Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

R
DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS SINISTRA
DI RUANG KENANGA RS MITRA SIAGA TEGAL

DI SUSUN OLEH :
Siti Rahma Nadya
C1120023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS (PROGRAM TRANSFER)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Hernia

1. Definisi

Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui


defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeuretik dinding perut. Hernia tediri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital
dan hernia dapatan atau akuisita (Nurarif, & Kusuma, 2015). Hampir 75% dari
hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis (Claudia, Hilman, & Paul, 2015).
Hernia ingunalis merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui
celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
(Nurarif, & Kusuma, 2015).
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hernia
inguinalis adalah penonjolan isi abdomen yang abnormal melalui celah dinding
abdomen atau anulus inguinalis yang dikarenakan tekanan atau otot abdomen
yang lemah.

2. Patofisiologi

Pada hernia inguinal, usus besar atau usus halus, omentum, atau kandung
kemih menonjol kedalam kanul inguinal. Pada hernia indirek (reversible), visera
abdomen keluar dari rongga abdomen melalui cincin inguinal dan mengikuti
funikulus spermatikus (pada pria) atau sekitar ligament (pada wanita); hernia ini
muncul pada cincin eksternal dan turun hingga mencapai kanal inguinal,
biasanya kedalam skrotum atau labia.
Pada hernia inguinal direk (versible), bukan masuk ke kanal melalui cincin
internal, hernia melewati dinding inguinal posterior, menonjol secara langsung
melalui fasia kanal yang melintang (diarea yang dikenal dengan segitiga
Hesselbach), dan muncul pada cincin eksternal.
3. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali congenital atau didapat.
Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia (Sjamsuhidajat, 2013).
Penyebab penyakit hernia yaitu karena kelemahan otot abdomen
(disebabkan oleh malformasi kongenital, trauma, atau proses penuaan) atau
meningkatnya tekanan intra-abdomen disebabkan oleh pengangkatan beban
yang berat, kehamilan, obesitas atau mengejan (Billota K. A. J. 2014).

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hernia menurut Nanda NIC NOC 2015 :
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang sering tampak benjolan di
lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
d. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang hernia menurut Nanda NIC NOC 2015:
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
dan ketidakseimbangan elektrolit.
6. Penatalaksanaan
Penanganan hernia menurut Nanda NIC NOC 2015 ada dua macam :
a. Konservatif (Townsend CM)
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat
kambuh kembali. Terdiri atas :

1) Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulate kecuali pada anak-anak.
2) Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di
daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum
peritonii.
3) Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi.
b. Operatif
Operatif merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada : (Norton
JA)
1) Hernia reponibilis
2) Hernia irreponibilis
3) Hernia strangulasi
4) Hernia incarserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap :
1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia
ke cavum abdominalis.
2) Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquss intra abdominalis dan
m.transversus abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
3) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinal agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam
menurut kebutuhannya (Ferguson, Bassini, Halstedt, Hernioplasty pada
hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
Mc.Vay)

7. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang di alami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponible. Hal ini
dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis
kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia inkarserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ
atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi).
Gambaran klinis hernia inkarserata yang berisi usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus disertai gangguan keseimbangan cairan, elektrolit,
asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, akan
terjadi gangren sehingga gambaran klinis menjadi toksik, suhu tubuh meninggi,
dan terdapat leukositosis. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat
hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal (Sjamsuhidajat, 2013)
LEMBAR PENGKAJIAN

DATA PASIEN

Nama : Tn.R
No RM : 131582
Tanggal MRS : 7 Januari 2021
Ruang : Kenanga
Tanggal Lahir : 1 Juli 1967
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Slawi

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

a. Keluhan utama MRS : Pasien mengatakan nyeri di perut bawah sebelah kiri
b. Keluhan Saat ini :
Post operasi : Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri setelah
post operasi, jika batuk perut terasa nyeri , terdapat luka
post operasi di perut sebelah kiri ± 10 cm
P : Luka post operasi hernia inguinalis sinistra
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : di perut bawah sebelah kiri
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul
c. Kondisi saat masuk RS : Compos mentis
d. Penggunaan alat bantu : Terpasang infuse RL di tangan kanan 20 tpm

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Riwayat penyakit yang pernah diderita : pasien mengatakan ada benjolan keluar masuk
di perut bawah kiri ± 10 tahun lalu, tidak mempunyai riwayat DM dan Hipertensi .
2. Riwayat pengobatan : pasien mengatakan sebelumnya pernah berobat di puskesmas
kemudian di rujuk ke RS Mitra Siaga Tegal.

