Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): 234-238, November 2015 Dimas Cahyo Kuncoro et al.

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM


BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN KASAR,
BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU

The Effect of Starter Addition in Feed Silage from Agriculture Waste


to Crude Protein, Dry Matter, Organic Matter and Ash Content

Dimas Cahyo Kuncoroa, Muhtarudinb, dan Farida Fathulb


a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of adding a starter in the making of silage. This
study was compiled using completely randomized design with 4 treatments and 3 replications. The treatment
in this study is R0 : basal ration, R1 :basal ration + (EM-4 4%), R2 : basal ration + EM-4 who bred 4%, R3
: basal ration + rumen fluid 4%. The result showed the addition of treatment on trial the addition of 4%
starter EM-4, EM-4 who bred and rumen fluid very significant effect in the levels of dry matter and organic
matter as well as the real impact on the levels of crude protein and ash content. Best silage, silage contained
in the basal ration (R0).

Keywords: Em-4, Em-4 bred, rumen fluid, chemical quality, silage.

PENDAHULUAN penambahan starter pada silase dimungkinkan


dapat merubah kualitas silase menjadi lebih baik
Peternak Indonesia pada umumnya sering atau meningkat. Kualitas silase dapat dinilai
mengalami permasalahan kekurangan atau sampai secara fisik, kimiawi, dan biologis. Berdasarkan
kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk
(HMT) segar sebagai pakan ternak. Pada musim mengetahui pengaruh berbagai macam starter
hujan adakalanya dijumpai HMT yang berlimpah, terhadap kualitas kimiawi silase.
sehingga upaya pengawetan hijaun segar yang
disebut silase diharapkan dapat menjadi salah satu METODE PENELITIAN
solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan
hijauan segar pada musim kesulitan pakan. Selain Waktu dan Tempat Penelitian
itu, pembuatan silase dimaksudkan untuk Penelitian ini dilaksanakan pada Desember
mempertahankan kualitas atau bahkan 2014²Februari 2015 di Jurusan Peternakan,
meningkatkan kualitas pada pakan tersebut. Hal analisis silase dilaksanakan di Laboratorium
ini sangat penting karena produktivitas ternak Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan,
merupakan fungsi dari ketersediaan pakan dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
kualitas (Leng, 1991).
Proses pembuatan silase (ensilage) akan Bahan dan Alat Penelitian
berjalan optimal apabila pada saat proses Adapun alat penelitian ini: adalah toples,
ensilage diberi penambahan akselerator. pisau, adukan, kompor, panci, saringan derigen,
Akselerator dapat berupa inokulum bakteri asam plastik kapasitas 5 kg, terpal, timbangan digital,
laktat ataupun karbohidrat mudah larut. Fungsi pisau/golok, kertas label, sabit copper, buku,
dari penambahan akselerator adalah untuk pulpen,oven, cawan petri, blender, aquades dan
menambahkan bahan kering untuk mengurangi satu set alat analisis proksimat.
kadar air silase, membuat suasana asam pada Adapun bahan penelitian ini adalah dedak
silase, mempercepat proses ensilage, menghambat padi, molases, tempe busuk, EM4 Peternakan,
pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, cairan rumen, dan air pembuatan silase ampas
merangsang produksi asam laktat dan untuk tahu, kulit coklat, rumput gajah, bungkil sawit,
meningkatkan kandungan nutrien dari silase jenjet jagung, mineral, molases, urea, kulit
(Komar,1984). singkong, onggok, starter EM-4 Peternakan,
Seiring dengan perkembangan zaman starter EM-4 Peternakan yang dikembangbiakkan
untuk mengoptimalkan kualitas silase diberi dan starter cairan rumen.

234
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): 235-240, November 2015 Dimas Cahyo Kuncoro et al.

