Anda di halaman 1dari 32

Brevet A dan B

BFI

BAB IV
REKONSILIASI
FISKAL
Disampaikan Oleh
HAR I YAN T O
2014
BIAYA FISKAL

Deductible
Biaya Fiskal
Expenses

REKONSILIASI
Biaya Komersial FISKAL

Non Deductible
Expenses
PENGHASILAN FISKAL

Non Obyek Pajak

Penghasilan REKONSILIASI
FISKAL Penghasilan Fiskal
Komersial

Obyek Pajak Final


Bagan PPh Badan

Luar Negeri Pembayaran dari LN Pembayaran ke LN


Pasal 24 Pasal 26
Indonesia
Biaya Penghasilan
WAJIB PAJAK
BADAN

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan xxx Pasal 4
Ps 6 & 9 Biaya (xxx)
Laba xxx
Pasal 4(2) Final Koreksi Fiskal xxx Pasal 9
& 4(3) Non Objek
Penghasilan Kena Pajak xxx
Pajak Terutang xxx Pasal 17
Pasal 22, 23,
Kredit Pajak (xxx)
24, 25
PPh KB/LB/N xxx Ps 29/28A
Konsep Penghasilan
3. Konsep Penghasilan

Definisi Penghasilan

Menurut pasal 4 ayat (1) UU No. 17/2000


• Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh WP
• Berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia
• Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan WP
• Dengan nama dan bentuk apa pun
3. Konsep Penghasilan

Jenis Penghasilan
Menurut UU Perpajakan, jenis-jenis penghasilan tdd:
• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa. Contoh: gaji
• Keuntungan penjualan atau pengalihan harta (capital
gain), kecuali dalam hal:
• hibah oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan
atau koperasi yang ditetapkan Menkeu, sepanjang
tidak ada hubungan usaha, kepemilikan atau
penguasaan pihak-pihak yang bersangkutan (KMK
No. 604/KMK.04/1994)
• Pengalihan dalam rangka penggabungan, peleburan
atau pemekaran usaha WP dengan nilai buku (KMK
No. 422/KMK.04/1998)
3. Konsep Penghasilan

Jenis Penghasilan - 2

• Hadiah dari undiah atau pekerjaan atau kegiatan atau


penghargaan
• Laba usaha
• Penerimaan kembali pajak yang semula telah dibebankan
sebagai biaya. Contoh : restitusi pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya.
• Bunga, termasuk premium, diskonto dan jaminan
pengembalian utang
• Dividen dengan nama dan bentuk apapun
• Royalti
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta
• Penerimaan atau perolehan pembayaran secara berkala
3. Konsep Penghasilan

Jenis Penghasilan - 3

• Keuntungan karena pembebasan utang


• Keuntungan selish kurs mata uang asing
• Premi asuransi yang diterima perusahaan asuransi dari
peserta asuransi
• Selisih lebih penilaian aktiva tetap
• Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang tdd WP yang emnjalankan usaha atau
pekerjaan bebas
• Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak
3. Konsep Penghasilan

Bukan Jenis Penghasilan

• Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat


• Warisan
• Harta, termasuk setoran tunai pengganti saham
• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari WP
atau pemerintah
• Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,a suransi
kecelakaan,a suransi jiwa, asuransi dwi guna dana suransi
beasiswa
• Dividen (dengan syarat tertentu)
3. Konsep Penghasilan

Bukan Jenis Penghasilan - 2


• Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu, baik dibayar
oleh pemberi kerja maupun pegawai
• Penghasilan dana pensiun tsb dari deposito & tabungan
bank di Indonesia, obligasi bursa di Indoensia dan saham
yang tercatat di Indonesia
• Bagian laba yang diterima anggota badan usaha yang
modalnya tidak terbagi atas saham
• Bunag obligasi yang diterima perusahaan reksadana
selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
sejak pemberian ijin usaha
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan
modal ventura (syarat tertentu)
3. Konsep Penghasilan

Pengukuran Penghasilan

Atribut pengukuran dalam perpajakan:


• Harga perolehan, bila tidak ada hubungan istimewa.
• Harga pasar wajar, bila ada hubungan istimewa. Hubungan
istimewa terjadi bila:
• Terdapat penyertaan langsung atau tidak langsung
sebesar 25%
• Pengusaha menguasai pengusaha lainnya atau dua
pengusaha di bawah penguasaan pengusaha yang
sama, yaitu penguasaan melalaui manajmen atau
teknologi
• Hubungan keluarga sedarah semenda dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping
satu derajat
Biaya sebagai Pengurang
Penghasilan

Untuk memperolah penghasilan neto untuk


perhitungan PPh, penghasilan bruto dapat
dikurangi dengan biaya-biaya, namun
demikian tidak semua biaya dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto
Biaya/Beban

Biaya/beban

Dapat .
dikurangkan
Tidak dapat
dari
dikurangkan
penghasilan
dari
penghasilan

forward
Biaya lain-lain

Biaya bunga pinjaman

Biaya entertainment

Materi Biaya Pemakaian HP dan mobil dinas

Biaya perolehan software (perangkat lunak)

forward
Biaya/Beban

Penyusutan:
Garis lurus
Saldo menurun
Tanpa nilai residu

Ponsel
Mobil sedan atau sejenis

DEDUCTIBLE 50%
Rekonsiliasi Fiskal

Ketentuan Umum

• Penghasilan untuk menghitung Pph terutang dibedakan


atas:
• Penghasilan bukan obyek Pph
• Penghasilan yang dikenakan Pph Final
• Penghasilan yang merupakan obyek Pph
• Perusahaan yang seluruh penghasilannya bukan obyek Pph
dan seluruh penghasilannya dikenakan Pph final tidak
perlu menyusun rekonsiliasi fiskal, namun tetap wajib
melaporkan penghasilan dan jumlah Pph-nya dalam SPT
Tahunan.
4. Rekonsiliasi Fiskal

Beda Waktu dan Beda Tetap

Secara garis besar, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya


antara akuntansi komersial dan fiskal dibedakan atas:

• BEDA WAKTU
– Terjadi karena perbedaan metode antara akuntansi komersial dan
pajak. Contoh: penyusutan
– Jumlah total yang diakui akuntansi komerisal dan pajak sama,
hanya saat pengakuannya yang beda

• BEDA TETAP
– Terjadi akibat adanya perbedaan pengakuan terhadap biaya atau
pendapatan.
– Jumlah total yang diakui akuntansi komerisal dan pajak tidak
sama
4. Rekonsiliasi Fiskal

Jenis Beda Tetap

1. Beda tetap murni, tdd:


• Biaya langsung untuk memperoleh penghasilan bukan obyek
pajak atau penghasilan yang telah dipotong/dipungut Pph final
• Imbalan dalam bentuk natura. Contoh: beras, makan siang, dsj
• Sanksi administrasi perpajakan
• Kerugian usaha di luar negeri
2. Beda tetap karena praktek akuntansi yang tidak sehat, tdd:
• Kepentingan pribadi pemegang saham/pemilik dan keluarganya
• Keperluan pribadi pegawai perusahaan
• Sumbangan/bantuan ke pihak yang tidak ada hubungan usaha,
kepemilikan, penguasaan dan pekerjaan
4. Rekonsiliasi Fiskal

Jenis Beda Tetap - 2

3. Beda tetap yang disebabkan tidak terpenuhinya syarat-


syarat khusus, tdd:
• beban perjalanan dinas
Sebaiknya tidak digunakan lumpsum, karena dalam pemeriksaan
kemungkinan akan dikoreksi
• Beban promosi
• Beban entertainment
• Beban litbang
• Beban komisi
• Kerugian piutang
4. Rekonsiliasi Fiskal

Penghasilan yang dikenakan Pph Final

• Penghasilan yang telah dikenakan Pph Final tidak digabung


dengan penghasilan lain
• Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh, menagih
dan memelihara penghasilan yang dikenakan Pph Final
harus dipisahkan dengan biaya-biaya lainnya
• Pph Final tidak mengenal adanya laba/rugi berkaitan
dengan transaksi besangkutan
• Tidak ada Pajak Dibayar di Muka atas penghasilan yang
dipotong Pph Final
4. Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi SPT Pph Badan dengan Pph 21

