Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengantar
Seorang pendidik perlu memahami tentang unsur-unsur kompetensi
pedagogik, diantaranya pengelolaan pembelajaran, pengembangan strategi
pembelajaran, pengembangan diri secara berkelanjutan, dan pemanfaatan
dan refleksi hasil kerja. Unsur-unsur ini berhubungan dengan diri pribadi
pendidikan dan peserta didik. Pemahaman unsur-unsur ini membantu
pendidik untuk meningkatkan pengetahuan pribadi sehingga semakin
bertambah dan berkembang kemampuan pendidik yang bersangkutan.
Dimensi-dimensi dalam kompetensi pedagogik adalah: pemahaman
wawasan dan landasan pendidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum/ silabus, perancangan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik, pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi dirinya. Pemahaman tentang dimensi-dimensi
kompetensi pedagogik membantu pendidik untuk meningkatkan
pembelajaran di kelas bersama dengan peserta didik. Menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
dengan baik di akhir pelajaran.
Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh pendidik. Kompetensi pedagogik berhubungan dengan hal-hal
yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam tugas melaksanakan
pembelajaran di kelas. Kompetensi pedagogik lebih menitikberatkan pada
pemahaman dan pengetahuan kegiatan pembelajaran yang berhubungan
dengan meningkatkan kompetensi akademik (intelektual). Dengan memiliki
kemampuan intelektual yang dapat diunggulkan, maka akan bermanfaat
bagi perkembangan kemampuan pendidik secara pribadi maupun untuk
pembelajaran bersama peserta didik dalam mengajar maupun mendidik.
Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan pendidik
dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi khas yang akan
membedakan pendidik dengan profesi lainnya dan akan menentukan
tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar
secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan
calon pendidik) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat,
minat, dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang
bersangkutan.
Seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya di sekolah, perlu
memiliki seperangkat ilmu tentang mendidik peserta didik. Pendidik bukan

1
hanya sekadar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping
itu pendidik juga harus mampu mengembangkan pribadi, mengembangkan
watak, dan mengembangkan kompetensi, serta mempertajam hati nurani
peserta didik. Oleh karena itu, diharapkan kepada para pendidik untuk
mengembangkan hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik
secara terus-menerus. Pendidin harus mampu menetapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, teknik yang kreatif sesuai dengan kompetensi
dasar.
Pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
pendidik (guru dan pendidik) sebagai modal utama dalam menjalankan
profesinya. Mudahnya, konsep dasar pedagogi atau pedagogic terkadang
disebut pedagogika pula merupakan pengetahuan dan kemampuan untuk
mendidik dan menyelenggarakan pembelajaran.

1. Pengertian Pedagogik
Pedagogik, berasal dari kata Yunani “paedos“, yang berarti anak laki-
laki, dan “agogos“ artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara
harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno yang
pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara
kiasan adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup
tertentu. Menurut pendapat J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu
yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu
supaya kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi
pedagogik adalah ilmu mendidik anak.
Menurut Langeveld (1980) membedakan istilah “pedagogik” dengan
istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih
menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan, suatu
pemikiran bagaimana kita membimbing dan mendidik anak.
Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan
kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, dan kegiatan membimbing
anak
Definisi pedagogik telah tertuang dalam Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengemukakan bahwa
kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik”. Secara yuridis definisi pedagogik tampaklah cukup jelas dan singkat.
Namun, mengelola pembelajaran itu sangatlah kompleks dan tidak
mengenai kegiatan pengajaran dan belajar semata. Sebagaimana
dikemukakan Payong (2011) bahwa pedagogik adalah segala usaha yang
dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak muda menjadi manusia
yang dewasa dan matang. Pedagogik lebih mengutamakan pembimbingan
karakter anak untuk menjadi lebih dewasa.

2
Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis, dan
objektif mengembangkan konsep-konsepnya tentang hakikat manusia,
hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan.
Tetapi keduanya antara pedagogi dan pedagogik tidak dapat dipisahkan
secara jelas, keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan, saling
memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Ahmadi dan Uhbiyati (2001) mengemukan beberapa definisi
pendidikan menurut para tokoh diantaranya:
a. Menurut John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional
kearah alam dan sesama manusia.
b. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
c. Langeveld, mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai
kedewasaan.
d. Bojonegoro, mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang
belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai
tercapai kedewasaan.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang
dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya
pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung
jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh Drijarkara
(Ahmadi dan Uhbiyati, 2001), bahwa:
a. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-
anak, yang menjadi pemanusiaan anak dalam berproses untuk
memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
b. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-
anak, yang menjadi pembudayaan anak, dalam berproses pada akhirnya
bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.
c. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-
anak, yang menjadi pelaksanaan nilai-nilai, berproses pada akhirnya bisa
melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung
dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang
tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan.
Ayah dan ibu bertanggung jawab membantu memanusiakan,
membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap anaknya. Bimbingan
dan bantuan ayah dan ibu akan berakhir apabila anak menjadi dewasa,
menjadi manusia sempurna.

3
Uriaian pedagogik di atas pembahasannya terbatas kepada anak, dan
yang menjadi objek kajian pedagogik adalah pergaulan pendidikan antara
orang dewasa dengan yang belum dewasa, hal ini disebut situasi
pendidikan. Jadi, proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak
anak lahir sampai mencapai dewasa. Pendidik dalam hal ini bisa orangtua
atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orangtua dalam membimbing
anak yang belum dewasa dan mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri,
agar anak menjadi dirinya sendiri.

2. Tujuan Pedagogik
Suatu pembelajaran dikatakan memberikan manfaat jika mempunyai
tujuan. Pencapaian tujuan pembelajaran akan memberikan keberhasilan
proses pembelajaran. Untuk mendapatkan hasil positif sebagaimana
diharapkan, perlu memperhatikan bahwa Pedagogik mempunyai tujuan
menurut Kurniasih dalam Padila dan Lestari (2017 hlm 15) bahwa tujuan
pedagogik adalah memanusiakan manusia, dan menjadikan seseorang
menjadi dewasa untuk kebahagiaannya dalam menjalani kehidupan di masa
yang akan datang dan menjadikan seseorang menjalani hidup dengan
bahagia.
Dengan kata lain, tujuan pedagogik masih berbarengan dengan
hakikat pendidikan sendiri sebagai pengubah yang diharapkan mampu
membuat peserta didik mengembangkan potensi diri.

3. Fungsi Pedagogik
Pedagogik sebagai ilmu memiliki fungsi sebagaimana ilmu pada
umumnya, karena pedagogik melakukan langkah-langkah peningkatan.
Adapun fungsi pedagogik menurut Kurniasih (2017) adalah sebagai berikut:
1) Memahami fenomena pendidikan (situasi pendidikan) secara sistematis.
2) Memberikan petunjuk tentang sesuatu yang seharusnya dilaksanakan
pendidik.
3) Menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktik mendidik
anak, yaitu kesalahan konseptual, teknis, dan kekeliruan yang
bersumber dari kepribadian pendidik.
4) Mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi

4. Manfaat Pedagogik
Ada beberapa manfaat yang diperoleh pendidik maupun peserta
didik dengan adanya pedagogik, yaitu pendidik dapat memahami dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif peserta didik, dan
dapat memahami perkembangan kepribadian peserta didik serta

4
merefleksikannya dalam proses pembelajaran. Menurut Kurniasih (2017)
mangaat pedagogik adalah sebagai berikut:
1) Memanusiakan manusia, menjadikan orang dewasa demi kebagiaan
dalam menjalani kehidupan.
2) Agar anak atau peserta didik di kemudian hari mampu memahami dan
menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi dirinya sendiri, serta
dapat hidup secara bermakna dan dapat turut memuliakan kehidupan.
3) Membantu peserta didik mempertanyakan dan menantang dominasi
serta keyakinan dan praktik-praktik yang mendominasi.
4) Mengembangkan kepribadian peserta didik yang sehat.