PERJALANAN PENYAKIT
1. Diagnosa kerja saat masuk : Hernia Inguinalis Sinistra
2. Tindakan saat masuk RS : Pemberian obat injeksi dan pemberian infus RL
3. Obat yang diberikan : 1. Ketorolac 30 mg / 12 jam / IV
2. Ranitidine 25 mg / 12 jam / IV
3. Anbacim 1 vial@1gr + 1 ampul pelarut 12 ml / 12
jam/IV
4. Infus RL 20 tetes permenit
4. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan laboratorium darah :
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

DARAH RUTIN

Hemogoblin 10,3 g/dL 11,5-16,5

Lekosit 137000 /mm3 3500-10000

Hematokrit 28,2 % 35,0-5,50

Trombosit 387000 /mm3 150000-400000

Eritrosit 3,68 Juta/uL 3,50-5,50

Index Eritrosit

MCV 76,5 fL 75,0-100,0

MCH 28,1 Pg 25,0-35,0

MCHC 36,8 g/dL 31,0-38,0

RDW 12,7 % 11,0-16,0

MPV 7,2 fL 8,0-11,0

PDW 9,8 fL 0,1-99,9


PENGKAJIAN FUNGSI GORDON
1. Persepsi dan Pemeliharaan keseharan :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya dan terapi yang dijalaninya.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Program diit : diit lunak
b. Status nutrisi dan cairan :
- BB : 40 kg
- TB : 160 cm
- IMT : 15,6 ( kurus )
c. Balance Cairan :
- Intake cairan :
Makan dan mknum / hari : 500 cc
Infus D5 % : 1.000 cc
Obat : 100 cc
Air metabolisme : 200 cc ( 5 x 40kg )
Hasil : 1.800 cc
- Output cairan
Urin : 1.300 cc
BAB : - cc
IWL : 600 cc
Hasil : 1.900 cc
Total hasil balance cairan : - 100 cc
Keluhan : pasien mengatakan makannya hanya ½ porsi.

3. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar : Pasien mengatakan BAB terakhir kali 1 minggu yang lalu,
konsistensi keras, warna : coklat
b. Buang Air Kecil : Pasien mengatakan memakai kateter , frekuensi : 1.300 cc ,
warna : kuning jernih
4. Pola Aktivitas :
a. Aktivitas : mobilitas ringan di bed
b. Kemampuan perawatan diri
Makan & minum : di bantu orang lain
Mandi : di bantu orang lain
Toileting : di bantu orang lain
Berpakaian : di bantu orang lain
Mobilitas di tempat tidur : di bantu orang lain
Berpindah : di bantu alat & orang lain
Ambulasi / ROM : di bantu orang lain
5. Pola Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan tidur 4 jam sehari , di siang hari tidur 2 jam & malam 2 jam , pasien
mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan merasa terganggu dengan nyeri di perutnya.
6. Pola Perseptual
Pasien mengatakan penglihatan, pendengaran, pengecaoan tidak ada keluhan.
7. Pola persepsi diri
Pasien mengatakan selama sakit merasa cemas tetapi berfikir positif bisa disembuhkan.
8. Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada reproduksi.
9. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, interaksi dengan pasien lain juga
baik
10. Pola manajemen koping stress
Pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas dan bekerja seperti biassanya, hanya bisa
berbaring saja.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan selama dirawat shalat hanya bisa berbaring dan berdoa agar sembuh
dari penyakitnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : - Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Respirasi Rate : 22 x/menit
- Nadi : 98 x/menit
- Suhu : 36,5°C