• Prinsip umum yang berlaku: “deductibility–taxability, non


deductibility-non taxability”
• Penyimpangan atas prinsip umum tsb yang perlu
direkonsiliasi:
– Pemberian bonus gratifikasi, tantiem, jasprod, jasa prestasi yang
dihitung berdasarkan laba perusahaan atau dibebankan ke laba
yang ditahan. Bagi perusahaan bukan pengurang PKP tapi bagi
penerimanya obyek Pph 21 (non deductibility but taxability)
– Pembayaran iuran JHT 3,7% oleh perusahaan merupakan
pengurang PKP, tapi bukan obyek Pph 21 (deductibility but non
taxability)
– Iuran pensiun ke dana pensiun yang disahkan Menkeu yang
dibayar prsh adalah pengurang PKP tapi bukan obyek Pph 21
(deductibility but non taxability)
4. Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi SPT Pph Badan dengan Pph 21 - 2

– Natura/kenikmatan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan atau


yang berkaitan dengan lingkungan kerja merupakan pengurang
PKP tapi bukan obyek pph 21. Contoh: pakaian seragam untuk
satpam, biaya antar jemput karyawan, makanan untuk pegawai
restoran, makanan/minuman untuk seluruh karyawan
(deductibility but non taxability) => SE-29/PJ.4/1995
– Natura di daerah terpencil yang telah mendapat keputusan
sebagai daerah terpencil dari Dirjen Pajak (deductibility but non
taxability) => SE-29/PJ.4/1995
– Biaya perjalanan dinas pegawai yang didukung bukti yang sah
merupakan pengurang PKP tapi bukan obyek Pph 21
(deductibility but non taxability)
4. Rekonsiliasi Fiskal

PERUSAHAAN WP PEGAWAI S
K
Memberi imbalan Menerima imbalan
E
Obyek Pph 21 M
Dapat dikurangkan (deductible), wajib:
• Menghitung, memotong pph 21
• Menyetor ke kas negara (SSP)
Bukti Potong Pph 21 A
atau Form 1721 A1
• Melaporkan SPT Masa & Tahunan KPP
B
Bukan Obyek Pph 21. I
Natura/kenikmatan
Tidak dipotong Pph 21 A
Non Deductible
Y
Natura yang terkait dengan Bukan Obyek Pph 21. A
pelaksanaan pekerjaan Tidak dipotong Pph 21
Deductible S
Pembagian laba: graftifikasi, tantiem, D
bonus, jasprod, dsb Obyek Pph 21
M
Non Deductible
4. Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi SPT Pph Badan dengan


SPT Masa PPN dan PPnBM

Bila terdapat perbedaan antara omset PPN dengan


jumlah peredaran usaha SPT Pph, bisa jadi hal tsb
disebabkan oleh hal-hal berikut:
– Penjualan kredit. Faktur PPN diterbitkan bulan yad, sedang jurnal
pendapatan telah dilakukan pada bulan ini.
– Penerimaan uang muka (pesanan). Sudah terutang PPN tapi
belum diakui sebagai penghasilan
– Pengiriman barang konsinyasi. Sudah terutang PPN tapi belum
diakui sebagai penghasilan
– Pemakaian sendiri untuk konsumsi. Bukan merupakan
penghasilan tapi mengurangi persediaan
4. Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi SPT Pph Badan dengan


SPT Masa PPN dan PPnBM - 2

– PKP yang mempunyai cabang dan belum sentralisasi PPN.


Penyerahan ke cabang terutang PPN tapi bukan penghasilan
– Ekspor dikenakan PPN 0% tapi merupakan penghasilan
– Penjualan ke kawasan berikat, PPN-nya tidak dipungut tapi
masuk penghasilan
– Potongan penjualan yang diberikan setelah faktur pajak dibuat
tidak mempengaruhi DPP PPN tapi mengurangi jumlah peredaran
pada SPT pph
– Retur yang dibuat faktur pajak, seolah terjadi jual beli. Tidak
mengurangi omset pada SPT PPN, tapi mengurangi jumlah
peredaran di SPT Pph
– Selisih kurs. Invoice berdasarkan kurs valas, tapi PPN berdasarkan
kurs Menkeu
4. Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi SPT Pph Badan dengan


SPT PPh 23, 26, Final dan Sanksi Pajak

• Biaya yang dilaporkan dalam SPT Pph Badan ada yang


merupakan obyek pemotongan/pemungutan Pph pihak lain
• Pemotongan Pph Final atas jasa konstruksi dan konsultan
dilakukan pada saat pembayaran
• Terlambat atau kurang pemotongan pajak dikenakan sanksi
2% per bulan, maks. 48%. Tidak melakukan pemotongan,
sanksi 100%
Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya

www.pajak.go.id
LOGO

Anda mungkin juga menyukai