5. Indikator Kompetensi Pedagogik


Kompetensi sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 8 dinyatakan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Menurut Wibowo (2007) bahwa kompetensi adalah
suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan pekerjaan atau
tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung
oleh sikap kerja yang dituntut dalam pekerjaan tersebut.
Kompetensi merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak
perlu dikuasai seorang pendidik. Kompetensi pedagogik pada dasarnya
kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan
membedakan seorang pendidik dengan profesi lainnya dan akan
menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta
didiknya.
Kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi
kepribadian yaitu memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi
pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya, mempunyai pengetahuan
tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk
memperlakukan peserta didik secara adil. Kompetensi sosial yang harus
dimiliki seorang pendidik adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi
dengan peserta didik dan lingkungaan peserta didik (orangtua, tetangga,
sesama teman). Kompetensi profesional seorang pendidik meliputi
kemampuan dalam merencanakan sistem pembelajaran, melaksanakan

5
sistem pembelajaran, mengevaluasi sistem pembelajaran, dan
mengembangkan sistem pembelajaran.
Kompetensi pedagogik tidak diperoleh secara tiba-tiba, akan tetapi
melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis. Sebagai salah satu
persyaratan kompetensi seorang pendidik kemampuan pedagogik memiliki
beberapa aspek penilaian. Aspek-aspek yang dirumuskan mewakili nilai-
nilai kemampuan pedagogik, yaitu sebagai berikut:
a. Menguasai karakteristik peserta didik
Mengenali karakteristik peserta didik adalah langkah awal seorang
pendidik dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya. Diawali dengan
mengenal kemudian seorang pendidik dituntut untuk memahami
karakteristik peserta didiknya. Dengan memahami karakteristik peserta
didik, penyampaian materi akan lebih lancar. Ketika seorang pendidik
berhasil menguasai karakteristik para peserta didiknya, pendidik tersebut
akan mampu menguasai kelas dengan baik.
b. Menguasai teori belajar dan prinsi pembelajaran yang mendidik
Aspek kedua setelah menguasai kelas adalah menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Perbedaan seorang
pendidik dengan profesi lain adalah bahwa seorang pendidik tidak hanya
dituntut untuk menguasai suatu materi, melainkan juga dituntut untuk
dapat mengajarkan materi tersebut kepada orang lain. Teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran berguna untuk menyusun strategi
penyampaian materi kepada peserta didik.
c. Pengembangan kurikulum
Seorang pendidik dituntut untuk mampu menyusun RPP yang
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya. Hal ini juga masih
berkaitan dengan aspek pertama yaitu menguasai karakteristik peserta didik.
Dengan mengetahui karakteristik peserta didik, pendidik akan lebih
mengerti kebutuhan peserta didik yang akan membantu dalam penyusunan
silabus dan RPP.
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
Seorang pendidik diharapkan bisa menerapkan teori pembelajaran
yang telah dikuasai di dalam kelas sehingga menciptakan atmosfir
pembelajaran yang tidak hanya efektif tetapi juga mendidik.
e. Pengembangn potensi peserta didik
Seorang pendidik juga diharapkan untuk dapat membimbing
pengembangan potensi peserta didiknya. Pada dasarnya setiap orang
memiliki potensi yang bermacam-macam. Potensi-potensi inilah yang akan
menjadi bibit-bibit generasi muda yang unggul untuk bangsa. Sangat
disayangkan apabila potensi-potensi peserta didik tidak tersalurkan dengan

6
baik. Peran seorang pendidik sangat besar dalam membimbing peserta didik
untuk mengembangkan potensinya.
f. Komunikasi dengan peserta didik
Aspek komunikasi degan peserta didik ini adalah mutlak harus
dimiliki oleh seorang pendidik karena komunikasi adalah aspek dasar yang
menunjang aspek-aspek lain dalam kemampuan pedagogik. Menjalin
komunikasi yang baik dengan peserta didik adalah kunci untuk melakukan
pembelajaran yang baik dan efektif.
g. Penilaian dan evaluasi
Tahap akhir dari sebuah proses belajar mengajar adalah proses
penilaian dan evaluasi. Pendidik diharapkan dapat melakukan penilaian
terhadap hasil belajar peserta didiknya. Setelah dilakukan penilaian
kemudian seorang pendidik melakukan evaluasi, untuk mengetahui
kegiatan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, dan kesesuaian
dengan RPP, serta kemampuan peserta didiknya sesuai dengan target yang
telah direncanakan.

6. Keterampilan Dasar Mengajar


Sebelum melaksanakan pembelajaran seorang pendidik atau pendidik
sebaiknya memahami keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar
mengajar adalah keterampilan dasar yang seharusnya dikuasai dan
diterapkan oleh setiap pengajar atau pendidik dalam proses pembelajaran
(Nurhidayah, 2009). Keterampilan dasar mengajar terdiri dari:
a. Keterampilan bertanya
Menurut Usman dalam Rachmawati & Daryanto (2013), pertanyaan
yang baik ialah pertanyaan yang jelas dan mudah dimengerti oleh peserta
didik, berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan,
pertanyaan harus difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu, harus
ada waktu yang cukup kepada peserta didik untuk berpikir sebelum
menjawab pertanyaan, berikan pertanyaan kepada seluruh peserta didik
secara merata, berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga
timbul keberanian peserta didik untuk menjawab dan bertanya, dan
tuntunlah jawaban peserta didik sehingga dapat menemukan sendiri
jawaban yang benar.
b. Keterampilan memberi penguatan
Penguatan adalah segala bentuk respon apakah bersifat verbal
(diungkapkan dengan kata-kata langsung seperti: bagus, pintar, ya, betul,
tepat sekali), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat,
pendekatan) merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku pendidik

7
terhadap tingkah laku peserta didik yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik (feedback) bagi peserta didik atas perbuatannya
sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi (Rachmawati & Daryanto, 2013).
Penguatan juga berfungsi untuk meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali tingkah laku yang diberi penguatan (Nurhidayah, 2009).
Tujuan dari seorang pendidik memberikan penguatan kepada peserta
didik adalah meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran,
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan membina tingkah laku
peserta didik yang produktif (Rachmawati & daryanto, 2013).
c. Keterampilan mengadakan variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam
proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para peserta
didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam kegiatan
belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi variasi dalam gaya
mengajar, variasi dalam penggunaan media dan variasi dalam pola interaksi.
Variasi yang dilakukan pendidik hendaknya sesuai dengan kondisi kelas,
lancar dan logis, sehingga tidak mengganggu alur pembelajaran yang
sedang berlangsung. Tegasnya, setiap variasi harus mempunyai
tujuan/sasaran yang jelas dan bukan dilakukan hanya untuk tujuan variasi
(Nurhidayah, 2009).
d. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan mejelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk
menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya sebab
dan akibat. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan
disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan
menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat penting
dari kegiatan pendidik dalam berinteraksi dengan peserta didik di dalam
kelas. Tujuan pemberian penjelasan dalam pembelajaran meliputi:
membimbing peserta didik untuk dapat memahami konsep, hukum, dalil,
fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar; melibatkan peserta didik
untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan;
mendapatkan balikan dari peserta didik mengenai tingkat pemahamannya
dan untuk mengatasi kesalahpahaman peserta didik; dan membimbing
peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah (Rachmawati &
Daryanto, 2013).
Beberapa komponen keterampilan menjelaskan yang harus
diperhatikan seorang pendidik adalah sebagai berikut:

8
1) Merencanakan dan mengalisis
Penjelasan yang diberikan pendidik perlu direncanakan dengan
sistematis. Isi pesan (materi) penjelasan dapat berupa menganalisis
masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada antara
unsur-unsur yang dikaitkan. Penjelasan juga dapat berupa penggunaan
hkum, dalil, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang
telah ditentukan (Nurhidayah, 2009).
2) Menyajikan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan beberapa komponen meliputi kejelasan yaitu
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti peserta didik;
penggunaan contoh dan ilustrasi; dan pemberian tekanan (Rachmawati
& Daryanto, 2013).
3) Penggunaan balikan
Penggunaan balikan sangat mendukung dan dapat menilai keterampilan
menjelaskan. Melalui pemberian kesempatan kepada peserta didik
untuk memberikan umpan balik dapat menunjukkan pemahaman,
keraguan, atau ketidakmengertian atas penjelaskan yang diberikan
(Nurhidayah, 2009).
e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri
peserta didik. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran
(Nurhidayah, 2009).
Komponen yang harus diperhatikan pada saat membuka pelajaran
adalah menarik perhatian peserta didik, menimbulkan motivasi,
memberikan acuan melalui berbagai usaha, dan memberikan apersepsi
(memberikan kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari). Komponen dalam menutup pelajaran yang harus dilakukan
pendidik adalah meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan
merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran, dan melakukan
evaluasi (Rachmawati & Daryanto, 2013).Keterampilan membuka pelajaran
merupakan awal keberhasilan seorang pendidik. Cara pendidik membuka
pelajaran sangat menentukan termotivasi atau tidaknya peserta didik dalam
mengikuti pelajaran. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran
menentukan tingkat kemantapan pembelajaran yang dilaksanakan
(Nurhidayah, 2009).
f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