Kepala dan leher : Bentuk mesosepal , tidak ada jejas luka, rambut kotor

Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, ada reflek cahaya, pupil < 3 mm , Mulut:
membran mukosa lembab , tidak ada perdarahan di gusi.
Thoraks :
I: Tidak ada jejas luka
P: gerak dada simetris, adanya pengembangan dinding dada
Per: perkusi paru sonor
A : auskultasi paru vesikuler .
Abdomen :
I: terdapat luka post operasi di perut sebelah kiri ± 10 cm
P : Dinding abdomen teraba keras,
A : bising usus normal 10 x/menit
Per : terdapat nyeri tekan di abdomen kiri bawah.
Genetalia : Terpasang kateter hari ke 2, tidak ada keluhan.
Ekstermitas : Akral teraba hangat, capilary refill < 3 detik, tidak ada edema, tidak ada
dekubitus, turgor kulit kering, kekuatan otot 5 5
Gerak : Bebas Bebas 4 4
Terbatas Terbatas
Keluhan : Pasien mengatakan susah gerak ketika membolak-balikan tubuh, pasien
mengatakan bagian ekstermitas bawah terasa pegal dari ujung kaki sampai
bagian bahu terasa pegal-pegal.
ANALISA DATA

No. Tanggal DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

dx

1. 8 Januari Data Subjektif : Nyeri Akut Inkontuinitas


2021 jaringan
- Pasien mengatakan jika batuk
perutnya terasa nyeri.
- Pasien mengatakan tidak bisa
tidur karena nyeri setelah post
operasi.
- Pasien mengatakan perut
sebelah kiri terasa nyeri
setelah post operasi
P = Luka post op HIS
Q = Seperti tertusuk-tusuk
R = Di perut sebelah kiri
S = Skala nyeri 4
T = Nyeri hilang timbul

Data Objektif :
- Kesadaran compos mentis
- Pasien tampak menahan nyeri
- Terdapat luka post op di perut
sebelah kiri ± 10 cm
- Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
RR : 22 x/menit
N : 98 x/menit
S : 36,5°C

2. 8 Januari Data Subjektif : Hambatan Nyeri luka


2021 Mobilitas post operasi
- Pasien mengatakan aktivitas
Fisik
sehari-hari dibantu keluarga.
- Pasien mengatakan susah
gerak ketika membolak-
balikan tubuh.
- Pasien mengatakan kaki terasa
pegal dari ujung kaki sampai
sampai bahu.

Data Subjektif :

- Terpasang kateter
- Pasien tampak hanya berbaring
saja.
- Kekuatan otot 5 5

4 4

- Gerak : Bebas Bebas


Terbatas Terbatas

3. 8 Januari Data Sujektif : Kerusakan Trauma


2021 Integritas jaringan
- Pasien mengatakan ada luka
Kulit
post operasi di perut bawah
sebelah kiri
- Pasien mengatakan tidak ada
rembesan darah pada balutan

Data Objektif :

- Pasien terlihat lemas


- Tidak ada rembesan darah
pada balutan
- Tidak ada ruam-ruam merah
disekitar luka
- Tidak ada edema
- Luka panjang ± 10 cm, ada 7
jahitan, tidak ada pus

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inkontuinitas jaringan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka post operasi
3. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan trauma jaringan
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Tanggal/Ja Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


m
dx

1. 8 Januari Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri yang komprehensif


2021 keperawatan selama 3x24 jam meliputi lokasi, skala nyeri,
diharapkan nyeri berkurang dan dan keparahan nyeri.
19.00 WIB
teratasi , dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan teknik relaksasi
distraksi ( nafas dalam )
- Skala nyeri 0 ( tidak ada
3. Monitor tanda-tanda vital dan
nyeri )
kondisi umum pasien.
- Pasien tidak menahan nyeri
4. Kolaborasi pemberian obat
analgetik sesuai advis dokter.