Rancangan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini disusun menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 A. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter
perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak terhadap Kadar Bahan Kering Silase
tiga kali sehingga jumlah satuan percobaan ada 12 Ransum
unit.
Salah satu cara yang digunakan untuk
Analisis Data mengetahui kualitas silase adalah dengan cara
Data hasil penelitian dianalisis dengan mengetahui kadar bahan kering silase. Kadar
menggunakan analisis ragam pada taraf nyata 5 % bahan kering dapat mempengaruhi masa simpan
dan atau 1 %. Apabila diperoleh hasil yang nyata silase. Rata-rata kadar bahan kering tertinggi
pada taraf nyata tersebut maka akan dilanjutkan terdapat pada R0 sebesar 73,81±0,89, sedangkan
dengan Uji Beda Nyata Terkecil. rata-rata relatif terendah terdapat pada R1 sebesar
60,11±1,55. Berdasarkan hasil analisis ragam
Prosedur Penelitian bahwa setiap perlakuan menunjukkan perbedaan
Pembuatan starter rumen dan EM-4 yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar bahan
Peternakan yang dikembangbiakkan dibuat kering.
dengan memodifikasi panduan pada Bureenok Hal ini berarti bahwa penambahan
dkk. (2006) yakni: berbagai macam starter dapat merubah
Mencampur dedak 0,5 kg dengan 2,5 liter air, kandungan bahan kering yang terdapat pada silase
kemudian mendidihkan dan dinginkan ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
selanjutnya menyaring dan mengambil airnya, rata-rata bahan kering dengan perlakuan
campurkan cairan rumen/EM-4 Peternakan yang penambahan starter yaitu 60--64%, sedangkan
dikembangbiakkan + tempe busuk sebanyak 1 silase ransum yang tidak menggunakan perlakuan
liter dengan molases sebanyak 1 liter, mencampur dengan starter rata-rata bahan keringnya yaitu
air rebusan dedak ke dalam larutan campuran, 73,81%. Berdasarkan uji lanjut menunjukkan
memasukan larutan bio-aktivator tersebut pada bahwa perlakuan terbaik terdapat pada silase yang
wadah kerupuk/ember yang terbuat dari bahan tidak diberi starter (R0). Merujuk pada
plastik dan tutup rapat, menambahkan selang pernyataan di atas bahwa kadar bahan kering yang
yang dihubungkan ke dalam botol berisi air, relatif lebih tinggi akan memperpanjang masa
mendiamkan selama 3²4 hari di tempat yang simpan silase. Penambahan starter pada silase
aman dan teduh, pada hari 3²4 bakteri hasil ransum ini diduga akan meningkatkan kadar air
pengembangan ini sudah bisa diambil dengan pada silase karena wujud dari starter itu sendiri
disaring memakai saringan; merupakan zat cair, sehingga kadar air pada silase
hasil cairan rumen dan EM-4 Peternakan yang ransum akan meningkat dan kadar bahan kering
dikembangbiakkan dapat digunakan. menurun.
Pembuatan silase ransum berbasis limbah Penurunan kadar bahan kering silase
pertanian yakni : ransum diduga disebabkan oleh hilangnya bahan
Melayukan rumput gajah yang baru dipanen kering yang digunakan bakteri untuk terus
selama 3²12 jam untuk mengurangi kandungan menjalankan aktivitasnya. Menurut
airnya, mencacah tanaman rumput gajah Kurnianingtyas et al., (2012), penurunan bahan
menggunakan chopper ukuran 1²5cm, kering dapat terjadi pada tahap aerob dan anaerob.
memotong limbah kulit kakao dengan ukuran 1² Penurunan bahan kering pada tahap aerob terjadi
2 x 5²10 cm, mencampurkan rumput gajah karena respirasi masih terus berlanjut, sehingga
sebanyak 1,18 kg, kulit singkong 1,03 kg, jenjet glukosa yang merupakan fraksi bahan kering akan
jagung 0,10 kg, kulit kakao 0,33 kg, bungkil sawit diubah menjadi CO2, H2O dan panas. Penurunan
0,87 kg, ampas tahu 0,99 kg, onggok 0,18 kg, pada tahap anaerob terjadi karena glukosa diubah
molases 0,26 kg, urea 0,01 kg, dan mineral 0,002 menjadi etanol dan CO2 oleh mikroorganisme.
kg. Semua bahan dalam keadaan segar. Bahan- Penurunan bahan kering ini diduga adanya
bahan tersebut dihomogenkan lalu ditimbang peningkatan kandungan air yang menyebabkan
keseluruhannya sebanyak 5 kg untuk setiap unit banyaknya nutrien yang terurai sehingga
percobaan, menambahkan perlakuan yang menurunkan kadar bahan kering. Pendapat ini
diterapkan pada ransum tersebut dan masing- ditegaskan oleh Surono et al., (2006) bahwa
masing perlakuan diulang 3 kali, ransum peningkatan kandungan air selama ensilase
difermentasi selama 21 hari. Setelah 21 hari, menyebabkan kandungan bahan kering silase
silase dibuka kemudian dilakukan analisis menurun sehingga menyebabkan peningkatan
proksimat. kehilangan bahan kering, semakin tinggi air yang
dihasilkan maka penurunan bahan kering semakin
Peubah yang Diamati meningkat.
Peubah yang diamati pada penelitian ini Penurunan kadar bahan kering ini juga
meliputi kadar protein kasar, bahan kering, bahan diduga karena pH silase yang semakin menurun
organik, dan kadar abu. seiring penambahan jenis starter tersebut.