9
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan dan
pemecahan masalah (Rachmawati & Daryanto, 2013).
Komponen yang harus dikuasai pendidik dalam membimbing diskusi
kelompok yaitu memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau
mangajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, menganalisa
pandangan peserta didik, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan
menutup diskusi (Nurhidayah, 2009). Hal-hal yang perlu dihindari
keterampilan membimbing kelompok kecil yaitu mendominasi/ monopoli
pembicaranan dalam diskusi, membiarkan terjadinya penyimpangan dalam
diskusi (Rachmawati & Daryanto, 2013).
g. Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang kondusif sehingga
proses belajar mengajar lebih efektif (Nurhidayah, 2009). Kemampuan
menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses
pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang pendidik
dalam pengelolaan kelas. Kemampuan pendidik dalam menciptakan
kerjasama dan disiplin peserta didik melalui pelaksanaan ketepatan waktu
masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk peserta didik
termasuk kedalam kegiatan pengelolaan kelas (Rachmawati & Daryanto,
2013). Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak didik di kelas dapat
bekerja dengan tertib, sehingga tujuan pengajaran tercapai secara efektif dan
efisien (Suryosubroto, 2009). Suasana yang menyenangkan (joyfull learning)
dan dinamis haruslah tercipta dalam setiap proses pembelajaran sehingga
para peserta didik merasa nyaman. Dari kenyamanan ini diharapkan peserta
didik dapat meraih kesuksesan dan kemajuan dalam belajar.
h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual
Pembelajaran ini terjadinya bila jumlah peserta didik yang dihadapi
oleh pendidik terbatas yaitu antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan
seorang untuk perseorangan. Peran pendidik dalam pembelajaran
perseorangan adalah sebagai organisator, narasumber, motivator, fasilitator,
konselor dan sekaligus sebagai peserta kegiatan (Rachmawati & Daryanto,
2013).

