Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

EVALUASI AKADEMIK

Nama : Sisca Aulia Dewi, S.Pd.


NDH : 32
Kelompok :1
Angkatan : XXXIII
Kabupaten : Jombang
Jabatan : Ahli Pertama – Guru Penjasorkes
Unit Kerja : SDN Jombatan 3 Kecamatan Jombang

KPK Tangkap 7 Kepala Daerah Sepanjang Januari-Oktober 2019

CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan operasi


tangkap tangan (OTT) terhadap tujuh kepala daerah sepanjang 2019 ini. Data
tersebut dirilis KPK per Senin, 7 Oktober 2019. Operasi tangkap tangan pertama
menyasar Bupati Mesuji periode 2017-2022, Khamami, pada 23 Januari 2019.
Dalam penindakan tersebut, tim KPK menyita uang pecahan Rp100.000 yang
tersimpan dalam satu kardus. Khamami lalu ditetapkan sebagai tersangka kasus
dugaan suap proyek pembangunan infrastruktur di Kabupaten Mesuji tahun 2018.
Ia menerima sekurangkurangnya uang suap Rp1,58 miliar dari pihak swasta
terkait proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji. Atas perbuatannya, Khamami
dijatuhi vonis hukuman delapan tahun pidana penjara dan denda Rp300 juta
subsider 5 bulan kurungan. Vonis hakim ini sama dengan apa yang dituntut jaksa
penuntut umum.
Operasi tangkap tangan berikutnya Bupati Kabupaten Talaud periode 2014-2019
Sri Wahyumi Maria Manalip. Itu terjadi pada 30 April 2019. Tim penindakan
KPK menyita sejumlah barang mewah dalam operasi senyap tersebut. Barang-
barang yang disita seperti tas tangan merek Channel senilai Rp97.360.000; tas
merek Balenciaga seharga Rp32.995.000; jam tangan merek Rolex seharga
Rp224.500.000; anting berlian merek Adelle senilai Rp32.075.000; serta cincin
berlian merek Adelle seharga Rp76.925.000.
Sri ditetapkan tersangka oleh KPK terkait kasus dugaan suap pengadaan barang
dan jasa revitalisasi pasar di Kabupaten Talaud. Ia saat ini tengah menjalani
proses persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta dengan agenda pemeriksaan
saksi-saksi. Selanjutnya pada 10 Juli 2019, tim penindakan lembaga antirasuah
KPK menangkap Gubernur Kepulauan Riau periode 2016-2021 Nurdin Basirun.
Dari tangan Nurdin, tim KPK menyita sejumlah uang dalam mata uang dolar
Amerika, dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan rupiah sebesar Rp132 juta.
Nurdin Basirun ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi memberikan
atau menerima hadiah atau janji terkait dengan izin prinsip dan lokasi
pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kepulauan Riau tahun 2018/2019 dan gratifikasi yang berhubungan dengan
jabatan. Saat melakukan penggeledahan rumah Nurdin, tim KPK menemukan
uang berserakan. Dari kamar Nurdin ditemukan duit dalam pecahan rupiah dan
valuta asing. Uang itu terletak di tas ransel, kardus, plastik dan paper bag dengan
rincian Rp3,5 miliar, US$33.200 dan Sin$134.711. Saat ini Nurdin menjadi
tahanan KPK. Sementara kasusnya terus bergulir dengan pemeriksaan sejumlah
saksi, baik dari pihak lingkungan Pemprov Kepulauan Riau maupun pihak swasta.
Tamzil,
Bupati Kudus menjadi 'pesakitan' berikutnya. Ia ditangkap pada 26 Juli 2019 saat
operasi tangkap tangan dilakukan tim penindakan KPK. Dari operasi tersebut
turut disita uang sejumlah Rp170 juta. Dalam waktu cepat, Tamzil ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait jual beli jabatan di Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah.Tak terima hal tersebut, ia mengajukan praperadilan ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Namun, majelis hakim menolak praperadilan
yang diajukan. Tamzil merupakan residivis kasus korupsi. Dia sebelumnya pernah
menjabat Bupati Kudus periode 2003 hingga 2008. Selama masa
pemerintahannya, dia pernah melakukan korupsi terkait dana bantuan sarana dan
prasarana pendidikan Kabupaten Kudus untuk tahun anggaran 2004 yang
ditangani Kejaksaan Negeri Kudus.
Operasi tangkap tangan kelima di tahun ini menyasar Bupati Kabupaten Muara
Enim, Ahmad Yani. Ia ditangkap pada 2 September 2019. Tim Penindakan KPK
menyita US $35 ribu dari OTT tersebut. Diduga uang itu terkait dugaan suap
proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muara Enim. Ada ironi dari
penangkapan Bupati Muara Enim Ahmad Yani. Jauh sebelumnya atau tepatnya
pada Maret 2019, Ahmad Yani menyosialisasikan program pemberantasan
korupsi terintegrasi bersama KPK. Dikutip dari laman muaraenimkab.go.id,
Ahmad Yani sempat menyampaikan komitmen terhadap pencegahan dan
penindakan korupsi di lingkup Pemkab. "Kami buktikan dengan taat aturan dan
taat administrasi dalam pengelolaan keuangan daerah. Kami sangat mengapresiasi
terhadap kegiatan yang diadakan oleh KPK ini, semoga dapat menciptakan
pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih, sehingga terhindar dari
budaya korupsi," kata Yani di Ruang Rapat Bina Praja Pemprov Sumatra Selatan,
20 Maret 2019. Secara pararel dengan penangkapan Ahmad Yani,
Pada tanggal 3 September 2019 Tim Penindakan KPK juga turut membawa
Bupati Kabupaten Bengkayang Suryadman Gidot ke Kantor KPK di Jakarta. Dari
operasi itu, tim KPK menyita uang sejumlah Rp340 juta. Tak berselang lama,
Suryadman pun ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek
pemerintah di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Suryadman disebut
menerima uang Rp336 juta dari sejumlah pihak swasta melalui Kepala Dinas
PUPR Kabupaten Bengkayang, Alexius. Ia pun saat ini sedang menjalani masa
tahanan di rumah tahanan Polres Jakarta Pusat.
Terkini, operasi tangkap tangan dilakukan pada 6 Oktober 2019 atas Bupati
Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara. Tim KPK menyita Rp728 juta dari
operasi tersebut. Agung lalu ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap
terkait Proyek di Dinas PUPR dan Dinas Perdagangan Kabupaten Lampung
Utara. Dalam jumpa pers penetapan tersangka, Wakil Ketua KPK Basaria
Panjaitan mengatakan pihaknya mengendus perilaku koruptif Agung sudah
tercermin sejak awal menjabat. Basaria mengatakan Agung memanfaatkan
posisinya sebagai kepala daerah baru untuk memperoleh pendapatan di luar
penghasilan resminya. "Sebelumnya, sejak tahun 2014, sebelum SYH
[Syahbuddin] menjadi Kepala Dinas PUPR Lampung Utara, AIM [Agung] yang
baru menjabat memberi syarat jika SYH [Syahbuddin] ingin menjadi Kepala
Dinas PUPR, maka harus menyiapkan setoran fee sebesar 20-25 persen dari
proyek yang dikerjakan oleh Dinas PUPR," ujar Basaria saat konferensi pers di
kantornya, Jakarta, Senin (7/10) malam. 119 Kepala Daerah Terjerat Sejak KPK
Berdiri Secara keseluruhan, Juru Bicara KPK Febri Diansyah menyatakan bahwa
pihaknya telah memproses hukum 119 orang kepala daerah sejak mulai berdiri
pada 2002 silam. "Dari 119 orang Kepala Daerah yang diproses KPK, 47 di
antaranya dari kegiatan tangkap tangan atau hanya 39,4 persen. Sehingga, tidak
sepenuhnya benar jika seluruh kepala daerah diproses melalui OTT," kata Febri
saat dikonfirmasi, Selasa (8/10). Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur menempati
posisi teratas dengan 14 kepala daerah yang diproses hukum. Selanjutnya
Sumatera Utara (12); Jawa Tengah (10); Sumatera Selatan (7); Riau dan Sulawesi
Tenggara (6); Papua dan Kalimantan Timur (5); Aceh, Banten, Kepulauan Riau,
Sulawesi Utara, Lampung (4); Bengkulu, Maluku Utara, NTB (3); Kalimantan
Tengah, NTT, Sulawesi Selatan (2); Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sulawesi Tengah, Jambi, Sumatera Barat (1). "Itu data per 7 Oktober 2019, sejak
KPK berdiri," terang Febri. (Sumber: cnnindonesia.com, Edisi 09 Oktober 2019)

Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang
terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban
Berdasarkan deskripsi kasus diatas dapat diketahui bahwa masalah pokok
yang ada yaitu tentang penangkapan tujuh kepala daerah sepanjang tahun 2019
yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ketujuh kepala
daerah yang ditangkap tersebut tentu saja telah melakukan pelanggaran berupa
ketidakdisiplinan, tidak jujur dalam perkataan maupun perbuatan, dan juga tidak
bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepadanya.
Aktor yang terlibat dalam kasus tersebut diantaranya adalah :
1. Birokrasi berperan untuk melakukan kontrol dan pengutan kelembagaan
sehingga seluruh anggota dapat bekerja secara efektif dan efisien
2. Aparat penegak hukum yang berperan melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
3. Pengemban Jabatan (Kepala daerah yang melakukan korupsi)
 Bupati Mesuji, Khamami tersangka kasus dugaan suap proyek
pembangunan infrastruktur.
 Bupati Talaud Sri Wahyuni Maria Manalip, dugaan suap pengadaan
barang dan jasa revitalisasi pasar.
 Gubernur Riau, Nurdin Basirudin memberikan atau menerima hadiah
terkait izin prinsip dan lokasi pemanfaatan laut.
 Bupati Kudus, Tamzil jual beli jabatan Kabupaten Kudus.
 Bupati Muara Enim, Ahmad Yani. Dugaan suap proyek dinas
pekerjaan umum.
 Bupati Kabupaten Bengkayang, Suryadman Gidot dugaan suap proyek
pemerintah.
 Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara, dugaan suap
proyek dinas PUPR.
Dari kasus korupsi yang dilakukan oleh 7 kepala daerah yang disebutkan
diatas, dapat disimpulkan bahwa kepala daerah yang ditangkap tersebut telah
melakukan tindak pidana korupsi baik itu berupa suap ataupun gratifikasi, artinya
kepala daerah tersebut melakukan penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan
yang dimiliki untuk mendapat keuntungan secara pribadi. Hal tersebut sangat
bertentangan dengan nilai dasar ASN yaitu anti korupsi.

Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran


terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan
peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks
deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan
konteks deskripsi kasus

Jawaban
A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan
Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus

Berdasarkan kasus korupsi yang dilakukan oleh 7 kepala daerah ini telah
melanggar nilainilai dasar PNS dan tidak menerapkan nilai-nilai PNS sebagaina
mestinya. nilai-nilai dasar PNS tersebut adalah :
Tindakan korupsi adalah sebuah tindakan dimana seseorang kurang
memahami nilainilai wawasan kebangsaan. seseorang yang memahami nilai-
nilai wawasan kebangsaan tentu akan mementingkan kesejahteraan bangsa dan
negaranya dibanding kesejahteraan diri dan golongan. Sehingga setiap tindakan
maupun ucapanya tidak menodai kepentingan dan kesejahteraan bangsa dan
negara.
Korupsi juga bertentangan dengan nilai bela negara. Bela negara tidak
hanya dilakukan oleh militer, tapi juga dilakukan oleh seluruh rakyat dan juga
pejabat. perilaku bela negara dilandasi oleh semangat cinta tanah air, tindakan
korupsi jelas tidak mencerminkan sikap cinta tanah air, karena tindakan tersebut
justru merugikan negara bahkan masyarakat luas.
Korupsi merupakan permasalahan atau isu kontemporer, perilaku korupsi
baik berupa penyuapan dan lain sebagainya sudah terjadi sejah zaman kerajaan
dan hingga saat ini perilaku korupsi masih marak terjadi. Sebagai warga negara
yang baik, kita juga harus berpartisipasi dalam upaya pemberantasan korupsi
tersebut, misalnya dengan membudayakan perilaku jujur, dan menghindari
perilaku yang dapat merugikan oranglain.
Perilaku korupsi juga sangat bertentangan dengan nilai akuntabilitas PNS.
pejabat seharusnya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik, dengan
adanya rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan maka perilaku korupsi dapat
terhindarkan.
Nasionalisme merupakan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air, tindakan
korupsi tentu saja bertentangan dengan hal tersebut. karena dalam perbuatan
korupsi yang dikedepankan adalah kepentingan pribadi, bukan kepentingan untuk
mensejahterakan bangsa.
7 kepala daerah karena melakukan tindak pidana korupsi tentu saja sangat
bertentangan dengan nilai dasar PNS yaitu nilai anti korupsi. seorang PNS harus
memiliki integritas dan kejujuran.
Perilaku korupsi juga sangat bertentangan dengan nilai dasar komitmen
mutu. karena ketika suatu instansi atau oknum melakukan korupsi maka tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap instansi tersebut akan menurun. Selain itu
Tindakan KPK dalam melakukan operasi tangkap tangan kepada 7 kepala daerah
merupakan komitmen mutu untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Proses penangkapan 7 kepala daerah karena kasus korupsi melibatkan
berbagai pihak, seperti KPK, polri, dan badan penegak hukum lainnya. hal ini
sesuai dengan prinsip Whole of Government WOG. Karena dalam untuk
melakukan penangkapan 7 kepala daerah yang melakukan korupsi tersebut maka
butuh kerja sama yang baik untuk mengungkap tindakan korupsi yang dilakukan
oleh oknum terebut. Sebagai ASN tentunya kita mempunyai pedoaman dalam
menjalankan tugas dan kewengan dan juga memiliki norma ketika menjalankan
tugas sehingga diharapkan pada pelaksanaannya kita selalu berpegang teguh pada
manajemen ASN.

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan


tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks
deskripsi kasus
Pendidikan anti korupsi juga harus ditanamkan sejak dini agar generasi
muda bisa menjauhi dan tidak melakukan tindak pidana korupsi seperti yang ada
pada kasus diatas. Ketika nilai nilai dasar tersebut tidak dilaksanakan maka akan
terjadi penyelewengan kekuasaan yang berujung pada tindak korupsi yang
dilakukan. Hal ini dikarenakan para kepala daerah tersebut kurang memahami
integritasnya sebagai pemimpin yang seharusnya bertugas mensejahterakan
masyarakat. Sehingga tidak tercapainya rencana pemerintah untuk keadilan dan
kemakmuran di masyarakat. Selain itu, kerusakan/kebobrokan baik secara
pelayanan berupa jasa atau barang yang dihasilkan oleh instansi tersebut akan
menurunkan kepercayaan masyarakat.

Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah


berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban
Beberapa gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan kasus penangkapan
kepala darah adalah sebagai berikut:
1. Memperbanyak teman yang berperilaku positif.
2. Memperbanyak rutinitas positif.
3. Memberikan pendidikan anti korupsi dan nilai-nilai kebangsaan sejak dini
4. Mereformasi administrasi publik dan manajemen keuangan
5. Pencegahan korupsi di sektor publik, yakni dengan mewajibkan pejabat
publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang
dimiliki baik sebelum maupun sesudah menjabat
6. Melakukan monitoring dan evaluasi

Soal : Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif


gagasan pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban
Konsekuensi penerapan dari setiap gagasan alternatif pemecah masalah adalah
sebagai berikut :
1. Dengan memperbanyak teman yang berperilaku positif maka kita juga
akan terbawa dan mengikuti perilaku yang positif juga sehingga
meminimalisir kasus korupsi. Meskipun nantinya akan memiliki teman
yang sedikit tetapi teman tersebut berkualitas dan baik untuk kita
kedepannya
2. Dengan memperbanyak rutinitas positif maka kita akan meminimalisir
pikiran-pikiran negatif yang bisa mengarah pada kasus korupsi. Kita akan
disibukkan dengan kegiatan daripada waktu istirahat. Tetapi akan lebih
memiliki nilai manfaat yang lebih baik
3. Dengan diterapkannya pendidikan anti korupsi sejak dini maka masyarakat
akan terbiasa untuk tidak melakukan korupsi dan bekerja penuh integritas.
4. Administrasi dan keungan harus mengalami reformasi, sehingga selalu ada
perbaikan ke arah yang lebih baik meskipun memerlukan waktu dan biaya
yang tidak sedikit. sehingga administrasi dan keuangan lebih transparan,
hal tersebut dapat memperkecil celah bagi para koruptor.
5. Dengan melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki
baik sebelum maupun sesudah menjabat, masyarakat dapat memantau
tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya
apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan
korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang lain misalnya anggota
keluarga.
6. Dengan melakukan monitoring dan evaluasi, dapat dilihat strategi atau
program yang sukses dan yang gagal. Untuk strategi atau program yang
sukses, sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari
penyebabnya

Anda mungkin juga menyukai