 0,36-1,74
Jenis Kelamin
Laki-laki 64 76,2 20 23,8 1 Rujukan 0,0001*
Perempuan 32 33,3 64 66,7 6,4 3,32-12,35
19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Sarapan
Ya 46 63,9 26 36,1 1 Rujukan 0,030*
Tidak/kadang 50 46,3 58 53,7 2,05 1,11-3,78
Tingkat
pengetahuan
Tinggi 10 55,6 8 44,4 1 Rujukan 1,000
Rendah 86 53,1 76 46,9 1,10 0,42-2,94
Frekuensi makanan
>= 3 kali/hr 64 54,7 53 45,3 1 Rujukan 0,730
< 3 kali/hr 32 50,8 31 49,2 1,17 0,63-2,16
Pantang Makanan
Tidak 72 54,1 61 45,9 1 Rujukan 0,847
Ya 24 51,1 23 48,9 1,13 0,58-2,20
Diet
Tidak 85 54,1 72 45,9 1 Rujukan 0,732
Ya 11 47,8 12 52,2 1,29 0,54-3,09
Mkn penghambat
Tidak 65 50 65 50 1 Rujukan 0,201
Ya 31 62 19 38 0,61 0,32-1,19
Mkn peningkat
Tidak 33 61,1 21 38,9 1 Rujukan 0,228
Ya 63 50 63 50 1,57 0,82-3,01
Mkn Sumber
Protein
Tidak 29 58 21 42 1 Rujukan 0,541
Ya 67 51,5 63 48,5 1,30 0,67-2,51
*signifikan (Nilai P < 0,05)
Anemia terjadi dimana jumlah Isati (2013) pada siswi SMPN 22 Kota
eritrosit (sel darah merah) atau kadar Hb Jambi yaitu 78,7%. Hasil studi ini juga
dalam darah kurang dari normal. jauh lebih rendah dibandingkan
Penyebabnya dapat bermacam-macam penelitian Royani (2011)11 di SMU
seperti perdarahan hebat, kurangnya Negeri 3 Payakumbuh yang menemukan
kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan kejadian anemia 72,6%. Namun bila
asam folat, kekurangan Vitamin B12, dibandingkan dengan hasil Riskesdas
kecacingan, Leukemia, penyakit kronis 2013, prevalensi anemia pada studi ini
dan sebagainya. Beberapa penelitian relatif lebih tinggi. Perbedaan hasil ini
menemukan prevalensi anemia tinggi dapat dikarenakan perbedaan metode
pada remaja antara lain Isati (2013), dan alat yang digunakan.
Permaesih dan Herman (2005) dan Rata-rata kadar hemoglobin pada siswa
Leginem (2002)10 yaitu masing-masing SMA Negeri 8 Muaro Jambi adalah 12,1
mendapatkan 41%, 25,5% dan 88%. gr/dl. Rata-rata kadar Hb ini sama
Hasil penelitian ini menemukan dengan nilai normal untuk kelompok
46,7% remaja menderita anemia, jauh orang menurut umur dan jenis kelamin
lebih rendah dengan yang ditemukan
18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi
dimana kadar Hb normal >= 12 gr%. pagi. Juga senada dengan penelitian
Rata-rata kadar Hb dari hasil penelitian Wijiastuti di Tsanawiyah Cipondoh,
ini lebih rendah dari hasil Riskesdas yang menemukan hubungan yang
2007 dimana rata-rata nilai kadar bermakna antara sarapan pagi dengan
hemoglobin anak-anak umur <= 14 kejadian anemia pada remaja putri. Hal
tahun di Provinsi Jambi adalah 12,75 ini didukung oleh pernyataan Roizen,
gr/dl; rata-rata pada perempuan dewasa dimana remaja jangan melewatkan
adalah 13,33 gr/dl dan pada laki-laki sarapan karena sarapan mempercepat
dewasa 15,25 gr/dl. metabolisme dan mempersiapkan remaja
Temuan utama pada hasil studi ini menjalani hari dengan baik.
adalah perbedaan risiko kejadian anemia Hasil studi ini berbeda dengan hasil
menurut jenis kelamin, dimana remaja penelitian Isati di Jambi dan penelitian
perempuan lebih berisiko untuk terkena Yosephin, juga penelitian di SMPN 133
anemia dibandingkan remaja laki-laki. Pulau Pramuka oleh Aditian16 yang
Hasil studi ini sejalan dengan penelitian menemukan tidak ada hubungan antara
Permaesih dan Herman. Remaja kebiasaan sarapan di rumah atau di
perempuan membutuhkan zat besi lebih sekolah dengan status anemia.