2. 8 Januari Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji mobilisasi pasien secara


2021 keperawatan selama 3x24 jam terus-menerus
diharapkan pasien dapat
19.20 WIB 2. Ajarkan dan bantu pasien
bermobilisasi mandiri , dengan dalam proses berpindah dari
kriteria hasil : tempat tidur, berdiri, dan

- Pasien dapat bermobilisasi latihan duduk.

- Pasien dapat melakukan 3. Ubah posisi pasien setiap 2

aktivitas secara mandiri jam.


4. Ajarkan pasien untuk latihan
nafas dalam sebelum
melakukan mobilisasi.
3. 8 Januari Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala
2021 keperawatan selama 3x24 jam infeksi pada area insisi.
diharapkan pasien masalah 2. Monitor status nutrisi pasien.
19.40 WIB
integritas kulit teratasi , dengan 3. Lakukan perawatan luka
kriteria hasil : dengan cara mengganti balutan
hari ke dua.
- Tidak ada luka/lesi pada kulit
4. Kolaborasi dengan dokter
- Tidak ada pus pada luka
untuk pemberian antibiotik.
- Tidak ada perdarahan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Tanggal/ Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
dx Jam

1. 8 Januari 1. Mengkaji nyeri yang Data Subjektif :


2021 komprehensif meliputi
- Pasien mengatakan tidak bisa
lokasi, skala nyeri, dan
19.00 tidur karena nyeri setelah post
keparahan nyeri.
operasi
WIB
- Pasien mengatakan perut
sebelah kiri terasa nyeri
setelah post operasi
P = Luka post op HIS
Q = Seperti tertusuk-tusuk
R = Di perut sebelah kiri
S = Skala nyeri 4
T = Nyeri hilang timbul

Data Objektif :

- Pasien tampak menahan


nyeri
- Nyeri tekan kuadran kiri
bawah
- Terdapat luka operasi di
perut sebelah kiri
19.10 2. Mengajarkan teknik Data Subjektif :
relaksasi distraksi nafas
WIB - Pasien mengatakan jika
dalam
batuk perut terasa nyeri
- Pasien mengatakan mengerti
& memahami teknik
tersebut.
- Pasien mengatakan sudah
bisa melakukan teknik nafas
dalam

Data Objektif :

- Pasien tampak mengikuti


yang diajarkan oleh perawat.
- Pasien tampak berulang kali
melakukan teknik tersebut

19.30 3. Memantau tanda-tanda Data Subjektif :


vital & kondisi umum
WIB - Pasien mengatakan pusing
pasien
- Pasien mengatakan masih
merasakan nyeri

Data Objektif :

- Pasien tampak menahan


nyeri
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
RR : 22 x/menit
N : 98 x/menit
S : 36,5°C

20.00 4. Memberikan injeksi Data Subjektif :


Ketorolac 30 mg/IV
WIB - Pasien mengatakan sudah
diberikan obat melalui selang
Ranitidine 25 mg/IV infus.
- Pasien mengatakan nyeri
sudah sedikit berkurang
setelah diberikan obat pereda
nyeri.

Data Objektif :

- Injeksi Ketorolac 30 mg/IV


Ranitidine 25 mg/IV pada
jam 20.00, tidak ada alergi.

2. 9 Maret 1. Mengkaji mobilisasi Data Subjektif:


2021 pasien secara terus
- Pasien mengatakan aktivitas
menerus.
09.00 ditempat tidur dibantu
keluarga.
WIB
- Pasien mengatakan tidak bisa
beraktivitas secara bebas.

Data Objektif:

- Tampak pasien makan dan


minum dibantu keluarga
- Pasien tampak hanya
bebaring saja
- Kekuatan otot 5 5

4 4

09.20 2. Mengajarkan dan Data Subjektif :


membantu pasien
WIB - Pasien mengatakan saat
dalam proses
berpindah kaki sampai bahu
berpindah dari tempat
terasa pegal-pegal
tidur , berdiri &
- Pasien mengatakan sudah
latihan duduk
bisa miring kanan miring kiri
tetapi belum bisa duduk
Data Objektif :