235
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): 235-240, November 2015 Dimas Cahyo Kuncoro et al.

Penurunan pH yang semakin cepat dikarenakan diproduksi oleh bakteri asam laktat
semakin bertambahnya asam laktat yang .

Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap kadar bahan kering dan bahan organik

Peubah Perlakuan
R0 R1 R2 R3
Bahan Kering 73,81 ± 0,89c 60,11 ± 1,55a 63,94 ± 1,34a 62,73 ± 1,27a
c
Bahan Organik 64,88 ± 0,76 50,24 ± 2,69a 57,28 ± 0,83 b
52,98 ± 3,17a
Keterangan :huruf kecil superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01)

B. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter penambahan starter yaitu 8,93%. Berdasarkan uji
terhadap Kadar Abu Silase Ransum lanjut menunjukkan bahwa perlakuan terbaik
terdapat pada perlakuan penambahan starter EM-
Abu adalah suatu zat anorganik yang 4 yang dikembangbiakkan dan starter cairan
berhubungan dengan jumlah mineral yang rumen yang dikembangbiakkan dengan rata-rata
terkandung dalam bahan pakan (Sudarmadji et al., kadar abu terendah pada setiap perlakuan. Hal ini
1997). Kadar abu merupakan parameter untuk merujuk pada pernyataan Winarno (1992) bahwa
mengetahui mineral yang terkandung dalam suatu semakin rendah kadar abu yang dihasilkan maka
bahan yang mencirikan keberhasilan proses mutu dan tingkat kemurnian akan semakin tinggi.
demineralisasi yang dilakukan. Semakin rendah Kadar abu yang rendah juga diduga karena
kadar abu yang dihasilkan maka mutu dan tingkat mikroba hanya memanfaatkan mineral-mineral
kemurnian akan semakin tinggi (Winarno, 1992). yang terkandung dalam bahan untuk tubuh
Berdasarkan data tabel kadar rata-rata abu (%BK) (Yovitaro et al., 2012). Hal ini berarti pada
pada masing-masing perlakuan yakni R0sebesar pembuatan silase ransum perlu dilakukan
8,93%, R1sebesar 9,03%, R2 sebesar 8,33% dan penambahan starter EM-4 yang
R3sebesar 8,60%. Rata-rata kadar abu tertinggi dikembangbiakkan atau cairan rumen yang
terdapat pada silase ransum R1 yaitu sebesar dikembangbiakkan untuk mampu menghasilkan
9,03%, sedangkan rata-rata kadar abu terendah kandungan kadar abu yang rendah sehingga silase
terdapat pada R2 sebesar 8,33%. Berdasarkan ransum yang dihasilkan memiliki mutu dan
hasil analisis ragam bahwa setiap perlakuan tingkat kemurnian yang tinggi.
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Peningkatan kadar abu pada perlakuan R1
terhadap kadar abu silase ransum. Hal ini berarti menandakan bahwa mineral yang terkandung
bahwa penambahan berbagai macam starter dapat dalam silase pada perlakuan tersebut juga
merubah kandungan kadar abu yang terdapat pada meningkat. Peningkatan kadar abu ini juga
silase ransum. diduga karena asam yang digunakan sebagai
Hasil penelitian besaran nilai rata-rata perlakuan adalah asam organik, jadi pada saat
yang didapat pada kadar abu dari silase ransum pengabuan zat organik tersebut ikut terbakar
dengan perlakuan penambahan starter yaitu 8-- sehingga mempengaruhi kadar abu (Yovitaro et
9%, sedangkan rata-rata nilai kandungan kadar al., 2012).
abu pada perlakuan silase ransum tanpa

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap kadar protein kasar dan abu

Peubah Perlakuan
R0 R1 R2 R3
Protein Kasar 12,36 ± 0,26ab 12,73 ± 0,25b 12,20 ± 0,03ab 11,41 ± 0,45a
Abu 8,93 ± 0,16ab 9,03± 0,05b 8,33 ± 0,19a 8,60 ± 0,29a
Keterangan :huruf kecil superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05)
R0: ransum basal
R1: ransum basal + starter (EM-4 Peternakan 4% w/w)
R2: ransum basal + starter (EM-4 Peternakan yang dikembang biakan 4% w/w)
R3: ransum basal + starter (cairan rumen kambing yang dikembang biakan 4% w/w)

236
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): 234-238, November 2015 Dimas Cahyo Kuncoro et al.

C. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter D. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter


terhadap Kadar Bahan Organik Silase terhadap Kadar Protein Kasar Silase
Ransum Ransum
Protein merupakan salah satu nutrisi yang
Salah satu cara yang digunakan untuk sangat penting dan dibutuhkan oleh ternak pada
mengetahui kualitas silase adalah dengan cara berbagai tingkat produksi dan berbagai fase
mengetahui kadar bahan organik silase. Bahan hidupnya. Protein merupakan polimer yang
organik dihasilkan dari selisih antara kadar bahan panjang dari asam-asam amino yang bergabung
kering dan kadar abu.Kadar bahan organik pada melalui ikatan peptida. Kadar rata-rata protein
masing masing perlakuan R0 sebesar 64,88 ± kasar (% BK) pada masing-masing perlakuan
0,76c; R1 sebesar 50,24 ± 2,69a; R2 sebesar 57,28 yakni R0 sebesar 12,36%, R1 sebesar 12,73%, R2
± 0,83b; dan R3 sebesar 52,98 ± 3,17a. Rata-rata sebesar 12,20% dan R3 sebesar 11,41%. Rata-
kadar bahan organik tertinggi terdapat pada R0 rata kadar protein kasar tertinggi terdapat pada
sebesar 64,88 ± 0,76c, sedangkan rata-rata silase ransum R1 yaitu sebesar 12,73%,
terendah terdapat pada R1 sebesar 50,24 ± 2,69a. sedangkan rata-rata kadar protein kasar terendah
Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa setiap terdapat pada R2 sebesar 11,41%. Hasil analisis
perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat ragam kadar protein kasar pada silase ransum
nyata (P<0,01) terhadap kadar bahan organik menunjukkan hasil perbedaan yang nyata
silase ransum. Hal ini berarti bahwa penambahan (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
berbagai macam starter dapat merubah penambahan starter pada pembuatan silase
kandungan bahan organik yang terdapat pada ransum dapat merubah kandungan protein kasar
silase ransum. Hasil penelitian besaran nilai rata- pada silase ransum. Penambahan starter juga
rata yang didapat pada kadar bahan organik dari dapat meningkatkan kualitas ransum khususnya
silase ransum dengan perlakuan penambahan protein kasar, maka perlu adanya penambahan
starter yaitu 50--57%, sedangkan rata-rata nilai starter pada pembuatan silase.
kandungan kadar bahan organik pada perlakuan Berdasarkan uji lanjut bahwa perlakuan
silase ransum tanpa penambahan starter yaitu yang terbaik terdapat pada perlakuan dengan
64,88%. penambahan stater EM-4 yaitu meningkatkan
Berdasarkan uji lanjut perlakuan terbaik protein kasar dari 12,36% menjadi 12,37%. EM-
terdapat pada silase ransum tanpa perlakuan 4 (Effective Microorganisme-4) merupakan kultur
penambahan starter. Kadar bahan organik ini Effective Microorganisme dalam medium cair
sama halnya dengan kadar bahan kering dimana berwarna coklat kekuning-kuningan yang
semakin tinggi nilainya maka akan semakin baik. menguntungkan untuk pertumbuhan dan produksi
Menurunnya kadar bahan organik pada ternak. Ciri-ciri EM-4 yaitu berbau asam manis
penambahan starter mengindikasikan tingginya serta mampu memperbaiki jasad renik di dalam
kadar abu pada silase ransum. Hal ini diduga saluran pencernaan ternak sehingga kesehatan
karena berkurangnya sumber karbohidrat mudah ternak akan meningkat, tidak mudah stress dan
larut yang dapat digunakan bakteri untuk bau kotoran akan berkurang. Pemberian EM-
menjalankan aktivitasnya. 4 pada pakan dan minum ternak akan
Penurunan kadar bahan organik ini diduga meningkatkan kualitas kandungan nutrisi pakan
karena pH lebih cepat menurun seiring dengan serta meningktakan nafsu makan karena aroma
penambahan EM-4 (Saputra, 2011). Penurunan asam manis yang ditimbulkan. EM-4 tidak
pH yang semakin cepat dikarenakan semakin mengandung bahan kimia sehingga aman bagi
bertambahnya asam laktat yang diproduksi oleh ternak. Hasil pengamatan tabel terlihat adanya
bakteri asam laktat. Hal ini merujuk pada Salim peningkatan kadar protein perlakuan R1
et al.(2002), tentang tahapan proses terjadinya sebaliknya terjadi penurunan pada perlauan R2
silase, semakin cepat menurunnya pH akan diikuti dan R3.
semakin cepat berakhirnya fase aerob, seperti Peningkatan dan penurunan kadar protein
diketahui pada fase aeroblah terjadi kehilangan yang terjadi dapat disebabkan karena kemampuan
bahan kering maka akan terjadi juga kehilangan bakteri asam laktat dalam mendegradasi protein.
bahan organik. Pada fase aerob masih aktifnya Menurut Kalsum dan Sjofjan (2008) mikroba
mikroba aerob dalam merombak substrat menjadi akan mendegradasi bahan organik seperti gula,
CO2 dan air serta panas energi respirasi. Ketika protein, pati, hemiselulosa dan selulosa untuk
pH telah asam oleh adanya asam laktat yang pertumbuhannya. Degradasi protein yang terjadi
diproduksi oleh bakteri asam laktat maka proses ini juga dipengaruhi oleh aktivitas bakteri yang
perombakan tadi berhenti dan silase menjadi berkembang pada setiap perlakuan. Peningkatan
stabil (tidak terjadi perombakan lagi karena pH protein pada R1 disebabkan karena aktivitas
nya turun). mikroba lebih banyak menghasilkan enzim
protease. Enzim protease memecah protein
menjadi peptida atau asam amino sehingga kadar
protein mengalami peningkatan. Peningkatan
protein juga dapat disebabkan karena tingkat

237
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): 235-240, November 2015 Dimas Cahyo Kuncoro et al.

keasaman yang tinggi pada EM-4 dan cairan Kalsum, U dan O. Sjofjan. 2008. Pengaruh waktu
rumen yang dikembangbiakkan menyebabkan inkubasi campuran ampas tahu dan onggok
aktivitas enzim terhambat sehingga proses yang difermentasi dengan
hidrolisis protein menjadi peptida terhambat Neurosporasitophila terhadap kandungan
sehingga kadar proteinnya mengalami zat makanan. Pros. Seminar Nasional
peningkatan (Yovitaro et. al, 2012). Kandungan Teknologi Peternakan dan Veteriner
asam laktat dalam silase akan berpengaruh Bogor, 11 ± 12 Nopember 2008.
terhadap jumlah bakteri asam laktat dan derajat Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 226 ±
keasaman, sedangkan penurunan kadar protein 232
kasar pada perlakuan R2 dan R3 ini dapat diduga Komar, A.1984. Teknologi Pengolahan Jerami
karena terlalu tingginya tingkat keasaman pada Sebagai Makanan Ternak. Yayasan Dian
EM-4 yang dikembangbiakkan menyebabkan Grahita. Jakarta
kondisi pH silase akan semakin rendah sehingga Kurnianingtias, I.B., P.R. Pandansari, I. Astuti,
secara perlahan akan terakumulasi dan membunuh S.D. Widyawati, dan W.P.S. Suprayogi.
bakteri asam laktat itu sendiri. Hal ini sesuai 2012. Pengaruh Macam Akselerator
dengan pernyataan McDonald et. al (1991) bahwa Terhadap Kualitas Fisik, Kimiawi, dan
tingkat keasaman yang semakin tinggi secara Biologis Silase Rumput Kolonjono. Jurnal
perlahan akan terakumulasi dan membunuh Peternakan Universitas Sebelas Maret,
bakteri asam laktat itu sendiri. Surakarta
Penurunan kadar protein kasar ini juga Leng, R.A. 1991. Application of biotechnology to
diduga oleh penurunan aktivitas mikroba sebagai nutrition of animals in
akibat penurunan jumlah nutrisi yang tersedia developingcountries. FAO Animal
untuk pertumbuhan dan proliferasi mikroba. Production and Health Paper no 90, Rome,
Sintesis sel mikroba sangat dipengaruhi oleh Italy
ketersediaan dan/atau konsentrasi prekursor, McDonald, P., A.R. Henderson and S.J.E. Heron.
misalnya: glukosa, asam nukleat, asam amino, 1991. The Biochemistry of Silage.
peptida, amonia dan mineral (S, K, dan P) Cambrian Printers Ltd., Aberystwyth,
(Preston dan Leng, 1987). Great Britain
Preston, T.R. dan R.A. Leng. 1987. Matching
SIMPULAN DAN SARAN Ruminant Production system with
Available Resources in the Tropics and
Simpulan Sub Tropics. Renambel Books Armidale.
Berdasarkan hasil penelitian yang New South Wales
dilakukan dapat disimpulkan bahwa 1) Salim, R., B. Irawan, Amirudin, H. Hendrawan
Penambahan berbagai jenis starter yang berbeda dan M. Nakatari. 2002. Pengawetan
berpengaruh nyata terhadap kandungan protein Hijauan untuk Pakan Ternak Silase.
kasar dan kadar abu serta berpengaruh sangat Sonisugena Pressindo, Bandung
nyata terhadap bahan kering dan bahan organik; Saputra, A. 2011. Kualitas Fisik Silase Pucuk
2) Jenis starter terbaik pada penelitian ini adalah Tebu dengan Penambahan Effective
silase ransum tanpa perlakuan (R0) dengan Microorganisme-4 (EM-4). Skripsi
kandungan bahan kering yang paling tinggi yaitu Universitas Sriwijaya, Indralaya
sebesar 73,81 % sehingga diharapkan mampu Sudarmadji, S.B, Haryanto dan Suhardi.1997.
untuk meningkatkan masa simpan silase ransum. Prosedur Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Jakarta
Saran Surono, M. Soejono, dan S.P.S. Budhi. 2006.
Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Kehilangan Bahan Kering dan Bahan
penambahan starter kurang dari 4% atau lebih dari Organik Silase Rumput Gajah pada Umur
4%. Potong dan Level Aditif yang Berbeda.
J.Indri.Trop.Anini :Agric.31(1):62-67
DAFTAR PUSTAKA Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Bureenok, S., T. Namihira, S. Mizumachi, Y. Yuvitaro, N.N., S. Lestari, dan S.Hangita R.S.
Kawamoto, and T. Nakada. 2006. The 2012. Karakteristik Kimia dan
effect of epiphytic lacticacid bacteria with Mikrobiologi Silase Keong Mas dengan
or without different by product from Penambahan Asam Format dan Bakteri
defatted rice bran and green tea waste on Asam Laktat 3B104. Jurnal Program Studi
napiergrass (Pennisetum purpureum Perikanan. Universitas Sriwijaya,
Shumach) silage fermentation. J. Sci. Food Palembang.
Agric. 86: 1073-1077

238

Anda mungkin juga menyukai