Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT Cu, Ag, dan Au

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK II

1. IZZATIN RUMAISHA ZAHRA (H031191021)

2. URIFATUN’NISA (H031191029)

3. ALFIYAH NUR’AINI MUSYAHADAH (H031191025)

4. MUHAMMAD MUFLIH BASO (H031191036)

5. AGNES ALDORA (H031191053)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat

karunianyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna menyelesaikan

tugas dari mata kuliah Kimia Analisis Lingkungan Laut. Tidak lupa pula penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran dari dosen mata kuliah Kimia Analis Lingkungan Laut

dan semua pihak yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan demi

kesempurnaan makalah ini dan demi perbaikan makalah penulis di masa yang

akan datang. 

Makassar, 18 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1  Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2  Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3  Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN  ........................................................................... 3

2.1  Logam Berat .........................................................................................

2.1.1  Logam Berat Cu .........................................................................

2.1.2  Logam Berat Ag..........................................................................

2.1.3  Logam Berat Au .........................................................................

2.2 Spektroskopi Serapan Atom...................................................................

2.3 Aplikasi Analisis Logam Berat Cu, Ag, dan Au....................................

2.3.1 Analisis Logam Berat Cu.............................................................

2.3.2 Analisis Logam Berat Ag.............................................................

2.3.3 Analisis Logam Berat Au.............................................................

BAB III PENUTUP ....................................................................................

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................

3.2 Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar wilayahnya

merupakan lautan yang menjadikan Indonesia kaya akan hasil laut. Kondisi

seperti ini menjadikan penduduk yang tinggal dipesisir pantai mempunyai mata

pencaharian sebagai nelayan atau budidaya hasil laut, dimana kehidupan mereka

sangat tergantung dari hasil laut. Kualitas air laut secara tidak langsung

mempengaruhi keberlangsungan hidup nelayan pesisir pantai, dengan kualitas air

laut yang sudah tercemar dapat mengurangi biota laut dan keberagaman hasil

laut (Rinawati dan Sofiatun, 2018).

Peningkatan jumlah industri dan pemukiman penduduk di suatu daerah

biasanya diikuti oleh pertambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair

maupun gas. Perairan laut yang menerima masukan limbah dari berbagai aktifitas

perkotaan dan industri Salah satu limbah yang patut dicermati adalah logam berat.

Logam berat banyak digunakan sebagai bahan baku maupun media penolong

dalam berbagai jenis industri. Masuknya limbah ini ke perairan laut dapat

mengurangi kualitas perairan dan menimbulkan pencemaran. Selain mengubah

kualitas perairan, logam berat yang terendapkan bersama dengan sedimen juga

dapat menyebabkan transfer bahan kimia beracun dari sedimen ke organisme

sehingga tingkat cemaran logam berat sangatlah perlu untuk dianalisis

(Perwanamati dkk., 2013).

Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis kandungan logam

berat dalam sampel air, sedimen, dan biota laut adalah metode spektroskopi

serapan atom (AAS). Berdasarkan hal tersebut, maka dibuatlah makalah ini untuk

1
menentukan kandungan logam berat, khususnya logam Cu, Ag dan Au dengan

metode spektroskopi serapan atom (AAS).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik beberapa rumusan

masalah yang dikaji dalam makalah ini, yaitu:

a) Apa Pengertian Logam Berat?

b) Bagaimana Prinsip Spektroskopi Serapan Atom?

c) Bagaimana Aplikasi Analisis Logam Berat Cu, Ag, dan Au?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

a) Pembaca dapat mengerti akan pengertian logam berat.

b) Pembaca dapat mengerti akan prinsip spektroskopi serapan atom.

c) Pembaca dapat mengetahui aplikasi analisis logam berat Cu, Ag, dan Au.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Logam Berat

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai densitas Iebih besar

dari 5 gr/cm3. Keberadaan logam berat dalam air laut dapat berasal dari aktivitas

manusia di daratan yang kemudian masuk ke laut lewat sungai, dapat pula berasal

dari atmosfer yang jatuh ke laut, serta dapat pula berasal dari aktivitas gunung

berapi. Secara alamiah logam berat dapat masuk ke perairan melalui berbagai cara.

Dalam kondisi alami, kadar logam berat dalam air laut sangat rendah, yaitu

berkisar 10-5 – 10-2 ppm. Peningkatan kadar logam berat dalam air laut yang

terjadi pada umumnya disebabkan oleh masuknya limbah industri, pertambangan,

pertanian dan domestik yang banyak mengandung logam berat. Dari keempat

jenis limbah tersebut, limbah yang umumnya paling banyak mengandung logam

berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan senyawa logam berat sering

digunakan dalam kegiatan industrii, baik sebagai bahan baku, bahan tambahan

maupun katalis (Nugraha, 2009).

Logam berat dalam air mudah terserap dan tertimbun dalam fitoplankton

yang merupakan titik awal dari rantai makanan, selanjutnya melalui rantai

makanan sampai ke organisme lain. Kandungan logam berat dalam air biasanya

akan bertambah dari waktu ke waktu karena bersifat bioakumulatif sehingga biota

air dapat digunakan sebagai indikator pencemaran logam. Logam berat seringkali

memasuki rantai makanan di laut dan berpengaruh pada hewan-hewan serta dari

waktu ke waktu dapat berpindah-pindah dari sumbernya. Keadaan ini

menyebabkan sulit sekali untuk memperkecil pengaruh bahan kimia tersebut

3
terutama apabila pengaruhnya terulang pada tahun-tahun berikutnya dan bilamana

logam berat tersebut dilepaskan ke perairan bebas akan terjadi perubahan nilai

dari perairan itu baik dari kualitas maupun kuantitas sehingga perairan dapat

dianggap tercemar (Santi dkk., 2017).

Logam berat sangat berbahaya bagi biota laut maupun trofik level

diatasnya. Tingkat bioakumulasi logam berat yang berbahaya merupakan dasar

perlunya dilakukan penelitian logam berat ini. Kontaminasi logam berat pada

lingkungan perairan merupakan masalah besar dunia saat ini. Persoalan spesifik

logam berat di lingkungan terutama karena akumulasinya sampai pada rantai

makanan dan keberadaannya di alam, serta meningkatnya sejumlah logam berat

yang menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara dan air meningkat. Proses

industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap peningkatan

kontaminasi tersebut. Suatu organisme akan kronis apabila produk yang

dikonsumsikan mengandung logam berat (Nugraha, 2009).

2.1.1 Logam Cu

Tembaga (Cu) merupakan logam berat dan termasuk elemen mikro yang

berbahaya bagi makluk hidup. Logam tersebut juga termasuk salah satu

komponen penyusun minyak bumi dan produk olahannya. Logam ini diperkirakan

banyak terdapat dalam sedimen laut. Cu masuk ke perairan melalui peristiwa erosi

atau pengikisan batuan mineral dan melalui persenyawaan Cu di atmosfer yang

dibawa turun melalui hujan (Santi dkk., 2017).

Tembaga (Cu) bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi

larutan di atas 0,1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia tidak

lebih dari 1 ppm. Konsentrasi normal komponen ini di tanah berkisar 20 ppm

4
dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena ikatan yang sangat kuat dengan

material. Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan untuk perkembangan tubuh

manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat meyebabkan gejala GI, SSP, ginjal,

hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma, dan

dapat meninggal. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi

pada pipa, sambungan dan peralatan dapur (Santi dkk., 2017).

2.1.2 Logam Ag

Perak merupakan unsur kimia yang memiliki lambang Ag yang berasal

dari bahasa latin “Argentum” dan mempunyai nomor atom 47. Perak ialah sebuah

logam transisi lunak, mengkilap, memiliki konduktivitas listrik dan panas

tertinggi di seluruh logam dan terdapat di mineral dan dalam bentuk bebas. Perak

bersifat meleable yaitu mudah ditempa dan perak termasuk logam mulia karena

tidak mengalami proses korosif, namun perak bisa mengalami proses oksidasi.

Proses oksidasi pada perak mengakibatkan lapisan kehitaman pada permukaan

perak yang biasa disebut "tarnish". Namun proses oksidasi ini tidak

mengakibatkan kerusakan pada unsur tersebut, beda halnya dengan proses korosi

pada logam besi (Fe) (Otri, 2007).

Di alam, perak bisa terdapat sebagai perak murni, senyawa atau campuran

dengan logam lain. Sebagai senyawa ditemukan dalam bentuk sulfida dan

campuran bersama Cu, Au, Pb, dan Zn. Pembentukan mineral logam perak

melalui dua proses yaitu : jebakan metasomatis kontak dan jebakan hydrothermal.

Mineral-mineral yang mengandung perak adalah Perak alam (Ag), Argentite

(Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16Sb2S11), Proustite (Ag2As S3)

dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3) (Otri, 2007).

5
2.1.3 Logam Au

2.2 Spektroskopi Serapan Atom

Spektrofotometri Serapan atom (SSA) adalah suatu metode analisis untuk

penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan

(absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut. Spektrofotometri serapan

atom adalah metode analisis yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur di

dalam suatu bahan dengan tingkat kepekaan, kecepatan, ketelitian, dan selektifitas

yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk menganalisis sampel dalam jumlah

kecil dan zat konsentrasi rendah. SSA digunakan untuk analisis kuantitatif

unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultra

trace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel

dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara

ini cocok untuk menganalisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang

tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana dan

interferensinya sedikit. Penggunaan SSA dalam penelitian logam berat sangat

luas, seperti logam Hg, Pb, Cd, Cu, Ag, Zn dan Ni pada air, ikan, crustacae,

kerang, dan sedimen (Supriatno dan Lelifajri, 2009).

Gambar 1. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

6
Prinsip SSA didasarkan pada absorbansi cahaya oleh atom. Atom-atom

akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat

unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk

mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektrolit suatu atom

bersifat spesifik. Dengan menyerap energi, maka diperoleh energi sehingga suatu

atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi.

Keberhasilan metode ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh

garis resonansi yang tepat (Supriatno dan Lelifajri, 2009).

Analisis air menggunakan SSA diperlukan proses destruksi, yaitu suatu

proses pemutusan ikatan organologam menjadi ion anorganik bebas menggunakan

asam kuat seperti asam nitrat. Asam nitrat merupakan oksidator kuat yang dapat

melarutkan hampir semua logam dan dapat mencegah pengendapan unsur logam.

Selain itu proses destruksi ini dapat menghilangkan matrik yang dapat menganggu

analisa menggunakan SSA (Supriatno dan Lelifajri, 2009).

2.3 Aplikasi Analisis Logam Berat Cu, Cr, dan Hg

2.3.1 Analisis Logam Berat Cu

Judul : Kandungan Logam Berat Pada Air Dan Sedimen Di Perairan Socah Dan

Kwanyar Kabupaten Bangkalan

Penulis : Wahyu Andy Nugraha

a. Metode Penelitian

Penelitian ini akan terbagi dalam 2 kegiatan:

 Studi Pendahuluan

Sebelum pengambilan sampel dilakukan studi pendahuluan untuk melihat

kualitas perairannya meliputi temperatur, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus,

substrat perairan, salinitas, pH, DO (yang kesemuanya dilakukan secara in situ),

7
dan kandungan logam berat pada sedimen dan perairannya, untuk memastikan

bahwa perairan tersebut tercemar dan tidak tercemar.

 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel terbagi dalam 2 bagian, yaitu sampel air dan

sedimen. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Juli-September di kedua

wilayah perairan Bangkalan. Pengambilan sampel air digunakan botol sampel

sedangkan untuk pengambilan sampel sedimen digunakan core atau grab sampler.

Pengambilan sampel ini di lapangan dilakukan sebanyak tiga kali periode

sampling dengan interval waktu antar sampling satu bulan. Pada setiap

pengambilan sampel, diambil masing-masing 3 sampel air dan sedimen pada

setiap lokasi. Sampel air dan sedimen yang diperoleh dari lapangan dianalisa

kandungan logam beratnya (Cu) dengan menggunakan alat AAS.

b. Hasil dan Pembahasan

Gambar 2. Kandungan Logam Berat Tembaga Pada Air Laut Perairan Socah dan
Kwanyar, Bangkalan

8
Gambar 3. Kandungan Logam Berat Tembaga Pada Sedimen Perairan Socah dan
Kwanyar, Bangkalan
Kandungan tembaga pada air diperairan Socah maupun Kwanyar masih

berada di bawah diambang batas baku mutu air laut yang dipersyaratkan bagi

kehidupan biota (KLH, 2004). Hal ini terlihat dari nilai kandungan tembaga yang

masih dibawah nilai 0,008 mg/L (Gambar 3). Sedangkan kandungan tembaga

pada sedimen diperairan Socah maupun Kwanyar sudah melebihi ambang batas

baku mutu air laut yang dipersyaratkan bagi kehidupan biota (KLH, 2004). Hal ini

terlihat dari nilai kandungan tembaga yang lebih dari 0,008 mg/L.

Secara umum, kandungan logam berat di perairan Kwanyar lebih tinggi

daripada di perairan Socah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh proses dilusi

atau pencampuran air. Kedua perairan merupakan perairan yang berdekatan

dengan kawasan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dimana banyak aktivitas

industry yang beroperasi. Secara umum pula, kandungan logam berat di sedimen

pada kedua perairan lebih tinggi dari kandungan logam berat di air.

c. Kesimpulan

Kandungan logam berat Cu pada air di perairan Socah dan Kwanyar

masih dibawah ambang batas baku mutu air laut, sedangkan kandungan logam

berat di sedimen melebihi ambang batas baku mutu air laut untuk biota laut.

9
Secara umum, kandungan logam berat di sedimen lebih tinggi dari pada

kandungan logam berat di air.

2.3.2 Aplikasi Analisis Logam Ag

Judul : Penentuan Kadar Perak (Ag) dalam Batuan Termineralisasi

Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut Kelat Ditizon dengan Variasi

pH dan Waktu di Wilayah Tambang Galian Rakyat Bukit Gunjo

Jorong Tanjung Bungo Kec. Bonjol Kab. Pasaman

Penulis : Taufik Hidayat, Fadhilah, S.Pd, M.Si dan Edi Nasra, S.Si, M.Si

a. Metode penelitian

Lokasi kegiatan pengambilan percontoh penelitian terletak di Bukit Gunjo

Jorong Tanjung Bunga Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman, dengan koordinat

000’9” BT/ 1000 14’18” LS. Kecamatan Bonjol berjarak sekitar 120 km dari Kota

Padang, sedangkan lokasi penelitian berada ± 2 km sebelah timur ibukota

kecamatan.

Pengambilan sampel batuan dilakukan di lubang galian tambang rakyat

yang masih berproduksi di Bukit Gunjo Jorong Tanjung Bungo Kec. Bonjol

Kabupaten Pasaman, merupakan percontoh terpilih yang diambil langsung di urat

kuarsa dalam lubang galian tambang rakyat.

Percontoh terpilih diambil langsung di dalam lubang tambang yang sedang

diambil oleh penambang pada urat ( vein ) kuarsa. Percontoh diambil sebanyak ±

20 kg menggunakan karung plastik. Percontoh terpilih selanjutnya dibawa ke

laboratorium tambang untuk dilakukan preparasi menjadi persampel, yaitu proses

penggilingan menggunakan alat crusher dan milling.

10
Gambar 2. Percontoh dan Sampel

Pada penelitian ini pengambilan percontoh dilakukan dengan cara Coning

and quatering sampling karena paling cocok dengan tambang dengan metoda

Gophering.

b. Analisa Sampel

1. Cairan Ligan

a) Asam Klorida (HCl)

b) Asam Nitrat (HNO3)

c) Aqua regia (HCl + HNO3 = 3:1)

2. Penentuan pH dan waktu optimum

Penentuan pH dan waktu optimum bertujuan untuk mencari pada pH dan

waktu berapa perak (Ag) terserap optimal ke dalam cairan ligan, sehingga

diharapkan hasil analisa ini akan mendekati akurat.

a) Menentukan pH optimum ekstraksi perak ( Ag ) dengan ditizon dalam

pelarut kloroform.

Ambil 10 ml Ag 10 mg/L + 2ml KNa tartarat + 1/ml Hidroksilamonium

Klorida 10%, set pH sebanyak 6 kali pada pH 1, 3, 5, 7, 9,11 (Pemilihan pH

berjarak 2 ini dipilih karena biaya yang mahal untuk tiap satu kali pengukuran),

dengan penambahan HNO₃ atau NH₄OH seminimal mungkin. Ekstrak dengan

Ditizon 10 ml dalam kloroform 5.10ˉ⁴ M selama 5 menit, pisahkan air dan

organik. Ambil 5 ml fase organik distriping dengan HNO₃ 0,1 M ( 10 mL )

11
selama 5 menit, pisahkan air dan organik dan ukur air dengan AAS, dapat pH

optimum.

b) Menentukan waktu ekstraksi optimum pada ekstraksi perak dengan

ditizon dalam pelarut kloroform.

Ambil 10 ml Ag 10 mg/l + 2ml KNa tartarat + 1ml Hidroksilamonium

Klorida 10%, set pH pada pH optimum. Ekstrak dengan CHCl₃ selama 5 menit,

10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 30 menit dengan sampel yang berbeda.

Pisahkan air dan organik, pisahkan oganik sebanyak 5 mL distriping dengan

HNO₃ 0,1 M 10 mL selama waktu ekstraksi 5, 10, 15, 20, 30 menit (ekstrasi

waktu berjarak 5 menit dipilih karena biaya yang mahal untuk tiap satu kali

pengukuran). Pisahkan air dan organic, ukur air dengan AAS dan di dapat waktu

optimum.

3. Aplikasi sampel

Ambil 1 gram sampel dekomposisi dengan HCl dan HNO₃ dengan

perbandingan 3 : 1 lalu tutup. Selanjutnya liebeg dipanaskan pada plat pemanas

dengan media minyak goreng selama 3 jam. Setelah dingin tambah 100 ml

aquades dan uapkan untuk mengurangi kelebihan asam. Encerkan sampai batas,

dan di dapat sampel Ag.

12
Gambar 3. Liebeg dan pemanas dengan media minyak goreng

4. Ekstraksi

Ambil 10 mL sampel + 2 mL KNa tertrat 10 % +1 mL Hidrosil Amonium

klorida 10 %, set pada pH optimum, ektrak dengan pH optimum. Pisahkan lapisan

air dan organik. Ambil 5 mL fase organik dan distriping dengan HNO₃ 0,1 M 10

mL selama waktu optimum. Pisahkan air dan organik, ukur air dengan AAS,

didapat kadar Ag.

c. Hasil dan Pembahasan

Penentuan konsentrasi logam Ag dilakukan dengan metoda AAS (atomic

Absobtion Spectrometry). Sebelum dilakukan pengukuran dengan AAS dilakukan

pretreatment berupa prakonsentrasi dengan ekstraksi pelarut, karena keberadaan

Ag sebagai trace element dalam sampel batuan tersebut. Pada prakonsentrasi

tersebut, masing-masing logam dikomplekskan dengan ditizon atau

Diphenylthiocarbazone dan diekstrak dalam pelarut organik. Ekstrak organik

kemudian di stripping dengan HNO3 dan konsentrasi masing-masing logam

langsung ditentukan dengan AAS.

1. Optimasi pH ekstraksi Ag dengan ditizon

13
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor utama dalam ekstraksi

logam. Penentuan pH optimum berguna untuk mencari pada pH berapa logam

perak ( Ag ) terserap optimal, Oleh karena itu, penentuan pH optimum dalam

ekstraksi logam sangat diperlukan. Parameter pH sangat menentukan dalam

ekstraksi ion logam dengan pengompleks tertentu. Apalagi untuk ion logam yang

terdapat dalam matriks sampel batuan. Selain ion logam yang mau diukur (analit),

juga terdapat ion logam lain yang juga dapat membentuk kompleks dengan

pengompleks yang sama (ditizon), sehingga mengganggu dalam analisa. Oleh

karena itu perlu dilakukan optimasi pH. Data optimasi pH dapat dilihat pada

Tabel 1 dan Gambar 11.

Tabel 1. Konsentrasi perak ( Ag ) dengan variasi pH

Gambar 4. Grafik konsentrasi kadar perak dengan variasi pH

14
Dari tabel dan grafik dapat dilihat bahwa hasil ekstraksi logam yang

diekstraksi dengan ditizon dalam kloroform menunjukkan kadar tertinggi pada pH

3. Hal ini disebabkan pH 3 memiliki konsentrasi H+ yang lebih besar dari Ag+.

Pada pH 3 kadar yang diperoleh lebih besar, hal ini disebabkan karena pada pH 3

terjadi stabilitas kompleks yang besar.

2. Optimasi Waktu ekstraksi Ag dengan ditizon

Waktu ekstraksi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

absorbsi maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan variasi waktu ekstraksi untuk

menentukan waktu ekstraksi optimal yaitu 5, 10,15,20, dan 30 menit.

Pada kurva hasil pengukuran penentuan waktu optimum ekstraksi dapat

dilihat bahwa waktu optimum ekstraksi terjadi pada waktu 10 menit. Setelah 10

menit kompleks yang terbentuk terganngu kestabilannya akibat pengadukan yang

ditunjukkan oleh serapan kompleks yang relatif menurun.

Tabel 2. Konsentrasi perak ( Ag ) dengan variasi waktu

15
Gambar 5. Grafik konsentrasi kadar perak dengan variasi waktu

Dari optimasi pH dan waktu ekstraksi yang dilakukan baik terhadap logam

Ag yang telah diprakonsentrasi dengan metoda ekstraksi pelarut menggunakan

ditizon sebagai pengompleks, didapat kadar dalam sampel logam Ag seperti yang

tertera dalam Tabel 3:

Tabel 3. Data pembacaan AAS logam perak (Ag) dengan metoda ekstraksi

Tabel 4. Data pembacaan AAS logam perak (Ag) dengan metoda langsung

Dari hasil pengukuran pengujian yang penulis lakukan, terlihat

perbandingan antara hasil dari pengukuran langsung dan ekstraksi. Dimana terjadi

peningkatan nilai persentase dari kadar perak ( Ag ) pada proses ekstraksi. Berarti

16
metoda ekstraksi pelarut menggunakan ligan pengkelat ditizon dalam pelarut

kloroform cukup efektif dalam meningkatkan recovery logam Ag yang terdapat

dalam sampel batuan yang terdapat di daerah Bonjol Pasaman Barat sebesar 2,3

kali, dihitung dari rata-rata pengukuran dengan AAS.

d. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dalam penentuan logam Ag dengan

menggunakan metoda ekstraksi pelarut dengan ditizon sebagai ekstraktan dalam

pelarut kloroform, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Kondisi optimum ekstaksi untuk masing-masing logam adalah: pH ekstraksi

untuk logam Ag pada pH = 3.

2. Pada ekstraksi perak dengan ditizon dalam kloroform diperoleh waktu

ekstraksi optimum adalah 10 menit

3. Konsentrasi logam yang diperoleh dengan menggunakan metoda ini (tabel 3)

didapat ± 2,3x peningkatan kadar logam perak ( Ag ) jika dibandingkan

dengan hasil pengukuran langsung dengan 4 kali pengukuran sampel.

4. Kadar perak pada sampel rata-rata 0,2202 ppm.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai densitas Iebih besar

dari 5 gr/cm3. Logam berat dapat mengubah kualitas perairan yang terendapkan

bersama dengan sedimen dan dapat menyebabkan transfer bahan kimia beracun

dari sedimen ke organisme sehingga tingkat cemaran logam berat sangatlah perlu

untuk dianalisis. Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis

kandungan logam berat dalam sampel air, sedimen, dan biota laut adalah metode

spektroskopi serapan atom (AAS). Spektrofotometri Serapan atom (SSA) adalah

suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang

berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur

tersebut. Aplikasi analisis logam berat Cu, Au dan Ag dapat dianalisis dengan

menggunakan spektroskopi serapan atom (SSA).

3.2 Saran

Saran untuk makalah selanjutnya adalah ada baiknya jika sumber-sumber

rujukan dan acuan yang akan digunakan lebih diperbanyak dan semakin

diperbaharui. Selain itu, bahasa dan kaidah-kaidah penulisan juga perlu

ditingkatkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, W. A., 2009, Kandungan Logam Berat pada Air dan Sedimen Di
Perairan Socah Dan Kwanyar Kabupaten Bangkalan, Jurnal Kelautan,
2(2): 158-164.

Permanawati, Y., Zuraida, R., dan Ibrahim, A., 2013, Kandungan Logam Berat
(Cu, Pb, Zn, Cd, dan Cr) dalam Air dan Sedimen Di Perairan Teluk
Jakarta, Jurnal Geologi Kelautan, 11(1): 9-16.

Rinawati, D. dan Sofiatun, 2018, Analisis Logam Berat pada Perairan Hutan
Mangrove Di Kabupaten Tangerang, Jurnal Medikes, 5(1): 48-59.

Santi, Vanny, M. A., dan Gonggo., S. T., 2017, Analisis Tembaga (Cu) dan
Timbal (Pb) dalam Air Laut dan Sedimen Di Perairan Pantai Loli
Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala, Jurnal Akademika Kimia,
6(4): 241-246.

Suprianto dan Lelifajri, 2009, Analisis Logam Berat Pb dan Cd dalam Sampel
Ikan dan Kerang secara Spektrofotometri Serapan Atom, Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 7(1): 5-8.

19

Anda mungkin juga menyukai