- Pasien mampu bergerak


secara perlahan-lahan
- Tampak pasien saat
berpindah sedikit kesakitan

09.30 WIB 3. Mengubah posisi Data Subjektif :


pasien setiap 2 jam
- Pasien mengatakan sudah
sedikit-sedikit bisa berpindah
tanpa bantuan
- Pasien mengatakan tiap 2
jam mengubah posisi tidur
- Pasien mengatakan nyeri
sedikit berkurang

Data Objektif :

- pasien tampak bisa sedikit


berpindah tanpa bantuan
- pasien tampak mengikuti
instruksi dari perawat

10.00 WIB 4. mengajarkan Data Subjektif:


pasien untuk
- pasien mengatakan
latihan nafas dalam
mengerti cara melakukan
sebelum
latihan nafas dalam
melakaukan
- pasien mengatakan jika
mobilisasi untuk
perutnya terasa nyeri
mengurangi nyeri
langsung melakukan
teknik nafas dalam

Data Objektif:

- pasien tampak
mempraktekan apa yang
diajarkan oleh perawat
- kondisi umum sedang

3 9 Januari 1. mengkaji tanda-tanda Data Subjektif:


2021 infeksi (kalor, dolor,
- pasien mengatakan masih
rubor, tumor, fungsio
10.05 WIB merasakan sedikit nyeri
laesa)
- pasien mengatakan tidak
ada ruam-ruam merah di
sekitar luka
- pasien mengatakan tidak
ada bengkak

Data Objektif:

- kondisi umum sedang


- skala nyeri 2
- sekitar luka tidak ada
ruam-ruam merah

10.10 WIB 2. memantau status nutrisi Data Subjektif:


pasien
- pasien mengatakan
perutnya masih merasa
mual
- pasien mengatakan
makannya hanya ½ porsi
- pasien mengatakan
makannya diit lunak
(bubur)

Data Objektif:

- diit lunak
- makanan tersisa ½ porsi

10.20 WIB 3. Melakukan perawatan Data Subjektif:


luka dengan cara
- Pasien mengatakan
mengganti balutan pada
balutan luka diganti hari
hari kedua
kedua
- Pasien mengatakan tidak
ada rembesan pada balutan
luka

Data Objektif:

- Terdapat balutan luka di


perut bawah sebelah kiri
- Tidak ada rembesan pada
balutan luka

10.40 WIB 4. Memberikan injeksi Data Subjektif:

Anbacim 1 vial@1gr - Pasien mengatakan sudah


+ 1 ampul pelarut 12 diberikan obat melalui
ml/IV selang infus
- Pasien mengatakan
kondisinya sudah mulai
membaik

Data Objektif:

- kondisi umum sedang


- injeksi Anbacim 1
vial@1gr + 1 ampul
pelarut 12 ml/IV
- tidak ada alergi

CATATAN PERKEMBANGAN
No Tanggal/jam Implementasi Evaluasi Paraf

1 9 Januari 1. Mengkaji nyeri yang S:


2021 komprehensif meliputi
pasien mengatakan
lokasi, skala nyeri, dan
14.00 WIB kondisinya perlahan-lahan
keparahan nyeri.
mulai membaik tetapi
2. Mengajarkan teknik
relaksasi distraksi nafas masih merasakan nyeri
dalam.
O:
3. Memantau tanda-tanda
vital & kondisi umum - terdapat luka post
pasien. operasi di perut sebelah
4. Memberikan injeksi kiri
Ketorolac 30 mg/IV - pasien tampak
Ranitidine 25 mg/IV menahan nyeri (skala
nyeri 3)
- terdapat nyeri tekan di
abdomen kiri bawah
- kondisi umum sedang
- ttv: TD: 130/80 mmHg,
N: 98x/menit, RR:
22x/menit, S: 36,7

A:masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

- memotivasi pasien
untuk melakukan
teknik nafas dalam
- memberikan
injeksi Ketorolac
30 mg/12 jam
Ranitidine 25
mg/12 jam

2 9 Januari 1. Mengkaji mobilisasi S:


2021 pasien secara terus
- pasien mengatakan
menerus.
14.30 WIB aktivitas di tempat tidur
2. Mengajarkan dan
dibantu keluarga
membantu pasien
- pasien mengatkan
dalam proses berpindah
sudah bisa miring
dari tempat tidur ,
berdiri & latihan kanan kiri tetapi belum
duduk. bisa duduk
3. Mengubah posisi
O:
pasien setiap 2 jam.
4. Mengajarkan pasien - terpasang kateter
untuk latihan nafas - tampak pasien makan
dalam sebelum dan minum dibantu
melakaukan mobilisasi keluarga
untuk mengurangi - pasien mampu bergerak
nyeri secara perlahan-lahan
- kekuatan otot 5 5

4 4

A: masalah belum teratasi

P:lanjutkan intervensi

- motivasi pasien
untuk berpindah
diri dari tempat
tidur, berdiri, dan
latihan duduk
- ubah posisi pasien
tiap 2 jam

3 9 Januar 1. Mengkaji tanda dan S:


2021 gejala infeksi pada area
- Pasien mengatakan
insisi
14.40 WIB balutan di ganti nanti
2. Memantau status nutrisi
besok
pasien
- Pasien mengatakan
3. Melakukan perawatan
tidak ada rembesan di
luka dengan cara
balutan luka
mengganti balutan pada
- Pasien mengatakan
hari kedua.
ada luka post operasi
4. Memberikan injeksi
di bagian perut
- Anbacim 1 vial@1gr sebelah kiri
+ 1 ampul pelarut 12
O:
ml/IV
- Kondisi umum baik
- Diit lunak
- Terdapat balutan luka
di perut bawah
sebelah kiri
- Tidak ada rembesan
di balutan luka
-

A: masalah teratasi
sebagian

P: lanjutkan intervensi

- Motivasi pasien
untuk makan
sedikit-sedikit tapi
sering
- Kaji tanda-tanda
infeksi
- Ajarkan pasien
untuk menjaga
kebersihan luka
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi

1. 10 Januari 2. Mengajarkan teknik S:


2021 relaksasi distraksi nafas
- pasien mengatakan
dalam.
14.00 kondisinya sudah
4. Memberikan injeksi membaik, nyeri
WIB Ketorolac 30 mg/IV berkurang
Ranitidine 25 mg/IV - pasien mengatakan hari
ini rencana pulang

O:

- Skala nyeri 1
- kesadaran compos
mentis
- Tanda-tanda vital:
TD: 120/80 mmHg,
N: 92 x/menit,
RR: 22x/menit,
S: 36,7

A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi

2. 10 Januari 2. Mengajarkan dan S:


2021 membantu pasien
- pasien mengatakan
dalam proses berpindah
14.20 WIB sudah bisa mobilitas
dari tempat tidur ,
ringan di kursi
berdiri & latihan
- pasien mengatakan
duduk.
sudah bisa berjalan
3. Mengubah posisi
perlahan ke kamar
pasien setiap 2 jam.
mandi

O:

- tampak pasien makan


dan minum mandiri
- pasien mampu bergerak
secara perlahan-lahan
- kekuatan otot 5/5
- gerak + +

+ +

A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi

3. 10 Januari 1. Mengkaji tanda dan S:


2021 gejala infeksi pada
- Pasien mengatakan
area insisi
14.30 WIB balutannya sudah
2. Memantau status nutrisi
diganti jam 10.00
pasien
- Pasien mengatakan
3. Melakukan perawatan
tidak ada darah pada
luka dengan cara
luka
mengganti balutan pada
- Pasien mengatakan
hari kedua.
ada luka post operasi
4. Memberikan injeksi
di bagian perut
Anbacim 1 vial@1gr + sebelah kiri
1 ampul pelarut 12 ml/IV - Pasien mengatakan
tidak ada ruam-ruam
merah disekitar luka

O:

- Luka bersih, tidak ada


pus
- Tidak ada perdarahan
- Kondisi luka baik
panjang ± 10 cm
- Ada 7 jahitan luka
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi
A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai