Anda di halaman 1dari 10

MATERI KULIAH

“Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Koperasi dan UMKM”

Disusun Oleh :
Kelompok : 1
1. Marthen Yosef Silaban (7213210040)
2. Zulfikar Ali Ritonga (7213510063)
3. M. Akbar Sampurno (7213510049)
4. Natasyah Nelfita (72132100110
5. Yulan Aisah (7213510059)
6. Putri Khoirun Nisa (7213210001)
7. Devi Aprilia (7213210004)
8. Cristin Melani (7213210034)
9. Putri Enjelita Munthe (7213210042)

Mata Kulliah : Ekonomi Koperasi dan UMKM


Dosen pengampu : Sri Rezeki, SE.M.Si.Dr

PRODI MANAJEMEN-FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


A. Pembangunan Koperasi dan UMKM
Pembangunan Koperasi dan UMKM menjadi salah satu program
prioritas dari kabinet Indonesia Bersatu, dan telah diformalkan dalam
Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun 2005-
2025. Peraturan Presiden Nomor7 tahun 2005 tentang RPJM Nasional
Tahun 2004. -2009, Peraturan Menteri Kepala LNPD yang terkait dengan
penetapan rencana strategis pada berbagai Kementerian Departemen
LPND. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 36 PER M.KUKM
XI 2005 tentang RTIM Pemberdayaan KUMKM. Peraturan Daerah yang
berkaitan dengan RPJM Daerah dan berbagai dokumen perencanaan
lainnya seperti:dokumen Rencana Aksi Pemberdayaan Usaha Mikro.dan
lain-lain. Koperasi dan UMKM (KUMKM) diyakinı mampu menjadi
dinamisator dan penyangga bagi perekonomian nasional Pembangunan
KUMKM di Indonesia telah berjalan secara baik. namun bagi banyak
kalangan dirasakan masih berjalan lamban sehingga upaya percepatan
pembangunan UKM selalu dimasukkan dalam berbagai program
monitoring yang terkait dengan pinjaman internasional, seperti ADB.
IMF pada masa lalu), dan selalu menjadi perhatian utama dan Presiden RI
yang memasukkan pentingnya perluasan peranan UKM dalam Keppre No
17 Tahun 2006 tentang UKP3R. Masuknya pembangunan KUMKM
dalam agenda percepatan refomasi ekonomi mengindikasikan perlunya
upaya percepatan pembangunan KUKM di Indonesiapada masa
mendatang.
Pembangunan KUMKM memerlukan landasan hukum yang jelas
dan tegas, serta dipahami secara baik oleh lintas pelaku agar dapat efektif
diimplementasikan sebagai dasar memberdayakan KUKM di Indonesia.
Landasan hukum pembangunan KUMKM sebenarnya cukup kuat, dimulai
dari substansi Undang-undang Dasar yang dijabarkan ke dalam Undang
undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian menegaskan bahwa
Pemerintah bertugas:
1) menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong
pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi,
2) memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi, dan
3) memberikan perlindungan kepada koperasi.
Pembinaan koperasi dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan
kepentingan ekonomi nasional, serta pemerataan kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja. Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim
dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi,
Pemerintah (pasal 61 UU Nomor 25/1992):
1. memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada koperasi
2. meningkatkan dan memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi
koperasi yang berkualitas, tangguh dan mandiri.
3. mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara
koperasi dengan badan usaha lainnya.
4. membudayakan koperasi dalam masyarakat.
Dalam rangka memberikan bimbingan dan kemudahan kepada
koperasi, Pemerintah (pasal 62):
1. membimbing usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi
anggotanya.
2. mendorong, mengembangkan dan membantu pelaksanaan pendidikan,
pelatihan, penyuluhan dan penelitian perkoperasian.
3. memberikan kemudahan untuk memperkokoh permodalan koperasi serta
mengembangkan lembaga keuangan koperasi.
4. membantu pengembangan jaringan usaha koperasi dan kerjasama yang
saling menguntungkan antar koperasi.
5. memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan yang
dihadapi oleh koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar dan
Prinsip Koperasi.
Dalam rangka pemberian perlindungan kepada koperasi, Pemerintah
dapat: (pasal 63):
1. menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh
koperasi.
2. menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah
berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan
usaha lainnya.
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil secara
tegas menyatakan tujuan pemberdayaan usaha kecil adalah:
(1) menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha
menengah, dan
(2) meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan produk nasional,
perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, serta
peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya
sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian
nasional.

B. Tantangan Dalam Pembangunan Koperasi dan UMKM


Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan
koperasi selama PJP 1, masih banyak pula masalah yang belum
terselesaikan, yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan penanganannya
dalam PJP II, sebagai tantangan untuk mewujudkan cita-cita
perkoperasian seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945.
Hingga saat ini karena berbagai alasan ekonomi dan non ekonomi,
koperasi pada umumnya belum dapat melaksanakan sepenuhnya prinsip
koperasi sebagaimana yang dicita-citakan, sehingga koperasi sebagai
badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat belum dapat mengembangkan
sepenuhnya potensi dan kemampuannya dalam memajukan
perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya. Di samping itu berbagai kondisi struktural dan sistem yang
ada masih menghambat koperasi untuk sepenuhnya dapat menerapkan
kaidah ekonomi untuk meraih dan memanfaatkan. berbagai kesempatan
ekonomi secara optimal. Sementara itu dengan terbukanya perekonomian
nasional terhadap perkembangan perekonomian dunia, akan
menghadirkan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan ekonomi
nasional. Persaingan usaha akan makin ketat, peranan ilmu pengetahuan
dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang
berkualitas yang mampu mengantisipasi dan merencanakan masa depan
meningkat pula. Kedudukan dan ke beradaan koperasi akan makin
mantap apabila koperasi makin ter integrasi dan berperan menentukan ke
dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, tantangan dalam
pembangunan koperasi adalah mengembangkan koperasi menjadi badan
usaha yang sehat, kuat, maju, dan mandin serta memiliki daya saing
sehingga mampu meningkatkan perannya dalam perekonomian nasional
sekaligus kesejahteraan anggotanya.

Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik sebagai


sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata
perekonomian nasional, peran koperasi sangat penting dalam
menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Dalam hal
ini, koperasi sebenarnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha
yang luas terutama dalam hal yang menyangkut kepentingan kehidupan
ekonomi rakyat. Dalam kenyataannya, koperasi masih menghadapi
berbagai hambatan struktural dan sistem untuk dapat berfungsi dan
berperan sebagaimana yang diharapkan, antara lain dalam memperkukuh
perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional. Dengan demikian, yang menjadi tantangan
adalah mewujudkan koperasi, baik sebagai badan usaha maupun sebagai
gerakan ekonomi rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam
kegiatan ekonomi rakyat.
Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang berpartisipa-si
aktif dalam organisasi koperasi. dan kesadaran masyarakat untuk
bergabung dalam wadah koperasi. Sementara itu, kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi makin meningkat, tetapi belum cukup
memadai antara lain disebabkan oleh masih adanya berbagai hambatan
untuk meningkatkan manfaat koperasi bagi anggotanya. Hal ini antara
lain telah menyebabkan lambatnya koperasi meng-akar dalam
masyarakat. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi masih harus
meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan dan menampung
peran serta masyarakat secara luas. Oleh karena itu, mewujudkan
koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berakar kuat dalam
masyarakat juga merupakan tantangan pemba-ngunan koperasi dalam PJP
II
C. Arah, Strategi Kebijakan dan Program Pembangunan Koperasi dan
UMKM
Dengan memperhatikan tantangan dan sasaran pengembangan koperasi dan
UMKM ke depan, dan merujuk pada arah kebijakan nasional dan di bidang
UMKM dan koperasi, maka kebijakan yang dilaksanakan oleh Kementerian
Koperasi dan UKM diarahkan untuk: meningkatkan produktivitas, kelayakan
dan nilai tambah Koperasi dan UMKM sehingga mampu tumbuh ke skala yang
lebih besar (“naik kelas”) dan berdaya saing.
Arah kebijakan tersebut akan dilaksanakan melalui lima strategi
sebagaimana dituangkan dalam RPJMN tahun 2015-2019 yaitu
(i) Peningkatan kualitas sumber daya manusia;
(ii) Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan;
(iii) Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran;
(iv) Penguatan kelembagaan usaha; dan
(v) Kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha.
Kelima strategi tersebut dilaksanakan melalui beberapa langkah strategis
yang disusun berdasarkan Dimensi Pembangunan yang dituangkan di dalam
RPJMN 2015-2019 yaitu:
(i) Dimensi Pembangunan Manusia;
(ii) Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan; dan
(iii) Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan. Uraian langkah-langkah strategis
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dimensi Pembangunan Manusia: Revolusi Mentala
 Peningkatan kapasitas SDM KUMKM di daerah melalui pelatihan dan
pendampingan yang melibatkan K/L terkait, Pemda, dunia usaha,
akademisi, organisasi masyarakat sipil (OMS), dan Gerakan Koperasi;
 Peningkatan peran dan tugas dari petugas penyuluh koperasi lapangan
(PPKL);
 Fasilitasi pembebasan biaya akta notaris bagi pelaku usaha mikro untuk
membentuk koperasi;
 Fasilitasi kemudahan perizinan bagi usaha mikro dan kecil potensial;
 Penciptaan 20.000 koperasi berkualitas selama 5 tahun; dan Penataan
basis data koperasi dan UMKM;
2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kedaulatan Pangan
 Fasilitasi penguatan peran KUD sebagai penyaluran pupuk bersubsidi;
 Pola Pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
Pengembanagn Skema Pembiayaan Koperasi dan UMKM melalui LPDB-
KUMKM;
 Pembiayaan dan permodalan bagi wirausaha sektor pertanian;
 Pembentukan lembaga pembiayaan untuk petani dan UMKM;
 Peningkatan kapasitas SDM KUMKM bagi petani dan masyarakat
perdesaan;
 Revitalisasi pasar tradisional; dan
 Pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan 1 daerah 1
produk unggulan;
 Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kedaulatan Energi
Pengembangan energi terbarukan berbasis ramah lingkungan khususnya
di perdesaan.
 Revitalisasi pasar tradisional; dan
 Pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan 1 daerah 1
produk unggulan;

3. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kedaulatan Energi Pengembangan


energi terbarukan berbasis ramah lingkungan khususnya di perdesaan.
4. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kemaritiman dan Kelautan
 Pengembangan skema pembiayaan koperasi dan UMKM melalui LPDB-
KUMKM dan Kredit Usaha Rakyat (KUR);
 Pembiayaan dan permodalan bagi wirausaha nelayan dan masyarakat
pesisir;
 Peningkatan kapasitas SDM KUMKM bagi nelayan dan masyarakat
pesisir; dan
 Revitalisasi pasar tradisional;
5. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Pariwisata dan Industri
 Pengembangan UKM kreatif di bidang pariwisata;
 Pengembangan kewirausahaan melalui upaya menaikkelaskan 1 juta unit
usaha mikro;
 Fasilitasi penerapan standardisasi mutu dan sertifikasi produk bagi
KUMKM melalui sinergi dengan K/L terkait;
 Fasilitasi dan dukungan pemasaran bagi KUKM, melalui Lembaga
Layanan Pemasaran (LLP-KUKM) sebagai trading house, Pusat Inovasi
dan Galery Produk UKM; dan
 Fasilitasi promosi produk KUMKM melalui pameran baik dalam negeri
maupun luar negeri;

5. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan: Kawasan Perbatasan dan Daerah


Tertinggal
 Revitalisasi pasar tradisional di daerah tertinggal, perbatasan dan pasca
bencana; dan
 Pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan 1 daerah 1
produk unggulan.
Arah kebijakan, strategi dan berbagai langkah strategis untuk menaikkan
kelas UMKM tersebut juga dilengkapi dengan Norma Standar Operasional
Kementerian Koperasi dan UKM dalam pelaksanaan program dan kegiatan
sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, seluruh jajaran Kementerian
Koperasi dan UKM harus memperhatikan azas ketaatan dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang ada.
2. Kinerja diukur dengan pencapaian Sasaran Strategis yaitu:
 Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam perekonomian melalui
pengembangan komoditas berbasis koperasi/sentra di sektor-sektor
unggulan;
 Meningkatnya daya saing koperasi dan UMKM;
 Meningkatnya wirausaha baru dengan usaha yang layak dan
berkelanjutan; dan d. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan usaha
koperasi, serta penerapan praktek berkoperasi yang baik oleh masyarakat.
3. Penguatan koperasi dan UMKM difokuskan pada peningkatan kinerja dan
daya saing koperasi dan UMKM di sektor-sektor utama yang menjadi
prioritas Presiden melalui Nawa Cita;
4. Seluruh upaya pencapaian sasaran kinerja melalui program, kegiatan,
maupun output harus dilaksanakan melalui keterpaduan dan kerjasama antar
unit dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan monev yang didukung
kelengkapan data dan informasi koperasi dan UMKM;
5. Pelaksanaan program dan kegiatan harus mencakup keseimbangan antara
pemihakan dan pembangunan kemandirian koperasi dan UMKM, serta
bersifat inklusif yang memperhatikan akses dan kesempatan yang sama antar
kelompok pendapatan, antar gender, antar wilayah, dan keberpihakan kepada
kelompok/golongan yang kurang mampu.
6. Pelaksanaan program dan kegiatan didukung kemitraan dan kerjasama
strategis dengan Kementerian/Lembaga/Daerah serta organisasi masyarakat,
organisasi/lembaga profesi, pelaku usaha, serta kerjasama bilateral dan
multilateral yang didasarkan pada prinsip kesetaraan dan saling melengkapi;
dan
7. Kementerian Koperasi dan UKM mendorong profesionalisme pelayanan
publik dengan mengembangkan unit-unit pelayanan yang dapat mandiri,
memberikan kontribusi pada Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan secara
langsung melayani kebutuhan masyarakat.

Program Pembangunan Koperasi dan UMKM


Program pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah
diselaraskan dengan tujuan pembangunan koperasi dan UMKM yang tercantum
pada Pola Dasar Pembangunan Daerah yang pada hakekatnya bagaimana
mendorong Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah mampu berkiprah
secara mandiri yang didukung penuh oleh masyarakat dengan menggali potensi
yang dimiliki untuk dikelola secara optimal. Oleh karena itu, Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah mempunyai kontribusi yang nyata terhadap
perekonomian di daerah yang pada gilirannya ditandai dengan meningkatnya
tingkat pendapatan anggota dan masyarakat. Pembinaan dan pengembangan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah diarahkan agar gerakan Koperasi
dan UMKM lebih meningkat peranannya, melalui konsolidasi semua aspek
yang ada agar Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dapat tumbuh dan berkembang
secara bertahap sesuai kemampuannya sendiri.
Untuk mewujudkan keadaan tersebut, maka kedudukan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil, Menengah perlu lebih diperkokoh dan dimantapkan secara terus-
menerus melalui upaya dan langkah-langkah pembinaan dan pengembangan
yang lebih intensif terpadu secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah diarahkan agar
dapat menjadi pusat pelayanan kegiatan perekonomian di daerah pedesaan yang
merupakan bagian Yang tidak dipisahkan dari pembangunan.
Kebijakan Pemerintah yang mengikutsertakan masyarakat dalam proses
Pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah diberikan peranan
Yang lebih besar. Dengan adanya perkembangan yang mengarah ke kegiatan
Ekonomi berskala mikro dan kecil, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah harus mendapatkan kepercayaan penuh, baik dari anggota maupun
dari pihak Ketiga. Untuk itu Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah harus
sehat dari sisi organisasi, manajemen, serta usahanya. Untuk mendorong dan
mempercepat Perkembangan organisasi, manajemen dan usaha Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil, Menengah kearah tata kehidupan yang sehat diperlukan
cara-cara Pengelolaan yang tepat, khususnya melalui kegiatan pembinaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah melalui program
Pembangunan Daerah Tahun 2010 – 2015 telah Menyusun beberapa program
yang mengarah pada upaya pengembangan Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah yang dijabarkan lebih lanjut dalam program tahunan yang
dialokasikan melalui dana. Pertanggungjawaban pembangunan bidang Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah yang disusun dalam penyampaian laporan
diharapkan mampu memberikan rekomendasi lebih lanjut dengan memperluas
serta mempertajam sasaran yang hendak dicapai melalui pengalokasian dana
APBD untuk pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah.
Daftar Pustaka
Teten Masduki, Rencana Strategis Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH REPUBLIK INDONESIA, Jakarta, 2019-2020

Anda mungkin juga menyukai