tinggi dibandingkan laki-laki karena Sebaiknya remaja melakukan sarapan
adanya risiko kehilangan zat besi saat pagi dengan makanan yang mengandung
menstruasi setiap bulan. Disamping itu gizi lengkap terutama karbohidrat, lemak
remaja perempuan mempunyai body dan protein sepertiga porsi makan siang
image lebih tinggi dibandingkan laki- terdiri dari nasi dan lauk pauk atau roti
laki. Perempuan berusaha menjaga dengan isi selai atau daging. Remaja di
tubuhnya agar tetap langsing, sehingga SMAN 8 Muaro Jambi masih banyak
sering menjaga pola makannya dengan yang tidak melakukan sarapan yaitu
mengurangi porsi makan, frekuensi mencapai 60%. Data tersebut
makan atau melakukan diet tertentu menunjukkan bahwa remaja masih
secara keliru yang mengakibatkan banyak tidak melakukan sarapan
kebutuhan gizinya tidak terpenuhi. dirumah dengan makanan bergizi
Temuan utama lainnya adalah ada sebelum berangkat ke sekolah dan hanya
perbedaan yang signifikan kejadian makan atau minuman jajanan di sekolah
anemia menurut kebiasaan sarapan pagi berupa cemilan atau makanan lainnya.
remaja. Remaja yang tidak memiliki Remaja yang memiliki aktivitas fisik
kebiasaan sarapan mempunyai risiko dua yang banyak membutuhkan kalori,
kali lebih besar untuk terkena anemia protein, dan mikronutrien baik secara
dibandingkan yang melakukan sarapan kualitatif maupun kuantitatif makanan
pagi. yang dikonsumsi saat sarapan
Hasil penelitian ini sejalan dengan mengandung sumber zat tenaga, zat
penelitian Permaesih dan Herman yang pembangun, dan zat pengatur dalam
menemukan ada hubungan yang jumlah seimbang serta mengandung
signifikan antara kebiasaan sarapan pagi sepertiga kecukupan gizi dalam sehari
dengan kejadian anemia pada remaja di dan remaja sangat membutuhkan nutrisi
Indonesia (P-value = 0,0057), dimana di pagi hari sebelum melakukan
besar risiko relatif adalah 1,6 kali. Hal aktivitas1. Hal ini dibuktikan oleh hasil
ini berarti bahwa remaja yang tidak studi ini, bahwa ada hubungan antara
melakukan sarapan pagi mempunyai sarapan dengan kejadian anemia remaja.
risiko untuk terkena anemia hampir dua Sarapan sangat penting karena
kali lebih besar dibandingkan remaja berfungsi untuk menjaga kondisi tubuh
yang mempunyai kebiasaan sarapan dan meningkatkan konsentrasi belajar.
19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi
karena bekerja di luar rumah mempunyai Pada penelitian ini menggunakan titik
risiko yang lebih kecil untuk mempunyai potong >= 75% untuk remaja dengan
remaja yang anemia. pengetahuan baik, dimana hanya 10%
Temuan lain pada studi ini belum saja remaja yang mempunyai tingkat
membuktikan adanya hubungan yang pengetahuan yang baik tentang anemia.
signifikan antara tingkat pengetahuan Meskipun demikian terlihat adanya
remaja dengan kejadian anemia. kecenderungan perbedaan proporsi
Pengetahuan dihasilkan dari menurut tingkat pengetahuan remaja
penginderaan yaitu pendengaran dan terhadap kejadian anemia. Remaja yang
penglihatan terhadap obyek tertentu mempunyai tingkat pengetahuan yang
berasal dari berbagai sumber informasi rendah sedikit lebih banyak yang terkena
mass media, media elektonik, buku anemia dibandingkan yang memiliki
petunjuk, petugas kesehatan, kerabat tingkat pengetahuan tinggi. Namun
dekat dan berbagai sumber lainnya. secara statistik tidak ada hubungan yang
Remaja akan mengadopsi perilaku signifikan.
setelah mereka tahu apa arti dan manfaat Hasil penelitian ini senada dengan
perilaku bagi diri dan keluarganya. yang ditemukan oleh Isati di Jambi dan
Indikator yang digunakan untuk Nurhayati di Depok juga Aditian di
mengetahui tingkat pengetahuan remaja Pulau Pramuka. Namun berbeda dengan
terhadap anemia diantaranya pengertian hasil studi Handayani di SMAN Kijang
anemia, penyebab anemia, cara Kecamatan Bintan dan Tenri Yamin di
pencegahan, dan gejala atau tanda-tanda SMA Selayar menyatakan bahwa
penyakit. Menurut Notoatmodjo, terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang pemeliharaan pengetahuan dengan kejadian anemia.
kesehatan yaitu mengetahui jenis-jenis Variabel-variabel lain yang secara
makanan, manfaat makanan, penyakit langsung berhubungan dengan anemia
berbahaya, olah raga dan istirahat yang adalah pola konsumsi makan yang
cukup. Pengetahuan tentang kesehatan meliputi frekuensi makan, ada tidaknya
terutama mengenai gizi akan pantangan makan, kebiasaan diet
memberikan pengaruh terhadap perilaku tertentu, konsumsi teh/kopi/cappucino
kebiasaan makan.Walaupun pengetahuan (makanan penghambat penyerapan zat
merupakan bagian dari kawasan perilaku besi), konsumsi vitamin C baik
namun tidak akan menjamin bahwa bersumber dari buah-buahan maupun
seorang dengan pengetahuan cukup sayuran, dan konsumsi makanan sumber
memiliki perilaku yang sama. Sebagian protein (baik hewani maupun nabati).
besar remaja pernah mendengar tentang Dimana pada hasil studi ini belum
anemia (76,1%), namun tingkat terbukti berhubungan signifikan secara
pengetahuan remaja tentang anemia statistik.
cenderung masih kurang baik khususnya Ketidakbermaknaan hasil ini berkaitan
tentang dosis tablet tambah darah dengan perbedaan metode dan alat ukur
semuanya menjawab tidak tahu dan tidak yang dipakai, perbedaan karakteristik
pernah mengkonsumsi. Begitu juga responden, jumlah sampel yang
dengan pengetahuan tentang kadar kemungkinan berdampak pada variasi
hemoglobin, hanya 2,8% remaja yang chance dan lokasi penelitian yang
mengetahui kadar hemoglobin normal berkaitan dengan adat dan budaya yang
pada remaja, demikian pula tentang berbeda. Penelitian ini dilakukan secara
kondisi anemia, gejala dan penyebabnya, simultan dari pagi hingga siang hari di
kebanyakan remaja belum sekolahnya, dimana setiap responden
mengetahuinya. saat diukur Hb-nya kemungkinan
19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
mengalami peristiwa yang berbeda saat akan mendapati kadar Hb yang rendah
pengukuran. Siswa yang kebetulan walaupun sebenarnya mempunyai
diukur hbnya saat pagi hari dan belum kebiasaan pola konsumsi makanan yang
mengkonsumsi apapun kemungkinan
baik sehari-harinya, demikian pula (skrining) anemia pada remaja melalui
sebaliknya. Hal ini dapat menimbulkan kegiatan kesehatan remaja oleh petugas
hasil yang berbeda. Bias akibat temporal kesehatan di tingkat Puskesmas serta
ambighuity ini merupakan salah satu revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah
keterbatasan pada penelitian cross- (UKS) perlu dilakukan secara berkala
sectional ini. Bias akibat alat dan tenaga sebagai upaya penurunan prevalensi
pengukur sudah coba diantisipasi dengan anemia pada remaja.
menggunakan alat yang sama, petugas
pengukur adalah tenaga analis kesehatan UCAPAN TERIMA KASIH
serta pelatihan tersruktur baik kepada
petugas pengukur maupun enumerator Peneliti mengucapkan terima kasih
yang melakukan wawancara. atas bantuan dan kerjasama yang baik
dari pihak sekolah SMA Negeri 8
KESIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Muaro Jambi, Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesimpulan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan serta
Proporsi anemia gizi besi pada remaja Lembaga Penelitian dan Pengabdian
masih tinggi. Remaja perempuan Masyarakat Universitas Jambi sebagai
mempunyai risiko yang jauh lebih besar penyandang dana kegiatan ini,
untuk terkena anemia dibandingkan laki- khususnya pada Prof. Adriani dan
laki. Kebiasaan Sarapan pagi merupakan seluruh pihak yang terlibat.
faktor yang menentukan untuk remaja
mendapatkan asupan yang baik sebagai DAFTAR PUSTAKA
bekal aktivitas sehari-hari sehingga
terhindar dari anemia. Variabel-variabel Adriani, M & Wirjatmadi, B. 2012.
yang belum terbukti berhubungan Peranan Gizi Dalam Siklus
dengan kejadian anemia remaja adalah Kehidupan. Jakarta : Kencana
faktor sosial ekonomi orang tua (jenis Prenada Media Group.
pekerjaan dan tingkat pendidikan ayah Permaesih, D & Herman, S. 2005.
serta status bekerja ibu), tingkat Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan remaja, frekuensi makan, Anemia pada remaja. Buletin
konsumsi makanan penghambat dan Penelitian Kesehatan. Vol. 33. No.
peningkat absorpsi zat besi, konsumsi 4, 2005 : 162-171.
sumber makanan berprotein, pantangan Briawan, D. 2002. Anemia Masalah Gizi
makan dan diet. Pada Remaja Wanita. Jakarta :
Saran EGC.
Pemerintah perlu memprioritaskan Isati. 2013. Faktor-faktor yang
penanganan masalah kesehatan pada Berhubungan dengan Kejadian
remaja, salah satunya adalah anemia Anemia Remaja Putri di SMP
defisiensi besi pada remaja dengan Negeri 22 Kota Jambi. Fakultas
pemberian komunikasi, informasi dan Kesehatan Masyarakat Universitas
edukasi kesehatan dan gizi khususnya Indonesia. Depok. Skripsi.
tentang pola makan gizi seimbang dan Kementerian Kesehatan RI. 2014. Badan
pentingnya sarapan serta suplementasi Penelitian dan Pengembangan
tablet tambah darah. Penjaringan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
18
Ummi Kalsum., dkk: Kebiasaan Sarapan Pagi Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi
19
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
18