Anda di halaman 1dari 19

“KARYA TULIS ILMIAH”

PEMANFAATAN BIODIESEL SEBAGAI


ALTERNATIF BBM YANG RAMAH
LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH :

KOMANG PASEK ADI PUTRA (18)

KOMANG DARMA SANTIKA PUTRA (17)

ARIP SUWANDI (03)

XI IPS 3

SMA NEGERI 2 KUTA

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

i
Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Masa Kuasa, dengan segala
Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan sebuah tugas karya tulis ilmiah ini dalam isinya
yang sederhana. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan pedoman yang baik
bagi para pembaca. Karya tulis ilmiah ini saya susun untuk mengajak para pembaca
khususnya para pelajar untuk lebih mudah menghayati dan mempelajarinya.

Harapan kami semoga karya tulis ilmiah ini akan sangat bermanfaat bagi para
pembaca, dan dapat membantu dalam menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, sehingga karya tulis ilmiah ini akan lebih baik lagi kedepannya.

Karya tulis ilmiah ini kami akui masih cukup banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan agar
para pembaca dapat memberikan beberapa masukan ataupun kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Besar harapan
kami semoga para pemakai dapat memetik nilai positif dari adanya karya tulis ilmiah ini.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om.

Kelan, 1 Febuari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................2
1.3 PROSEDUR PEMECAHAN MASALAH.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN BIODIESEL.............................................................................................3
2.2 SUMBER BAHAN BAKU BIODIESEL..........................................................................5
2.3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIODIESEL...................................................................7
2.4 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BIODIESEL.....................................................10
2.5 PROSES PEMBUATAN BIODIESEL............................................................................12
2.6 PENGEMBANGAN BIODIESEL DI INDONESIA.......................................................13
BAB III SIMPULAN
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................................13
3.2 SARAN.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia dikenal dunia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, terutama
minyak bumi dan gas alam. Hal ini yang menjadikan Indonesia memanfaatkan sumber daya alam
tersebut dalam jumlah yang besar untuk kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia termasuk
negara penyumbang minyak terbesar di dunia oleh karena itu hal ini dikhawatirkan berdampak
kepada sumber daya alam tersebut, dimana kita ketahui SDA minyak bumi dan gas alam adalah
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan lama-kelamaan akan habis di gali.
Kemungkinan Indonesia kehilangan SDA tersebut sangat besar, sehingga menyebabkan
kelangkaan bahan bakar yang sekarang ini saja sudah terasa dampaknya, dengan kelangkaan
minyak tanah, dan harga minyak dunia yang semakin tinggi.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mencari sumber energi
terbarukan yang dapat diproduksi secara terus menerus dan berkesinambungan. Melihat kondisi
tersebut pemerintah telah memberikan perhatian serius untuk pengembangan bahan bakar nabati
(disebut sebagai biofuel, yang terdiri dari biodiesel, bioetanol dan pure plant oil) dengan
menerbitkan Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2006 tanggal 26 Januari 20016 tentang
penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar alternative

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang terbuat dari limbah minyak
(Minyak Jelantah), minyak kelapa, minyak jarak yang Menjanjikan dan bersifat ramah
lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap kesehatan dan polusi yang dapat dipakai sebagai
bahan bakar kendaraan bermotor yang dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan
minyak diesel. Biodiesel dapat digunakan secara murni maupun dicampur, dan dikhususkan
untuk mesin jenis diesel.Biodiesel dimanfaatkan untuk mengurangi konsumsi solar.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagimana proses pengolahan bahan baku menjadi sumber energy
alternative biodiesel yang ramah lingkungan?
2. Apa saja teknologi yang digunakan untuk pembuatan Biodiesel?
3. Apa keunggulan dan kelemahan dari Biosiesel?
4. Bagimana proses pembuatan Biodiesel?
5. Bagimana pengembangan Biodiesel di Indonesia?

1.3 PROSEDUR PEMECAHAN MASALAH

Memecahakan masalah pemerintah dalam mencari energi alternatif pengganti


bahan bakar fosil yang ramah lingkungan, yang dapat dikelola kalangan
masyarakat, agar dapat terlepas dari ketergantungan bahan bakar fosil yang lama
kelamaan akan habis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BIODIESEL

Biodiesel secara umum adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan
terbarukan atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester alkil
dari asam-asam lemak. Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau dari
minyak goreng bekas (Minyak Jelantah)

Biodiesel sebagi bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk motor diesel. Biodiesel
dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada
tingkat konsentrasi tertentu (BXX), seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang
dikenal dengan nama B10.

Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar yakni :

 Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik
(freesulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu - isu global
 Cetane number lebih tinggi (> 57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibandingkan dengan minyak kasar
 Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable)
 Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat
diperbarui

3
 Meningkatkan indenpedensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara
lokal

Saat membandingkan biodiesel dengan solar, hal yang perlu diperhatikan juga adalah
pada tingkat emisi bahan bakar. Biodiesel menghasilkan tingkat emisi hidrokarbon yang lebih
kecil, sekitar 30% dibanding dengan solar, Emisi CO juga lebih rendah, -sekitar 18%-, emisi
particulate molecul lebih rendah 17%, sedang untuk emisi NOx lebih tinggi sekitar 10%,

4
sehingga secara keseluruhan, tingkat emisi biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan solar,
sehingga lebih ramah lingkungan (Firdaus, 2010).

Berdasarkan uji laboratorium, campuran efektif biodiesel 5-30% per liter solar selain
berkarakter pelumas sehingga aman untuk mesin, sistem pembakaran pun menjadi lebih
sempurna. Untuk mengurangi polusi secara signifikan, penggunaan biodiesel bisa dicampur solar
dengan rasio 5-10%. Biodiesel dari jelantah tidak mengandung belerang (sulfur) dan benzene
yang bersifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami (Ridhotulloh, 2008).

2.2 SUMBER BAHAN BAKU BIODIESEL

Minyak nabati merupakan bahan baku yang sangat potensial sebagai sumber biodiesel
karena keberadaannya dapat diperbaharui.Minyak nabati yang digunakan harus dengan kadar
asam lemak bebas (ALB) yang rendah (<1%), bila lebih, maka perlu pretreatment karena akan
berakibat pada rendahnya kinerja efisiensi.Contoh minyak nabati yang digunakan dalam
produksi biodiesel adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jarak dan jelantah. Dari
keempat bahan dasar tersebut, kelapa sawit menghasilkan minyak nabati paling tinggi, yaitu
5.950 liter/ha/tahun, sedangkan kelapa 2.689 liter/ ha/ tahun, dan biji jarak 1.892 liter/ ha/ tahun.

A. Minyak Kelapa
Minyak kelapa dihasilkan dari buah kelapa tua, yakni diperoleh dari daging buah kelapa
yang diekstrak melalui pembuatan santan dan akhirnya menjadi minyak. Atau dihasilkan melalui
proses pengeringan buah Kelapa menjadi kopra dan selanjutnya diolah untuk mendapatkan
minyaknya. Minyak kelapa digolongkan ke dalam asam laurat karena komposisi asam tersebut
paling besar dibanding asam lemak lainya. Potensi Kelapa di Indonesia sangat besar, pengolahan
minyak kelapa menjadi biodiesel salah satu alternative dalam memanfaatkan minyak kelapa.
B. Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit diperoleh dari
pengolahan buah kelapa sawit dengan
kandungan asam lemak yang bervariasi, baik
dalam panjang rantai karbonnya, Minyak sawit
mengandungsejumlah kecil komponen non-
trigliserida. Karotenoid, tokoperol, tokotrienol,

5
sterol, phospatida, dan alkhohol alipatik merupakan beberapa komponen non-trigliserida yang
terkandung dalam minyaksawit dan selanjutnya disebut sebagai komponen minor, jumlah
komponen minor dalam minyak sawit sekitar 1%.Kelapa sawit merupakan sumber bahan baku
penghasil minyak terefisien dibanding dengan tanaman penghasil minyak nabati lainya karena
trigliserida minyak kelapa sawit kaya asam palmitat, stearat, linoeleat, dan gliserol.
Minyak sawit dapat digunakan untuk bahan makanan dan industrymelalui proses
ekstraksidan pemurnian, serta penjernihandan penghilangan bau atau dikenal dengan RBDPO
(refined, bleached, and deodorized palm oil ). Selama ini minyak sawit digunakan sebagai bahan
baku industry pangan (minyak goreng) maupun industry pangan (oleokimia), penggunaan
minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel tentunya mempertegas hal tersebut, harapanya,
konsumsi minyak sawit untuk biodiesel tidak akan mengganggu ketersediaan minyak sawit
untuk pangan maupun oleokimia pada masa yang akan datang.
C. Minyak Jarak
Minyak Jarak dihasilkan dari tanaman jarak pagar. Jarak telah dikenal oleh masyarakat
Indonesia, tetapi selama ini masyarakat hanya mengetahui manfaat jarak (terutama jarak pagar)
sebagai tanaman obat tradisional dan pagar hidup.
Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.000 m di atas permukaan
laut. Namun sifat jarak pagar yang adaptif memberi peluang bagi lahan kering dan daerah
marginal menjadi produktif. Minyak jarak dihasilkan dengan mengekstrak biji jarak, ada dua
teknik cara pengepresan mekanik cara ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan
yang kadar minyaknya di atas 10% dua teknik itu yaitu pengepresan hidrolik dan berulir,
sebelumnya mnyak jarak dimurnikan terlebih dahulu menghilangkan senyawa pengotor, seperti
gum (getah), asam lemak, dll. Di Indonesia jarak belum dibudidayakan secara besar-besaran dan
bentuk perkebunan.
D. Minyak Jelantah
Minyak jelantah adalah minyak yang
dihasilkan dari sisa penggorengan, baik dari
minyak kelapa maupun minyak sawit,
minyak jelantah dapat menyebabkan minyak
berasap atau berbusa pada saat
penggorengan, meninggalkan warna cokelat,

6
serta flavor yang tidak disukai dari makanan yang digoreng. Meningkatnya produksi dan
konsumsi minyak goreng ketersediaan minyak jelantah kian hari kian melimpah. Sampai saat ini
minyak jelantah belum dimanfaatkan dengan baik dan hanya dibuang sebagai limbah rumah
tangga ataupun industry. Meningkatnya produksi dan konsumsi nasional minyak goreng, akan
berkorelasi dengan ketersediaan minyak jelantah yang semakin meningkat pula, dengan begitu
pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai bahan baku biodiesel akan memberikan nilai tambah
bagi minyak jelantah, dan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar terbarukan.

Bahan baku penunjangnya adalah alkohol. Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi
untuk minyak nabati adalah metanol, tetapi dapat juga etanol, isopropanol atau butil.Perlu
diperhatikan kandungan air dalam alkohol tersebut, kandungan air yang tinggi akan
menghasilkan biodiesel dengan kualitas rendah karena kandungan sabun, ALB dan trigliserida
tinggi.

Tabel 2. Salah satu contoh hasil uji ASTM biodiesel dari minyak goreng bekas

2.3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIODIESEL

1. Transesterifikasi

Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida
(minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk
samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/

7
pemasok gugus alkyl, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan
reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia
ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester,
FAME).

Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak.
Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu :

a) Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi


b) Memisahkan gliserol
c) Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm)

Hal-hal yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi perlu diperhatikan agar didapatkan produk
biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi
serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut :

 Pengaruh air dan asam lemak bebas


Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih kecil
dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil
dari 0,5% (< 0,5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air.
Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang.
Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap
air dan karbon dioksida.
 Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 mol untuk
setiap 1 mol trigliserida, untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol.
Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkan konversi 98%
(Bradshaw and Meuly, 1994). Secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
alkohol yang digunakan, maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah.
Pada rasio molar 6:1 setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan
pada 3:1 adalah 74-89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat
memberikan konversi yang maksimum.
 Pengaruh jenis alcohol

8
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yan gtertinggi dibandingkan
dengan menggunakan etanol atau butanol.
 Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan
dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi transesterifikasi
adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), natrium metoksida
(NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3).
Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi
transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-
1,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak
nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.
 Pengaruh temperature
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30-650C (titik didih
methanol sekitar 650C). Semakin tinggi temperatur, konversi yang diperoleh akan
semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat. Untuk waktu 6 menit, pada temperatur
600C konversi telah mencapai 94%, sedangkan pada 450C yaitu 87% dan pada 320C
yaitu 64%. Temperatur yang rendah akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi
namun dengan waktu reaksi yang lebih lama. (Destianna, 2007) Reaksi transesterifikasi
yang terjadi adalah sebagai berikut :

9
Gambar Reaksi Transesterifikasi

2. Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin
penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial
(Soerawidjaja, 2006). Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung ke konversi yang
sempurna pada temperatur rendah (misalnya paling tinggi 1200C), reaktan metanol harus
ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih (biasanya lebih besar dari 10 kali nisbah
stoikhiometrik) dan air produk yang ikut reaksi, harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa
minyak. Melalui kombinasi-
kombinasi yang tepat dari kondisi-
kondisi reaksi dan metode
penyingkiran air, konversi sempurna
asam-asam lemak ke ester metilnya
dapat dituntaskan dalam waktu satu
sampai beberapa jam.

10
Gambar Mekanisme reaksi esterifikasi dalam katalis asam

Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak
bebas tinggi (berangka asam  5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan
dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap transesterifikasi.
Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian
terbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu.

2.4 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BIODIESEL


Biodiesel memiliki beberapa keunggulan sebagai bahan bakar alternatif (Kementerian
Negara Riset dan Teknologi 2006 dalam
Sjahrul Bustaman, 2009).Pertama, angka
cetane tinggi (>50).Makin tinggi bilangan
cetane, makin cepat pembakaran dan makin
baik efisiensi termodinamisnya. Kedua, titik
kilatnya tinggi, yakni suhu terendah yang
dapat menyebabkan uap biodiesel menyala,
sehingga biodisel lebih aman dari bahaya
kebakaran pada saat disimpan maupun didistribusikan dari pada solar. Ketiga, tidak mengandung
sulfur dan benzena yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara
alami.Keempat, menambah pelumasan mesin yang lebih baik dari pada solar sehingga
memperpanjang umur pemakaian mesin.Kelima, mudah dicampur dengan solar biasa dalam
berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun. Keenam, mengurangi
secara signifikan asap hitam dari gas buang mesin diesel, walaupun Biodiesel Sebagai Bioenergi
Alternatif... (Liza Devita) 25 penambahan biodiesel ke dalam solar hanya 5- 1)%.
Nasution, M. A., dkk (2007) menyatakan, biodiesel memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan bahan bakar petroleum, diantaranya dapat diproduksi secara lokal dengan
memanfaatkan sumber minyak/ lemak alami yang tersedia, proses produksi dan penggunaannya
bersifat lebih ramah lingkungan dengan tingkat emisi CO, NO dan sulfur dan senyawa hasil
pembakaran lainnya rendah, dan lebih mudah terurai di alam. Penggunaan biodiesel juga dapat
mereduksi polusi tanah serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum.

11
Kelebihan penggunaan biodiesel yang lain adalah tidak perlu modifikasi mesin, hal ini
dikarenakan biodiesel mempunyai efek pembersihan terhadap tangki bahan bakar, injektor dan
slang, tidak menambah efek rumah kaca karena karbon yang dihasilkan masih dalam siklus
karbon. Energi yang dihasilkan hampir sama dengan petroleum diesel. Cetane number biodiesel
lebih tinggi dibandingkan petroleum diesel sehingga menghasilkan suara mesin yang halus.
Penanganan dan penyimpanan lebih mudah karena tidak menghasilkan uap yang berbahaya pada
suhu kamar dan dapat disimpan pada tangki yang sama dengan petroleum diesel. Tingkat
biodegradable biodiesel sama dengan glukosa dan pencampuran biodiesel dengan petroleum
diesel dapat meningkatkan biodegradability petroleum diesel sampai 500%. Biodiesel lebih aman
dan tingkat toksisitasnya 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan garamdapur.
Menurut Sjahrul Bustaman (2009) selain kelebihan tersebut, biodiesel juga memiliki
kelemahan.Minyak nabati mempunyai viskositas (kekentalan) 20 kali lebih tinggi dari bahan
bakar diesel fosil sehingga mempengaruhi atomisasi bahan bakar dalam ruang bakar motor
diesel. Atomisasi yang kurang baik akan menurunkan daya (tenaga) mesin dan pembakaran
mesin menjadi tidak sempurna. Karena itu, viskositas minyak nabati perlu diturunkan melalui
proses transesterfikasi metil ester nabati atau FAME. Proses ini menghasilkan bahan bakar yang
sesuai dengan sifat dan kinerja diesel fosil. Selain itu, metanol yang digunakan juga masih
menggunakan metanol impor.
2.5 PROSES PEMBUATAN BIODIESEL
Biodiesel yang secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil dari tanaman dan lemak
hewan merupakan bahan bakar alternatif yang sangat potensial digunakan sebagai pengganti
solar karena kemiripan karakteristiknya. Selain itu biodiesel yang berasal dari minyak nabati
merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable), mudah diproses, harganya relatif
stabil, tidak menghasilan cemaran yang berbahaya bagi lingkungan (non toksik) serta mudah
terurai secara alami. Untuk mengatasi kelemahan minyak sawit, maka minyak sawit itu harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi bentuk metil atau etil esternya (biodiesel). Bentuk metil atau
etil ester ini relatif lebih ramah lingkungan namun juga kurang ekonomis karena menggunakan
bahan baku minyak sawit goreng. Sementara itu, minyak goreng bekas atau jelantah dari industri
pangan dan rumah tangga cukup banyak tersedia di Indonesia.

12
Minyak jelantah ini tidak baik jika  digunakan kembali untuk memasak karena banyak
mengandung asam lemak bebas dan radikal yang dapat membahayakan kesehatan. Sebenarnya
konversi langsung minyak jelantah atau minyak goreng bekas menjadi biodisel sudah cukup
lama dilakukan oleh para peneliti biodiesel namun beberapa mengalami kegagalan, karena
minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas dengan konsentrasi cukup tinggi.
Kandungan asam lemak bebas
dapat dikurangi dengan cara
mengesterkan asam lemak bebas
dengan katalis asam homogen,
seperti asam sulfat atau katalis
asam heterogen seperti zeolit atau
lempung teraktivasi asam. Skema
di bawah ini memperlihatkan
proses pembuatan biodesel Siklus
pengolahan minyak bekas/jelantah
menjadi biodiesel dari minyak
goreng bekas yang mengadopsi
prinsip zero waste process.
Setelah sekian lama
terpendam, riset dan pengembangan biodiesel dari minyak goreng bekas di Indonesia,
khususnya dari minyak sawit perlu diaktualkan kembali, beberapa rekomendasi yang dapat
kita lakukan bersama-sama adalah: membangun zona pengembangan biodiesel dari minyak
goreng bekas, memetakan potensi minyak goreng bekas pada zona pengembangan, mengatur
tata niaga penjualan minyak goreng bekas sehingga harga tidak berfluktuasi secara tajam,
menjamin pasokan bahan baku, memberikan insentif kepada pelaku industri biodiesel
berbasis minyak goreng bekas, mempromosikan bahaya penggunaan minyak goreng bekas
untuk memasak, menjamin keamanan pasokan bahan baku untuk industri biodiesel dan
memantapkan kembali teknologi pengolahan minyak goreng bekas menjadi biodiesel
(biodiesel refinery technology)
2.6 PENGEMBANGAN BIODIESEL DI INDONESIA
Beberapa faktor pendukung pengembangan biodiesel di Indonesia:

13
 Bahan baku minyak nabati cukup banyak tersedia.
 Teknologi pembuatan biodiesel relatif mudah tersedia.
 Adanya peluang pasar dan keuntungannya yang menjanjikan.
Dengan adanya faktor pendukung tersebut, dan ditambah dengan kebutuhan menemukan
energi alternatif, maka prospek untuk pengembangan biodiesel sebagai bioenergi alternatif
di Indonesia sangat prospektif.
Setelah sekian lama terpendam, riset dan pengembangan biodiesel dari minyak goreng
bekas di Indonesia, khususnya dari minyak sawit perlu diaktualkan kembali, beberapa
rekomendasi yang dapat kita lakukan bersama-sama adalah: membangun zona
pengembangan biodiesel dari minyak goreng bekas, memetakan potensi minyak goreng
bekas pada zona pengembangan, mengatur tata niaga penjualan minyak goreng bekas
sehingga harga tidak berfluktuasi secara tajam, menjamin pasokan bahan baku, memberikan
insentif kepada pelaku industri biodiesel berbasis minyak goreng bekas, mempromosikan
bahaya penggunaan minyak goreng bekas untuk memasak, menjamin keamanan pasokan
bahan baku untuk industri biodiesel dan memantapkan kembali teknologi pengolahan
minyak goreng bekas menjadi biodiesel (biodiesel refinery technology)

BAB III
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Biodiesel merupakan bahan bakar yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak
binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi dengan alcohol tanpa memodifikasi mesin
kendaraan. Biodiesel umumnya dihasilkan dari reaksi kimia transesterifikasi. Dengan
menggunakan bahan baku minyak nabati, lemak hewani, lemak bakas atau lemak daur
ulang.Bahanbaku penunjangnya adalah alkohol. Dalam proses pembuatan biodiesel juga
dibutuhkan katalis.
Komposisi minyak nabati tergantung pada tanaman penghasil minyak tersebut.
Kandungan ALB akan mempengaruhi akan mempengaruhi proses produksi biodiesel dan bahan
14
bakar yang dihasilkan. Dilihat dari kebutuhan akan energi alternatif, prospek untuk
pengembangan biodiesel sebagai bioenergi alternatif di Indonesia sangat prospektif dan ramah
lingkungan

3.2 SARAN

Kami sebagai penulis, meyadari bahwa karya ilmiah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan, tetapi kenyataannya masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal ini karena masih minimnya pengetahuan yang
kami miliki. Tentunya, kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam memperbaiki karya
tulis ilmiah yang mengacu pada sumber – sumber yang dipertanggungjawabkan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran tentang permasalahan karya tulis ilmiah diatas

DAFTAR PUSTAKA

Bismo, S. 2005. Sintesis Biodiesel dengan Teknik Ozonasi: Ozonolisis Eti-Ester Minyak Sawit
sebagai Suatu Bahan Bakar Mesin Diesel Alternatif. Jurnal Teknik Kimia Indonesia, (Diunduh
31 Januari 20201). Tersedia pada :https://www.researchgate.net/profile/Setijo_Bismo/publication
/281873467_sintesis-biodiesel_dengan_teknik_ozonasi_etilester_minyak/5616358

Suirta, I.W., 2009, Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit, Universitas Udayana
(Diunduh pada 31 Januari 2021) Tersedia pada :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/view/2738

15
Kusumaningsih, T., dkk.2006. Pembuatan Bahan Bakar Biodiesel; 26 Agrica Ekstensia.
(Diunduh 31 Januari 20201). Tersedia pada : http://polbangtanmedn.ac.id/pdf/Jurnal
%202015/Vol%209%20No%202/04%20LIZA.

16

Anda mungkin juga menyukai