B. Pedagogik sebagai Ilmu Pengetahuan


1. Pengertian Pedagogik sebagai Ilmu Pengetahuan

10
Pentingnya kejelasan tentang pedagogik sebagai ilmu atau bukan ada
dua kepentingan. Sebagai penegasan terhadap status (posisi) dan
memperkuat keyakinan terhadap sifat kebenaran dan kegunaan dari sistem
teori dalam pedagogik.  Secara etimologis ilmu berasal dari kata alama
(bahasa Arab) yang berarti tahu. George Thomas White Patrick dalam
bukunya Introduction to Philosophy menyatakan bahwa dalam bahasa latin
dikenal pula kata scio, scire (sebagai asal kata science) yang juga berarti tahu.
Berdasarkan asal usul katanya itu, maka ilmu atau science berarti
pengetahuan.
Secara etimologis dan secara umum istilah ilmu (sebagaimana
dipahami masyarakat umum dalam kehidupan sehari-hari), maka semua
pengetahuan, tergolong ilmu. Namun, dalam konteks studi akademik, sejak
zaman modern sebagaimana dirintis oleh Francis Bacon (1560-1662), Galileo
Galilei (1564-1642), Newton (1642-1727) dan lain-lain, istilah ilmu atau
science telah mengalami perubahan arti. Ilmu mempunyai arti yang spesifik,
yaitu hanya berkenaan dengan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge).
Sebagaimana yang dikemukakan Titus et. al. (Syaripudin & Kurniasih, 2008)
terdapat tiga kemungkinan penggunaan istilah ilmu (science).
Pertama, istilah ilmu digunakan untuk menunjuk bodies of knowledge,
misal: fisika, kimia, psikologi dan lain-lain. Kedua, istilah ilmu untuk
menunjuk a body of systematic knowledge, yaitu konsep-konsep, hipotesis-
hipotesis, hukum-hukum, teori-teori, dan sebagainya yang tersusun secara
sistematis dan dibangun melalui kerja para ilmuwan selama bertahun-tahun.
Ketiga, istilah ilmu digunakan untuk menunjuk cara kerja tertentu, yaitu
scientific method atau metode ilmiah. Dari pernyataan Titus et. al. tersebut,
dapat dipahami bahwa pengertian istilah ilmu pada dasarnya mempunyai
dua dimensi, yaitu (1) sebagai hasil studi (sebagaimana terkandung dalam
penggunaan istilah ilmu yang pertama dan kedua seperti dikemukakan
Titus et. al.), dan (2) sebagai metode studi, yaitu metode ilmiah (sebagaimana
yang diungkap dalam yang ketiga oleh Titus et. al.). kedua dimensi
pengertian yang terkandung dalam istilah ilmu tersebut sesungguhnya tidak
dapat dipisahkan, karena antara kedua-duanya berhubungan erat dalam
membangun satu pengertian ilmu. Sejalan dengan hal ini Lenzen
(Syaripudin & Kurniasih, 2008) menyatakan bahwa batasan ilmu
menunjukkan suatu aktivitas kritis penemuan dan juga sebagai pengetahuan
yang sistematis yang didasarkan kepada aktivitas kritis penemuan tersebut.
Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dewasa ini secara operasional dan
substansial istilah ilmu mengandung arti sebagai cara kerja ilmiah dan hasil
kerja ilmiah. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui
metode ilmiah.
Terdapat tiga syarat pokok yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin
ilmu yang otonom. Ketiga syarat yang dimaksud, yaitu:

11
a. Memiliki objek studi (objek formal) tersendiri yang membendakannya
dari objek studi disiplin ilmu yang lainnya.
b. Metodis, yaitu menggunakan metode (metode penelitian ilmiah) tertentu
yang tepat dalam rangka mempelajari objek studinya.
c. Sistematis, artinya bahwa hasil studinya merupakan satu kesatuan
pengetahuan mengenai objek studinya yang tersusun saling
berhubungan secara terpadu.
Ada yang berpendapat bahwa selain ketiga syarat atau kriteria di atas
masih terdapat satu syarat lagi yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu
yang otonom. Satu syarat yang dimaksud adalah terjadinya progres, artinya
bahwa sistem pengetahuan yang dimaksud mengalami kemajuan atau terus
berkembang. Namun demikian, ada pula yang menentang pendapat
tersebut. Alasannya, bahwa bertambah tidaknya pengetahuan sebagai isi
suatu ilmu atau maju tidaknya suatu ilmu, akan tergantung kepada ada atau
tidaknya ilmuwan yang melibatkan diri untuk mengembangkan ilmu yang
bersangkutan adapun hal tersebut tidak akan turut menemukan status
keilmuan, melaikan hanya akan menemukan “hidup” tidaknya ilmu yang
bersangkutan.

2. Status Keilmuan Pedagogik


Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa
pedagogik berstatus sebagai suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli,
pandangan ilmiah tentang gejala pendidikan itu (pedagogik) merupakan
ilmu tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu tentang humanisme (human
sciences) seperti ekonomi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya dalam
Syaripudin & Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan
mengacu pada tiga persyaratan (kriteria) keilmuan sebagaimana telah
dikemukakan terdahulu, yaitu berkenaan dengan (1) objek studinya; (2)
metode studinya; dan (3) sifat sistematis dari hasil studinya. Dapat
dirumuskan bahwa objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang
dapat dialami manusia. Objek studi ilmu dibedakan menjadi: (1) objek
material, dan (2) objek formal. Objek material adalah seseuatu yang
dipelajari oleh suatu ilmu dalam wujud materinya, sedangkan objek formal
adalah suatu bentuk yang khas atau spesifik dari objek material yang
dipelajari oleh suatu ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki objek material dan
objek formal tertentu.
Beberapa disiplin ilmu mungkin memimiliki objek material yang
berbeda, tetapi mungkin pula mempunyai objek material yang sama. Namun
demikian, sebagai ilmu yang ototnom setiap ilmu harus mempunyai objek
formal yang spesifik dan berbeda daripada objek formal ilmu yang lainnya.
Objek meterial pedagogik adalah manusia, sama halnya dengan objek
material psikologi, sosiologi, ekonomi dan sebagainya. Namun demikian,

12
pedagogik memiliki objek formal tersendiri, atau mempunya objek formal
yang spesifik dan berbeda daripada objek formal psikologi, ekonomi dan
sebagainya. Objek formal spikologi adalah proses mental dan tingkah laku
manusia; objek formal ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan hidup
manusia, melalui proses produksi, distribusi dan pertukaran; sedangkan
objek formal pedagogik adalah “fenomena pendidikan” atau “situasi
pendidikaní” (Drikarya, 1980 & Langeveld, 1980 dalam Syaripudin &
Kurniasih, 2008).
Semua disiplin ilmu dalam mempelajari objek studinya tentu
menggunakan metode ilmiah, demikian pula pedagogik. Dalam rangka
operasinya, metode ilmiah dijabarkan ke dalam metode penelitian ilmiah.
Adapun metode penelitian ilmiah tersebut dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu: (1) penelitian kualitatif dan (2) penelitian kuantitatif.
Penelitian kualitatif di dalamnya terdapat metode fenomenologi,
hermeneutika, dan etnografi. Sedangkan kuantitatif meliputi eksperimen,
kuasi eksperimen, korelasional, dan sebagainya.
Kelompok filsuf dan ilmuan tertentu berpendapat bahwa metode
penelitian kualitatif merupakan metode penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan,
sedangkan metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmu
kealaman. Sebaliknya, pada zaman keemasan sains modern (modern science),
yaitu zaman keemasan ilmu-ilmu yang dilandasi filsafat positivisme dan
pradigman Newtodian, ada di antara para filsuf dan ilmuan yang
berpendapat bawa ilmu-ilmu kealaman maupun ilmu kemanusiaan atau
ilmu sosial termasuk di dalamnya pedagogik, dalam rangka studinya
seharusnya menggunakan kuantitatif atau metode penelitian kealaman.
Menurut sebagian para ahli, sesuatu “ilmu” (termasuk pedagogik) apabila
tidak menggunakan metode penelitian ilmu kealaman (metode kuantitatif)
maka diragukan status keilmuannya.

3. Fungsi Keilmuan Pedagogik


Sebagaimana ilmu pada umumnya, pedagogik mempunyai fungsi
tertentu. Pedagogik sebagai ilmu mempunyai lima fungsi:
a. Fungsi deskriptif dan preskriptif
Maksudnya bahwa pedagogik, selain berfungsi untuk
menggambarkan atau menjelaskan mengenai apa, mengapa dan bagaimana
sesunggunya pendidikan anak (deskriptif), juga berfungsi untuk
memberikan petunjuk tentang siapa seharunya pendidik dan bagaimana
seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak.
b. Fungsi memprediksi
Penggambaran atau penjelasan mengenai pendidikan anak sebagai
suatu hasil studi dalam pedagogik mengimplikasikan bahwa pedagogik

13
akan dapat memberikan prediksi-prediksi tertentu tentang sesuatu yang
mungkin terjadi dalam rangka pendidikan anak.
c. Fungsi mengontrol
Berdasarkan prediksi-prediksi seperti dijelaskan di atas, maka dengan
pedagogik itu dapat dilakukan kontrol (pengendalian) agar sesuatu yang
baik/yang diharapkan berkenaan dengan pendidikan anak dapat terjadi,
sedangkan sesuatu yang tidak baik/yang tidak diharapkan berkenaan
dengan pendidikan anak tidak terjadi.
d. Fungsi mengembangkan
Maksudnya bahwa pedagogik mempunyai fungsi untuk melanjutkan
hasil penemuan yang lalu dan berupaya untuk menghasilkan temuan-
temuan yang baru.

14

Anda mungkin juga menyukai